Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR

MEMBUAT LARUTAN STANDAR

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Laporan Praktikum Kimia Dasar

Disusun Oleh:
Kelompok VI (A1)

Syilvie Anastasya Utami NIM. 220190007


Suhailah Silalahi NIM. 220190015
M. Aldi Zuwanda NIM. 220190018
Reina Melinda H. Hsb. NIM. 220190020
Kasral NIM. 220190022

LABORATORIUM TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
LHOKSEUMAWE
2022
ABSTRAK

Larutan standar merupakan larutan yang kadar dan konsentrasinya diketahui


secara jelas dan diketahui langsung melalui hasil penimbangan. Laruan standart
bisa dibuat dengan konsentrasi Normalitas, dan Molaritas. Larutan standart
biasanya sebagai titran. Pada saat ekuivalen titran harus dihentikan, saat ini
dinamakan titik akhir titrasi yang sekaligus berfungsi sebagai alat ukur volume
larutan standart. Percobaan ini dilakukan dengan metodelogi perhitungan dan
penimbangan. Dengan menghitung massa jenis dari suatu larutan dengan
menggunakan konsentrasi Molaritas dan ditimbang dengan neraca digital. Dari
hasil percobaan ini diperoleh untuk membuat larutan standart Pb(NO3)2 dengan
konsentrasi 0,2M dibutuhkan Pb(NO3)2 sebanyak 6,48 gram. Untuk membuat
larutan standart KI dengan konsentrasi 0,2M dibutuhkan KI sebanyak 3,32 gram.
Untuk membuat larutan standart K2CrO4 dengan konsentrasi 0,1M dibutuhkan
K2CrO4 sebanyak 1,94 gram. Untuk membuat larutan standart NaOH dengan
konsentrasi 0,1M dibutuhkan NaOH sebanyak 0,4 gram. Jadi dalam percobaan ini
konsentrasi yang dipakai yaitu Molaritas (M).
Kata kunci : Konsentrasi,Larutan standar,Molaritas,Normalitas,Volume
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Judul Praktikum : Membuat Larutan Standar


1.2 Tanggal Praktikum : 11 Maret 2019
1.3 Pelaksana Praktikum : Kelompok VI (A1)
1. Syilvie Anastasya Utami NIM. 220190007
2. Suhailah Silalahi NIM. 220190015
3. M. Aldi Zuwanda NIM. 220190018
4. Reina Melinda H. Hsb. NIM. 220190020
5. Kasral NIM. 220190022
1.4 Tujuan Praktikum : Membuat larutan standar dengan konsentrasi
normalitas dan molaritas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Larutan Baku


Larutan baku (standart) adalah larutan yang konsentrasinya sudah
diketahui secara teliti biasa dinyatakan dalam satuan N (normalitas) dan M
(molaritas). Larutan baku biasanya sebagai titran. Pada saat ekuivalen titran harus
dihentikan, saat ini dinamakan titik akhir titrasi sehingga ditempatkan dalam buret
yang sekaligus berfungsi sebagai alat ukur volume larutan baku. Ada dua
komponen utama pembentuk larutan, yaitu zat terlarut (solute) dan zat pelarut
(solvent). Namun apabila fasa larutan pembentuknya sama, zat yang terbanyak
disebut pelarut sedangkan zat lainnya disebut zat terlarut. Adapun larutan baku
dibedakan menjadi dua yaitu:
2.1.1 Larutan Baku Primer
Larutan yang mengandung zat padat murni yang konsentrasinya diketahui
secara cepat melalui metode gravimetri (perhitungan massa). Dapat digunakan
untuk menerapkan konsentrasi larutan lain yang belum diketahui. Nilai
konsentrasi dihitung melalui perumusan sederhana setelah dilakukan dalam
volume tertentu. Syarat-syarat larutan standart baku primer :
a. Zat mudah diperoleh, dimurnikan, dikeringkan, jika mungkin pada suhu
(110-1200C) dan disimpan dalam keadaan murni.
b. Zat tersebut dapat diuji pengotorannya dengan uji-uji kualitas dan
kepekaan tertentu.
c. Reaksi yang berlangsung dengan pereaksi harus bersifat stoikiometri dan
langsung
d. Zat tersebut harus mudah larut dalam pelarut yang dipilih
e. Zat tersebut sedapat mungkin mempunyai massa relative dan massa
ekuivalen yang besar.
f. Zat harus berubah berat dalam penimbangan diudara, kondisi ini
menunjukkan bahwa zat tidak boleh higroskopik tak pula dioksida oleh
udara atau dipengaruhi karbon dioksida.
2.1.2 Larutan Baku Sekunder
Larutan baku sekunder adalah suatu zat yang konsentrasinya tidak dapat
diketahui dengan tepat karena berasal dari zat yang tidak pernah murni.
Konsentrasi larutan ini ditentukan dengan pembakuan menggunakan baku primer,
biasanya melalui metode titrimetri. Syarat-syarat larutan baku sekunder :
a. Kemurnian lebih rendah dari pada larutan baku primer
b. Mempunyai berat ekuivalen yang tinggi untuk memperkecil kesalahan
penimbang.
c. Larutannya relatif stabil dalam penyimpangan (sukardjo, 1997).
2.2 Menyatakan Konsentrasi Larutan
Konsentrasi merujuk ke bobot atau volume zat terlarut yang berada dalam
pelarut ataupun larutan yang banyaknya ditentukan. Terdapat beberapa metode
yang lazim untuk mengungkapkan kualitas-kualitas ini :
2.2.1 Persen bobot
Presentase yang diberikan merajuk kepada zat terlarurt: misalnya, suatu
larutan NaCl dalam air 5% mengandung 5% bobot natrium klorida, dengan 95%
sisanya adalah air.
massa zat terlarut
% bobot = x 100 % ....................……………………..…
massa zat larutan
(1.1)
2.2.2 Persen Volume
Persen volume menyatakan volume suatu larutan dari sua cairan dalam
100 liter larutan.
volume zat terlarut
% volume = x 100% ……………………...
volume total larutan
…………(1.2)
2.2.3 Fraksi Mol
Fraksi mol didefinisikan jumlah total mol zat terlarut adalah fraksi mol
terlarut ,dan jumlah total mol terlarut ialah fraksi mol pelarut.
nt
X terlarut =
nt+np
np
X pelarut = …………………………………….…………………...
nt+np
(1.3)
Jumlah fraksi mol zat pelarut dan terlarut haruslah sama dengan satu X p=1- Xt .

2.2.4 Molaritas ( M )
Molaritas adalah banyaknya mol zat terlarut per liter larutan atau 1 mol zat
itu terlarut dalam ml larutan.
gr 1000
M ¿ x ….………..…………………………………….
Mr Vml
(1.4)
Keterangan :
mol
M = Molaritas suatu zat
l
gr = massa zat ( gram )
gr
Mr = massa molekul relatif suatu zat
mol
V = Volume larutan ( ml )
2.2.5 Molalitas ( m )
Molalitas adalah banyaknya mol zat terlarut yang dilarutkan dalam satu
kilogram (1000 gr) pelarut. Dengan rumus :
gr 1000
m ¿ x …….…………………………………………….
Mr p
(1.5)
Keterangan :
m = molalitas suatu zat ( molal )
p = massa pelarut ( gram )
2.2.6 Normalitas ( N )
Normalitas adalah banyaknya ekuivalen zat terlarut per liter larutan.
Secara sistematis dapat ditulis :
gr 1000
N ¿ x x a ..………………………………………………
Mr V
(1.6)
Keterangan :
N = Normalitas (Molek/l)
gr = Massa suatu zat
a = Ekuivalen suatu zat
v = Volume suatu zat
Untuk menyatakan konsentrasi normalitas, digunakan ekuivalen. Bobot
ekuivalen adalah bobot zat ekuivalen satu sama lain dalam reaksi kimia
(keenan,1989).

2.3 Analisa Volumetrik


Analisa volumetrik adalah analisa kimia kuantitatif yang dilakukan dengan
jalan mengukur volume suatu larutan standart yang berekasi langsung dengan
larutan yang dianalisis dimana kadar ditetapkan berdasarkan volume yang
diketahui. Dasar-dasar dari metode analis kuantitatif volumetrik yaitu teknik
analisis menggunakan titrasi. Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk dapat
dilakukan analisi volumetrik adalah :
a. Reaksinya harus berlangsung cepat
b. Reaksinya harus sederhana serta dapat dinyatakan dengan persamaan
reaksi yang kuantitatif.
c. Harus ada perubahan yang terlihat pada saat titik ekuivalen tercapai baik
secara kimia maupun fisika.
d. Harus ada indikator jika relatif tidak menunjukkan perubahan kimia,
fisika, indikator polensiometrik dapat pula digunakan.

2.3.1 Macam-macam analisa volumetrik


Adapun macam-macam analisa volumetrik yakni :
a. Gravimetri adalah gas yang diukur volume gas yang direaksikan atau
hasilnya reaksi.
b. Titrimetri adalah pengukuran volume dalam larutan yang diperlukan untuk
bereaksi sempurna dengan sejumlah berat zat yang akan ditentukan.
c. Alkalimetri adalah metode yang digunakan untuk menentukan kadar zat
yang bersifat asam dengan menggunakan larutan standart yang bersifat
basa.
d. Achidimetri adalah menentukan kadar zat yang berasal dari basa dengan
menggunakan larutan standart yang bersifat asam.
e. Permanganometri adalah untuk menentukan kadar suatu zat yang bersifat
reduktor dengan menggunakan larutan standart KMnO4 yang bersifat
oksidator.
f. Iodometri adalah menentukan kadar zat yang bersifat reduktor dengan
larutan standart I2 ysng bersifat oksidator.

2.3.2 Klasifikasi analis titrimetri atau volumetrik


Penggolongan analisis titrimetri ini berdasarkan :
a. Reaksi kimia asam basa ( reaksi netralisasi )
Jika larutan bakunya adalah larutan baku yang bersifat basa, maka zat
yang akan ditentukan haruslah bersifat asam dan seterusnya.
b. Reaksi oksidasi dan reduksi ( redoks )
Yang terjadi adalah reaksi antara senyawa ion yang bersifat sebagai
oksidator dengan senyawa yang bersifat sebagai reduktor dan sebaliknya.
c. Reaksi pengendapan ( presipitasi )
Reaksi pengendapan adalah reaksi penggabungan ion yang menghasilkan
endapan atau senyawa yang praktis tidak terionisasi.
d. Reaksi kompleksometri
Titrasi kompleksometri digunakan untuk menetapkan kadar ion-ion alkali
dan alkali tanah atau ion-ion logam. Larutan bakunya endapan EDTA
(Mulyono,2006)
2.4 Sifat-sifat larutan
Larutan mempunyai sifat-sifat yang berbeda dengan pelarutnya. Sifat-sifat
yang berbeda seperti rasa, warna, ph dan kekentalan bergantung pada jenis dan
konsentrasi zat terlarut. Empat sifat penting larutan yaitu penurunan tekanan uap,
kenaikan titik didih, penurunan titik beku dan tekanan hidrostatik.
2.4.1 Penurunan tekanan uap (∆ p)
Tekanan uap semua larutan yang mengandung zat terlarut yang mudah
menguap dalam suatu pelarut selalu lebih rendah dari tekanan uap pelarut murni.
Jika kita membuat larutan dari berbagai zat terlarut yang kuantitasnya tetap,
sebagaimana kita lakukan dalam membuat larutan–larutan yang molaritasnya
sama, kita akan menemukan bahwa terjadi penurunan (depression) tekanan yang
sama, jika larutan itu encer dan terlarut bukan elektrolit dan tidak mudah menguap
(Rosenberg Jerome,1996)
Hukum Raolut menyatakan bahwa dalam larutan non eletrolit yang tidak
mudah menguap penurunan tekanan uap sebanding dengan fraksi mol pelarut.
Dalam bentuk persamaan penurunan tekanan uap perlarut.
∆ p= (tekanan uap pelarut murni) – (tekanan uap larutan)
= (tekanan uap pelarut murni) – (fraksi mol zat terlarut) ...…….(2.1)
2.4.2 Kenaikan titik didih (∆ Tb )
Suhu dimana larutan mendidih selalu lebih tinggi dari titik didih pelarut
murni jika zat terlarut itu relatif tidak mudah menguap. Dalam larutan encer,
kenaikan titik didih ini berbanding lurus dengan banyaknya molekul zat terlarut di
dalam massa tertentu pelarut
∆ Tb = Kb x m
Tblarutan = Tbpelarut + ∆ Tb …………………………………….(2.2)
Keterangan:
Tb = titik didih larutan
Kb = tetapan kenaikan titik didih molal (0C/molal)
m = molalitas
2.4.3 Penurunan titik beku (∆ Tf )
Bila kebanyakan larutan encer didinginkan, pelarut murni terkristalisasi
terlebih dahulu sebelum ada zat terlarut yang mengkristalisasi. Suatu dimana
kristal-kristal pertama berada didalam keseimbangan dengan larutan disebut titik
beku larutan.
∆ Tf = Kf x m
Tflarutan = Tfpelarut - ∆ Tf …………………………………….(2.3)
Keterangan :
Kf = Tetapan penurunan titik beku ( 0C / molal)
Tf = titik beku larutan
2.4.4 Tekanan Osmosis ( π )
Tekanan osmosis adalah aliran yang spontan dari solvent kedalam larutan
atau lebih encer kedalam larutan yang lebih pekat bila kedua cairan itu dipisahkan
oleh suatu membran semipermiabel. Tekanan osmosis larutan encer non elektrolit
diberikan oleh suatu persamaan yang bentuknya setara dengan hukum gas ideal.
π = M. R. T
gr 1000
π= x .R.T ……………………………………………..….....
Mr v
(2.4)
Keterangan :
M = Molaritas
R = Tetapan gas ideal ( 0,082 atmL/ mol k)
T = Temperatur (T)
V = Volume temperature dalam ml (Respati,1981).
BAB III
METODELOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat-alat
Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai
berikut:
1. Neraca digital 1 buah
2. Labu ukur 100 ml 1 buah
3. Kaca arloji 1 buah
4. Spatula 1 buah

3.1.2 Bahan-bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai
berikut:
1. Na2S2O3 3,95 gram
2. Nacl 2,925 gram
3. Pb(NO3)2 2,69 gram
4. HCI 99,5 ml
5. CH3COOH 17,14 ml

3.2 Prosedur Kerja


Adapun cara kerja dalam membuat larutan standart :
1. Dihitung zat murni yang ingin dibuat larutan standart dengan konsentrasi x
Molaritas
2. Dimasukkan zat murni (gram) yang telah ditambah kedalam labu ukur.
3. Ditambahkan aquades kedalam labu ukur sampai volume tepat (garis
batas).
4. Dikocok larutan sampai bercampur sempurna.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
No Bahan Volume(ml) Berat (gram) Keterangan
1. Na2S2O3 - 3,95 0,25m
2. Nacl - 2,925 0,5m
3. Pb(No3)2 - 2,69 0,1m
4. HCI 99,5 - 1,2m
5. CH3COOH 17,14 - 3N
Sumber : (Praktikum Kimia Dasar,2022)
4.2. Pembahasan
Pada percobaan ini yaitu,untuk membuat larutan standar dengan
konsentrasi normalitas dan normalitas.hal pertama dilakukan adalah dengan
melakukan perhitungan terlebih dahulu karena zat dan konsentrasi yang diminta
tidak ada dalam persediaan.setelah itu jumlah yang akan ditimbang
diketahui,kemudian dilakukan langkah penimbangan.untuk zat pertama yang akan
dibuat larutan bakunya adalah Na2S2O3 sebanyak 3,95 gram,kemudian untuk
membuat larutannya masukkan Na2S2O3 yang telah di timbang kedalam labu
ukur,lalu tambahkan aquades sampai tanda batas lalu larutan akan
dihomogenkan ,sampai tercampur dengan sempurna zat kedua adalah Nacl dengan
konsentrasu 0,5 m.ditimbang Nacl sebanyak 2,925 gram kemudian untuk
membuat larutannya masukkan Nacl yang telah ditimbang kedalam labu ukur.lalu
tambah aquades sampai tandai batal lalu larutan dihomogenkan dan sampai
tercampur dengan sempurna zat ketiga adalah Pb(No3)2 dengan konsentrasi 0,1m
ditimbang juga sebanyak 2,69 gram, kemudian untuk membuat larutannya
masukkan Pb(No3)2 yang telah ditimbang kedalam labu ukur,lalu tambahkan
aquades sampai tanda batas lalu larutan homogen sampai semua campurannya
tercampur dengan sempurna zat keempat yaitu HCI dengan konsentrasi 12 m .
kemudian untuk membuat larutannya yang pertama dengan menggunakan pipet
ukur ambil zat HCI sampai batas ukur hasil perhitungan HCI sebnayak 99,5 ml
kemudian masukkan kedalam labu ukur sampai batas volume tepat dan
tambahkan aquades ,lalu homogenkan sampai tercampur dengan sepurna .zat
kelima yaitu dihomogenkan sampai tercampur dengan sempurna zat kelima
dihomogenkan CH3COOH denga konsentrasi 3 N. Hasil perhitunganya adalah
17,14 ml lalu kemudian dimasukkan kedalam labu ukur sampai batas volume dan
tambahkan aquades.lalu homogenkan sampai tercampur dengan sempurna..

Sifat suatu larutan sangat dipengaruhi oleh susunan komposisi untuk


menyatakan komposisi larutan tersebut.maka digunakan sebuah istilah kosentrasi
larutan yang menunjukkan perbandingan jumlah mol terlarut terhadap peran
terlarut

Hubungan antara konsentrasi dengan larutan yaitu jika zat terlarutnya


banyak,maka larutannya yang dibentuk memiliki konsentrasi tinggi (pekat),
sebaliknya,jika zat larutannya sedikit larutan yang dibentuk memiliki konsentrasi
rendah ( encer).
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dalam praktikum ini dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Untuk membuat larutan standart Na2S2O3 0,2 M 100 ml maka dibutuhnya
3,95 gram Na2S2O3 murni.
2. Untuk membuat larutan standart Nacl 0,5 M 100 ml maka akan
dibutuhkan 2,925 gram Nacl murni.
3. Untuk membuat larutan standart Pb(No3)2 0,1 M 100 ml maka dibutuhkan
dibutuhkan 2,69 gram Pb(No3)2 murni.
4. Untuk membuat larutan standart HCI 12 M 100 ml maka dibutuhkan 99,5
ml HCI murni.
5. Untuk membuat larutan standart CH3COOH 3 N 100 ml maka dibutuhkan
17,14 ml CH3COOH murni.
6. Konsentrasi berbanding lurus dengan jumlah zat terlarut.

5.2 Saran
Dalam percobaan ini, untuk melakukan percobaann harus dapat diketahui
alat dan bahan yang digunakan serta pemahaman tentang percobaan yang
dilakukan .perhatikan dengan baik volume yang akan kita ambil dan akan kita
campurkan,karena volume yang digunakan dapat mempengaruhi hasil yang
didapat selain itu,percobaan pembuatan larutan standar ini dapat juga dilakukan
dengan mengganti jenis yang akan digunakan dengan volume dan konsentrasi
yang berbeda pula contohnya H2SO4 0,1 M dengan volume 250 ml.
DAFTAR PUSTAKA

Keenan, dkk. 1989. Kimia Untuk Universitas. Jilid I. Jakarta : Erlangga.


Mulyono HAM. 2006. Kamus Kimia. Bandung : Bumi Aksara.
Respati. 1982. Dasar-dasar Ilmu Kimia. Jakarta : Rineka Cipta.
Rosenberg Jerome L. 1996. Kimia Dasar (edisi. 6). Jakarta : Erlangga.
Sukardjo. 1997. Kimia Untuk Universitas. Jakarta : Erlangga.
LAMPIRAN B
PERHITUNGAN

1. Membuat larutan standar Na2S2O3 0,25 M dalam 100 ml?


massa 1000
M = x
Mr v
massa 10 00
0,25 = x
158 1 00
39,5 = 10 gr
39,5
Massa =
10
= 3,95 gram
2. Membuat larutan standar Nacl 0,5 M dengan 100 ml?
massa 1000
M = x
Mr v
massa 10 00
0,5 = x
58,5 1 00
29,25 = 10 massa
29,25
Massa =
10
= 2,925 gram
3. Membuat larutan standar Pb(No3)2 dengan 100 ml dengan konsentrasi
0,1M ?
massa 1000
M = x
Mr v
massa 10 00
0,1 = x
194 1 00
29,9 = 10 gr
26,9
Massa =
10
Massa = 2,69 gram
4. Membuat larutan standar HCI 1,2 M dengan 100 ml?
= V1M1 = V2M2
V1 12,06 = 100.12
V1 12,06 =12.00
1200
V2 =
12,6
V1 = 99,5 ml
5. Membuat larutan standar CH3COOH 3 N dalam 100 ml
=V1M1 =V2.m2
V1 17,5 = 100.3
300
V1=
17,5
V1=17,14 ml
LAMPIRAN C
TUGAS DAN PERTANYAAN

1. Sebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi larutan


2. Buatlah perhitungan larutan standart dengan konsentrasi Molaritas dan
Normalitas.
Jawaban :
1. Temperatur zat akan mudah larut jika suhu dinaikkan. Pembentukan
kompleks, peristiwa terjadinya interaksi antara senyawa tak larut dengan
zat yang larut membentuk garam kompleks ,jenis pelarut ,zat dapat
bercampur dengan syarat memiliki jenis pelarut
2. a. Nacl 0,5 M
massa 1000
M = x
Mr v
massa 1000
0,5 = x
58,5 1 00
19,25 = 10 massa
2 9, 25
massa =
10
massa = 2,925 gr

b. CH3COOH 3 N
V1M1 =V2.M2
V1 17,5 = 100.3
V1 17,5 = 300
300
V1 =
17,5
V1 = 17,14 ml
LAMPIRAN D
GAMBAR ALAT

NO Gambar Alat Fungsi alat


1

Untuk menimbang massa suatu zat


kimia

Ner
aca Analitik

Untuk membuat atau mengencerkan


larutan dengan ketelitian

Labu Ukur

3 Sebagai penutup untuk labu dan


gelas kimia atau untuk menimbang
bahan kimia

K
aca Arloji
4 Untuk mengambil atau mengaduk
bahan – bahan dengan bentuk
padatan

Spatula

Anda mungkin juga menyukai