ESTERIFIKASI
2.1 Esterifikasi
Esterifikasi adalah reaksi pembentukan ester dari asam karboksilat dan
alkohol produk reaksi berupa ester dan air. Persamaan umum reaksi ini dapat
ditentukan sebagai berikut:
RCOOH + ROH → RCOOR + H2O…………………………...……(2.1)
Reaksi esterifikan merupakan reaksi eksotermis, bersifat reversible dan
umumnya berjalan sangat lambat sehingga memerlukan katalis agar diperoleh
ester yang maksimal sehingga perlu dipelajari faktor-faktor menurut bagian
tinjauan dan melakukan berbagai percobaan guna mengetahui berbagai variabel
proses yang berpengaruh terhadap proses esterifikari tesebut (Haritsath 2013).
Esterifikasi merupakan reaksi antara asam karboksilat dengan alkohol
dengan produk utama berupa ester, dan sering kali berjalan lambat. Sintesis etil
asetat tanpa kehadiran katalis pada pembuatan etil asetat hanya menghasilkan
konversi sebesar 12, 15% selama 60 menit (Muryoto, 2020).
Pada reakri esterifikan merupakan pembentukan ester dengan reaksi
langsung antara suatu asam karboksilat dengan suatu alkohol. Esterifikasi dapat
dikatalis oleh kehadiran ion H+. Asam belerang sering digunakan sebagai suatu
katalisator untuk reaksi ini. Nama ester berasal dari Essig- Ather (Jerman) sebuah
nama Kuno untuk menyebut etil asam cute ester (asam cuka etil). Ester adalah
senyawa yang dapat dianggap sebagai turunan dari asam karboksilat dengan
mengganti ion hidrogen pada gugus hidroksil oleh radikal hidrokarbon. Gugus -
OH dari gugus karboksilat digantikan oleh gugus –OR. Dalam ester, R dan R'
dapat sama atau berbeda. Ester dapat terhidrolisis dengan pengaruh asam
membentuk alkohol dan asam karboksilat. Reaksi hidrolisis tersebut merupakan
kebalikan dari esterifikasi. Ester diturunkan dari alkohol dan asam karboksilat.
Untuk ester turunan dari asam karboksilat paling sederhana, nama-nama
tradisional digunakan, sepertiformate, asetat,dan propionate Salah satu metode
umum yang digunakan
adalah reaksi alkohol dengan asam karboksilat. Pada reaksi ini, asam sulfat
ditambahkan sebagai pendehidrasi atau katalis (Cyber, 2013).
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan yang diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Esterifikasi dipengaruhi oleh suhu, waktu reaksi, katalis, pengadukan dan
perbandingan reaktan.
2. Reaksi ester dapat dibentuk dengan mencampurkan asam asetat, asam
sulfat dan methanol
3. Penambahan asam sulfat berfungsi sebagai katalis untuk mempercepat
reaksi kimia dalam larutan.
4. Terbentuknya dua lapisan, lapisan atas berwarna keruh (ester) dan lapisan
bawah berwarna bening (air) disebabkan karna massa jenis air lebih besar
dari pada massa jenis ester.
5. Massa ester yang diperoleh dari praktikum sebesar 4,87 gram.
5.2 Saran
Pada percobaan ini, untuk memepercepat reaksi (katalis) dapat
menggunakan asam klorida (HCl), asam p-toleunsulfonat dan kalium hidroksida
(KOH).
DAFTAR PUSTAKA
4.1 Hasil
Adapun hasil percobaan yang telah dilakukan sebagaimana ditunjukkan
pada table 4.1 berikut:
Tabel 4.1 hasil percobaan Esterifikasi
No. Cara Kerja Hasil
1. 50 ml Etanol + 25 ml Asam Asetat + 4 Adanya kenaikkan suhu, mula-
ml H2SO4 pekat masukkan kedalam mula 28℃ menjadi 43℃.
labu leher tiga.
2. Direfluks campuran tersebut selama 40 Ester berwarna keruh, adanya
menit, suhu mula-mula 43℃. bau menyengat.
Tetesan pertama 56 detik suhu 65℃
Tetesan kedua 1 menit suhu 65℃
3. Refluks dihentikan dilanjutkan dengan Menghasilkan larutan distilat
proses distilasi selama 20 menit dengan sebanyak 17,89 gram.
suhu awal 65℃.
4. Hasil destilat dimasukkan kedalam Terbentuk gelembung dan gas
corong pemisah lalu ditambah 20 ml 2 lapisan, adapun lapisan atas
Na2CO3. adalah ester dan lapisan bawah
dinamakan H2O.
5. Didiamkan campuran tersebut didalam Didapatkan ester sebesar 4,87
corong pemisah selama 5 menit. gram.
(Sumber : Praktikum Kimia Organik, 2023)
4.2 Pembahasan
percobaan ini bertujuan mensintesa ester dan menetukan sifat-sifatnya. Pada per-
cobaan ini mula-mula masukkan 50 ml metanol, 25 ml CH3COOH dan 4 ml
H2SO4 pekat kedalam labu leher tiga. Pada saat labu leher tiga dise Berdasarkan
percobaan yang telah dilakukan dapat dianalisabahwa ntuh akan terasa panas
karna
terjadi perubahan suhu atau reaksi Eksotermik dan larutan berwarna bening.
Dalam larutan ini, H2SO4 berfungsi sebagai katalis, katalis merupakan zat atau
senyawa yang berfungsi untuk mempercepat laju reaksi. Setelah itu campuran
tersebut direfluks selama 40 menit. Dengan suhu awal 28℃ dan diamati jatuhnya
tetesan pertama dan kedua. Proses refluks ini bertujuan untuk menghomogenkan
larutan serta menyempurnakan reaksi agar terbentuknya ester.
Suhu larutan naik menjadi 43℃ saat direfluks. Proses refluks pada
percobaan ini dilakukan dengan mengalirkan uap dari cairan reaktan keatas
kedalam kondensor yang kemudian mengembunkan uapmenjadi cairan yang jatuh
kembali kedalam reaktor. Tetesan pertama terjadi peda 59 detik dengan suhu 65℃
dan tetesan kedua terjadi pada waktu 1 menit dengan suhu 65℃. setelah 40 menit
refluks dihentikan, kemudian dilanjutkan didestilasi selama 20 menit dengan suhu
awalnya 65℃. Destilasi adalah prose pemisahan berdasarkan titik didih. Pada
percobaan ini, destilasi bertujuan untuk memisahkan ester dengan air. Setelah 20
menit diperoleh larutan distilat sebanyak 17,89 gram.
Hasil distilat kemudian dimasukkan kedalam corong pemisah, lalu
ditambahkan larutan Na2CO3 sehingga terbentuk dua lapisan. Adapun lapisan atas
berupa ester berwarna keruh dan lapisan bawah dinamakan H2O (air) berwarn
bening. Hal ini dikarenakan massa jenis air lebih berat dari pada ester. Diamkan
campuran tersebut didalam corong pemisah selama 5 menit, kemudian dipisahkan
lapisan atas dan lapisan bawah dengan corong pemisah. Ambil larutan atasnya
atau ester lalu ditimbang dengan neraca digital sehingga diperoleh ester sebesar
4,87
gram.
Faktor yang mempengaruhi reaksi esterifikasi pada percobaan ini adalah
katalis dan suhu. Katalis yang mempengaruhi hasil dari reaksi esterifikasi selain
untuk mempercepat jalannya reaksi esterifikasi yang lambat katalis juga
memperbanyak produk yang dihasilkan. Sedangkan suhu, semakin optimal suhu
yang digunakan maka reaksi akan berjalan lebih baik, pada percobaan ini suhu
65℃ karena jika suhu lebih tinggi maka methanol yang akan digunakan akan
habis menguap dan jika suhunya rendah maka reaksi akan berjalan lambat (Fika,
2013).
LAMPIRAN C
GAMBAT DAN ALAT