Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALISA

ANALISA KONSENTRASI
Diajukan untuk Memenuhi Laporan Praktikum Kimia Analisa

Disusun Oleh :
Kelompok II (A4)

Aidil Muqadri NIM. 220140102


Dinda Chairani NIM. 220140112
Amira Luthfia NIM. 220140128
Darmala Hayati NIM. 220140131
Carissa Satya NIM. 220140132
Muhammad Putra NIM. 220140133

LABORATORIUM TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
LHOKSEUMAWE
2023
ABSTRAK

Analisa konsentrasi adalah kegiatan untuk menetukan dan menyelidiki kadar atau
jumlah zat pada larutan berdasarkan data untuk mengetahui keadaan yang
sebenarnya. Tujuan dari percobaan ini untuk menentukan kadar CO 2 pada air parit,
menentukan kadar NaOH pada air sabun, menetukan kadar NaCl pada air laut dan
untuk menentukan kadar %HCl pada air keran. Pada percobaan analisa
konsentrasi CO2 dalam air parit digunakan 5 ml air parit lalu ditambahkan 3 tetes
indikator PP dan dititrasi dengan NaOH terjadi perubahan warna dari bening
menjadi pink dengan kadar rata-rata sebesar 0,278 mg/L. Pada percobaan analisa
konsentrasi NaOH pada air sabun digunkaan 5 ml sampel ditambahkan 1 ml thio
dan dititrasi dengan HCl. Lalu dititrasi dengan metyl orange berubah warna
menjadi orange dan dititrasi kembali dengan HCl dengan kadar rata-rata sebesar
250,66 mg/L. Percobaan analisa konsentrasi NaCl dalam air laut menggunakan 5
ml air laut yang telah diencerkan dimasukkan ke dalam erlenmeyer dan ditetesi
indikator K2CrO4 terjadi perubahan warna pada air laut menjadi berwarna kuning
yang disebabkan adanya kandungan kalium pada larutan tersebut. Lalu dilakukan
titrasi dengan AgNO3 dengan kadar rata-rata NaCl sebesar 0,4095 mg/L. Pada
percobaan analisa % HCl ini menggunakan 5 ml air keran dimasukkan dalam
erlenmeyer kemudian ditambahkan indikator PP sebanyak 3 tetes dan dititrasi
dengan NaOH sebagai titran, terjadi perubahan warna larutan menjadi warna pink
dan didapat kadar rata-rata % HCl adalah 0,1825%

Kata Kunci : CO2, HCl, Kadar, Konsentrasi, Larutan, NaCl, NaOH dan
Titrasi.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Judul Praktikum : Analisa Konsentrasi


1.2 Tanggal Praktikum : 06 April 2023
1.3 Pelaksana Praktikum : Kelompok II (A4)
1. Aidil Muqadri NIM. 220140102
2. Dinda Chairani NIM. 220140112
3. Amira Luthfia NIM. 220140128
4. Darmala Hayati NIM. 220140131
5. Carissa Satya NIM. 220140132
6. Muhammad Putra. NIM. 220140133
1.4 Tujuan Praktikum : 1. Menentukan kadar CO2 pada air parit.
2. Menentukan kadar NaOH pada air sabun.
3. Menentukan kadar NaCl pada air laut.
4. Menentukan kadar % HCl pada air keran.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Larutan merupakan campuran homogen sehinga setiap bagiannya


mempunyai perbandingan yang tetap antara zat terlarut dengan zat pelarut. Zat
pelarut mempunyai jumlah lebih banyak dan dapat menguraikan zat terlarut
menjadi ukuran lebih kecil atau lebih sederhana. Sifat larutan ditentukan oleh
jumlah partikel zat terlarut dalam larutan. Hal itu berarti bahwa larutan yang
mempunyai konsentrasi sama akan mempunyai sifat yang sama juga (Sagala,
2013).
Dalam larutan netral atau sedikit alkali (basa), kalium kromat (K 2CrO4)
dapat menunjukkan titik akhir pada penitrasian klorida dengan perak nitrat
(AgNO3). Perak klorida akan diendapkan seluruhnya sebelum terbentuk perak
kromat (Ag2CrO4) yang berwarna kuning kemerah-merahan. Larutan merupakan
sistem terdispersi yang ukuran partikel-partikelnya sangat kecil sehingga tidak
dapat dibedakan antara partikel pendispersi dengan partikel terdispersi walaupun
menggunakan mikroskop dengan tingkat pembesaran yang tinggi. Konsentrasi
larutan merupakan cara untuk menyatakan hubungan kuantitatif antara zat terlarut
dan pelarut (Antasari, 2015).

2.1 Konsentrasi Larutan


Konsentrasi larutan menyatakan banyaknya zat terlarut dalam suatu
larutan. Apabila zat terlarut banyak sekali sedangkan zat pelarutnya sedikit maka
dikatakan bahwa larutan itu pekat atau konsentrasinya sangat tinggi. Sebaliknya
apabila pelarut sangat banyak maka dikatakan bahwa larutan ini encer atau
konsentrasi sangat rendah. Konsentrasi dapat dinyatakan dalam beberapa cara
yaitu sebagai berikut :
2.1.1 Molaritas
Molaritas menyatakan jumlah zat mol terlarut dalam 1 liter larutan atau
jumlah milimol zat terlarut dalam 1 mili liter dalam larutan. Keuntungan
menggunakan satuan molaritas adalah kemudahan perhitungan dalam
stoikiometri, karena konsentrasi dinyatakan dalam jumlah mol (sebanding dengan
jumlah partikel sebenarnya). Kerugian dari penggunaan satuan ini adalah ketidak
tepatan dalam pengukuran volume. Selain itu, volume suatu cairan berubah sesuai
temperatur, sehingga larutan dapat berubah tanpa menambahkan atau mengurangi
zat apapun. Dimana rumus molaritas yaitu :
gr 1000
M= x ...............................................................................(2.1)
mr V (m L )
Keterangan :
M = molaritas suatu zat (mol/L)
n = mol zat terlarut (mol)
V = volume larutan (liter)
2.1.2 Molalitas
Molalitas disebut juga sebagai konsentrasi molal adalah ukuran
konsentrasi dari suatu larutan dalam hal jumlah zat dalam massa tertentu dari
pelarut. Dimana rumus dari molalitas yaitu :
gr 1000
m= x ..........................................................................(2.2)
mr gr pelarut
Keterangan :
m = molalitas suatu zat (mol/L)
gr = gram
Mr = molekul relatif
2.1.3 Normalitas
Normalitas (N) suatu larutan ialah jumlah gram ekuivalen zat terlarut
yang terkandung didalam satu liter larutan. Bobot ekuivalen ialah fraksi (bagian)
bobot molekul yang berkenaan dengan satu satuan tertentu fraksi kimia, dan 1
gram ekuivalen adalah fraksi yang sama dari pada satu mol.Adapun rumus
normalitas :
gr 1000
N= × ……………………………….…………………..
BE ml larutan
(2.3)
Keterangan :
N = normalitas (mol/L)
BE = berat ekuivalen

2.1.4 Fraksi Mol


Fraksi mol adalah perbandingan jumlah zat mol suatu zat dalam larutan
terhadap jumlah mol seluruh zat dalam larutan. Jumlah fraksi mol dari komponen
dalam setiap larutan adalah :
n terlarut
X terlarut = .........................................................(2.4)
n terlarut+n pelarut
n pelarut
X pelarut =
n terlarut+n pelarut
…………………………………………(2.5)
2.1.5 Persentase (%)
Persentase adalah jumlah gram zat terlarut dalam tiap 100 gram larutan.
Dalam bidang kimia sering digunakan untuk menyatakan konsentrasi larutan.
Persen konsentrasi dapat dinyatakan dengan persen berat atau massa dan persen
volume. Persen massa menunjukkan massa suatu zat dalam 100 gram larutannya.
Persen volume adalah satuan yang menunjukkan volume suatu zat dalam 100 ml
larutannya. Persamaannya adalah sebagai berikut :
gram zat terlarut
% = x 100% ..........................................................(2.6)
gram larutan

2.2 Pembuatan Larutan dari Zat Berbentuk Cairan


Larutan-larutan yang tersedia di dalam laboratorium umumnya dalam
bentuk pekat.Untuk memperoleh larutan yang konsentrasinya lebih rendah
biasanya dilakukan pengenceran. Pengenceran dilakukan dengan menambahkan
aquades ke dalam larutan yang pekat. Penambahan aquades ini mengakibatkan
konsentrasi berubah dan volume diperbesar tetapi jumlah mol zat terlarut tetap.
Pengenceran pada prinsipnya hanya menambahkan aquades saja, sehingga jumlah
mol zat terlarut sebelum pengenceran sama dengan jumlah mol zat terlarut
sesudah pengenceran (Tim Kimia Analisa, 2014).

2.3 Hubungan Pengenceran Molaritas ataupun Normalitas


Sebelum melakukan perhitungan volume cairan haruslah dicatat nilai dan
konsentrasi cairan yang akan diencerkan. Tetapkan besarnya volume larutan encer
yang akan dibuat. Asam-asam pekat yang diperdagangkan pada labelnya dapat
ditemukan nilai molar, persen (b/b) dan massa jenisnya. Hubungan matematis dari
pengenceran adalah :
V1 × M 1 = V 2 × M 2…………….…………………………………………(2.7)
V1 × N1 = V2 × N2 ……………….………………...…………………….(2.8)
Keterangan :
V1 = volume sebelum pengenceran
M1 = molaritas sebelum pengenceran
V2 = volume sesudah pengenceran
M2 = molaritas sesudah pengenceran
N1 = normalitas sebelum pengenceran
N2 = normalitas sesudah pengenceran
Dalam kimia analisa kuantitatif, metode analisa dibagi menjadi beberapa
cara. Volumetri yaitu suatu metode berdasarkan pengukuran volume larutan yang
tepat dimana larutan ini kemudian akan digunakan untuk reaksi. Gravimetri
adalah suatu metode untuk menentukan banyaknya suatu unsur dengan
menentukan berat zat yang terbentuk pada suatu reaksi.Analisa gas yaitu untuk
menentukan volume suatu jenis gas dalam suatu campuran gas. Kalorimetri yaitu
berdasarkan perbedaan dalam intensitas warna yang timbul. Nefalometri yaitu
berdasarkan kekeruhan suatu unsur dalam suatu larutan yang dibandingkan
dengan kekeruhan larutan standar. Potensiometri yaitu dengan mengukur
potensial yang timbul pada larutan (Mulyono, 2020).

2.4 Titrasi
Titrasi adalah suatu metode untuk menentukan kadar suatu zat dengan
menggunakan zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya. Titrasi juga dikenal
sebagai analisis volumetri, dimana zat yang akan dianalisis dibiarkan bereaksi
dengan zat lain yang konsentrasinya diketahui dan dialirkan dari buret dalam
bentuk larutan. Jenis-jenis titrasi dibedakan menjadi 4 yaitu:
2.4.1 Titrasi Redoks
Titrasi Reduksi oksidasi (redoks) adalah suatu penetapan kadar reduktor
atau oksidator berdasarkan atas reaksi oksidasi dan reduksi antara analit dengan
titran, dimana reduktor akan teroksidasi dan oksidator akan tereduksi. Analit yang
mengandung reduktor dititrasi dengan titran yang berupa larutan standar
dari oksidator atau sebaliknya. Secara umum terdapat tiga macam reaksi redoks :
1. Titrasi Iodin (Iodometri dan iodimetri)
Titrasi yang melibatkan iodium dapat dilakukan dengan dua cara yaitu
titrasi langsung (iodimetri) dan titrasi tak langsung (iodomotri).
a. Titrasi langsung (iodimetri)
Iodimetri merupakan Metode Titrasi redoks yang melibatkan iodin
yang bereaksi secara langsung. Iodium merupakan oksidator yang relative
kuat dengan nilai potensial reaksi sebesar +0,535 V. Iodium akan
mereduksi senyawa–senyawa yang memiliki potensial reduksi lebih kecil
dibandingkan dengan iodium.
b. Titrasi tak langsung (iodometri)
Iodometri merupakan titrasi tidak langsung digunakan untuk
menetapkan senyawa-senyawa yang mempunyai potensial oksidasi lebih
besar daripada sistem iodium-iodida atau senyawa-senyawa yang bersifat
oksidator seperti CuSO4.5H2O. Iodometri terjadi pada zat yang bersifat
oksidator seperti besi (III), tembaga (II), dimana zat ini akan mengoksidasi
iodida yang ditambahkan membentuk iodin. Metode titrasi iodometri (tak
langsung) menggunakan larutan Na2S2O3 sebagai titran untuk menentukan
kadar iodium yang dibebaskan pada suatu reaksi redoks.
2. Titrasi permanganometri
Permanganometri merupakan titrasi yang dilakukan berdasarkan reaksi
oleh kalium permanganate (KMnO4). Reaksi ini difokuskan pada reaksi oksidasi
dan reduksi yang terjadi antara KMnO4 dengan bahan baku tertentu.

3. Titrasi Bromo (bromometri dan bromatometri)


Bromo-bromatometri merupakan salah satu metode penetapan kadar suatu
zat dengan prinsip reaksi reduksi-oksidasi. Oksidasi adalah suatu proses yang
mengakibatkan hilangnya elektron atau lebih dari dalam zat (atom, ion atau
molekul). Bila suatu unsur dioksidasi, keadaan oksidasinya berubah ke harga yang
lebih positif. Suatu zat pengoksidasi adalah zat yang memperoleh electron dan
dalam proses itu zat tersebut direduksi.

2.4.2 Titrasi Kompleksasi


Titrasi kompleksasi ini merupakan jenis titrasi dengan reaksi kompleksasi
atau juga pembentukan ion kompleks. Biasanya digunakan untuk dapat
menganalisa kadar logam pada larutan sampel yang dapat membentuk kompleks
dengan larutan standar yang biasanya itu merupakan ligan (Sunardi, 2013)

2.4.3 Titrasi Asam Basa


Titrasi asam basa ialah metode analisis kuantitatif dengan reaksi asam
basa. Sesuai dengan persamaan umum reaksi asam basa = asam+ basa menjadi
garam+ air. Indikator yang biasa digunakan ialah indikator yang dapat
memprofilkan perubahan warna pada trayek pH tertentu.
Pada saat larutan basa ditetesi dengan larutan asam, pH larutan akan turun.
Sebaliknya, jika larutan asam ditetesi dengan larutan basa, maka pH larutan akan
naik. Jika pH larutan asam atau basa diplotkan sebagai fungsi dari volum larutan
basa atau asam yang diteteskan, maka akan diperoleh suatu grafik yang disebut
kurva titrasi. Kurva titrasi menunjukkan perubahan pH larutan selama proses
titrasi asam dengan basa atau sebaliknya. Bentuk kurva titrasi memiliki
karakteristik tertentu yang bergantung pada kekuatan dan konsentrasi asam dan
basa yang bereaksi (Underwood, 2015).

2.4.4 Titrasi Argentometri


Titrasi argentometri merupakan jenis titrasi yang digunakan khusus untuk
reaksi pengendapan. Prinsip umumnya ialah mengenai kelarutan serta juga tetapan
hasil kali kelarutan dari reagen-reagen yang bereaksi. Dengan secara umum,
metode titrasi argentometri terdapata empat macam.
1. Metode Mohr
Metode Mohr digunakan untuk menitrasi ion halida seperti NaCl, dengan
AgNO3 sebagai titran dan K2CrO4 sebagai indikator. Titik akhir titrasi ditandai
dengan adanya perubahan warna suspensi dari kuning menjadi kuning coklat.
Perubahan warna tersebut terjadi karena timbulnya Ag2CrO4, saat hampir
mencapai titik ekivalen, semua ion Cl- hampir berikatan menjadi AgCl. Larutan
standar yang digunakan dalam metode ini, yaitu AgNO3, memiliki normalitas 0,1
N atau 0,05 N.
2. Metode Volhard
Dengan Metode Volhard ini, larutan standar AgNO3 berlebih ditambahkan
ke dalam larutan yang mengandung ion halogen (misalnya Cl -). Kelebihan ion
Ag+ dalam suasana asam dititrasi dengan standar garam tiosianat (KSCN atau
NH4SCN) menggunakan indikator larutan Fe 3+. Sampai titik ekivalen, terjadi
reaksi antara titran dan Ag+ membentuk endapan putih. Kelebihan titran
menyebabkan reaksi dengan indikator membentuk senyawa kompleks tiosianato
ferrat (III) yang berwarna merah. Metode ini ditandai dengan terbentuknya
kompleks berwarna dan didasarkan pada pengendapan perak tiosianat dalam
AgNO3 dengan menggunakan besi (III).
3. Metode Fajans
Metode ini menggunakan indikator adsorpsi. Endapan yang terbentuk dari
reaksi utama tersebut dapat menyerap indikator adsorpsi pada permukaannya
sehingga endapan itu terlihat berwarna. Penyerapan ini dapat diatur agar terjadi
pada titik ekivalen, antara lain dengan memilih macam indikator yang dipakai dan
pH. Cara kerja indikator adsorpsi ialah sebagai berikut: indikator ini ialah asam
lemah atau basa lemah organik yang dapat membentuk endapan dengan ion
perak.Misalnya fluoresein yang digunakan dalam titrasi ion klorida.
4. Metode Leibig
Pada metode ini, titik akhir titrasi tidak ditentukan dengan indikator, akan
tetapi ditunjukkan dengan terjadinya kekeruhan ketika larutan perak nitrat
ditambahkan kepada larutan alkali sianida akan terbentuk endapan putih, tetapi
pada pengocokan akan larut kembali, karena terbentuk kompleks sianida yang
stabil dan larut.
2.5 CO2
CO2 atau lebih dikenal dengan karbon dioksida adalah sejenis senyawa
kimia yang terdiri dari dua atom oksigen yang terikat secara kovalen dengan
sebuah atom karbon. Ia berbentuk gas pada keadaan temperatur dan tekanan
standar dan hadir di atmosfer bumi. Rata-rata konsentrasi karbon dioksida di
atmosfer bumi adalah 417 ppm. Karbon dioksida dihasilkan oleh semua hewan,
tumbuh-tumbuhan, fungi dan mikroorganisme pada proses respirasi dan
digunakan oleh tumbuhan pada proses fotosintesis. Karbon dioksida tidak
mempunyai bentuk cair pada tekanan dibawah 5,1 atm namun langsung menjadi
padat pada temperature dibawah -78oC.

2.6 NaOH
NaOH atau natrium hidroksida lebih dikenal juga sebagai soda api adalah
suatu senyawa anorganik dengan rumus kimia NaOH. Senyawa ini merupakan
senyawa ionik yang berbentuk padatan putih yang tersusun dari kation natrium
(Na+) dan anion hidroksida (OH-). Natrium hidroksida merupakan basa dan alkali
yang sangat kaustik, mampu menguraikan protein pada suhu lingkungan biasa dan
dapat menyebabkan luka bakar bila terpapar.

2.7 NaCl
NaCl atau natrium klorida juga dikenal dengan garam dapur, atau halit
adalah senyawa kmia dengan rumus kimia NaCl, mewakili perbandingan 1:1 ion
natrium dan klorida. Dengan massa molar masing-masing 22,99 dan 35,45 g/mol
100g NaCl mengandung 39,34 g Na dan 60,66 g Cl. Senyawa ini adalah garam
yang paling memengaruhi salinitas laut dan cairan ekstraselular pada banyak
organisme multiseluler. Sebagai komponen utama pada garam dapur, NaCl sering
digunakan sebagai bumbu dan pengawet makanan. Sejumlah besar natrium
klorida digunakan dalam banyak proses industri, dan merupakan sumber utama
senyawa natrium dan klorin yang digunakan sebagai bahan baku untuk sintesis
kimia lebih lanjut.
2.8 HCl
HCl atau asam klorida adalh larutan akuatik gas hidrogen klorida, ia
adalah asam kuat dan merupakan komponen utama dalam asam lambung.
Senyawa ini juga digunakan secara luas dalam industri. Asam klorida harus
ditangani dengan mewanti keselamatan yang tepat karena merupakan cairan yang
sangat korosif. Senyawa ini sangat penting digunakan untuk berbagai tujuan,
seperti sebagai pereaksi dalam produksi massal senyawa kimia organik dan
kegunaan kecil lainnya meliputi penggunaan dalam pembersih rumah, produksi
gelatin, aditif makanan dan pengolahan kulit. Sekitar 20 juta ton gas HCl
diproduksi setiap tahun.
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat-Alat
Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
A. Analisa Konsentrasi CO2
1. Buret 1 buah
2. Pipet tetes 1 buah
3. Erlenmeyer 2 buah
4. Gelas Ukur 1 buah
B. Analisa Konsentrasi NaOH
1. Buret 1 buah
2. Pipet Tetes 2 buah
3. Erlenmeyer 3 buah
4. Gelas Ukur 1 buah
C. Analisa Konsentrasi Nacl
1. Buret 1 buah
2. Pipet Tetes 2 buah
3. Erlenmeyer 2 buah
4. Gelas Ukur 1 buah
5. Labu Ukur 100 ml 1 buah
D. Analisa % HCl
1. Buret 1 buah
2. Pipet Tetes 1 buah
3. Erlenmeyer 2 buah
4. Gelas Ukur 1 buah

3.1.2 Bahan-Bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah :

A. Analisa Konsentrasi CO2


1. Air parit 5 ml
2. Indikator PP 3 tetes
3. NaOH 0,1 N secukupnya
B. Analisa Konsentrasi NaOH
1. Air sabun 5 ml
2. Tio 0,1 N 1 ml
3. HCl 4 N secukupnya
4. Indikator metyl orange 3 tetes
5. Indikator PP 3 tetes
C. Analisa Konsentrasi NaCl
1. Air laut (sudah diencerkan) 5 ml
2. Indikator K2CrO4 3 tetes
3. AgNO3 0,1 N secukupnya
D. Analisa Konsentrasi % HCl
1. Air keran 5 ml
2. Indikator PP 3 tetes
3. NaOH 0,1 N secukupnya

3.2 Prosedur Kerja


Adapun prosedur kerja yang dilakukan sebagai berikut :
3.2.1 Analisa Konsentrasi CO2
1. Dipipet sampel sebanyak 5 ml, masukkan kedalam erlenmeyer
2. Ditambahkan Indikator PP sebanyak 3 tetes
3. Dititrasi dengan larutan NaOH
4. Dihitung kadar CO2
A x N x BE
(Mg/L) =
sampel x 1000
3.2.2 Analisa Konsentrasi NaOH
1. Dimasukkan 5 ml sampel kedalam erlenmeyer.
2. Ditambahkan thio 0,1 N.
3. Ditambahkan 3 tetes Indikator PP dan homogenkan.
4. Dititrasi dengan larutan HCl.4 N
5. Ditambahkan 3 tetes Indikator MO, titrasi dilanjutkan dan catat volume
titrasinya.
6. Dihitung kadar NaOH
A × N × BE
Mg/L =
sampel x 1000
3.2.3 Analisa Konsentrasi NaCL
1. Dimasukkan 10 ml sampel dan diencerkan sampai 100 ml.
2. Diambil sampel yang telah diencerkan sebanyak 5 ml dan masukkan
kedalam erlenmeyer.
3. Ditambahkan Indikator K2CrO4 sebanyak 3 tetes.
4. Dititrasi dengan larutan AgNO3 0,1 N, membentuk endapan putih.
5. Dihitung kadar NaCl
A × N × BE
Mg/L =
sampel x 1000
3.2.4 Analisa % HCl
1. Dimasukkan 5 ml sampel kedalam erlenmeyer
2. Ditambahkan 3 tetes Indikator PP
3. Dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 N sampai dengan end point.
4. Dihitung kadar % HCl
A × N × BE
Mg/L = x 100%
sampel x 1000
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Adapun hasil yang didapatkan dalam analisa konsentrasi CO 2 ditunjukkan
pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Analisa konsentrasi CO2 pada air parit.
No Cara Kerja Hasil Pengamatan Kadar CO2
1. 5 ml sampel + 3 tetes berwarna bening
Indikator PP
2. Titrasi dengan NaOH 0,1N berwarna pink
Run I = 0,3 ml kadar CO2 1 = 0,264
Run II = 0,35 ml Mg/l
Run III = 0,3 ml kadar CO2 2 = 0,308
Mg/l
kadar CO2 3 = 0,264
Mg/l
Rata-rata = 0,278 Mg/L
Sumber : (Praktikum Kimia Analisa, 2023)
Adapun hasil yang didapatkan dalam analisa konsentrasi NaOH
ditunjukkan pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Analisa konsentrasi NaOH dalam air sabun
No Cara Kerja Hasil Pengamatan Kadar NaOH
1. 5 ml sampel + thio 1 Hijau bening
ml
2. Titrasi dengan HCl 4N Hijau bening
Run I = 3,8 ml
Run II = 6,9 ml
Run III = 5,2 ml
3. Titrasi dengan berwarna orange
menggunakan
Metyl orange
4. Titrasi kembali berwarna merah
dengan HCl 4N Run I = 1,7 ml kadar NaOH 1 = 176
Run II = 3,1 ml Mg/L
Run III = 2,8 ml kadar NaOH 2 = 320
Mg/L
kadar NaOH 3 = 256
Mg/L
Rata-rata = 250,66 Mg/L
Sumber : (Praktikum Kimia Analisa, 2023)
Adapun hasil yang didapatkan dalam analisa konsentrasi NaCl ditunjukkan
pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3 Analisa Konsentrasi NaCl dalam air laut
No Cara Kerja Hasil Pengamatan Kadar NaCl
1. 10 ml sampel diencerkan menghasilkan warna
dengan 100 ml aquades dan kuning bening
diambil 5ml + 3 tetes Indikator
K2CrO4
2. Titrasi dengan AgNO3 0,1 N menghasilkan
endapan putih
Run I = 0,35 ml kadar NaCl 1 =
Run II = 0,35 ml 0,4095 Mg/L
kadar NaCl 2 =
0,4095 Mg/L
Sumber : (Praktikum Kimia Analisa, 2023)
Adapun hasil yang didapatkan dalam percobaan analisa % HCl
ditunjukkan pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4 Analisa % HCl pada air keran
No Cara Kerja Hasil Pengamatan Kadar %HCL
1. 5 ml sampel + 3 tetes Indikator -berwarna bening
PP
2. Titrasi dengan NaOH 0,1 N berwarna pink Kadar% HCl 1 =
Run I = 0,25 ml
0,1825%
Run II = 0,25 ml
Kadar%HCl 2 =
0,1825%
Sumber : (Praktikum Kimia Analisa, 2023 )

4.2 Pembahasan
Pada percobaan analisa konsentrasi CO 2 pada air parit dibutuhkan air
sampel 5 ml lalu ditetesi dengan Indikator PP larutan air parit menjadi berwarna
bening, disebabkan oleh pengaruhnya tetesan dari Indikator PP yang memiliki
nilai Ph nya delapan, saat akan dititrasinya dengan menggunakan reagen NaOH
0,1 N mampu mengubah dari warna larutan yang bening menjadi pink. Standar
CO2 dalam air kira-kira sebesar 387 ppm. Didapat kadar CO 2 run 1 = 0,264 mg/L,
run 2 = 0,308 mg/L dan run 3 = 0,264 mg/L dengan kadar rata-rata 0,278 mg/L.
Tujuan dari penentuan kadar ini oleh pemerintah yaitu untuk keberlangsungan
organisme yang ada disungai dan jauh dari kata pencemaran air (Agoes Soegianto,
2018).
Pada analisa konsentrasi NaOH menggunakan sampel dari air sabun
dibutuhkan 5 ml air sampel dan ditambahkan thio 1 ml serta 3 tetes Indikator PP
sehingga akan membuat warna larutan berubah menjadi hijau bening, hal ini
dipengaruhi oleh Indikator PP dan thio, karena fungsi dari thio adalah untuk
katalisator yang dimana mempercepat hasil reaksi saat melakukan titrasi agar
tidak memakai larutan standar yang berlebih dan juga digunakan untuk
pengendapan, pemisahan dan analisis kuantitatif dalam larutan. Selain itu juga
berfungsi untuk membuat titik akhir titrasi sampel menjadi keruh, karena
reaksinya tersebut sebagai berikut :
Thio + HCl → SO2 + H2O………………………………………………
(4.1)
Larutan pun dititrasi dengan HCl 4N menghasilkan larutan keruh, karena reagen
yang digunakan bersifat asam, lalu diteteskan dengan Indikator Metyl Orange dan
larutan berubah menjadi orange dan saat dititrasi dengan HCl pada tahap kedua
mampu mengubah warna larutan menjadi merah yang menandakan bahwa larutan
tersebut bersifat asam kuat. Didapat kadar NaOH run 1 = 176 mg/L, run 2 = 320
mg/L dan run 3 = 256 mg/L dengan kadar rata-rata sebesar 250,66 mg/L.
Pada analisa NaCl menggunakan air laut dibutuhkan 5 ml air laut yang
sudah diencerkan dengan 100 ml aquades dengan ditambahkannya Indikator
K2CrO4 sebanyak 3 tetes menghasilkan warna kuning yang jernih, lalu saat
dititrasi dengan reagen AgNO3 menghasilkan endapan berwarna putih. Reaksi
pembentukannya adalah sebagai berikut :
NaCl + AgNO3 → AgCl + NaNO3........................................................(4.2)
Kadar NaCl run 1 = 0,4095 mg/L dan run 2 = 0,4095 mg/L dengan kadar rata-rata
0,4095 mg/L.
Pada percobaan analisa persen HCl didapatkan hasilnya berwarna bening
yang dipengaruhi oleh 5 ml air kran ditambahkan 3 tetes Indikator PP, saat
dititrasi dengan NaOH menghasilkan warna larutan menjadi pink. Didapatkan
kadar persen HCl run 1 = 0,1825% dan run 2 = 0,1825% dengan kadar rata-rata
sebesar 0,1825%, menandakan air keran tersebut dapat dikatakan layak
dikonsumsi karena masih masuk SNI yang dimana kadar %HCl ialah tidak lebih
dari 1%.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Pada percobaan analisa konsentrasi CO2 dalam air parit didapatkan kadar
rata-rata CO2 sebesar 0,278 Mg/L.
2. Pada percobaan analisa NaOH pada air sabun didapatkan kadar rata-rata
NaOH sebesar 250,66 Mg/L.
3. Pada percobaan analisa NaCl pada air laut didapatkan kadar rata-rata NaCl
sebesar 0,4095 Mg/L.
4. Pada percobaan analisa %HCl pada air keran didapatkan kadar rata-rata
%HCl sebesar 0,1825 %.

5.2 Saran
Pada percobaan analisa konsentrasi selanjutnya dapat menggunakan
larutan NH4OH sebagai titran untuk menggantikan larutan NaOH dan dapat
menggantikan sampel lain seperti air kolam ikan ataupun air tawar, sesuai dengan
titrasi asam kuat dan basa lemah.
DAFTAR PUSTAKA

Antasari, Ina. 2015. Metode Juara Kimia. Yogyakarta : Easymedia.


Agoes Soegianto, 2018. Ilmu Lingkungan,Sarana Menuju Masyarakat. Surabaya :
Airlangga Uneversity Press.
Mulyono, 2020. Membuat Reagen Kimia di Laboratorium.Jakarta : PT. Bumi
Aksara.
Sagala, Morli. 2013. Modul Kimia Analitik Terapan Kelas XI. Medan : SMKN 3
Medan.
Sunardi dan Nurliani, 2013. Pemanfaatan Arang Aktif Sekam Padi dengan
Aktivator Natrium Karbonat (Na2CO3) 5 % dalam Air Ledeng. Jurnal
Teknologi Hasil Hutan.
Tim Kimia Analisa. 2014. Penuntun Kimia Analisa Titrimetri dan Gravimetri.
Medan : SMKN 3 Medan
Underwood, A.L. 2015 Analisa Kimia Kuantitatif. Jakarta : Erlangga.
LAMPIRAN B
PERHITUNGAN

1. Analisa Kadar CO2 pada air parit


A x N x BE
CO2 =
Volume Sampel x 1000
0,3 x 0,1 x 44
= 5 x 1000

= 0,264 Mg/L
A x N x BE
CO2 =
Volume Sampel x 1000
0,35 x 1 x 44
= 5 x 1000

= 0,308 Mg/L
A x N x BE
CO2 =
Volume Sampel x 1000
0,3 x 1 x 44
= 5 x 1000

= 0,264 Mg/L
Rata-rata = 0,278 Mg/L

2. Analisa Kadar NaOH pada air sabun


( A +B) x N x BE
NaOH =
Volume Sampel x 1000
(3,8+1,7) x 4 x 40
= 5 x 1000

= 176 Mg/L
( A +B) x N x BE
NaOH =
Volume Sampel x 1000
(6,9+3,1 ) x 4 x 40
= 5 x 1000

= 320 Mg/L
( A +B) x N x BE
NaOH =
Volume Sampel x 1000
(5,2+2,8 ) x 4 x 58,44
= 5 x 1000

= 256 Mg/L
Rata-rata = 250,66 Mg/L

3. Analisa Kadar NaCl pada air laut


A x N x BE
NaCl =
Volume Sampel x 1000
0,35 x 0,1 x 58,5
= 5 x 1000

= 0,4095 Mg/L
A x N x BE
NaCl =
Volume Sampel x 1000
0,35 x 0,1 x 58,5
= 5 x 1000

= 0,4095 Mg/L
Rata-rata = 0,4095 Mg/L

4. Analisa % HCl
A x N x BE
% HCl = x100 %
Volume Sampel x 1000
0,25 x 0,1 x 36 ,5
= 5 x 1000 x 100 %
= 0,1825 %
A x N x BE
% HCl = x100 %
Volume Sampel x 1000
0,2 5 x 0,1 x 36 ,5
= 5 x 1000 x 100 %

= 0,1825 %
Rata-rata = 0,1825%

LAMPIRAN D
GAMBAR ALAT

No Nama dan Gambar Alat Fungsi


1 Buret

Untuk mengukur volume cairan yang


keluar seperti pipet dalam proses titrasi.

2 Gelas kimia

Sebagai tempat untuk melarutkan zat


yang tidak butuh ketelitian yang tinggi.

3 Erlenmeyer Digunakan sebagai tempat mereaksikan


sampel
4 Corong

Untuk memindahkan larutan dari tempat


satu ketempat yang lain.

Pipet Tetes

Untuk memindahkan cairan dari satu


5 wadah ke wadah lainnya dalam jumlah
yang sangat kecil

6 Labu ukur

Digunakan untuk mengencerkan suatu


sampel.

7 Gelas Ukur

Untuk mengukur volume zat cair yang


digunakan
LAMPIRAN C
TUGAS DAN PERTANYAAN

A. Analisa konsentrasi CO2 pada air!


1. Jelaskan pengaruh konsentrasi CO2 terhadap kualitas air!
2. Jelaskan fungsi CO2 dalam air!
B. Analisa konsentrasi NaOH dalam Braine!
1. Jelaskan pengertian larutan yang terjadi secara kimia dan berikan contoh!
2. Jelaskan perbandingan satuan konsentrasi, contoh perhitungan!
a. Kemolaran (M = molar)
b. Kemolalan (m = molal)
3. Buatlah contoh perhitungan!
a. Jumlah zat terlarut
b. Pengenceran larutan
Jawab
A. Analisa konsentrasi CO2 pada air
1. CO2 dapat membantu dalam proses dikomposisi bahan organik oleh
bakteri. Semakin tinggi konsentrasi CO 2 dalam air maka semakin tidak
baik kualitas air karena dapat mengganggu bahkan menjadi racun bagi
organisme.
2. CO2 berfungsi untuk membantu dalam proses dikomposisi bahan organik
oleh bakteri dalam air.
B. Analisa konsentras NaOH dalam Braine
1. Secara kimia larutan adalah campuran homogen yang terdiri dari dua atau
lebih zat, contoh : larutan garam, gula dan sirup.
2. a. Kemolaran
gr 1000
M= x
mr V
2 1000
M= x
40 10
M = 0,5 mol e-
b. Kemolalan
gr 1000
m= x
mr p
3 1000
m= x
60 200
m = 0,25 mol/g
3. Contoh perhitungan
a. jumlah zat terlarut
Berapakah massa NaOH yang harus dilarutkan untuk membuat larutan
NaOH 250 ml dengan konsentrai 1M
gr 1000
M= x
mr V
gr 1000
1 = x
40 250
gr = 10 gram
b. pengenceran
Larutan H2SO4 1M sebanyak 100 ml dari H2SO4 pekat 16M
M1.V1 = M2.V2
16.V1 = 1.100
V1 = 6,25 ml

LAMPIRAN B
TUGAS DAN PERTANYAAN

1. Berikan tahap-tahap dari pembentukan etil nitrit (H3CCH2ONO) dari asam


nitrit (HONO) dan etanol !
2. Ramalkan produk esterifikasi dari reduksi berikut :
H3CCH2ONO + CH3OH
Jika 10 gr metanol direaksikan, berapa liter ester yang terbentuk pada STP
Jawab :
1. R −¿ OH −¿R’ −¿ COOH → R −¿COO −¿ R’ + H2O
CH3CH2OH + HCOONO → CH3 −¿ CH2 −¿ COO −¿ NO + H2O
Etanol asam nitrat etil nitrat air
2. Diketahui : massa etanol = 10 gram
ρ metanol = 0,9 gr/liter
Ditanya : volume pada keadaan STP?
m 10 gr
Jawab :ρ= →v=
v 0,9 gr/liter
v = 11, 1 liter
11,1 liter
v STP = = 0,49 liter
22,4 liter
= 490 ml

Anda mungkin juga menyukai