Anda di halaman 1dari 9

BAB II

SINTESIS ASPIRIN
2.1. Tujuan Percobaan
Memahami reaksi esterifikasi fenol
Memehami reaksi pembuatan aspirin
Mampu melakukan uji kadar aspirin hasil reaksi
2.2. Tinjaun Pustaka
Reaksi esterifikasi adalah suatu reaksi antara asam karboksilat dan alkohol
membentuk ester. Turunan asam karboksilat membentuk ester asam karboksilat. Ester
asam karboksilat ialah suatu senyawayang mengandung gugus -CO2 dengan R dapaat
berupa alkil.
Aspirin adalah senyawa turunan asam salisilat yang dapat disintesis melalui reaksi
esterifikasi. Asam salisilat dilarutkan padaa anhidrida asam asetat sehingga terjadi
substitusi gugus hidroksi (-OH) pada asam salisilat dengan gugus asetil (-OCOCH3)
pada anhidrida asetat. Sebagai katalis, digunakan asam fosfat. Reaksi ini menghasilkan
aspirin sebagai produk utama dan asam asetat sebaagai produk sampingan. Persamaan
reaksi sintesis aspirin tersebut adalah sebagai berikut:



Aspirin dibuat dengan mereaksikan asam salisilat dengan anhidrida asam asetat
menggunakan katalis 85% H
3
PO
4
sebagai zat penghidrasi. Asam salisilat adalah asam
bifungsional yang mengandung dua gugus OH dan COOH. Karenanya asam salisilat
ini dapat mengalami dua jenis reaksi yang berbeda yaitu reaksi asam dan basa. Reaksi
dengan anhidrida asam asetat akan menghasilkan aspirin. Sedangkan reaksi dengan
methanol akan menghasilkan metil salisilat. Uji terhadap asam salisilat, my aspirin, dan
aspirin komersil digunakan untuk mengujikemurnian aspirin, khususnya mendeteksi
apakah masih terdapat asam salisilat dalam sampel. Kemurnian aspirin bisa diuiji dengan
menggunakan besi(III) klorida. Besi(III) klorida bereaksi dengan gugus fenol membentuk
kompleks ungu. Aspirin mempunyai sifat-sifat: mudah larut dalam cairan ammonia asetat,
sitrat,atau hidroksida dari logam alkali, stabil dalam udara kering tetapi terhidrolisis
perlaahan menjadi asetat dan asam salisilat bila kontak dengan udara lembab.

Asam salisilat dapat ditemukan pada banyak tanaman dalam bentuk metal salisilat
dan dapat disintesa dari fenol. Asam salisilat memiliki sifat-sifat: berasa manis,
membentuk kristal berwarna putih, sedikit larut dalam air, meleleh pada suhu 158,5 C
161 C, Asam salisilat biasanya digunakan untuk memproduksi ester dan garam.
[5]
Kegunan dari aspirin adalah sebagai berikut:
Sebagai analgesik (obat yang dapat mengurangi atau menghilangkan rasa nyeridan
akhirnya akan memberikan rasa nyaman pada orang yang menderita)
Sebagai antipirentik (obat yang dapat menurunkan demam (suhu tubuh yang tinggi)
Sebagai antiinflamasi
Tahap dalam pembentukan aspirin adalah sebagai berikut:
Anhidrida asam asetat mengalami resonansi
Anhidrida asam asetat menyerang gugus fenol dari asam salisilat
H
+
terlepas dari OH dan berikatan dengan atom O pada anhidrida asam asetat
Anhidrida asam asetat terputus menjadi asam asetat dan asam asetil salisilat(aspirin)
H
+
akan lepas dari aspirin
Efek samping utama aspirin adalh pengikisan saluran pencernaan, pendarahan
usus dan tinnitus (gejala telinga berdenging). Aspirin sebaiknya tidak digunakan oleh anak-
anak dan remaja dibawah umur, karena dapat menyebabkan Sindrom Reye, yaitu
kerusakan pada mitokondria liver sehingga liver tidak mampu mengubah timbunan
glikogen menjadi glukosa. Dalam dosis tinggi, aspirin dapat menyebabkan kematian.
Kadar mematikan aspirin adalah LD 1,1 g/kg atau 1,1 gram aspirin untuk setiap 1 kilogram
berat tubuh suatu organisme.
Pembuatan aspirin berdasarkan reaksi asetilasi antara asam salisilat dan anhidrat
asetat dengan menambahkan asam sulfat pekat sebagai katalisator yang dilanjutkan
dengan proses pemanasan untuk mempercepat reaksi serta diikuti dengan proses
pendinginan untuk mempercepat terbentuknya kristal.
[2]

Perhitungan persen randemen adalah sebagai berikut:
% Rendemen =


100%
Uji yang dilakukan terhadap aspirin yaitu direaksikan dengan FeCl
3
yang akan
memberikan warna ungu pada asam salisilat. Warna yang dihasilkan oleh asam salisilat
terjadi karena asam salisilat asalah senyawa yang mengandung fenol, maka fenol dari asam
salisilat akan bereaksi dengan FeCl
3
membentuk senyawa kompleks berwarna ungu.
[4]

Gambar 2.2.1 Uji aspirin dengan FeCl
3

1.1. Tinjauan Bahan
A. Aquadest ( H
2
O)
rumus molekul : H
2
O
berat molekul : 18,02 gram/mol
bentuk fisik : cairan tak berwarna dan tidak berbau
massa molar : 18.0153 g/mol
titik beku : 0
o
C
titik didih : 100
o
C
B. Besi klorida (FeCl
3
)
Rumus molekul : FeCl
3

Titik lebur : 306
o
C
Densitas : 2,9 g/cm
3

Masa molar : 162,20 g/mol
Kelarutan dalam air : 920 g/l
Penampilan : serbuk hitam
C. Asam salisilat (C
7
H
6
O
3
)
rumus kimia : C
7
H
6
O
3

masa molar : 132,12 g/mol
bentuk fisik : kristal putih
densitas : 144 g/cm3
D. Anhiridaasamasetat (C
4
H
6
O
3
)
rumus kimia : C
4
H
6
O
3

masa molar : 102.08 g/mol
densitas : 1.08 g/cm
3

titik lebur : -73 C
E. Asam fosfat (H
3
PO
4
)
Rumus kimia : H
3
PO
4

masa molar : 1825.28 g/mol
Warna : putih
Bentuk fisik : cair
Titik lebur : 78 - 90C
1.2. Alat dan Bahan
A. Alat yang digunakan:
- batang pengaduk
- beakerglass
- botol aquadest
- corong kaca
- corong Bcher
- Erlenmeyer
- gelas arloji
- kertas saring
- labu ukur
B. Bahan - bahan yang digunakan:
- aquadest (H
2
O)
- besi klorida (FeCl
3
)
- asam salisilatlat (C
7
H
6
O
3
)
- anhidridaasamasetat
- asam fosfat (H
3
PO
4
)


- neraca
- penjepit
- pipet tetes
- pipet volume
- statif dan klem
- waterbath shaker
1.3. Prosedur Percobaan
A. Preparasi larutan
- Membuat larutan 10% FeCl
3
sebanyak 50 mL
B. Pembuatan aspirin
- Memanaskan air dalam wadah penangas air.
- Menimbang sekitar 1,4 g asam salisilat dalam labu erlenmeyer 125 mL.
Menambahkan 4 mL anhidridaasam asetat dengan cara sedemikian rupa sehingga
dapat membilas serbuk asam salisilat yang menempel di dinding wadah.
- Menambahkan dengan hati-hati (bekerja di ruang asam) 5 tetes 85% H
3
PO
4.
Mengaduk larutan dengan pengaduk kaca.
- Memanaskan labu erlenmeyer berisi campuran reaksi tersebut dalam penangas air
yang airnya telah dipanaskan 5 menit. Sebaiknya labu erlenmeyer dipegang
dengan klem.
- Setelah 5 menit, mengangkat labu erlenmeyer dari penangas air dan segera
menambahkan 2 mL dm / aquadest.
- Setelah 2 atau 3 menit, menambahkan lagi 20 mL aqua dm dan membiarkan labu
berisi campuran reaksi mencapi suhu kamar dan mulai mengalami kristalisasi.
Pastikan bahwa kristal telah terbentuk sebelum melanjutkan ke tahap berikutnya.
Dapat menggores dinding bagian dalam labu dengan batang pengaduk kaca untuk
mempercepat pembentukan kristal, jika kristal tak juga muncul.
- Menambahkan aqua dm dingin dan dinginkan labu besrta isinya dalam wadah
penangas berisi es sehingga proses pembentukan kristal sempurna.
- Mengumpulkan kristal yang diperoleh menggunakan corong Bcher yang telah
dilapisi kertas saring. Mencuci kristal dengan sedikit air dingin.
- Melakukan rekristalisasi untuk mendapatkan kristal yang lebih murni, dengan cara
melautkan kristal yang sudah terbentuk dalam 5 mL etanol. Kemudian
menambahkan 20 mL air hangat. Memansakan larutan sampai semua kristal tepat
larut, dan kemudian biarkan larutan dingin sampai kembali terbentuk kristal.
Menyaring kembali kristal dengan corong Bcher.
- Menimbang kristal yang terbentuk sesudah dikerngkan di udara. Kemudian
menghitung rendemen hasil kristal asam asetilsalisilat (aspirin) yang diperoleh,
dengan membandingkan berat hasil percobaan dengan berat hasil teoritis
(berdasarkan perhitungan stoikiometrik, sesuai persamaan di bawah ini)

- Menghitung persen rendemen adalah sebagai berikut:
% Rendemen =


100%
C. Uji terhadap Aspirin
- Menyiapkan 3 buah tabung reaksi dan memberi label masing-masing
- Menambahkan 20 tetes aqua dm ke dalam tiap tabung dan goyangkan untuk
melarutkan sampel dalam tabung.
- Menambahkan 10 tetes larutan 10% FeCl
3
ke dalam tiap tabung. Amati perubahan
warna larutan dan mencatat hasilnya. Warna ungu menunjukkan adanya asam
salisilat dalam sampel.

1.4. Data Pengamatan
NO Perlakuan Pengamatan Kesimpulan
1. Pembuatan Aspirin
- C
7
H
6
O
3
+ C
4
H
6
O
3
Lar. 1

- Lar. I + H3PO4 Lar. 2

- Lar. 2 Lar. 3

- Lar 3 + H2O lar. 4


- Lar. IV + H2O (pada suhu kamar)
lar. 4 lar. 4
- Lar. 4 + H2O dingin
(didinginkan)


- Berwarna putih
keruh

- Tidak terjadi
perubahan
warna

- Berwarna
bening

- Berwarna
bening dan
terbentuk
endapan halus
berwan putih

- Mulai
mengkristal
(suhu 30 oC)
-


- Berwarna
putih keruh, halus

















Berat aspirin

1.5. Persamaan Reaksi

1.6. Pembahasan
Pada percobaan yang dilakukan, digunakan 1,5 g asam salisilat dan 4 mL
anhidrida asetat sebagai pereaksi. Sesuai dengan persamaan reaksi di atas, asam
salisilat akan menjadi pereaksi pembatas. Secara teoritis jumlah aspirin yang
dihasilkan adalah setara dengan jumlah asam salisilat yang direaksikan. Anhidrida
asetat ditambahkan berlebih agar asam salisilat habis bereaksi. Selain itu, dengan
bergesernya kesetimbangan ke arah produk, aspirin yang dihasilkan akan
semakin banyak.
[2]
Mekanisme reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
- endapan kristal








- Lar. 4 + C
2
H
5
OH
lar. 5

- Lar. 5 + H
2
O
lar. 6

dan mengkristal.
Hasil saringan:
berwarna putih
dan berwarna
putih keruh pada
kristalnya





- Kristal tetap
putih


- Larutan
putih keruh
yang didapat
= 1,76 gram








2. Uji terhadap Aspirin
- Kristal + H
2
O lar. 7
- larutan 8 + FeCl
3
lar.
8

- Warna putih

- Berwarna
ungu



- Adanya
asam salisilat
dalam sampel

Aspirin adalah senyawa turunan asam salisilat yang dapat disintesis melalui
reaksi esterifikasi. Senyawa dengan gugus OH yang terikat langsung pada cincin
aromatik. Asam salisilat dilarutkan pada anhidrida asam asetat sehingga terjadi
subtitusi gugus hidroksi (OH) pada asam salisilat dengan gugus asetil
(OCOCH
3
) pada anhidrida asetat. Sebagai katalis, digunakan asam fosfat. Reaksi
ini akan mengahasilkan aspirin sebagai produk utama dan asam asetat sebagai
produk sampingan.
Dilakukan pemanasan sendiri berfungsi untuk mempercepat proses reaksi.
Tidak ada penambaha air sebagai pelarut. Hal ini disebabkan karena anhidrida
asetat akan berikatan dengan air membentuk asam asetat. Selain itu, baik asam
salisilat maupun aspirin, keduanya sedikit larut pada air dingin.
Pada akhir reaksi, akan didapatkan aspirin, asam asetat, anhidrida asam asetat,
katalis asam fosfat, dan asam salisilat yang tidak bereaksi. Setelah reaksi selesai,
ditambahkan air dingin agar anhidrida asetat bereaksi membentuk asam asetat
sehingga produk yang pada awalnya larut pada anhidrida asetat akan mengendap
dan membentuk padatan (kristal).
Padatan yang terbentuk dapat disaring menggunakan corong Bchner.
Padatan yang didapatkan adalah aspirin dan sisa asam salisilat yang tidak bereaksi.
Padatan yang telah disaring, selanjutnya direkristalisasi dengan menggunakan
etanol dan air hangat sebagai pelarut.
[2]
Penambahan etanol bertujuan untuk
memastikan bahwa produk yang dihasilkan adalah aspirin.
[7]
Setelah pemanasan,
senyawa organik termasuk aspirin dan asam salisilat akan larut. Campuran kemudian
dibiarkan dingin. Kelarutan aspirin dan asam salisilat pada campuran air dan etanol
tersebut berkurang seiring dengan penurunan suhu. Akibatnya, setelah campuran
kembali dingin, akan terbentuk kristal produk yang murni, karena zat pengotor akan
tetap larut, tidak membentuk kristal. Produk murni yang diperoleh kemudian
disaring dengan corong Bchner.
Berat aspirin berdasarkan percobaan diperoleh sebesar 1,7 gram. Sedangkan
hasil teoritis dari perhitungan stokiometri diperoleh sebesar 1,818 gram. Ada dua
penjelasan mengenai ketidaksesuaian antara jumlah produk yang diperoleh dengan
jumlah teoritis. Pertama, secara teoritis, produk yang dimaksud adalah padatan
aspirin sedangkan produk yang diperoleh dari hasil percobaan adalah padatan aspirin
dan kemungkinan sisa asam salisilat yang tidak bereaksi. Kedua, jika memang
produk yang diperoleh dari percobaan adalah 100% aspirin, maka kesalahan terdapat
pada proses pengerjaan. Kemungkinan, ada aspirin yang terlarut pada pelarut saat
penyaringan pertama (sebelum rekristalisasi) sehingga mengurangi jumlah aspirin
yang diperoleh. Seperti disebutkan sebelumnya, aspirin sedikit larut pada air dingin.
[2]

Dari hasil pengolahan data, diperoleh rendemen sebesar 96,8 %. Jumlah ini
menyatakan perbandingan antara jumlah produk yang diperoleh dari percobaan
dengan jumlah produk yang seharusnya diperoleh secara teoritis.
Setelah produk terbentuk, dilakukan identifikasi produk melalui uji
pembentukan kompleks dengan FeCl
3
dan penentuan titik leleh. Penambahan FeCl
3

pada larutan asam salisilat, akan merubah warna larutan menjadi ungu. Berdasarkan
hasil praktikum, hasil larutan setelah ditambahkan FeCl
3
berubah warna menjadi
ungu. Positif masih ada asam salisilat.

1.7. Kesimpulan
- Esterifikasi fenol merupakan ester diturunkan dari asam dengan mengganti
gugus OH oleh gugus OR. Terjadi substitusi gugus hidroksi (-OH) pada asam
salisilat dengan gugus asetil(-OCOCH
3
) pada anhidrida asetat. Senyawa dengan
gugus OH yang terikat langsung pada cincin aromatik.
- Aspirin merupakan senyawa turunan asam salisilat yang dapat disintesis melalui
reaksi esterifikasi dengan penambahan anhidrida asam asetat. Sebagai katalis,
digunakan asam fosfat. Reaksi ini akan mengahasilkan aspirin sebagai produk
utama dan asam asetat sebagai produk sampingan.
- Uji terhadap aspirin dengan menggunakan FeCl
3
menghasilkan larutan berwarna
ungu, positif masih ada asam salisilat. Dari hasil percobaan didapatkan
randemen sebesar 96,8%.

Anda mungkin juga menyukai