Anda di halaman 1dari 21

KIMIA ANALISIS

FARMASI

PRINSIP DASAR KIMIA


ANALISIS KUANTITATIF
Kimia analisis kuantitatif merupakan suatu
metode analisis yang bertujuan untuk

mengetahui berapa banyak suatu zat


tertentu yang terkandung dalam suatu
sampel
Suatu analisis yang lengkap terdiri dari
lima tahap utama :
(1) Pemilihan suatu sampel yang dianalisis,
(2) Pelarutan sampel,
(3) konversi analit menjadi suatu bentuk yang cocok untuk diukur,
(4) Pengukuran,
(5) Perhitungan dari hasil pengukuran tersebut
LARUTAN &
KONSENTRASI
LARUTAN
Campuran zat-zat yang homogen, yang
memiliki komposisi merata diseluruh
bagian volumenya

Zat terlarut Pelarut

Komponen yang Komponen yang terdapat dalam


jumlahnya sedikit jumlah yang banyak

Jenis-jenis larutan
Larutan tidak Jenuh Suatu larutan dengan sejumlah zat
terlarut belum mencapai titik jenuh

Suatu larutan dengan jumlah


Larutan Jenuh
maksimum zat terlarut pada
temperatur tertentu

Larutan lewat Jenuh Suatu larutan dengan jumlah zat


terlarut dalam larutan lebih banyak
daripada zat terlarut yang
seharusnya dapat melarut pada
temperatur tertentu

Kelarutan Faktor-faktor yang


mempengaruhi
Banyaknya zat terlarut yang dapat kelarutan : Sifat Zat,
menghasilkan larutan jenuh, dalam molekul pelarut,
jumlah tertentu pelarut pada temperatur, dan
temperatur konstan Tekanan
KONSENTRASI

Didefenisikan sebagai jumlah zat


terlarut dalam setiap satuan
larutan atau pelarut

PERSEN KONSENTRASI
= gram zat terlarut
a. Persen berat gram zat terlarut + gram pelarut larutan X 100%
(% W/W) = gram zat terlarut
X 100%
gram larutan
b. Persen volume
= ml zat terlarut X 100%
(% V/V) ml larutan

c. Persen
berat/volume = gram zat terlarut
ml larutan X 100%
(% W/V)
Contoh :
1. Hitung berapa % berat NaCl yang dibuat
dengan melarutkan 20 g NaCl dalam 55 g air?
Jawab :
% berat NaCl= 20/20+55 x 100 = 26,67%
2. 50 ml alkohol dicampur dengan 50 ml air
menghasilkan 96,54 ml larutan. Hitung %
volume masing-masing komponen.
Jawab :
% vol alkohol = 50/96,54 x 100 = 51,79%
% vol air = 50/96,54 x100 = 51,79%
(perlu diperhatikan bahwa jumlah % volume dari
semua komponen larutan tidak selalu sama
dengan 100)
PARTS PER MILLION dan PARTS PER BILLION

Jika larutan sangat encer digunakan


satuan konsentrasi parts per million
(ppm), dan parts per billion (ppb)
Satu ppm ekivalen dengan 1 mg zat terlarut dalam 1 L larutan

Satu ppb ekivalen dengan 1 µg zat terlarut dalam 1 L larutan

1 mg zat terlarut 1 µg zat terlarut


1 ppm = 1 ppb =
1 L larutan 1 L larutan
JUMLAH MOL DALAM LARUTAN (n)

g
n=
BM

n = mol dalam larutan


g = gram dari zat terlarut
BM = berat molekul larutan

Contoh :
Hitung mol larutan yang mengandung 6,00 g
NaCl (BM = 58,44)
Jawab : n = 6 g/58,44 = 0,10266
FRAKSI MOL (x)

Jumlah mol A
Fraksi mol A = XA=
Jumlah mol semua komponen

Fraksi mol zat terlarut = Jumlah mol zat terlarut


Jumlah mol zat terlarut + jumlah mol pelarut

Jumlah mol pelarut


Fraksi mol zat pelarut = Jumlah mol zat terlarut + jumlah mol pelarut

Contoh
Hitung fraksi mol NaCl dan fraksi mol H2O dalam larutan 117 g NaCl
dalam 3 kg H2O.
Jawab :
NaCl = 117/58,5 = 2 mol Air = 3000/18 = 166,6 mol
Fraksi mol NaCl = 2/ 168,6 = 0,012
Fraksi mol air = 166,6/168,6 = 0,988
KEMOLARAN (M)

Molaritas = jumlah mol per liter larutan

mol zat terlarut


Kemolaran (M) =
Liter larutan

g
Kemolaran (M) =
BM x V

Contoh
Hitung kemolaran suatu larutan yang dibuat dengan cara
melarutkan 19,6 g H2SO4 dalam 200 ml larutan.

Jawab :
Kemolaran (M) = 19,6/98 x 0,2 = 1 M
KEMOLALAN (m)

Kemolalan = jumlah mol zat terlarut dalam


1 kg pelarut

Kemolalan (m) = mol zat terlarut


kg pelarut

g
Kemolalan (m) =
BM x kg pelarut

Contoh
Hitung kemolalan larutan metil alkohol (Mr = 32), dengan
melarutkan 37 g metil alkohol (CH3OH) dalam 1750 g air.
Jawab :
Kemolalan (m) = 37/32,0 x 1,750 kg = 0,66 m
KENORMALAN (N)

Normalitas = jumlah ekivalen per liter


larutan
Kenormalan (N) = ekivalen zat terlarut
liter larutan

Kenormalan (N) = eq eq = g
V BE
g
BE x V
BE = BM
v
v = valensi
Berat ekivalen

Perhatikan reaksi-reaksi berikut :


Reaksi asam-basa
HCl 1M = HCl 1N
H2SO4 1M = H2SO4 2N
H2C2O4 1M = H2C2O4 2N
NaOH 1M = NaOH 1N
Contoh :
Hitung kenormalan larutan yang
mengandung 36,75g H2SO4 dalam 1,5
liter larutan. Massa molekul H2SO4 = 98

Jawab : Berat ekivalen = 49


Normalitas = 36,75/49x1,5 = 0,50 N
Titrimetri Analisis kimia kuantitatif yang dilakukan dengan menetapkan
volume suatu larutan yang konsentrasinya telah diketahui
dengan tepat, yang diperlukan untuk bereaksi secara kuantitatif
dengan larutan dari zat yang akan ditetapkan.

Ada tiga komponen utama yang terlibat :


1. Larutan standar /larutan baku titran
2. Larutan zat uji atau analit
3. Indikator
Larutan/zat yang ditambahkan untuk membantu
menetapkan titik akhir titrasi
Larutan yang akan ditentukan konsentrasinya
Larutan yang konsentrasinya telah diketahui dengan tepat

1. Larutan baku primer

2. Larutan baku sekunder


Larutan baku primer : Larutan yang dibuat dengan melarutkan zat
baku yang ditimbang secara seksama sampai
volume tertentu secara seksama

Syarat zat baku :

1. Zat yang mempunyai kemurnian tinggi


2. Stabilitas yang tinggi, dinyatakan dengan BPFI (Baku Pembanding FI) atau
Pa (Proanalitis)
3. Mempunyai BE ( berat ekuivalen) yang besar, sehingga kesalahan menjadi kecil

Larutan baku sekunder : Larutan baku yang kadar/konsentrasinya


ditentukan dengan menggunakan larutan baku
primer melalui proses standarisasi

Pembakuan : cara yang digunakan untuk menentukan normalitas atau


molaritas suatu larutan
Jadi, larutan asam klorida dapat
dibakukan dengan menggunakan larutan
baku natrium hidroksida sebagai baku
sekunder, atau dengan menggunakan
natrium karbonat yang diketahui
kemurniannya, dan disebut baku primer

Titik akhir titrasi Titik di mana suatu titrasi sudah dinyatakan selesai

Titik ekuivalen Titik di mana suatu reaksi sudah dinyatakan selesai


Persyaratan reaksi dalam titrimetri
1. Harus ada reaksi yang sederhana, yang dapat dinyatakan dapat dinyatakan
dengan persamaan kimia .

2. Reaksi harus praktis berlangsung dalam sekejap,

3. Harus tersedia beberapa indikator untuk menentukan titik akhir


titrasi
Empat tipe reaksi dalam titrimetri
1. Reaksi asam-basa/netralisasi
Titrasi yang melibatkan senyawa asam atau basa, baik sebagai zat
uji maupun sebagai larutan baku

2. Reaksi oksidasi reduksi


Titrasi yang melibatkan reaksi yang mengalami perubahan bilangan
oksidasi atau pemindahan elektron
Zat pereduksi yang umum
adalah senyawa besi, natrium
oksidator reduktor tiosulfat asam arsenat
Zat pengoksidasi yang umum digunakan adalah kalium
permanganat, Kalium bikromat, iodin, kalium iodat, dan
kalium bromat
3. Reaksi pengendapan
Titrasi yang melibatkan senyawa yang dapat bereaksi membentuk suatu
endapan tanpa proses reaksi redoks, pada umumnya ion Ag + dengan halogen

4. Reaksi pembentukan kompleks

Titrasi yang melibatkan reaksi yang menghasilkan senyawa


kompleks. Reaksi ini tergantung pada pembentukan senyawa-
senyawa kompleks yang larut atau sedikit larut

Metode titrasi dibedakan atas :


1. Titrasi langsung
Titrasi di mana larutan uji bereaksi langsung dengan larutan baku
HCl + NaOH NaCl + H2O
Dengan persamaan mgrek zat uji = mgrek larutan baku

Nzat uji x Vzat uji = Nlarutan baku x Vlarutan baku


2. Titrasi tidak langsung
Titrasi di mana larutan baku tidak bereaksi langsung dengan larutan zat uji,
tapi larutan baku bereaksi dengan sisa atau kelebihan larutan baku lain yang
Ditambahkan langsung ke dalam zat uji

suatu asam + NaOH (berlebih)

NaOH (sisa) + H2SO4

Dengan persamaan mgrek zat uji = (mgrek larutan baku yang


ditambahkan langsung dalam zat uji – mgrek larutan baku)
Mengapa dilakukan titrasi tidak langsung :
1. Zat uji dan larutan baku bereaksi lambat
2. Zat uji mudah menguap/terurai
3. Untuk mendapatkan indikator yang baik
3. Titrasi blangko
Titrasi yang dilakukan terhadap pereaksi/pelarut yang digunakan tanpa
mengandung zat uji,
Untuk menghilangkan kesalahan-2 yang disebabkan oleh pereaksi, metode, dll
Dengan persamaan mgrek zat uji = { (volume titrasi blanko –
volume titrasi zat uji) x normalitas larutan baku }
PEMBAKUAN
1. HCl 0,1 N 1. Na2S2O3 0,1N
2. H2SO4 0,1N 2. Serium (IV)sulfat 0,1N
3. NaOH 0,1N 3. KI 0,1 N
4. HClO4 0,1N 4. Asam oksalat 0,1N
5. AgNO3 0,1N 5. Kalium arsenat 0,1N
6. Besi (III)amonium sulfat 6. Titanium klorida 0,1N
0,1N 7. Komplekson I
7. Amonium tiosianat 0,1N 8. KompleksonII
8. KMnO4 0,1N 9. Komplekson III
9. K2Cr2O7 0,1N 10. Komplekson IV
10. KBr 0,1N
11. KFe(II)CNS 0,1N
12. I2 0,1N
13. Bromin 0,1N

Anda mungkin juga menyukai