Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK

ESTERIFIKASI

LABORATORIUM TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
LHOKSEUMAWE
2023
ABSTRAK
Esterifikasi adalah adalah reaksi pembentukan ester dari asam karboksilat dan
alkohol produk reaksi berupa ester dan air. Ester merupakan senyawa berbau
harum sering digunakan dalam pemberi aroma pada makanan maupun parfum.
Percobaan ini bertujuan untuk mensintesa ester dan menentukan sifat-sifatnya.
Dalam labu leher tiga dicampurkan 50 ml metanol, 25 ml CH3COOH dan 4 ml
H2SO4 pekat. Direfluks campuran selama 40 menit dengan suhu 28℃, kemudian
dilanjutkan proses distilasi selama 20 menit dengan suhu 43℃. Hasil distilat
dimasukkan kedalam corong pemisah lalu ditambahkan 20 ml Na2CO3 diamkan
selama 5 menit. Setelah terbentuk dua lapisan, pisahkan lapisan bawah (air)
dengan corong pemisah kemudian lapisan atasnya (ester) ditimbang dengan
menggunakan neraca digital. Dari proses distilasi menghasilkan larutan distilat
sebanyak 17,89 gram dan saat dimasukkan kedalam corong pemisah dan ditambah
Na2CO3 terdapat dua lapisan. Ester yang diperoleh dari praktikum sebesar 4,87
gram. Esterifikasi dipengaruhi oleh suhu, waktu reaksi, katalis, pengadukan dan
perbandingan reaktan. Reaksi ester dapat dibentuk dengan mencampurkan asam
asetat, asam sulfat dan methanol. Penambahan asam sulfat berfungsi sebagai
katalis untuk mempercepat reaksi kimia dalam larutan.

Kata Kunci : Asam Karboksilat, Difefluks, Distilat, Esterifikasi, dan Katalis.


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Judul Praktikum : Esterifikasi


1.2 Tanggal Praktikum : 04 April 2023
1.3 Pelaksana Praktikum : Kelompok V (A1)
1. Mila Ramadhani NIM. 220140006
2. M. Fikri Fadillah NIM. 220140027
3. Minta Ito Tanjung NIM. 220140029
1.4 Tujuan Praktikum : Mensintesa ester dan menentukan sifatnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Esterifikasi
Esterifikasi adalah reaksi pembentukan ester dari asam karboksilat dan
alkohol produk reaksi berupa ester dan air. Persamaan umum reaksi ini dapat
ditentukan sebagai berikut:
RCOOH + ROH → RCOOR + H2O…………………………...……(2.1)
Reaksi esterifikan merupakan reaksi eksotermis, bersifat reversible dan
umumnya berjalan sangat lambat sehingga memerlukan katalis agar diperoleh
ester yang maksimal sehingga perlu dipelajari faktor-faktor menurut bagian
tinjauan dan melakukan berbagai percobaan guna mengetahui berbagai variabel
proses yang berpengaruh terhadap proses esterifikari tesebut (Haritsath 2013).
Esterifikasi merupakan reaksi antara asam karboksilat dengan alkohol
dengan produk utama berupa ester, dan sering kali berjalan lambat. Sintesis etil
asetat tanpa kehadiran katalis pada pembuatan etil asetat hanya menghasilkan
konversi sebesar 12, 15% selama 60 menit (Muryoto, 2020).
Pada reakri esterifikan merupakan pembentukan ester dengan reaksi
langsung antara suatu asam karboksilat dengan suatu alkohol. Esterifikasi dapat
dikatalis oleh kehadiran ion H+. Asam belerang sering digunakan sebagai suatu
katalisator untuk reaksi ini. Nama ester berasal dari Essig- Ather (Jerman) sebuah
nama Kuno untuk menyebut etil asam cute ester (asam cuka etil). Ester adalah
senyawa yang dapat dianggap sebagai turunan dari asam karboksilat dengan
mengganti ion hidrogen pada gugus hidroksil oleh radikal hidrokarbon. Gugus -
OH dari gugus karboksilat digantikan oleh gugus –OR. Dalam ester, R dan R'
dapat sama atau berbeda. Ester dapat terhidrolisis dengan pengaruh asam
membentuk alkohol dan asam karboksilat. Reaksi hidrolisis tersebut merupakan
kebalikan dari esterifikasi. Ester diturunkan dari alkohol dan asam karboksilat.
Untuk ester turunan dari asam karboksilat paling sederhana, nama-nama
tradisional digunakan, sepertiformate, asetat,dan propionate Salah satu metode
umum yang digunakan
adalah reaksi alkohol dengan asam karboksilat. Pada reaksi ini, asam sulfat
ditambahkan sebagai pendehidrasi atau katalis (Cyber, 2013).

2.2 Reaksi ester


Ester dapat disintesis melalui reaksi esterifikasi, antara lain esterifikasi
Fircher, esterifikasi dengan hasil halida dan esterifikasi menggunakan asam
karboksilat dengan terkonjungsi. Ester merupakan senyawa berbau harum sering
digunakan dalam pemberi aroma pada makanan maupun parfum. Dalam
pembuatan suatu ester dimana alcohol bersama asam salisilat dipanaskan dalam
metil bersama sejumlah kecil asam kuat seperti asam klorida (HCl), asam nitrat
(H2SO4), asam nitrat (HNO3) dan lain-lain yang berfungsi sebagai katalisator
untuk membentuk metil salisita gugus hidroksil dalam air yang terjadi berasal dan
asam karboksilat. Jika ester dipanaskna dengan air yang berlebihan beserta suatu
katalisator asam, maka ester akan dihidrolisir menjadi asam dan alkohol. Senyawa
dianggap berasal dari asam karboksilat menggunakan hidrogen dari gugus hidrosil
dengan gugus hidrokarbon (Nuraini, 2014).
Reaksi esterifikasi Fischer adalah reaksi pembentukan ester dengan cara
merefluks sebuah karbokrilat bersama alkohol dengan katalis asam. Pembentukan
ester melalui asilasi langsung, asam karboksilat terhadap alkohol, seperti pada
esterifikan Fischer lebih disukai Ketimbang asilasi dengan anhidrarida asam atau
asil klorida. Kelemahan utama asilisi langsung adalah konstanta etilen, salah satu
derivat minyak bumi atau batubara. Bahan ini diperoleh dan sintesis kimia yang
disebut hidrasi, sedangkan bioetanol direkayasa dari biomassa (tanaman) melalui
proses biologi. Etanol banyak digunakan sebagai pelarut berbagai bahan- bahan
kimia yang ditunjukkan untuk konsumsi dan kegunaan manusia. Contohnya adalah
pada parfum, perasa, pewarna makanan dan obat-obatan. Dalam sejarah etanol
digunakan jadi bahan bakar (Sri, 2013).

2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Reaksi Esterifikasi


Berikut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan reaksi yaitu:
2.3.1 Suhu
Kecepatan reaksi secara kuat dipengaruhi oleh suhu reaksi. Pada
umumnya reaksi ini dapat dijalankan pada suhu mendekati titik didih metanol (60-
70°C) pada tekanan atmosfer. Kecepatan reaksi akan meningkat sejalan dengan
kenaikan suhu. Semakin tinggi suhu, berarti semakin banyak energi yang dapat
digunakan oleh reaktan untuk mencapai energi aktivasi namun suhu yang terlalu
tinggi dapat menyababkan dekomposisi reaktan atau produk. Ini akan
menyebabkan tumbukan terjadi lebih sering diantara molekul-molekul reaktan
untuk kemudian melakukan reaksi (Fika, 2013).
2.3.2 Waktu reaksi
Semakin lama waktu reaksi, maka semakin banyak produk yang
dihasilkan, karena ini akan memberikan kesempatan reaktan untuk bertumbukan
satu sama lain.Namun jika kesetimbangan telah tercapai, tambahan waktu reaksi
tidak akan mempengaruhi reaksi (Fika, 2013).
2.3.3 Katalis
Katalis berfungsi untuk mempercepat laju reaksi dengan menurunkan
energi aktivasi reaksi namun tidak menggeser letak kesetimbangan. Tanpa katalis,
reaksitransesterifikasi baru dapat berjalan pada suhu sekitar 250°C. Penambahan
katalis bertujuan untuk mempercepat reaksi dan menurunkan kondisi operasi.
Katalis yang dapat digunakan adalah katalis asam, basa, ataupun penukar ion.
Dengan katalis basa reaksi dapat berjalan pada suhu kamar, sedangkan katalis
asam pada umumnya memerlukan suhu reaksi diatas 100ºC (Fika, 2013).
Katalis yang digunakan dapat berupa katalis homogen maupun heterogen.
Katalis homogen adalah katalis yang mempunyai fase yang sama dengan reaktan
dan produk, sedangkan katalis heterogen adalah katalis yang fasenya berbeda
dengan reaktan dan produk. Katalis homogen yang banyak digunakan adalah
alkoksida logam seperti KOH dan NaOH dalam alkohol. Selain itu, dapat pula
digunakan katalis asam cair, misalnya asam sulfat, asam klorida, dan asam
sulfonat (Fika, 2013).
Penggunaan katalis homogen mempunyai kelemahan, yaitu bersifat
korosif, sulit dipisahkan dari produk, dan katalis tidak dapat digunakan kembali.
Saat ini banyak industri menggunakan katalis heterogen yang mempunyai banyak
keuntungan dan sifatnya yang ramah lingkungan, yaitu tidak bersifat korosif,
mudah dipisahkan dari produk dengan cara filtrasi, serta dapat digunakan
berulangkali dalam jangka waktu yang lama. Selain itu katalis heterogen
meningkatkan kemurnian hasil karena reaksi samping dapat dieliminasi. Contoh-
contoh dari katalis heterogen adalah zeolit, oksida logam, dan resin ion exchange.
Katalis basa seperti KOH dan NaOH lebih efisien dibanding dengan katalis asam
pada reaksi transesterifikasi. Transmetilasi terjadi kira-kira 4000 kali lebih cepat
dengan adanya katalis basa dibanding katalis asam dengan jumlah yang sama.
Untuk alasan ini dan dikarenakan katalis basa kurang korosif terhadap peralatan
industri dibanding katalis asam, maka sebagian besar transesterifikasi untuk tujuan
komersial dijalankan dengan katalis basa. Konsentrasi katalis basa divariasikan
antara 0,5-1% dari massa minyak untuk menghasilkan 94-99% konversi minyak
nabati menjadi ester. Lebih lanjut, peningkatan konsentrasi katalis tidak
meningkatkan konversi dan sebaliknya menambah biaya karena
perlunya pemisahan katalis dari produk menggunakan katalis KOH 1% dari
massa minyak (Fika, 2013).
2.3.4 Pengadukan
Pada reaksi transesterifikasi, reaktan-reaktan awalnya membentuk sistem
cairan dua fasa. Reaksi dikendalikan oleh difusi diantara fase-fase yang
berlangsung lambat. Seiring dengan terbentuknya metil ester, ia bertindak sebagai
pelarut tunggal yang dipakai bersama oleh reaktan-reaktan dan sistem dengan fase
tunggal pun terbentuk. Dampak pengadukan ini sangat signifikan selama reaksi
sebagaimana sistem tunggal terbentuk, maka pengadukan menjadi tidak lagi
mempunyai pengaruh yang signifikan. Pengadukan dilakukan dengan tujuan untuk
mendapatkan campuran reaksi yang bagus semakin cepat pengadukan, semakin
cepat reaksi esterifikasi berlangsung karena adanya pengadukan dapat
meningkatkan pertukaran massa antara reaktan dan katalis, sehingga
meningkatkan kecepatan reaksi. Pengadukan yang tepat akan mengurangi
hambatan antar massa untuk reaksi heterogen, ini akan menyebabkan lebih banyak
reaktan mencapai tahap reaksi (Fika, 2013).
2.3.5 Perbandingan Reaktan
Variabel penting lain yang mempengaruhi hasil ester adalah rasio molar
antara alkohol dan minyak nabati. Stoikiometri reaksi transesterifikasi
memerlukan
3 mol alkohol untuk setiap mol trigliserida untuk menghasilkan 3 mol ester asam
dan 1 mol gliserol. Untuk mendorong reaksi transestrifikasi ke arah kanan, perlu
untuk menggunakan alkohol berlebihan atau dengan memindahkan salah satu
produk dari campuran reaksi. Lebih banyak metanol yang digunakan, maka
semakin memungkinkan reaktan untuk bereaksi lebih cepat. Secara umum, proses
alkoholisis menggunakan alkohol berlebih sekitar 1,2-1,75 dari kebutuhan
stoikiometrisnya. Perbandingan volume antara minyak dan metanol yang
dianjurkan adalah 1 : 4. Terlalu banyak alkohol yang dipakai menyebabkan
biodiesel mempunyai viskositas yang terlalu rendah dibandingkan dengan minyak
solar, juga akan menurunkan titik nyala biodiesel, karena pengaruh sifat alkohol
yang mudah terbakar (Fika, 2013).

2.4 Sifat-Sifat Ester


Pada umumnya ester bersifat polar. Sifat kimia ini menyebabkan ester
yang jumlah atom karbonnya sedikit mudah larut dalam air. Kelarutan ester
berkurang dengan bertambahnya atom karbon. Ester merupakan senyawa polar
yang mempunyai dipol-pol yang saling berinteraksi dimana interaksi ini
menimbulkan gaya antar molekul. Adanya gaya antar molekul menyebabkan ester
memiliki bentuk molekul dan massa atom relatifnya mirip. Namun dibandingkan
dengan senyawa alcohol dan asam karboksilat yang bentuk molekul dan molekul
relatifnya mirip, titik didih ester lebih rendah. Hal ini disebabkan ester tidak
memiliki gugus OH- sehingga interaksi antar molekul ester tidak membentuk
ikatan hidrogen (Alfi, 2013). Adapun sifat-sifat ester sebagai berikut:
2.4.1 Sifat Fisika Ester
Adapun sifat fisika ester antara lain:
1. Titik Didih
Titik didih ester terletak antara keton dan ester dengan massa molekul
relatif yang hamper sama dengan jumlah atom karbonnya sama. Seperti hal
aldehid
dengan keton, ester adalah tidak membentuk ikatan hidrogen sehingga titik didih
asam yang memiliki atom karbon sama (Alfi, 2013).
2. Kelarutan dalam Air
Penurunan kelarutan ini disebabkan oleh fakta bahwa walauoun ester
tidak bisa berikatan hidrogen dengan molekul air. Salah satu atom hidrogen yang
sedikit bermuatan positif dalam sebuah molekul air bisa cukup tertarik kesalah
satu dari pasangan electron bebas pada sebuah ataom oksigen dalam sebuah ester
sehingga sebuah ikatan hydrogen bisa terbentuk. Tentu akan ada juga gaya
disperse dan juga gaya tarik pol-pol antar ester dan molekul air (Alfi, 2013).
3. Titik Leleh
Titik leleh menentukan apakah sebuah zat adalah lemak (sebuah padatan
pada suhu kamar) atau minyak (sebuah cairan pada suhu kamar). Lemak biasanya
mengandung rantai-rantai jenuh. Ini memungkinkan terbentuknya gaya Dispersi
Van der Waals yang lebih efektif antara molekul-molekulnya. Ini bearti bahwa
diperlukan lebih banyak memisahkannya, sehingga meningkatan titik leleh.
Semakin besar tingkat ketidak jenuhan molekul semakin rendah kecenderungan
titik leleh karena gaya disperse van der waals kurang efektif (Alfi, 2013).
2.4.2 Sifat Kimia Ester
Adapun sifat kimia ester sebagai berikut:
1. Mengalami Reaksi Hidrolisis
Ester mengalami reaksi kimia digugus alkoksi (-OR) digantikan oleh
gugus lain. Hidrilis dipercepat dengan adanya asam atau basa. Hidroliss delam
suasana asam merupakan kebalikan dari esterifikasi. Ester direfluks dengan air
yang berlebih yang mengandung katalis asam yang kuat. Reaksi yang terjadi
merupakan reaksi kesetimbangan sehingga reaksi tidak pernah berhenti. Reaksi
hidrolisis digunakan untuk menghidrolisa lemak atau minyak guna menghasilkan
gliserol dan suatu garam (sabun). Reaksi ini lebih dikenal dengan dengan reaksi
saponifikasi (Alfi, 2013).
2. Mengalami Reaksi Reduksi
Ester dapat direduksi menjadi alkohol dengan persamaan reaksi sebagai
berikut:
O

R – C – OR + 2H2 → R – CH2 – OH + R – OH………………………..(2.2)
(Alfi, 2013)

2.5 Metode Refluks


Metode refluks merupakan metode ektraksi cara panas (membutuhkan
pemanasan pada prosesnya). Secara umum pengertian refluks sendiri adalah
ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu dan
jumlah pelarut yang ralatif konstan dengan adanya pendingin. Ekstraksi dengan
cara ini pada dasarnya adalah ekstraksi berkesinambungan. Metode ini umumnya
digunakan untuk mensistesis senyawa senyawa yang mudah menguap atau volatil.
Pada kondisi ini jika dilakukan pemanasan biasa maka pelarut akan menguap
sebelum reaksi berjalan sampai selesai. Prinsip dari metode refluks adalah pelarut
volatil yang digunakan akan menguap pada suhu tinggi, namun akan didinginkan
dengan kondensor sehingga pelarut yang tadinya dalam bentuk uap akan
mengembun pada kondensor dan turun lagi ke dalam wadah reaksi sehingga
pelarut akan tetap ada selama reaksi berlangsung (Setyani, 2014).

2.6 Metode Destilasi


Destilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahanbahan kimia
berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap (volatilitas) bahan.
Dalam penyulingan, campuran zat dididihkan sehingga menguap, dan uap ini
kemudian didinginkan kembali ke dalam bentuk cairan. Zat yang memiliki titik
didih lebih rendah akan menguap lebih dulu. Metode ini termasuk sebagai unit
operasi kimia jenis perpindahan massa. Penerapan proses ini didasarkan pada teori
bahwa pada suatu larutan, masing-masing komponen akan menguap pada titik
didihnya. Model ideal destilasi didasarkan pada Hukum Raoult dan Hukum
Dalton. Destilasi terbagai menjadi tiga destilasi air, destilasi uap dan destilasi uap-
air. Salah satu penerapan terpenting dari metode destilasi adalah pemisahan
minyak mentah menjadi bagian-bagian untuk penggunaan khusus seperti
untuk transportasi,
pembangkit listrik, pemanas. Udara didestilasi menjadi komponen- komponen
seperti oksigen untuk penggunaan medis dan helium untuk pengisi balon. Destilasi
juga telah digunakan sejak lama untuk pemekatanalkohol dengan penerapan
panasterhadap larutan hasil fermentasi untuk menghasilkan minuman suling
(Najib,
2014).
BAB
III

3.1 Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan bahan yang digunakan, yaitu:
3.1.1 Alat-alat
Adapun alat-alat yang digunakan sebagai berikut :
1. Aluminium foil secukupnya
2. Bola pengisap 1 unit
3. Corong pemisah 1 unit
4. Gelas beker 1 unit
5. Hotplate 1 unit
6. Kondensor 1 unit
7. Labu leher tiga 1 unit
8. Neraca digital 1 unit
9. Penangas air 1 unit
10. Pipet volume 1 unit
11. Statif 1 unit
12. Stirrer 1 unit
13. Stopwatch 1 unit
14. Termometer 1 unit
3.1.2 Bahan-bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan yaitu :
1. Metanol 50 ml
2. CH3COOH 25 ml
3. H2SO4 Pekat 4 ml
4. Na2CO3 20 ml

3.2 Prosedur Kerja


Adapun prosedur kerja yang dilakukan sebagai berikut :
1. Dalam labu leher tiga dicampurkan 50 ml metanol, 25 ml CH3COOH dan
4 ml H2SO4 pekat.
2. Direfluks campuran tersebut selama 40 menit dengan suhu 28℃.
3. Setelah direfluks dilanjutkan proses distilasi selama 20 menit dengan
suhu 43℃.
4. Hasil destilat tersebut dimasukkan ke dalam corong pemisah lalu
ditambahkan 20 ml larutan Na2CO3 didiamkan selama 5 menit.
5. Setelah itu terbentuk 2 lapisan, pisahkan lapisan bawah (air) dengan
corong pemisah kemudian lapisan atasnya (ester) ditimbang
menggunakan neraca digital.
BAB
V

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan yang diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Esterifikasi dipengaruhi oleh suhu, waktu reaksi, katalis, pengadukan dan
perbandingan reaktan.
2. Reaksi ester dapat dibentuk dengan mencampurkan asam asetat, asam
sulfat dan methanol
3. Penambahan asam sulfat berfungsi sebagai katalis untuk mempercepat
reaksi kimia dalam larutan.
4. Terbentuknya dua lapisan, lapisan atas berwarna keruh (ester) dan lapisan
bawah berwarna bening (air) disebabkan karna massa jenis air lebih besar
dari pada massa jenis ester.
5. Massa ester yang diperoleh dari praktikum sebesar 4,87 gram.

5.2 Saran
Pada percobaan ini, untuk memepercepat reaksi (katalis) dapat
menggunakan asam klorida (HCl), asam p-toleunsulfonat dan kalium hidroksida
(KOH).
DAFTAR PUSTAKA

Alfi, Muhammad. 2013. Kimia Organik. Jakarta: Bima Sakti.


Cyber. 2013. Pengertian Ester. Yogyakarta : Universitas Sunan Kalijaga.
Fika. 2013, Reaksi Esterifikasi. Jakarta : PT Rineka Cipta
Haritsah, Iftironi. 2013. Regenasi Katalis Pt/Zeolit dan H-Zeolit serta Uji
Aktivitas dalam Reaksi Esterifikasi Asam Asetat dan Etanol.
Yogyakarta : Gadjah Mada.
Najib. 2014. Metode Destilasi Uap. Jakarta : Agromedia Pustaka.
Nuraini Uswatun Chasana, Rurini Ratnawati, Suratmo. 2014. Esterifikasi Metanol
dan Anhidra Asetat dengan Variasi Rasio Mol Reaktan. Malang :
Universitas Brawijaya.
Nuryoto, Wijoyono dan Muhammad Ridwan Mubarok. 2020. Pengaruh Suhu re-
aksi dan konsentrasi katalisator zeolite alam bayah Termodifikasi pada
reaksi esterifikasi. Banten : Universitas Sultan Agung Tirtayasa.
Setyani, Wirna. 2014. Metode Refluks. Jakarta : Erlangga.
Sri, J. 2013. Perbedaan Antara Etanol dan Alkohol. Semarang : Universitas
Diponegoro.
BAB
IV

4.1 Hasil
Adapun hasil percobaan yang telah dilakukan sebagaimana ditunjukkan
pada table 4.1 berikut:
Tabel 4.1 hasil percobaan Esterifikasi
No. Cara Kerja Hasil
1. 50 ml Etanol + 25 ml Asam Asetat + 4 Adanya kenaikkan suhu, mula-
ml H2SO4 pekat masukkan kedalam mula 28℃ menjadi 43℃.
labu leher tiga.
2. Direfluks campuran tersebut selama 40 Ester berwarna keruh, adanya
menit, suhu mula-mula 43℃. bau menyengat.
Tetesan pertama 56 detik suhu 65℃
Tetesan kedua 1 menit suhu 65℃
3. Refluks dihentikan dilanjutkan dengan Menghasilkan larutan distilat
proses distilasi selama 20 menit dengan sebanyak 17,89 gram.
suhu awal 65℃.
4. Hasil destilat dimasukkan kedalam Terbentuk gelembung dan gas
corong pemisah lalu ditambah 20 ml 2 lapisan, adapun lapisan atas
Na2CO3. adalah ester dan lapisan bawah
dinamakan H2O.
5. Didiamkan campuran tersebut didalam Didapatkan ester sebesar 4,87
corong pemisah selama 5 menit. gram.
(Sumber : Praktikum Kimia Organik, 2023)

4.2 Pembahasan
percobaan ini bertujuan mensintesa ester dan menetukan sifat-sifatnya. Pada per-
cobaan ini mula-mula masukkan 50 ml metanol, 25 ml CH3COOH dan 4 ml
H2SO4 pekat kedalam labu leher tiga. Pada saat labu leher tiga dise Berdasarkan
percobaan yang telah dilakukan dapat dianalisabahwa ntuh akan terasa panas
karna
terjadi perubahan suhu atau reaksi Eksotermik dan larutan berwarna bening.
Dalam larutan ini, H2SO4 berfungsi sebagai katalis, katalis merupakan zat atau
senyawa yang berfungsi untuk mempercepat laju reaksi. Setelah itu campuran
tersebut direfluks selama 40 menit. Dengan suhu awal 28℃ dan diamati jatuhnya
tetesan pertama dan kedua. Proses refluks ini bertujuan untuk menghomogenkan
larutan serta menyempurnakan reaksi agar terbentuknya ester.
Suhu larutan naik menjadi 43℃ saat direfluks. Proses refluks pada
percobaan ini dilakukan dengan mengalirkan uap dari cairan reaktan keatas
kedalam kondensor yang kemudian mengembunkan uapmenjadi cairan yang jatuh
kembali kedalam reaktor. Tetesan pertama terjadi peda 59 detik dengan suhu 65℃
dan tetesan kedua terjadi pada waktu 1 menit dengan suhu 65℃. setelah 40 menit
refluks dihentikan, kemudian dilanjutkan didestilasi selama 20 menit dengan suhu
awalnya 65℃. Destilasi adalah prose pemisahan berdasarkan titik didih. Pada
percobaan ini, destilasi bertujuan untuk memisahkan ester dengan air. Setelah 20
menit diperoleh larutan distilat sebanyak 17,89 gram.
Hasil distilat kemudian dimasukkan kedalam corong pemisah, lalu
ditambahkan larutan Na2CO3 sehingga terbentuk dua lapisan. Adapun lapisan atas
berupa ester berwarna keruh dan lapisan bawah dinamakan H2O (air) berwarn
bening. Hal ini dikarenakan massa jenis air lebih berat dari pada ester. Diamkan
campuran tersebut didalam corong pemisah selama 5 menit, kemudian dipisahkan
lapisan atas dan lapisan bawah dengan corong pemisah. Ambil larutan atasnya
atau ester lalu ditimbang dengan neraca digital sehingga diperoleh ester sebesar
4,87
gram.
Faktor yang mempengaruhi reaksi esterifikasi pada percobaan ini adalah
katalis dan suhu. Katalis yang mempengaruhi hasil dari reaksi esterifikasi selain
untuk mempercepat jalannya reaksi esterifikasi yang lambat katalis juga
memperbanyak produk yang dihasilkan. Sedangkan suhu, semakin optimal suhu
yang digunakan maka reaksi akan berjalan lebih baik, pada percobaan ini suhu
65℃ karena jika suhu lebih tinggi maka methanol yang akan digunakan akan
habis menguap dan jika suhunya rendah maka reaksi akan berjalan lambat (Fika,
2013).
LAMPIRAN C
GAMBAT DAN ALAT

No. Nama dan Gambar Alat Fungsi


1. Aluminium foil Sebagai penutup bagian dari
mulut alat-alat praktikum.

2. Bola pengisap Sebagai alat pemindahan


sejumlah volume larutan.

3. Corong pemisah Sebagai tempat pemisahan


komponen-komponen dalam
suatu campuran.

4. Gelas beker Sebagai tempat atau wadah


penampungan dari larutan.
5. Hotplate untuk memanaskan dan
menghomogenkan larutan.

6. Kondensor Untuk mendinginkan cairan


panas dengan mengembunkan
uap.

7. Labu leher tiga Untuk wadah yang dimasukkan


bahan kimia yang akan
didestilasi.

8. Neraca digital Untuk mengukur suatu berat


maupun massa pada suatu zat.

9. Penangas air Untuk menciptakan suhu yang


konstan.
10. Pipet volume Untuk memindahkan cairan
kedalam wadah.

11. Statif Untuk menjepit kondensor

12. Stirrer Untuk mengaduk, memanaskan


serta menghomogenkan larutan.

13. Stopwatch Untuk mengukur lamanya


waktu yang dibutuhkan larutan agar
dapat mengalami perubahan.

14. Termometer Untuk mengukur titik didih


larutan.

Anda mungkin juga menyukai