Anda di halaman 1dari 28

Praktikum Kimia Organik/Kelompok VII/S.

Genap/2016

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Etil asetat adalah senyawa organik dengan rumus CH 3CH2OC(O)CH3. Senyawa ini
merupakan ester dari etanol dan asam asetat. Senyawa ini berwujud cairan tak berwarna,
memiliki aroma khas. Senyawa ini sering disingkat EtOAc, dengan Et mewakili gugus
etil danOAc mewakili asetat. Etil asetat diproduksi dalam skala besar sebagai pelarut
(Anonim, 2013).
Indonesia adalah negara berkembang, dimana sektor industri kecil maupun industri
besar telah berkembang dengan pasar indonesia. Industri-industri tersebut dalam
membuat produknya sangat membutuhkan pelarut dalam jumlah yang besar. Pelarut yang
sering digunakan adalah etil asetat. Komposisi pelarut etil asetat yang mereka perlukan
sangan menentukan hasil produk yang dihasilkan. Kebutuhan-kebutuhan etil asetat tidak
sebanding dengan produksi etil asetat di Indonesia. Saat ini yang memproduksi etil asetat
hanya dua perusahaan saja di Indonesia (Rahayu, 2009).
Ester diturunkan dari asam karboksilat. Sebuah asam karboksilat mengandung
gugus -COOH, dan pada sebuah ester hidrogen di gugus ini digantikan oleh sebuah gugus
hidrokarbon dari beberapa jenis. Disini kita hanya akan melihat kasus-kasus dimana
hidrogen pada gugus -COOH digantikan oleh sebuah gugus alkil, meskipun tidak jauh
beda jika diganti dengan sebuah gugus aril (yang berdasarkan pada sebuah cincin benzen)
(Clark, 2007).
Dalam dunia industri, ester digunakan sebagai penambahan aroma pada makanan
danminuman yang menyerupai aroma buah-buahan. Contohnya, isopentil asetat memiliki
aroma pisang dan etil butirat beraroma nanas (Clark, 2007). Dengan praktikum ini,
praktikan akan lebih memahami cara untuk menentukan konstanta kecepatan yang terjadi
pada reaksi esterifikasi.

1.2 Tujuan Praktikum


1. Mempelajari reaksi esterifikasi terhadap asam karboksilat.
2. Membuat etil asetat dalam skala labor.

Reaksi Esterifikasi Pembuatan Etil Asetat

Praktikum Kimia Organik/Kelompok VII/S.Genap/2016

BAB II
LANDASAN TEORI
2.1

Pengertian Ester
Ester diturunkan dari asam karboksilat dengan mengganti gugus OH dengan gugus

OR (R adalah gugus alkil atau aril). Ester merupakan senyawa organik yang bersifat
netral, tidak bereaksi dengan logam Na dan PCl 3. Ester termasuk salah satu turunan asam
karboksilat yang diperoleh dengan mereaksikan suatu asam (karboksilat) dengan alkohol
atau fenol. Rumusnya : RCOOR dimana R dan R adalah gugus organik (Fogler, 2006).
Ester yang terrdiri dari asam-asam yang berat molekul rendah dan alkohol
merupakan senyawa-senyawa cair yang tidak berwarna, sedikit larut dalam air dengan
bau semerbak, dan mudah menguap. Ester dari beberapa asam karboksilat dengan rantai
panjang terdapat secara alamiah di dalam lemak, lilin, dan minyak (Marchetti, 2008).
Tabel 2.1 Rumus umum dan struktur asam karboksilat dan ester
Kelompok Senyawa
Gugus Fungsi
Asam Karboksilat
-COOH
Ester
-COO(Sumber : Alipart, 2011)

2.2

Rumus Umum
R-COOH
R-COOR

Sifat-sifat Ester

2.2.1 Sifat-sifat Fisika Ester


Sifat sifat ester secara fisika yaitu :
1.
2.
3.
4.

Senyawa cair yang tidak berwarna


Sedikit larut dalam air
Bau semerbak
Mudah menguap

2.2.2 Sifat Kimia Ester


Sifat sifat kimia yang dimiliki oleh ester adalah :
1. Pada umumnya mempunyai bau yang harum, menyerupai bau buah-buahan
2. Senyawa ester pada umumnya sedikit larut dalam air
3. Ester lebih mudah menguap dibandingkan dengan asam atau alkohol
pembentuknya
4. Ester merupakan senyawa karbon yang netral
5. Ester dapat mengalami reaksi hidrolisis
Contoh reaksi hidrolisis ester dapat dilihat pada Gambar 2.1

Reaksi Esterifikasi Pembuatan Etil Asetat

Praktikum Kimia Organik/Kelompok VII/S.Genap/2016

RCOOR + H2O

R COOH

Ester

As.Alkanoat

Air

ROH
Alkohol

Gambar 2.1 Reaksi Hidrolisis Ester


6. Ester dapat direduksi dengan H 2 menggunakan katalisator Ni dan dihasilkan dua
buah senyawa alkohol
Contoh reaksi reduksi ester dapat dilihat pada Gambar 2.2
RCOOR + 2H2
Ester

R CH2 OH + R OH
Alkohol

Alkohol

Gambar 2.2 Reaksi Reduksi Ester


7. Ester khususnya minyak atau lemak bereaksi dengan basa membentuk garam
sabun) dangliserol. Reaksi ini dikenal dengan reaksi safonifikasi/penyabunan.
8. Hidrolisis Ester dapat terhidolisis dengan pengaruh asam membentuk alkohol dan
asam karboksilat. Reaksi hidrolisis merupakan kebalikan dan pengesteran.
Hidrolisis lemak atau minyak menghasilkan gliserol dan asam-asam lemak. Contoh
hidrolisis gliseril tristearat menghasilkan gliserol dan asam stearat (Kirbaslar,
2001).
Penamaan ester hampir menyerupai dengan penamaan basa.walaupun tidak benarbenar mempunyai kation dan anion, namun memiliki kemiripan dalam sifat lebih
elektropositif dan keelektronegatifan. Suatu ester dapat dibuat sebagai produk dari suatu
reaksi pemadatan pada suatu asam (pada umumnya suatu asam organik) dan suatu
alkohol atau campuran zat asam karbol, walaupun ada cara-cara lain untuk membentuk
ester. Pemadatan adalah suatu jenis reaksi kimia di mana dua molekul bekerja sama dan
menghapuskan suatu molekul yang kecil, dalam hal ini dua gugus -OH yang merupakan
hasil eliminasi suatu molekul air (Fogler, 2006).
Pembentukan ester melalui asilasi langsung asam karboksilat terhadap alkohol,
seperti pada esterifikasi Fischer lebih disukai ketimbang asilasi dengan anhidrida asam
atau asil klorida. Kelemahan utama asilasi langsung adalah konstanta kesetimbangan
kimia yang rendah. Hal ini harus diatasi dengan menambahkan banyak asam karboksilat,
dan pemisahan air yang menjadi hasil reaksi (Marchetti, 2008).
Pemisahan air dilakukan melalui destilasi Dean-Stark atau penggunaan saringan
molekul. Untuk mendapatkan ester yang tinggi dari reaksi kesetimbangan tersebut, reaksi
harus diusahakan bergeser ke kanan dengan cara memberikan asam karboksilat atau
alkohol berlebih, atau memisahkan antara ester yang terjadi dari hasil sampan reaksi.

Reaksi Esterifikasi Pembuatan Etil Asetat

Praktikum Kimia Organik/Kelompok VII/S.Genap/2016

Penambahan dan pengurangan volume atau jumlah dan konsentrasi dapat mempengaruhi
reaksi adalah sebagai berikut:
a. Jika konsentrasinya dikurangi maka reaksi akan bergeser ke arah zat tersebut.
Berarti jika konsentrasi etanol dikurangi maka produknya akan berkurang dan
kestimbangan bergeser ke kiri.
b. Jika konsentrasinya ditambah maka reaksi bergeser dari arah zat tersebut. Berarti
jika konsentrasi asam asetat ditambah, maka produk akan bertambah karena
bergeser ke kanan.
c. Jika suhu dinaikkan maka reaksi akan bergeser ke arah kiri yaitu arah reaksi yang
endoterm (+) dan produk akan berkurang. Jika suhu diturunkan (kalor dikurangi),
maka reaksi akan bergeser ke arah kanan yaitu arah reaksi yang eksoterm (-).

2.3

Esterifikasi
Reaksi esterifikasi adalah suatu reaksi antara asam karboksilat dan alkohol

membentuk ester. Esterifikasi dapat dikatalis oleh kehadiran ion H +. Asam belerang sering
digunakan sebagai suatu katalisator untuk reaksi ini. Nama ester berasal dari essig-ather
jerman, sebuah nama kuno untuk menyebut etil asam cuka ester (asam cuka etil) (Kolah,
2007).
Ester dapat dibuat oleh suatu reaksi keseimbangan antara suatu alkohol dan suatu
asam karbon. Ester dinamai menurut kelompok alkil dari alkohol dan kemudian alkanoat
(bagian dari asam karbon). Sebagai contoh, reaksi antara metanol dan asam butir
menghasilkan ester metil butir C3H7-COO-CH3 seperti halnya air. Yang paling sederhana
adalah H-COO-CH3,metil metanoat. Karena ester dari asam yang lebih tinggi, alkana
menyebut dengan -oat pada akhiran. Secara umum Ester dari asam berbau harum meliputi
benzoat seperti metil benzoat. Reaksi esterifikasi merupakan reaksi pembentukan ester
dengan reaksi langsung antara suatu asam karboksilat dengan suatu alkohol (Owens,
2009).
Seperti kebanyakan reaksi aldehida dan keton, esterifikasi suatu asam karboksilat
berlangsung melalui serangkaian tahap protonasi dan detonasi. Oksigen karbonil
diprotonasi, alkohol nukleofilik menyerang karbon positif dan eliminasi air akan
menghasilkan ester.
Esterifikasi mereaksikan minyak lemak dengan alkohol. Katalis-katalis yang cocok
adalah zat berkarakter asam kuat. Karena hal ini, asam sulfat, asam sulfonat organik atau
resin penukar kation asam kuat merupakan katalis-katalis yang biasa terpilih dalam

Reaksi Esterifikasi Pembuatan Etil Asetat

Praktikum Kimia Organik/Kelompok VII/S.Genap/2016

praktek industrial. Esterifikasi biasa dilakukan untuk membuat biodiesel dari minyak
berkadar asam lemak bebas tinggi (Nemec, 2005).
Faktor-faktor yang berpengaruh pada reaksi esterifikasi adalah waktu reaksi,
pengadukan, katalisator,dan suhu reaksi. Proses esterifikasi dalam industri dapat
dilakukan secara kontinyu maupun batch. Pemilihan kedua macam proses tersebut
tergantung pada kapasitas produksinya. Untuk kapasitas produksi yang relatif kecil
sebaiknya jenis yang digunakan adalah proses batch. Sedangkan proses esterifikasi
kontinyu dipilih untuk kapasitas produksi yang relatif besar.
1. Proses Batch Produksi Etil Asetat
Proses produksi etil asetat secara batch pada prinsipnya adalah dengan
memanaskan 30 bagian asam asetat 80%, 30 bagian etanol 95% dan 1 bagian asam sulfat
dalam sebuah tangki silinder. Pemanasan dengan menggunakan steam yang dialirkan ke
kolom fraksinasi. Suhu atas kolom fraksinasi dijaga 70 oC agar dapat diperoleh komposisi
ternary azeotrop, yaitu 83% etil asetat, 9% etanol dan 8% air. Uap hasil puncak
dikondensasi, sebagian lagi direflux, sebagian diambil sebagai produk.
2. Proses Kontinyu Produksi etil asetat
Proses produksi etil asetat secara kontiyu untuk memperoleh hasil yang maksimal.
Asam asetat, etanol dan katalis asam sulfat direaksikan pada reaktor yang dilengkapi
dengan pengaduk. Selanjutnya produk reaktor dipisahkan pada menara distilasi untuk
memperoleh produk dengan kemurnian tinggi.
2.3.1 Cara-Cara Lain Untuk Membuat Ester
1. Pembuatan Ester dari Alkohol dan Asil Klorida (Klorida Asam)
Jika kita menambahkan sebuah asil klorida kedalam sebuah alkohol , maka reaksi
yang terjadi cukup proresif pada suhu kamar menghasilkan sebuah ester dan awan-awan
dari asap hydrogen yang asam dan beruap. Sebagai contoh, jika kita menambahkan etanol
klorida kedalam etanol,maka akan terbentuk bannyak hydrogen klorida bersama dengan
ester cair etil etanoat.
CH3COCl + CH3CH2OH
CH3COOCH2CH3 + HCl..........(2.1)
2. Pembuatan Ester dari Alkohol dan Anhidrada Asam
Reaksi-reaksi dengan anhidrida asam berlangsung lebih lambat dibanding reaksireaksi yang serupa dengan asil klorida, dan biasanya campuran reaksi yang terbentuk
perlu dipanaskan. Mari kita ambil contoh etanol yang bereaksi dengan anhidrida etanoat
sebagai sebuah reaksi sederhana yang melibatkan sebuah alkohol. Reaksi berlangsung
lambat pada suhu kamar(atau lebih capat dari pemanasan). Tidak ada perubahan yang bias
diamati pada cairan yang berwarna, tetapi sebuah campuran etil etanoat dan asam etanoat
terbentuk.

Reaksi Esterifikasi Pembuatan Etil Asetat

Praktikum Kimia Organik/Kelompok VII/S.Genap/2016

(H3CO)2O+CH3CH2OH
CH3COOCH2CH3 + CH3COOH.........(2.2)
Reaksi esterifikasi Fischer adalah reaksi pembuntukan ester dengan cara merefluks
sebuah asam karboksilat bersama sebuah alkohol dengan katalis asam. Asam yang
digunakan sebagai katalis biasanya biasanya adalah asam sulfat atau asam Lewis seperti
skandium (III) triflat (Choi,1996).
Pembentukan ester melalui asilasi langsung asam karboksilat terhadap alkohol,
seperti pada esterifikasi Fischer lebih disukai ketimbang asilasi dengan anhidrarida asam
atau asil klorida. Kelemahan utama asilasi langsung adalah konstanta kesetimbangan
kimia yang rendah. Hal ini harus diatasi dengan menambahkan banyak asam karboksilat,
dan pemisahan air yang menjadi hasil reaksi. Pemisahan air dilakukan melalui distilasi
Dean-Stark atau penggunaan saringan molekul.
Mekanisme reaksi esterifikasi Fischer terdiri dari beberapa langkah.
1. Transfer proton dari katalis asam ke atom oksigen karbonol, sehingga
meningkatkan elektrofilisitas dari aatom karbon karbonil
2. Atom karbon karbonil kemudian diserang atom oksigen dari alkohol, yang bersifat
nukleofilik sehingga terbentuk ion oksonium.
3. Terjadi pelepasan proton dari gugus hidroksil milik alkohol, menghasilkan
kompleks teraktivasi.
4. Protonasi terhadap salah satu gugus hidroksil, yang diikuti pelepasan molekul air
menghasilkan ester.
2.3.2 Pembuatan Ester Berdasarkan Volatilitas
Golongan proses dalam proses pembuatan ester berdasarkan volalitas.
Golongan 1. Dengan ester yang sangat mudah menguap,seperti metil format, metil
asetat, dan etil format, titik didih ester lebih rendah dari pada alkohol, oleh karena itu
ester segera dapat dihilangkan dari campuran reaksi. Produksi metil asetat dengan metode
destilasi bachaus merupaka sebuah contoh dari golongan ini.metanol dan asam asetat
diumpankan kedalam kolom destilasi dan ester segera dipisahkan sebagai campuran uap
dengan metanol dari bagian atas kolom. Air terakumulasi di dasar tangki dan selanjutnya
dibuang. Ester dan alkohol dipisahkan lebih lanjut dalam kolom destilasi yang kedua.
Golongan 2. Ester dengan kemampuan menguap sebaikmya dipisahkan dengan
cara menghilangkan air yang terbentuk secara destilasi. Dalam beberapa hal, campuran
terner dari alkohol, air dan ester dapat terbentuk. Kelompok ini layak dipisahkan lebih
lanjut : dengan etil asetat, semua bagian ester dipisahkan sebagai campuran uap dengan
alkohol dan sebagian air, sedangkan sisa air akan terakumulasi dalam sistem. Dengan
butil asetat, semua bagian air dipindahkan ke bagian atas dengan sedikit bagian dari ester
dan alkohol, sedangkan sisa ester terakmulasi dalam sistem.

Reaksi Esterifikasi Pembuatan Etil Asetat

Praktikum Kimia Organik/Kelompok VII/S.Genap/2016

Golongan 3. Dengan ester yang mempunyai volatilitas rendah, beberapa


kemungkinan timbul. Dalam hal butil dan amil alkohol. Contoh proses untuk tipe seperti
ini adalah pembuatan dibutil ftalat. Untuk menghasilkan ester dari alkohol yang lebih
pendek (metil, etil, propil) dibutuhkan penambahan hidrokarbon seperti benzena dan
toluena untuk memperbesar air yang terdestilasi. Dengan alkohol bertitik didih tinggi
(benzil, furfil, b-feniletil) suatu cairan tambahan selalu diperlukan untuk menghilangkan
kandungan air dari campuran (Gusmawarni, 2010).

2.4

Reaksi-Reaksi Ester (Hidrolisis Ester-Ester Sederhana)

2.4.1 Pengertian Hidrolisis


Secara teknis, hidrolisis adalah sebuah reaksi dengan air. Reaksi inilah yang
sebenarnya terjadi ketika ester dihirolisis dengan air atau dengan asam encer seperti asam
hidroklorat encer. Hidrolisis ester dengan basa melibatkan reaksi dengan ion-ion
hidroksida, tetapi hasil keseluruhannya sangat mirip sehingga dikategorikan dalam
hidrolisis dengan air atau asam encer.
2.4.2 Hidrolisis Menggunakan Air Atau Asam Encer
Reaksi dengan air murni sangat lambat sehingga tidak pernah digunakan. Reaksi
ini dikatalisis oleh asam encer, sehingga ester dipanaskan di bawah refluks dengan sebuah

asam encer seperti asam hidroklorat encer atau asam sulfat encer.
Berikut dua contoh sederhana dari hidrolisis menggunakan sebuah katalis asam:
1.Hidrolisis Etil Etanoat
CH3COOCH2CH3+H2O
2.Hidrolisis Metil Propanoat
CH3CH2COOCH3+H2O

CH3COOH + CH3CH2OH..........(2.3)

CH3CH2COOH +CH3OH

(2.4)

Perhatikan bahwa kedua reaksi di atas dapat balik (reversibel). Untuk


melangsungkan hidrolisis sesempurna mungkin, harus digunakan air yang berlebih. Air
diperoleh dari asam encer, sehingga ester perlu dicampur dengan asam encer yang
berlebih.
2.4.3 Hidrolisis Menggunakan Basa Encer
Ini merupakan cara yang lazim digunakan untuk menghidrolisis ester. Ester
dipanaskan di bawah refluks dengan sebuah basa encer seperti larutan natrium hidroksida.
Ada dua kelebihan utama dari cara ini dibanding dengan menggunakan asam

Reaksi Esterifikasi Pembuatan Etil Asetat

Praktikum Kimia Organik/Kelompok VII/S.Genap/2016

encer. Reaksinya berlangsung satu arah dan tidak reversibel, dan produknya lebih mudah
dipisahkan.
Mari kita mengambil contoh ester sama seperti kedua contoh di atas, tapi

menggunakan larutan natrium hdroksida bukan sebuah asam encer:


Pertama, hidrolisis etil etanoat menggunakan larutan natrium hidroksida:
CH3COOCH2CH3 + NaOH
CH3COONa + CH3CH2OH
etil etanoat
natrium etanoat
etanol
Gambar 2.3 Hidrolisis Etil Etanoat Menggunakan Larutan Natrium Hidroksida
dan selanjutnya hidrolisis metil propanoat dengan cara yang sama:
CH3CH2COOCH3+NaOH
CH3CH2COONa + CH3OH
metil propanoat
natrium propanat metanol
Gambar 2.4 Hidrolisis Metil Propanoat Menggunakan Larutan Natrium Hidroksida
Perhatikan bahwa terbentuk garam natrium bukan asam karboksilat sendiri.
Campuran ini relatif mudah dipisahkan. Jika digunakan dan selanjutnya hidrolisis metil
propanoat dengan larutan natrium hidroksida yang berlebih, tidak akan ada ester yang
tersisa. Alkohol yang terbentuk bisa dipisahkan dengan destilasi. Pemisahan ini cukup
mudah.Jika anda menginginkan terbentuk asam bukan garamnya, anda harus
menambahkan asam kuat yang berlebih seperti asam hidroklorat encer atau asam sulfat
encer ke dalam larutan yang tersisa setelah destilasi pertama.
Jika anda melakukan ini, campuran akan dibanjiri dengan ion-ion hidrogen. Ion-ion
hidrogen ini ditangkap oleh ion-ion etanoat (atau ion paropanoat atau ion apapun) yang
terdapat dalam garam membentuk asam etanoat (atau asam propanoat, dan lainlain). Karena asam-asam ini adalah asam lemah, maka ketika bergabung dengan ion
hidrogen, cenderung tetap bergabung. Sekarang asam karboksilat bisa dipisahkan dengan
destilasi.

2.4.4 Reduksi Ester

Ester dapat direduksi dengan litium hidrida menjadi alkohol


R

O
C
(ester)

LiAlH4
OR

RCH2OH + ROH
(alkohol primer)

Gambar 2.5 Reduksi Ester Dengan Litium Hidrida

2.5

Etil Asetat

Reaksi Esterifikasi Pembuatan Etil Asetat

Praktikum Kimia Organik/Kelompok VII/S.Genap/2016

Etil asetat merupakan salah satu jenis pelarut yang memiliki rumus molekul
CH3COOC2H5. Produk turunan dari asam asetat ini memiliki banyak kegunaan serta pasar
yang cukup luas seperti pengaroma buah dan pemberi rasa seperti untuk es krim, kue,
kopi, teh atau juga untuk parfum,d igunakan pada industri tinta cetak, cat dan tiner, lem,
PVC film, polimer cair dalam industri kertas, serta banyak industri penyerap lainnya
seperti industri farmasi, dan sebagainya (Bahl, 2007).
Etil asetat disintesis melalui reaksi esterifikasi fischer dari asam asetat dan ethanol,
biasanya disertai katalis asam seperti asam sulfat.
Reaksinya :
C2H5OH + CH3COOH
Etanol

CH3COOC2H5 + H2O

As. Asetat

Etil Asetat

Air

Gambar 2.6 Sisntesis Etil Asetat


Reaksi di atas merupakan reaksi reversibel dan menghasilkan suatu kesetimbangan
kimia. Etil asetat dapat dihidrolisis pada keadaan asam atau basa menghasilkan asam
asetat dan ethanol kembali. Katalis asam sulfat dapat menghambat hidrolisis karena
berlangsungnya reaksi kebalikan hidrolisis yaitu esterifikasi fischer.
Etil asetat mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1. Tidak beracun dan tidak terhigrokopis.
2. Merupakan pelarut polar menengah yang volatil (mudah menguap).
3. Dapat melarutkan air hingga 3%, dan larut dalam air hingga kelarutan 8% pada
suhu kamar.
4. Merupakan penerima ikatan hidrogen yang lemah dan bukan suatu donor ikatan
hidrogen karena tidak adanya proton yang bersifat asam (yaitu hidrogen yang
terikat pada atom elektronegatif seperti flor, oksigen, dan nitrogen.
5. Kelarutannya meningkat pada suhu yang lebih tinggi. Namun demikian, senyawa
ini tidak stabil dalam air yang mengandung basa atau asam.
2.5.1 Pembuatan Etil Asetat

Pembuatan etil asetat dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu :


1. Esterifikasi fischer: merefluks asam dengan alkohol yang berlebihan dalam
suasana asam.
2. Mereaksikan garam perak karboksilat dengan alkil halide.
Reaksi asam dengan sintesis Williamson dari ester berlangsung melalui
pertukaran atom unsur dua molekul yang meliputi pelepasan OAg dan
reaksi itu pada wujudnya tidak dihalangi oleh adanya gugus alkil yang

Reaksi Esterifikasi Pembuatan Etil Asetat

Praktikum Kimia Organik/Kelompok VII/S.Genap/2016

10

bercabang. Kelemahan cara ini adalah panjangnya prosedur dan mahalnya


biaya.
3. Mereaksikan alkohol dengan anhidrida asam alkanoat.
4. Mereaksikan halogen asam alkanoat dengan alkohol.
2.6

Transesterifikasi
Transesterifikasi (biasa disebut dengan alkoholisis) adalah tahap konversi dari

trigliserida (minyak nabati) menjadi alkil ester, melalui reaksi dengan alkohol, dan
menghasilkan produk samping yaitu gliserol. Di antara alkohol-alkohol monohidrik yang
menjadi kandidat sumber/pemasok gugus alkil, metanol adalah yang paling umum
digunakan, karena harganya murah dan reaktifitasnya paling tinggi (sehingga
reaksidisebut metanolisis). Jadi, di sebagian besar dunia ini, biodiesel praktis identik
dengan ester metil asam-asam lemak (Fatty Acids Metil Ester (FAME). Reaksi
transesterifikasi trigliserida menjadi metil ester (Sukowati, 2013).
Transesterifikasi juga menggunakan katalis dalam reaksinya.Tanpa adanya
katalis,konversi yang dihasilkan maksimum namun reaksi berjalan dengan lambat.
Katalis yang biasa digunakan pada reaksi transesterifikasi adalah katalis basa, karena
katalis ini dapat mempercepat reaksi. Produk yang diinginkan dari reaksi transesterifikasi
adalah ester metil asam-asam lemak. Terdapat beberapa cara agar kesetimbangan lebih ke
arah produk, yaitu:
a. Menambahkan metanol berlebih ke dalam reaksi
b. Memisahkan gliserol
c. Menurunkan temperatur reaksi (transesterifikasi merupakan reaksi eksoterm)

2.6.1 Hal-hal yang Mempengaruhi Reaksi Transesterifikasi

Pada intinya, tahapan reaksi transesterifikasi pembuatan biodiesel selalu


menginginkan agar didapatkan produk biodiesel dengan jumlah yang maksimum.
Beberapa kondisi reaksi yang mempengaruhi konversi serta perolehan biodiesel
melalui transesterifikasi adalah sebagai berikut:
a. Pengaruh air dan asam lemak bebas
Minyak nabati yang akan ditransesterifikasi harus memiliki angka asam yang lebih
kecil dari 1. Banyak peneliti yang menyarankan agar kandungan asam lemak bebas lebih
kecil dari 0.5% (<0.5%). Selain itu, semua bahan yang akan digunakan harus bebas dari
air. Karena air akan bereaksi dengan katalis, sehingga jumlah katalis menjadi berkurang.

Reaksi Esterifikasi Pembuatan Etil Asetat

Praktikum Kimia Organik/Kelompok VII/S.Genap/2016

11

Katalis harus terhindar dari kontak dengan udara agar tidak mengalami reaksi dengan uap
air dan karbon dioksida.
b. Pengaruh perbandingan molar alkohol dengan bahan mentah
Secara stoikiometri, jumlah alkohol yang dibutuhkan untuk reaksi adalah 3
moluntuk setiap 1 mol trigliserida untuk memperoleh 3 mol alkil ester dan 1 mol gliserol.
Perbandingan alkohol dengan minyak nabati 4,8 : 1 dapat menghasilkan konversi 98%
(Bradshaw, 1944). Secara umum ditunjukkan bahwa semakin banyak jumlah alkohol
yang digunakan, maka konversi yangdiperoleh juga akan semakin bertambah. Pada rasio
molar 6 : 1, setelah 1 jam konversi yang dihasilkan adalah 98-99%, sedangkan pada 3 : 1
adalah 74-89%. Nilai perbandingan yang terbaik adalah 6 : 1 karena dapat memberikan
konversiyang maksimum.
c. Pengaruh jenis katalis
Alkali katalis (katalis basa) akan mempercepat reaksi transesterifikasi bila
dibandingkan dengan katalis asam. Katalis basa yang paling populer untuk reaksi
transesterifikasi adalah natrium hidroksida (NaOH), kalium hidroksida (KOH), natrium
metoksida (NaOCH3), dan kalium metoksida (KOCH3).
Katalis sejati bagi reaksi sebenarnya adalah ion metilat (metoksida). Reaksi
transesterifikasi akan menghasilkan konversi yang maksimum dengan jumlah katalis 0,51,5%-b minyak nabati. Jumlah katalis yang efektif untuk reaksi adalah 0,5%-b minyak
nabati untuk natrium metoksida dan 1%-b minyak nabati untuk natrium hidroksida.

BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1

Alat-Alat yang Digunakan


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.

Labu didih dasar bulat


Penangas air
Kondensor leibig
Hot plate
Erlenmeyer (50 ml)
Gelas pisah (100 ml)
Termometer
Statip dan klem
Lemari asam
Corong
Spatula

Reaksi Esterifikasi Pembuatan Etil Asetat

Praktikum Kimia Organik/Kelompok VII/S.Genap/2016

12

12. Picknometer
3.2

Bahan-Bahan yang Digunakan


1.
2.
3.
4.
5.

3.3

Etanol 90%
Asam sulfat pekat
Asam asetat (CH3COOH pa)
Na2CO3 20%
CaCl2 Anhidrat
Prosedur Percobaan

1. Etanol dan asam asetat dimasukkan kedalam labu didih dasar bulat, dan beberapa
butir batu didih. Jumlah volume etanol 60 ml dan asam asetat 40 ml.
2. Ditambahkan asam sulfat pekat sebanyak 10 ml secara hati-hati, labu digoyang
sempurna sambil didinginkan dalam air.
3. Labu kemudian disambungkan dengan kondensor refluks terbalik, dipanaskan
campuran pada suhu dibawah titik didih alkohol selama 3 jam, kemudian
dinginkan.
4. Setelah dingin, campuran reaksi didestilasi sampai di dapat destilat pada suhu 74760C. Proses destilasi dihentikan setelah 2 jam.
5. Hasil destilat dimasukkan ke dalam corong pemisah, dipisahkan lapisan airnya.
6. Setelah itu dicatat volume etil asetat. Kemudian ester dicuci dengan larutan
Na2CO3 20% yang telah dilarutkan dengan aquades sebanyak 10 ml ke dalam
corong pisah. Hasilnya askan terbentuk 2 lapisan. Dibuang lapisan bawah,
sedangkan lapisan atas merupakan etil aserat.
7. Ditambahkan etil asetat yang didapat dengan 5 gram CaCl 2 anhidrat didalam
gelas piala dan aduk dengan spatula. Kemudian disaring dengan kertas saring.
8. Hitunglah volume etil asetat setelah mengalami pencucian dan hitung rendemen
dari volume etil asetat.

Rendemen=

volumeetiasetat h asil
100
volumeetilasetatawal

Hitung densitas sampel dengan menggunakan rumus :

Densitas=

( Berat picknometer berisi )(Berat picknome ter kosong)


100
volume sampel dalam picknometer

Reaksi Esterifikasi Pembuatan Etil Asetat

Praktikum Kimia Organik/Kelompok VII/S.Genap/2016

3.4

13

Rangkaian Alat
Keterangan
1.
2.
3.
4.
5.
6.

3
2
1

Reaksi Esterifikasi Pembuatan Etil Asetat

Kompor listrik
Penangas air
Labu didih dasar bulat
Kondensor leibig
Klem
Statip

Praktikum Kimia Organik/Kelompok VII/S.Genap/2016

14

Gambar 3.1 Rangkaian Alat Proses Refluks

6
5

Gambar 3.2 Rangkaian Alat Proses Destilasi

Keterangan
:
1. Kompor listrik
2. Penangas air
3. Labu didih dasar bulat
4. Statip
5. Klem
6. Leher tiga
7. Kondensor leibig
8. Leher angsa
9. Erlenmeyer
10.
11.
Keterangan
1.
2.
3.
4.
5.

Reaksi Esterifikasi Pembuatan Etil Asetat

Statip
Klem
Corong pisah
Katub
Erlenmeyer

Praktikum Kimia Organik/Kelompok VII/S.Genap/2016

15

4
5

Gambar 3.3 Rangkaian Alat Proses Pemisahan

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1

Hasil Praktikum

Tabel 4.1 Data Pengamatan Pembuatan Etil Asetat


NO
1.

Proses
Pencampuran

Hasil
40

ml

CH3COOH + 60 ml Etanol
2.

Pencampuran

40

Dihasilkan campuran yang berwarna bening


dan homogen.

ml

CH3COOH + 60 ml Etanol +

Dihasilkan campuran berwarna bening,


homogen dan terasa panas.

Reaksi Esterifikasi Pembuatan Etil Asetat

Praktikum Kimia Organik/Kelompok VII/S.Genap/2016

16

10 ml H2SO4 pekat
3.

Proses Refluks

Setelah proses refluks, dihasilkan campuran


berupa Etil Asetat yang masih bercampur
dengan air (H2O).

4.

Proses Destilasi

Dihasilkan Etil Asetat yang berwarna


bening dan air (H2O) yang telah terpisah.

5.

Proses

pencucian

pada

Dihasilkan campuran yang mempunyai 2

Corong Pisah dengan pelarut

lapisan, lapisan bawah merupakan sisa-sisa

Na2CO3 sebanyak 3,145 gr

asam yang tidak larut dan lapisan atas

yang telah dilarutkan

merupakan etil asetat.

Tabel 4.2 Data Hasil Percobaan Pembuatan Etil Asetat


No

Data

1.

Proses Distilasi

2.

Proses

pemisahan

Jumlah
Dihasilkan Etil Asetat sebanyak 35 ml.
dengan

Dihasilkan etil asetat yang telah murni

CaCl2 sebanyak 5 gr

dengan volume 21 ml

3.

% Rendemen

30,5 %

4.

Densitas

0,93 gr/ml

Tabel 4.4 Data Jumlah Tetesan Pada Proses Refluks

No

Waktu

Tetesan

1.

Menit ke-5

16

2.

Menit ke-10

75

3.

Menit ke-15

500

4.

Menit ke-20

720

5.

Menit ke-25

880

6.

Menit ke-30

1000

7.

Menit ke-35

1020

8.

Menit ke-40

930

Reaksi Esterifikasi Pembuatan Etil Asetat

Praktikum Kimia Organik/Kelompok VII/S.Genap/2016

9.

Menit ke-45

990

10.

Menit ke-50

860

11.

Menit ke-60

1000

12.

Menit ke-65

930

13.

Menit ke-70

870

14.

Menit ke-75

820

15.

Menit ke-80

883

16.

Menit ke-85

830

17.

Menit ke-90

886

18.

Menit ke-100

888

19.

Menit ke-105

830

20.

Menit ke-110

800

21.

Menit ke-115

812

22.

Menit ke-120

823

23.

Menit ke-125

834

24.

Menit ke-140

858

25.

Menit ke-145

822

26.

Menit ke-150

830

27.

Menit ke-155

880

28.

Menit ke-160

865

29.

Menit ke-165

818

30.

Menit ke-170

826

31.

Menit ke-175

835

32.

Menit ke-180

827

Tabel 4.4 Data Laju Alir Pada Proses Refluks


No
1.

Waktu
Menit ke-5

Reaksi Esterifikasi Pembuatan Etil Asetat

Laju Alir
26,31 ml/s

17

Praktikum Kimia Organik/Kelompok VII/S.Genap/2016

2.

Menit ke-10

27,78 ml/s

3.

Menit ke-15

31,25 ml/s

4.

Menit ke-20

34,48 ml/s

5.

Menit ke-25

37,04 ml/s

6.

Menit ke-30

38,46 ml/s

7.

Menit ke-35

40,00 ml/s

8.

Menit ke-40

40,00 ml/s

9.

Menit ke-45

40,00 ml/s

10.

Menit ke-50

41,67 ml/s

11.

Menit ke-60

47,62 ml/s

12.

Menit ke-65

35,72 ml/s

13.

Menit ke-70

30,30 ml/s

14.

Menit ke-75

35,71 ml/s

15.

Menit ke-80

34,48 ml/s

16.

Menit ke-85

34,48 ml/s

17.

Menit ke-90

37,04 ml/s

18.

Menit ke-100

35,71 ml/s

19.

Menit ke-105

33,33 ml/s

20.

Menit ke-110

32,25 ml/s

21.

Menit ke-115

33,33 ml/s

22.

Menit ke-120

34,70 ml/s

23.

Menit ke-125

43,38 ml/s

24.

Menit ke-140

27,80 ml/s

25.

Menit ke-145

31,25 ml/s

26.

Menit ke-150

29,41 ml/s

27.

Menit ke-155

35,71 ml/s

28.

Menit ke-160

38,46 ml/s

Reaksi Esterifikasi Pembuatan Etil Asetat

18

Praktikum Kimia Organik/Kelompok VII/S.Genap/2016

4.2

29.

Menit ke-165

35,71 ml/s

30.

Menit ke-170

35,71 ml/s

31.

Menit ke-175

34,48 ml/s

32.

Menit ke-180

41,67 ml/s

19

Pembahasan
Etil asetat pada praktikum kali ini dibuat dari campuran asam asetat (CH3COOH)

dengan etanol dengan katalis asam sulfat pekat. Mula-mula etanol sebanyak 60 ml dan
asam asetat sebanyak 40 ml dimasukkan kedalam labu didih dasar bulat. Untuk
menghasilkan produk dalam jumlah yang besar, kesetimbangan harus digeser kearah
kanan (produk) dengan cara penambahan volume pada reaktan. Dalam percobaan ini,
etanol direaksikan dalam jumlah yang besar dengan asam asetat dalam labu didih.
Kemudianditambahdenganasamsulfatpekat

yang

berfungsi

sebagai

katalis

untuk

mempercepat reaksi sebanyak 10 ml secara perlahan-lahan sambil digoyang-goyangkan


diatas wadah yang berisi air. Asam sulfat merupakan asam kuat yang apabila direaksikan
dengan sesama asam akan menimbulkan panas karena terjadi reaksi eksoterm, yaitu
proses pelepasan panas dari sistem kelingkungan. Asam sulfat dituangkan secara perlahan
kedalam campuran sambil diaduk-aduk diatas wadah yang berisi air agar tidak terjadi
reaksi yang menimbulkan panas yang sangat tinggi yang dapat menimbulkan ledakan.
Kedalam labuh didih dasar bulat dimasukkan batu didih yang berfungsi untuk meratakan
panas didalam sistem. Kemudian larutantersebut disambungkan dengan kondensor
refluks terbalik dan dipanaskan diatas kompor listrik selama 3 jam. Proses refluks terbalik
dimaksudkan agar larutan yang menguap dari labu didih akan masuk ke kondensor,
sehingga akan terkondensasi dan akan kembali lagi ke labu didih. Pada saat refluks suhu
harus dijaga konstan pada rentang 66-68oC. Jika suhu terlalu rendah maka reaksi tidak
akan sempurna dan jika suhu terlalu tinggi, maka etanol akan menguap seluruhnya,
karena titik didih etanol adalah 78,3. Selama proses refluks berlangsung, dihitung
berapa jumlah refluks yang terjadi setiap 5 menit sekali dan debit air setiap 10 menit
sekali. Hal ini bertujuan untuk mengetahui kapan reaksi mencapai kesetimbangan. Pada
praktikum kali ini, kesetimbangan terbentuk setelah pemanasan selama 1,5 jam. Setelah
melalui proses refluks, larutan kemudian didinginkan. Kemudian larutan didestilasi
sampai didapat destilat pada suhu 74-76oC. Proses destilasi ini bertujuan memisahkan etil

Reaksi Esterifikasi Pembuatan Etil Asetat

Praktikum Kimia Organik/Kelompok VII/S.Genap/2016

20

asetat dari hasil sampingnya dan dengan komponen lain berdasarkan perbedaan titik
didih.
Setelah proses destilasi selesai, di ukur berapa jumlah etil asetat yang terbentuk.
Etil asetat yang terbentuk sebanyak 35 ml. Hasil destilasi kemudian dipisahkan didalam
corong pisah dengan pelarut Na2CO3 20%sebanyak 3,145 gram yang dilarutkan kedalam
15 mlm aquades.Dalam corong pisah terbentuk 2 lapisan, laisan bawah merupakan sisasisa asam yang tidak larut, dan lapisan atas merupakan etil asetat. Volume etil asetat yang
diperoleh adalah 21 ml dan secara stoikiometri adalah 68,60 ml, sehingga rendemen yang
diperoleh dari percobaan ini adalah 30,5%. Rendemen yang diperoleh kecil karena etanol
yang digunakan berlebih, sehingga dapat memperkecil konversi dari asam asetat namun
memperbesar pembentukan hasil sampingan yaitu air. Dan juga karena penambahan
H2SO4 sebagai katalis banyak, sehingga dapat mempercepat pembentukan reaksi.
Densitas yang diperoleh dari hasil percobaan adalah 0,93 gr/ml. Hasil ini lebih
besar jika dibandingkan secara teoritis, yaitu sebesar 0,897 gr/ml. Hal ini bisa disebabkan
oleh beberapa hal, diantaranya picknometer yang masih basah, dan juga etil asetat yang
dihasilkan tidak terlalu murni.
Rendemen etil asetat yang didapat dari hasil percobaan adalah 30,52%. Hal ini
dikarenakan volume produk yang didapat dari hasil percobaan lebih sedikit dibandingkan
volume perhitungan etil asetat secara stoikiometri. Volume etil asetat yang didapat dari
hasil percobaan lebih kecil dibandingkan hasil teoritis. Hal ini terjadi karena ketika
pencampuran dilakukan, labu didih dasar bulat tidak langsung ditutup dengan kertas
alumunium foil sehingga banyak alkohol dan asam asetat anhidrat menguap. Namun
asam asetat yang dikonversikan terbilang sempurna. Hal ini dikarenakan kesetimbangan
telah bergeser ke kanan akibat penambahan reaktan yaitu etanol 60 ml sedangkan etanol
40 ml.

Reaksi Esterifikasi Pembuatan Etil Asetat

Praktikum Kimia Organik/Kelompok VII/S.Genap/2016

21

Grafik Laju Alir Air terhadap Waktu


5
4

Laju Alir Air (ml/s)

3
2
1

Waktu (s)

Gambar 4.1 Grafik Laju Alir terhadap Waktu


Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat bahwa laju alir yang semakin cepat (besar)
dapat mempengaruhi etil asetat yang dihasilkan. Hal ini disebabkan karena jika laju alir
semakin besar, proses mengondensasikan fasa uap berjalan dengan lancar. Aliran air yang
semakin lancar pada kondensor memaksimalkan pengondensasian fasa uap yang
terbentuk. Jika laju alir semakin kecil, suhu air pada kondensor akan meningkat.
Meningkatnya suhu air pada kondensor disebabkan oleh laju alir yang kecil sehingga
pergantian air pendingin pada kondensor semakin lambat. Jika suhu air pada kondensor
meningkat, proses kondensasi fasa uap akan terhambat.

Reaksi Esterifikasi Pembuatan Etil Asetat

Praktikum Kimia Organik/Kelompok VII/S.Genap/2016

22

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1

Kesimpulan

1. Etil asetat dapat dibuat dari campuran 40 ml asam asetat dengan 60 ml etanol
dengan bantuan katalis asam sulfat pekat.
2. Rendemen etil asetat yang dihasilkan sebesar 30,52 % dengan densitas 0,93 gr/ml.

5.2

Saran

1. Dalam proses destilasi, sebaiknya suhu dijaga tetap konstan untuk mendapatkan
etilasetat dalam jumlah yangbanyak.
2. Dalam proses pencucian, sebaiknya Na2CO3 yang digunakan dilarutkan terlebih
dahulu agar dapat mengikat asam-asam sisa yang tidak bereaksi secara maksimal.

Reaksi Esterifikasi Pembuatan Etil Asetat

Praktikum Kimia Organik/Kelompok VII/S.Genap/2016

23

DAFTAR PUSTAKA
Bahl, Arun, B.S. Bahl. 2007. A Textbook of Organic Chemistry. New Delhi: S. Chand &
Company LTD, hal. 501.
Choi, J. I., Hong, W. H., and Cham, H.N.1996. Reaction kinetics of Lactic Acid with
Methanol Catalyzed by Acid Resins, Int. J. Chem. Kinet. 28, 37-41.
Fessenden, Ralph J dan Joan S. Fessenden. 1982. Kimia Organik. Jakarta : Erlangga.
Fogler, S.H. 2006. Elements Of Chemical Reaction Engineering,4th Edition Prentice
Hall Interna-tional Series in the Physical and Chemical Engineering Sciences.
Gusmarwani, Sri, R. M. Sri P. Budi, Wahyudi B. Sediawan, Muslikhin H.
2010.Pengaruh Perbandingan Berat Padatan Dan Waktu Reaksi Terhadap Gula
Pereduksi Terbentuk Pada Hidrolisis Bonggol Pisang, Jurnal Teknik Kimia
Indonesia, hal. 77-82
Hart , Harold (alih bahasa oleh Dr. Suminar Acmadi Ph.D). 1983. Kimia Organik, Suatu

Reaksi Esterifikasi Pembuatan Etil Asetat

Praktikum Kimia Organik/Kelompok VII/S.Genap/2016

24

Kuliahsingkat, edisi keenam.Jakarta : Erlangga.


Irdoni, HS & Nirwana, HZ. 2013. Modul Praktikum Kimia Organik. Pekanbaru :
Universitas Riau.
Kirbaslar, S.I., Baykal, Z.B., and Dramur, U. 2001. Esterification of Acetic Acid with
Ethanol Catalysed by an Acidic Ion-Exchange Resin,Turk. J. Environ. Sci. 25,
569-577.
Kolah, A.K., Astana , N. S., Vu, D. T, Lira, C.T., and Miller, D.J.2007. Reaction
Kinetics of the Catalytic Esterification of Citric Acid with Ethanol, Ind. Eng.
Chem. Res. 46, 3180- 3187.
Marchetti J.M. and Errazu A.F. 2008. Esterification of free fatty acid using sulfuric acid
as catalyst in the presence of triglycerides, Biomass and Energy 32, 892-895.
Nemec, D., and Van Gemert, R. 2005. Performing Esterification Reaction by
Combining Hetero-geneous Catalysis and Pervaporation in a Batch Process, Ind.
Chem. Res. 44, 9718-9726.
Owens, Bill.2009. Craft Of Whiskey Distilling. Hayward: White Mule Press, hal. 3-4.
Pharmacy, Wira. 2009. Pembuatan Etil Asetat. Jakarta : Erlangga.
Streeter, Victol L dan E. Benjamin While. 1996. Mekanika Fluida Edisi Delapan jilid I.
Jakarta : Erlangga
Sukowati, Asis. 2013.Produksi Bioetanol Dari Kulit Pisang Melalui Hidrolisis Asam
Sulfat, Tesis, Program Pasca Sarjana Magister Teknologi Industri Pertanian
UNILA, Bandar Lampung, hal. 8-10
Suparno. 2006. Ester dari asam lemak. Medan : Penerbit USU.

Reaksi Esterifikasi Pembuatan Etil Asetat

Praktikum Kimia Organik/Kelompok VII/S.Genap/2016

LAMPIRAN B
PERHITUNGAN

1.

Rendemen=

volumeetiasetat h asil
100
volumeetilasetatawal

21 ml
100
68,60 ml

30,61

2.

(Berat Picknometer kosong+ Sampel)(Berat Picknometer kosong)


volumedalampicnometer

25,012 gram15,687 gram


10 ml

Reaksi Esterifikasi Pembuatan Etil Asetat

25

Praktikum Kimia Organik/Kelompok VII/S.Genap/2016

0,9325 gr /mL
Perhitungan Sttoikiometri :
Diketahui

Volume Asam Asetat

: 40 ml

Volume Etanol

: 60 ml

Mr Asam Asetat: 60 gr/mol


Mr Etanol

: 46 gr/mol

Asam Asetat

: 1,049 gr/ml

Etanol

: 0,789 gr/ml

Etil Asetat

: 0,897 gr/ml

Ditanya

: Volume Etil Asetat .?

Jawab

: Mol Asam Asetat


m

xV

= 1,049 gr/ml x 40 ml
= 41,96 gr
n = gr/Mr = 41,96 gr/ 60 gr/mol = 0,699 mol
Mol Etanol :
m=Vx

= 60 ml x 0,789 gr/ml = 47,34 gr


n = gr/Mr
= 47,34 gr/ 46 gr/mol
= 1,029 mol
CH3COOH + C2H5OH

CH3COOC2H5 + H2O

: 0.699

1,029

:0,699

0,699

0,699

0,699

: -

0,330

0,699

0,699

Mol Etil Asetat

: gr/Mr

Gram Etil Asetat

: n x Mr = 0,699 x 88 = 61,54 gr

Reaksi Esterifikasi Pembuatan Etil Asetat

26

Praktikum Kimia Organik/Kelompok VII/S.Genap/2016

Volume Etil Asetat

: m/

= 61,54 gr/ 0,897 gr/ml = 68,60 ml

3. Na2CO3 yang dipakai


Diketahui

: 15 ml akuades

Na2CO3= 2,25 gr/ml

Ditanya

: Na2CO3 yang terpakai?

Jawab

: 20% x 15 ml
= 0,2 x15 ml
= 3 ml

Massa Na2CO3 =

xV

= 2,25 gr/ml x 3 ml
= 6.75 gr

LAMPIRAN C
DOKUMENTASI

Reaksi Esterifikasi Pembuatan Etil Asetat

27

Praktikum Kimia Organik/Kelompok VII/S.Genap/2016

Gambar 1.1 Proses Refluks


Menggunakan Kondensor Refluks
Terbalik

Gambar 1.2 Proses Destilasi

Gambar 1.3 Proses Pencucian Etil


Asetat
menggunakan
Larutan
Na2CO3 Didalam Corong Pisah

Gambar 1.4 Etil Asetat Yang


Telah
Dipisahkan
Dari
Pengotornya
Dengan
Menggunakan CaCl2

Reaksi Esterifikasi Pembuatan Etil Asetat

28

Anda mungkin juga menyukai