Landasan teori
1. Pengertian Konsentrasi Larutan
Bila menyatakan persen berat, persentase yang diberikan itu merujuk ke zat
terlarut. Pernyataan "5,00 g NaCL per 100.0 g larutan berair" mempunyai pengertian:
larutan yang dibuat dari 5,00 g NaCL dan melarutkannya dalam Og 95,0 g H2O, yaitu
massa air yang cukup untuk menghasilkan 100.0 gr larutan. larutan ini dapat dikatakan
larutan 5% NaCL berdasar massa. Satuan konsentrasi ini, yang kuantitas terlarut dan
larutannya diukur berdasar massa, juga dinamakan persen massa/massa atau
(massa/massa).
Persen berat dapat didefinisikan dengan persamaan :
Masih ada kemungkinan lain yaitu campuran satuan massa dan volume.
Misalnya, jika zat terlarut diukur berdasar massa dan kuantitas larutan berdasar volume,
dapat digunakan istilah persen massa/volume atau % massa/volume.
Persen berat/volume dapat didefinisikan dengan persamaan:
Atau,
4. Molaritas (M)
Molaritas suatu larutan ialah banyaknya mol zat terlarut per liter larutan.
Rumus molaritas :
Atau,
Gram zat terlarut = Massa molekul X liter larutan Kemolaran
5. Molalitas (m)
Molalitas adalah jumlah mol zat terlarut dalam 1000 gram pelarut.
Rumus molalitas :
atau,
W 1 1000
molal (m) = x
Mr W2
6. Fraksi mol
ppm = massa komponen larutan (g) per 1 juta g larutan. Untuk pelaru : 1 ppm
setara dengan 1 mg/liter.
1 bagian/1.000.000 atau
1 mg zat / 1 kg larutan
Atau
1 Jenis-jenis Larutan
Larutan tidak terbatas pada sistem cairan dapat juga berupa padatan
ataugas.udara di atmosfer adalah contoh larutan sistem gas(pelarut dan terlarut
berwujud gas). Logam kuningan adalah contoh sistem larutan padat (campuran tembaga
dan seng). Dengan demikian terdapat bermacam-macam larutan.
a. larutan cair
adalah larutan yang wujud pelarut(solven) berupa zat cair. Contoh larutan cair antara
lain larutan gula, larutan garam.dan sebagainya.
b. larutan padat
adalah larutan yang wujud pelarutnya berupa zat padat.contoh larutan padat adalah emas
22 karat yang merupakan campuran homogen antara emas dan perak atau logam lain.
c. larutan gas
adalah larutan yang wujud pelarutnya berupa zat gas.contoh larutan gas adalah udara
yang kita hirup sehari-hari untuk bernafas.
a. larutan pekat
b. larutan encer
BAB II
METODA
a. Mahasiswa mampu membuat larutan dengan konsentrasi tertentu (Sub CPMK 2a)
2.3 Prosedur
Mulai
Penambahan garam
Selesai
Mulai
Selesai
BAB III
Perubahan yang terjadi, penting perubahan warna, pada saat awal sebelum
pencampuran nacl dan aquadesnya masih jernih dan nacl masih berbentuk Kristal.
Setelah keluar zat tersebut di campur dan di larutkan hasil larutan naclnya menjadi
sedikit keruh dan tidak jernih lagi, kedua perubahan zat yang awalnya nacl berbentuk
Kristal-kristal padat kemudian setelah di campur dengan aquades dan di aduk maka nacl
tersebut menjadi larut dengan aquades dan itu sudah berbentuk cairan larutan.
Zat nacl dan aquades yang telah di campur dan dilarutkan tersebut di sebut
dengan campuran homogen mengapa demikian itu terjadi karena pencampuran tersebut
tidak dapat dibedakan antara zat-zat yang bercampur di dalam larutan tersebut, zat yang
di maksud yaitu zat nacl dan aquades, awalnya zat tersebut masih bias dibedakan ketika
di campur, namun setelah di aduk kedua zat tersebut tercampur dan terlarut sehingga
bentuk keduanya sama menyatu maka dari itu tidak lagi dapat di bedakan dan zat
tersebut sudah berubah nama menjadi larutan yaitu larutan nacl.
Pengaruh proses pengadukan, semakin cepat kita mengaduk maka zatnya juga
akan semakin cepat terlarut dan jamgka waktunya pun jadi lebih cepat.
. Perhitungan rumus
m massa
m =
v (t ) mr massax 1000
=
v (mt ) mr (nt )
1000
1000
m2= 0,5 m massa 0,5x58,45x =2,9225 9 gr =3 gr
1000
1000
m1=1m massa 1x0,5 x 58,45 x =5,845 gr =6 gr
1000
1000
m3=0,1m massa = 0,1 x 58,45 x =0,5845 gr =1 gr
1000
V= 100 mt (larutan)
N1.M1=V2.M2
V= N1,M1 = V2.M2
20.1= (v aquades + 20 m1) 20.1=(Vaq+20 ml).0,1
20 = v.aq . 0,5 + 10
20=0,1 vaq+2
20-10=v.aq . 0,5
18=v. N1.M1=V2.M2
aq
(180 m
l=vaq)
10= v.aq . 0,5
10
=v . aq( 20 ml=Vaq)
0,5
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
1. Landasan Teori
Air berfungsi sebagai bahan yang dapat mendispersikan senyawa yang terdapat
dalam bahan makanan. Untuk beberapa bahan, air berfungsi sebagai pelarut. Air dapat
melarutkan berbagai bahan seperti garam, vitamin yang larut air, mineral dan senyawa
citarasa. Banyaknya kandungan air dalam bahan pangan merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi kecepatan dan aktifitas enzim, aktifitas mixroba dan aktifitas
kimiawi, yaitu terjadi ketengikan, reaksi non enzimatis sehingga menimbulkan sifat-
sifat organoleptik, penampakan, tekstur dan cita rasa gizi yang berubah. Air bebas
adalah air yang secara fisik terikat dalam jaringan matriks bahan, membran, kapiler,
serat dan lain – lain, jika air ini diuapkan seluruhnya maka kandungan air bahan
berkisar antara 12 – 25 % tergantung jenis bahan dan suhu (Amanu, 2014).
Kadar air dalam suatu bahan makanan sangat mempengaruhi kualitas dan daya
simpan dari bahan pangan tersebut. Apabila kadar air bahan pangan tersebut tidak
memenuhi syarat makabahan pangan tersebut akan mengalami perubahan fisik dan
kimiawi yang ditandai dengan tumbuhnya mikroorganisme pada makanan sehingga
bahan pangan tersebut tidak layak untuk dikonsumsi.penentuan kadar air dari
suatubahan pangan sangat penting agar dalam proses pengolahan dan pendisribusian
mendapat penanganan yang tepat. Dengan memanaskan suatu bahan pangan dengan
suhu tertentu maka air dalam bahan pangan tersebut akan menguap dan berat bahan
pangan akan konstan. Berkurangnya berat bahan pangan tersebut berati banyaknya air
yang terkandung dalam bahan pangan tersebut (Saputra, 2015).
Parameter kadar air merupakan pengukuran kandungan air yang berada di dalam
bahan yang bertujuan untuk memberikan batasan minimal atau rentang besarnya
kandungaan air dlam bahan. Metode penetapan kadar air dengan menggunakan destinasi
toluen, kandungan air dalam bahan yang dinyatakan dalam % v/b terhadap berat
ekstrak. Kadar air bahan berpengaruh terhadap masa simpan. Kadar air yang tinggi
menyebabkan kerentanan terhadap aktifitas mikroba. Kandungan air dalam ekstrak
merupakan media tumbuhnya kapang dan jamur (Guntarti, 2015).
Penentuan kadar air dilakukan dengan memasukkan sampel dalam oven pada suhu
105˚C selama 3 jam. Kemudian berat sampel ditimbang kadar air dalam bahan dapat
dihitungan dengan rumus :
% kadar air = berat awal - berat akhir x 100%
Penentuan kadar air berguna untuk mengetahui ketahanan suatu bahan dalam
penyimpanannya dan merupakan cara penanganan yang baik bagi suatu bahan untuk
menghindari pengaruh aktifitas mikroba. Jumlah kadar air yang rendah membuat bahan
akan lebih tahan disimpan dalam jangka waktu yang relatif lama (Malangi, 2015).
Kadar air merupakan parameter mutu sosis yang penting karna sosis merupakan
produk yang masa simpannya di pengaruhi oleh kadar air. Kadar air sosis fermentasi
lele berkisar antara 59,22-55,65%. Hal ini sesuai dengan SNI 01-3820-1995 tentang
sosis yaitu kadar air maksimal 67,0%. Hal ini disebabakan karena penambahan bahan
baku dan penguapan selama proses pengasupan dari fermentasi. Pada saat sebelum
fermentasi sebagian molekul airmembentuk hidrat dengan molekul lain yang
mengandung atomoksigen,nitrogen, karbohidrat, protein, garam dan senyawa organik
lainnya sehingga air yang terikat berubah menjadi air bebas (Nisa, 2016).
Pengujian kadar air pada biskuit dilakukan untuk mengetahui kandungan kadar air
dari sediaan. Kadar air dalam bahan pangan berkaitan erat dengan daya awet produk.
Pengurangan air baik dalam pengeringan atau penambahan bahan lain bertujuan untuk
mengawetkan bahanbahan pangan sehingga dapat tahan terhadap kerusakan kimiawi
maupun mikrobiologi. Aktifitas air merupakan faktor penting yang mempengaruhi
kestabilan makanan kering selama penyimpanan (Gita dan Danuji, 2018).
Kadar air berfungsi menentukan kesegaran dan daya awet pada bahan pangan serta
bentuk kadar air yang sangat tinggi akan mengakibatkan mudahnya masuk bakteri,
khamir dan kapang untuk berkembang biak sehingga terjadi perubahan pada bahan
pangan yang dapat mempercepat adanya pembusukan (Pratama et al, 2014).
Kadar air adalah sejumlah air yang terkandung di dalam suatu benda, seperti tanah
(yang disebut juga kelembaban tanah), bebatuan, bahan pertanian, dan sebagainya.
Kadar air digunakan secara luas dalam bidang ilmiah dan teknik dan diekspresikan
dalam rasio, dari 0 (kering total) hingga nilai jenuh air di mana semua pori terisi air.
Nilainya dapat secara volumetrik ataupun gravimetrik (massa), basis basah maupun
basis kering (Kristina, 2018).
Semua bahan makanan mengandung air dalam jumlah yang berbeda-beda, baik itu
bahan makanan hewani maupun nabati. Air berperan sebagai pembawa zat-zat makanan
dan sisa-sisa metabolisme, sebagai media reaksi yang menstabilkan pembentukan
boiopolimer, dan sebagainya. Kadar air yang terdapat pada bahan pangan berbeda-beda.
Untuk menentukan kadar air pada bahan pangan tersebut, harus dilakukan dengan uji
Analisa kandungan air yang dilakukan dengan suatu metode tertentu. Bentuk fisik bahan
pangan tidak dapat dijadikan patokan untuk menentukan kandungan air bahan. Kadar air
dalam bahan makanan dapat ditentukan dengan berbagai cara salah satunya yaitu
metode pengeringan, metode destilasi, metode kimiawi dan metode fisis.
1. Penelitian yang dilakukan Prima Bagus. S tahun 2013 mengenai analisis kadar
air didapatkan kadar air dalam buah tomat yaitu 93% yang dilakukan dengan
menggunakan metode pengeringan melalui oven sedangkan menurut F.G
Winarno biasanya tomat memiliki kadar air sebanyak 94%.
2. Peneltian Arifa, olin dan yanni dengan judul Laporan Praktikum Analisis Pangan
Uji Kadar Air Bahan Pangan tahun 2014 menunjukan hal yang sama, pada buah
semangka didapatkan hasil kadar air 90% dengan metode pengeringan melalui
oven sedangkan menurut F.G Winarno biasanya memiliki 93% kadar air dalam
semangka.
3. Penelitian penetapan kadar air (metode oven pengering) yang dilakukan oleh
Wulaniriky menunjukan kadar air dalam kacang hijau sebesar 4% sedangkan
menurut F.G Winarno sebesar 90%.
4. Penelitian Analisis mutu beras oleh Sarastuti, Usman dan Sutrisno memiliki
hasil kadar air yaitu 12% yang memiliki kesamaan dengan F.G Winarno kadar
air pada beras biasanya 12%.
5. Penelitian R Zunggaval tahun 2017 memiliki hasil kadar air dalam buah pisang
sebesar 60% berbeda dengan F.G Winarno pisang biasanya memiliki kadar air
75%
Tinggi rendahnya nilai aktivitas air akan mempengaruhi waktu simpan dan kualitas
dari bahan pangan. Semakin kecil nilai aktivitas air maka semakin lama daya simpan
bahan pangan tersebut (Wilandika & Vita, 2017). Kandungan air dalam bahan pangan
mempengaruhi daya tahan terhadap serangan mikroba yang dapat digunakan oleh
mikroorganisme untuk pertumbuhannya. Untuk memperpanjang daya tahan suatu
bahan, sebagian air dalam bahan harus dihilangkan dengan beberapa cara seperti
pengeringan.
Air termasuk zat gizi. Setiap bahan pangan mengandung air. Air dapat berasal dari
energi zat gizi pangan selama metabolisme, atom karbon dan atom H bergabung dengan
oksigen menghasilkan CO dan HO. Air berfungsi sebagai media hampir semua reaksi
kimia yang ada di dalam tubuh dan ikut serta dalam reaksi tersebut, air dapat
melarutkan mineral, vitamin, asam amino, glukosa, dan banyak molekul kecil lainnya,
air berperan sebagai pengangkut zat penting ke dalam sel, dan mengeluarkan sisanya
(Tejasari, 2005: 50-51).
Prinsip metode Thermogravimetri adalah menguapkan air yang ada dalam bahan
dengan jalan pemanasan. Kemudian menimbang bahan sampai berat konstan yang
berarti semua air sudah diuapkan. Secara umum proses thermogravimetri dilakukan
dengan perlakuan yang mencakup penimbangan, pengovenan, pendinginan hingga
diperoleh berat konstan.
METODA
2.3Cara kerja
2) Membersihkan cawan aluminium, keringkan dengan oven, dinginkan dalam eksikator, dan
timbang beratnya.
3) Menimbang sampel yang sudah dihaluskan sebanyak 5gram dalam cawan yang sudah
diketahui beratnya.
4) Memasukkan cawan yang berisi sampel ke dalam oven bersuhu 100 – 105° C selama 3 –
5 jam tergantung bahannya.
6) Memasukkan lagi cawan tersebut dalam oven selama 30 menit, dinginkan dalam eksikator
dan timbang.
7) Mengulangi perlakuan nomor 1 - 6 sampai tercapai berat konstan (selisih penimbangan
berturut-turut kurang dari 0,2 mg).
8) Pengurangan berat merupakan banyaknya air dalam bahan
Kadar air bahan (wet basis = berat basah) = 𝐴−𝐵 𝐴 𝑥 100% (1)
Kadar air bahan (dry basis = berat kering) =𝐴−𝐵 𝐵 𝑥 100% (2)
Keterangan: A = Berat awal sampel B = Berat akhir sampel
Mulai
2 jam
a−b
Perhitungan : KA(wt) = Berat Basah = x 100 %
a
Sampel 1 Sampel 2
0,962 5,038−11
¿ x 100 % ¿ x 100 %
5,038 5,038
= 0,19 %
Berat Kering
Sampel 1 sampel 2
a−b a−b
¿ x 100 % ¿ x 100 %
b b
5,038−6 5,038−11
¿ x 100 % ¿ x 100 %
6 11
0,962 5,962
¿ x 100 % ¿ x 100 %
6 11
¿−0,16 %
Membandingkan dengan SNI = hasil dari kelompok 2 antara hasil pengamatan dengan SNI
nya tidak sesuai. Yang berat basah nya mendapatkan 0,19% dan -1,18%. Dan berat kering nya
mendapat kan hasil -0,16% dan 0,54%. Sedangkan SNI nya yaitu 2973:2011, kadar air
maksimal pada wafernya 12% air dan berat bersihnya 46 gram
Tekstur bahan ketika nabati richeese di keringkan berbentuk kering dan agak krispi di akibat
kan lemak atau kadar air dari prdoduk tersebut di keringkan. Dan aroma yang di hasilkan dari
nabati richeese di keringkan ber aroma
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari hasil kelompok dua (2) melakukan pengamatan kepada Nabati Richeese wafer
dalam melakukan praktikum kadar air, hasil dari berat basah nya sekitar 0,19% dan -
1,18%. Dan berat kering nya sekitar -0,16% dan 0,54%. Sedangkan SNI pada sebuah
produk mendapatkan 2973:2011 kadar air maksimal pada wafer nya 12%. Jadi hasil
praktikum kelmpok dua tidak sesuai dengan SNI.
4.2 Saran
menurut penulis yang menjadi kesalahan dari melakukan kadar air dalam suatu
nabati richeese wafer, faktor utama bermasalah timbangan analitik nya, dan dalam
kelompok kami melakukan kontak tangan secara langsung atau memindahkan sampel
ke tempat yang baru itu salah satu faktor terjadi nya kesalahn dalam mengukur kadar air
DAFTAR PUSTAKA
Amanu. F.N. 2014. Pembuatan tepung mocap di Madura ( kajian vanetas dan
lokasi penanaman) terhadap mutu dan rendemen jurnal pangan dan agroindustri vol. 2
(3) : 161 – 169.
Gita, R.S.D & S. Danuji. Studi Pembuatan Biskuit Fugsional dengan Substitusi Tepung
Ikan Gabus dan Tepung Daun kelor. Jurnal Pendidikan Biologi dan
Sains.2018;1(2):155-162.
1. Landasa Teori
Teori asam maupun basa sudah mulai dikenal oleh ahli kimia konvensional sejak
jaman dulu. Bukti utama dapat dilihat dari nama mereka sendiri. Istilah asam berasal
dari bahasa Latin acetum yang artinya adalah cuka. Unsur pokok cuka adalah asam
asetat CH COOH. Sedangkan istilah alkali diambil dari bahasa Arab untuk abu. Selain
itu, telah diketahui pula bahwa paling tidak selama 3 abad bahwa hasil reaksi antara
asam dan basa (netralisasi) adalah garam. (Petrucci, 1985).
Istilah asam dan basa kemudian diinterpretasikan secara lebih terperinci olch
beberapa ahli. Pada awal abad 19, seorang kimiawan bernama Arhennius
memperkenalkan konsep asam dan basa, dimana asam adalah sneyawa yang bila
dilarutkan ke dalam air akan meningkatkan konsentrasi ion hidrogen (H) di atas nilainya
dalam air murni, sedangkan basa meningkatkan meningkatkan ion hidroksida. (Petrucci,
1985). Dalam air murni, terdapat sedikit ion hidrogen (H) dan ion hidroksida (OH) yang
jumlahnya sama. Hal tersebut timbul dari hasil ionisasi parsial dari air:
H(aq) + OH (aq)
Menurut Arhennius, kita mendefinisikan asam sebagai zat yang bila dilarutkan dalam
air akan menambah jumlah ion hidrogen yang sudah ada dalam air murni. Gas hidrogen
klorida bereaksi dengan air menghasilkan asam klorida:
HCl(g) H(aq) + Cl(aq)
Basa didefinisikan sebagai zat yang bila dilarutkan akan menambah jumlah ion
hidroksida yang sudah ada dalam air murni. Natrium hidroksida banyak larut dalam air
berdasarkan persamaan: Hasil dari persamaan di atas merupakan basa kuat. Amonia
adalah basa lainnya, sebagaimana ditunjukkan oleh produk reaksinya dengan air:
NaOH(s) Na (aq) + OH(aq)
NH(aq)+HO = Nha (aq)+OH(aq)
Bila larutan asam dicampur dengan basa, maka terjadilah reaksi netralisasi; (aq) +
OH(aq) H₂O(/) Ini merupakan kebalikan dari reaksi ionisasi air yang telah diperlihatkan
sebelumnya. Jika ion pengamat dimasukkan kembali ke dalam persamaan, misalnya:
HCI-NaOH H2O + NaCl
Menunjukkan bahwa garam dapat didefinisikan sebagai produk selain air dari reaksi
asam dengan basa. Namun demikian, biasanya lebih disukai tidak menuliskan ion
pengamat ini dan hanya secara gamblang menyatakan ion-ion yang bereaksi. (Chang.
2003).
Sebuah definisi asam dan basa yang lebih luas, yang akan berguna dalam
perhitungan kuantitatif kimia dasar, diperkenalkan secara terpisah oleh Johannes
Bronsted dan Thomas Lowry pada tahun 1923. Suatu asam Bronsted-Lowry
didefinisikan sebagai suatu zat yang dapat memberikan ion hidrogen (H), sedangkan
suatu basa bronsted lowry adalah suatu zat yang dapat menerima ion hidrogen (II).
Dalam reaksi asam-basa Bronsted-Lowry, ion hidrogen dipindahkan dari asam ke basa.
Sebagai contoh, bila asam asetat dilarutkan ke dalam air, ion hidrogen dipindahkan dari
asam asetat ke air (Oxtoby, 1999).
CHCOOH(aq)+HO) = HO (aq)+CH COO (4)
Ion hidronium H₂O (aq) cenderung lebih sering dipakai dalam penulisan reaksi
kimia daripada ion hidrogen (H) karena lebih menggambarkan sifat ion hidrogen yang
sebenarnya dalam air. Asam dan basa terdapat sebagai pasangan asam-basa konjugat.
CH-COOH dan CH,COO adalah salah satu contohnya, dimana CH COO adalah basa
konjugat dari CH COOH. Demikian pula dapat dikatakan CH COOH adalah asam
konjugat dari CH COO. Dengan cara yang sama, HO dan HO juga membentuk
pasangan asam-basa konjugat. Kesetimbangan yang tercapai dapat dipandang sebagai
persaingan antara dua basa untuk mendapatkan ion hidrogen H. Sebagai contoh, bila
amonia dilarutkan ke dalam air kedua basa NH, dan OH bersaing memperebutkan ion-
ion hidrogen. (Chang, 2003).
H2O(1) +NH(4) NH4 (aq) + OH (aq)
Satu keuntungan dari pendekatan Bronsted-Lowry adalah tidak terbatas hanya untuk
larutan air. Sebagai contoh larutan ammonia sebagai pelarut adalah NH bertindak
sebagai sebuah basa, walaupun ion hidroksida (OH) tidak ada. Skema Arhennius yang
sudah lama diperkenalkan tidak dapat menjelaskan hal ini, sehingga dengan teori
Bronsted-Lowry diperluas untuk larutan lain di luar larutan air. (Chang, 2003).
HCI(dalam NH)+ NH (1) NH, (dalam NH) + C(dalam NH3)
Beberapa molekul dan ion dapat berfungsi baik sebagai asam dan sebagai basa
tergantung dari kondisi reaksi sehingga disebut amfoter. Contoh yang paling umum
adalah air itu sendiri. Air berfungsi sebagai asam dengan memberikan ion hidrogen
kepada NH (basa konjugat disini adalah OH) dan sebagai basa dengan menerima ion
hidrogen dari CH COOH (asam konjugat di sini adalah H30). Dengan cara yang sama,
ion hidrogen karbonat dapat berfungsi sebagai asam dan sebagai basa. (Oxtoby, 1999).
HCO (aq) + HO(1) HO (aq) + CO, (aq)
HCO (aq) + HO(1) H-CO, (aq) OH(aq)
Lebih lanjut, struktur Bronted Lowry dapat digambarkan lebih detail melalui model
yang dikemukakan oleh Lewis. Struktur model Lewis dapat digunakan untuk
menggambarkan perilaku yang lebih umum dari asam-basa dimana definisi Arhenius
dan Bronsted-Lowry merupakan kasus istimewa. Sebuah basa lewis merupakan jenis
basa yang menyumbangkan sepasang elektron bebas dan suatu asam lewis adalah jenis
asam yang menerima sepasang elektron tersebut. Asam dan basa Arrhenius sejauh ini
dianggap memenuhi gambaran tersebut (dengan asam lewis, yaitu H, berfungsi sebagai
akseptor terhadap berbagai macam basa lewis seperti NH, dan OH, yaitu donor
pasangan elektron). (Oxtoby, 1999).
pH merupakan salah satu contoh fungsi keasaman. Konsentrasi ion hidrogen dapat
diukur dalam larutan non-akuatik, namun perhitungannya akan menggunakan fungsi
keasaman yang berbeda. pH superasam biasanya dihitung menggunakan fungsi
keasaman Hammett, H. Umumnya indikator sederhana yang digunakan adalah kertas
lakmus yang berubah menjadi merah bila keasamannya tinggi dan biru bila
keasamannya rendah. Selain menggunakan kertas lakmus. indikator asam basa dapat
diukur dengan pH meter yang bekerja berdasarkan prinsip elektrolit/konduktivitas suatu
larutan (Anonim, 2009)
asam lemah tidak berwarna dan ion-nya berwarna merah muda terang. Penambahan
ion hidrogen berlebih menggeser posisi kesetimbangan ke arah kiri, dan mengubah
indikator menjadi tak berwarna. Penambahan ion hidroksida menghilangkan ion
hidrogen dari kesetimbangan yang mengarah ke kanan untuk menggantikannya
mengubah indikator menjadi merah muda. Setengah tingkat terjadi pada pH 9,3. Karena
pencampuran warna merah muda dan tak berwarna menghasilkan warna merah muda
yang pucat, hal ini sulit untuk mendeteksinya dengan akurat (Rahayu, 2006).
Air laut mempunyai kemampuan menyangga yang sangat besar untuk mencegah
perubahan pH. Perubahan pH sedikit saja dari pH alami akan memberikan petunjuk
terganggunya sistem penyangga. Hal ini dapat menimbulkan perubahan dan
ketidakseimbangan kadar CO2 yang dapat membahayakan kehidupan biota laut. pH air
laut permukaan di Indonesia umumnya bervariasi dari lokasi ke lokasi antara 6.0 ± 8,5.
Perubahan pH dapat mempunyai akibat buruk terhadap kehidupan biota laut, baik secara
langsung maupun tidak langsung (Odum, 1993).
Tinggi rendahnya pH dipengaruhi oleh fluktuasi kandungan O2 maupun CO2.Tidak
semuamahluk bisa bertahan terhadap perubahan nilai pH, untuk itu alam telah
menyediakan mekanisme yang unik agar perubahan tidak terjadi atau terjadi tetapi
dengan cara perlahan.Tingkat pH lebih kecil dari4,8 dan lebih besar dari 9,2 sudah dapat
dianggap tercemar (Sary, 2006). Pada konsentrasi yang besar CO2 juga masuk kedalam
perairan sehingga mengakibatkan perubahan parameterkualitas air khususnya pH air
dan sistem karbonat. Pengasaman laut,mengakibatkan terganggunya kehidupan
organisme laut termasuk di dalamnya organisme yang mengalami proses pengapuran
pada siklus hidupnya, seperti Halimeda sp. Halimeda sp merupakan jenis makroalga
yang mengandung kadar kalsium, dimana dimana pada siklus hidupnya terdapat proses
pengapuran yang mampu menenggelamkan CO2 dalam perairan (Soemarwoto, 2001)
Persamaan kw berarti bahwa selalu ada sejumlah H.O' dan sejumlah OH dalam
semua larutan air murni, Kosentrasi keduanya berbanding terbalik. Suatu larutan
bersifat asam jika kosentrasi H.O' melebihi kosentrasi OH: larutan bersifat asam jika
kosentrasi H.O" melebihi kosentrasi OH; larutan bersifat netral bila kosentrasi kedua
ion tersebut sama, dan bersifat basa jika kosentrasi OH melebihi kosentrasi H.O. (David
E. Goldberg, 2004)
METODE
a. Bahan
Air minum dalam kemasan (AMDK) yang di produksi perusahaan lokal atau UMKM
b. Alat
1) pH meter
2) Tissu
4) Beaker glass
5) Batang pengaduk
Mulai
Selesai
BAB III
3.3 Pembahasan
Air minum dalam kemasan (AMDK) yang layak di konsumsi yaitu air minum
yang telah memenuhi persyaratan sesuai peraturan yang di keluarkan adalah memiliki
pH 6,5-8,5. Pada pratikum ini kadarvair pada minuman SMS di dapatkan pH sebesarb
6,90. Menurut Kemenkes air minum dalam kemasan dengan merek SMS masih layak di
konsumsi sehari-hari. Pada praktik knpengujina kadar air pada minuman Torpedo SNI
nya 01-44-52-1998 dengan standar pH nya 3,0-4,0 sedangkan pH yang di dapat adalah
3,04. Air minuman berasa (torpedo) tidak kayak dibkonsumsi karena tidak mencapai
peraturan SNI yang di dapatkan mempunyai sifat terlalu asam maka minuman tersebut
tidak layak di konsumsi tidak baik untuk kesehatan. Dalam komposisi minuman berasa
(torpedo) terdapat asam sitrat, sucrose, malic Acid, trisodium, Yang mengandung
tingkat keasaman tinggi adalah asam sitrat.
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
Berhati-hati lah dalam membeli atau meminum minuman berasa lihat lah dulu SNI
nya atau asam yang terdapat pada minuman tersebut. Dan sebelum memulai pratikum
gunakan lah alat pelindung diri seperti masker, sarung tangan, dan jangan lupa bawa
tissue untuk membersihkan refraktometer dan pH meter.
DAFTAR PUSTAKA
Sary, 2006. Bahan Kuliah Manajemen Kualitas Air. Politehnik vedca. Cianjur.
David. E. G. 2004, Kimia Untuk Pemula, Ahli Bahasa: Ir Sherly Affandi, Jakarta
Penerbit Erlangga.
Rivai, Harrizul, 1995, Asas Pemeriksaan Kimia, Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.
MODUL IV
PENENTUAN KARBOHIDRAT
1. Landasan Teori
Pemahaman dari segi gizi, karbohidrat terdiri dari dua jenis, yaitu available
karbohidrat dan non-available karbohidrat. Available karbohidrat adalah karbohidrat
yang dapat dicerna oleh enzim pencernaan, diserap dalam bentuk glukosa oleh usus
halus, dan dimetabolisme oleh sel-sel tubuh. Serat pangan tidak termasuk kategori
available karbohidrat karena tidak dapat dicerna oleh enzim pencernaan, meskipun
dapat menjadi sumber energi setelah melalui proses fermentasi dan penyerapan asam
lemakasam lemak rantai pendek di usus. Energi yang dihasilkan dari serat pangan
sangat rendah, di bawah 4 kkal/gram, yaitu antara 1,5–2,5 kkal/ gram (Ledikwe, dkk.,
2006), bahkan ada yang tidak memberikan energi.
Bentuk non-available karbohidrat seperti serat pangan banyak terdapat pada buah-
buahan dan sayursayuran. Bentuk non-available karbohidrat tidak dicerna oleh tubuh
sehingga memiliki IG rendah. Bentuk non-available karbohidrat seperti oligosakarida
dalam bentuk frukto oligosakarida (FOS) dan galakto oligosakarida (GOS), rafinosa,
stakiosa, dan verbaskosa terdapat pada kacang kedelai. Jenis non-available karbohidrat
seperti pati resisten dan serat juga terdapat pada biji-bijian utuh dan sagu sehingga
keduanya memiliki indeks glikemik yang rendah (Momuat, dkk., 2015; Setiarto, dkk.,
2015).
Faktor intrinsik yang memengaruhi nilai IG dari pangan sumber karbohidrat adalah
rasio amilosa dan amilopektin. Pangan dengan kadar amilosa yang tinggi cenderung
sulit dicerna akibat struktur amilosa yang tidak bercabang membuatnya terikat lebih
kuat sehingga sulit mengalami gelatinisasi, sedangkan amilopektin strukturnya
bercabang dan ukuran molekulnya lebih besar sehingga mudah mengalami gelatinisasi.
Hal tersebut mengakibatkan amilopektin mudah untuk dicerna (Lovegrove, dkk., 2017).
Bahan
Mulai
Membuka kalibrasi
refraktometer
menggunakan aquades dan
keringkan dengan
menggunakan rissu
Selesai
selesai
BAB III
3. 1 Hasil Pengamatan
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
UJI BORAKS
1.Landasan teori
Boraks yang berasal dari bahasa arab yaitu bouraq pada awal mula dikenal
mempunyai aktifitas sebagai bahan anti septik yang digunakan sebagai bahan
pembersih,pengawet kayu dan herbisida namun saat ini boraks tidak digunakan sebagai
pembersih tapi umumnya sebagai pengenyal atau pengawet makanan. Adanya boraks
menjadikan adonan dapat lebih liat dan elastis (Winarno, 1994).
Sejak lama,boraks disalah gunakan oleh produsen nakal untuk pembuatan
kerupuk,beras, mie, lontong (sebagai pengeras), ketupat (sebagai pengeras), bakso
(sebagai pengenyal dan pengawet), kecap (sebagai pengawet), bahkan pembuatan bubur
ayam (sebagai pengental dan pengawet). Padahal fungsi boraks yang sebenarnya adalah
digunakan dalam dunia industri non pangan sebagai bahan solder, bahan pembersih,
pengawet kayu, antiseptik, dan pengontrol kecoa (Suhanda, 2012).
Dampak buruk bagi kesehatan dari boraks yaitu menyebabkan iritasi saluran
cerna yang ditandai dengan sakit kepala, pusing, muntah, mual, diare, penyakit kulit
yakni kemerahan pada kulit diikuti dengan terkupasnya kulit ari. Gejala lebih lanjut
ditandai dengan badan menjadi lemah, kerusakan ginjal, pingsan, bahkan shock dan
kematian bila tertelan 5 sampai 10 gr boraks. (Suhendra, 2013).
Meskipun bakso sangat memasyarakat, ternyata pengetahuan masyarakat
mengenai bakso yang aman dan baik untuk dikonsumsi masih kurang. Buktinya, bakso
yang mengandung boraks masih banyak beredar dan tetap dikonsumsi. Formalin dapat
memperpanjang daya awet bakso, sedangkan boraks dapatmengeyalkan bakso. Tetapi
formalin dan boraks sangat membahayakan kesehatan (Sudarwati, 2007).
Kasus keracunan boraks yang bukan dari makanan dilaporkan pada tahun 1907.
Menurut laporan tersebut banyak anak usia dini menderita sariawan pada mulut,
kemudian dioleskanmadu dan boraks. Ternyata kelainan paska pengolesan pada kulit
terjadi eritema dan wajah tampak keriput. Di indonesia tepatnya di palembang Sumatera
selatan terjadi kasus keracunan boraks yang berasal dari makanan pada pertengahan
1994. Dilaporkan 5 orang meninggal dunia dan 56 orang terpaksa dirawat di rumah
sakit. Pada tahun 2009 Dinas Kesehatan Kota Depok, mengumunkan hasil pengujian
dikantin sekolah dasar yang rata-rata menjajakan jajanan khas sekolah terbukti 30%
mengandung boraks. (Rusli, 2009).
Boraks merupakan senyawa kimia berbahaya untuk pangan dengan nama kimia
natrium tetrabonat (NaB407 10H2O). Dapat dijumpai dalam bentuk padat dan jika larut
dalam air akan menjadi natrium hidroksida dan asam borat (H3B03). Boraks atau asam
borat biasa digunakan sebagai bahan pembuat deterjen, bersifat antiseptik dan
mengurangi kesadahan air. Bahan berbahaya ini haram digunakan untuk makanan
(Cahyadi, 2008).
Senyawa-senyawa asam borat ini mempunyai sifat-sifat kimia sebagai berikut:
jarak lebur sekitar 1710oC. Larut dalam 18 bagian air dingin, 4 bagian air mendidih, S
bagian gliserol 85%, dan tidak larut dalam eter. Kelarutan dalam air bertambah dengan
penambahan asam klorida, asam sitrat atau asam tartrat. Mudah menguap dengan
pemanasan dan kehilangan satu molekul airnya pada suhu 1000 C yang secara perlahan
berubah menjad asam metaborat (HBO2). Asam borat merupakan asam lemah dengan
garam alkalinya bersifat basa, mempunyai bobot molekul 61,83 berbentuk serbuk halus
kristal transparan atau granul putih tak berwarna dan tak berbau serta agak manis
(Khamid, 2006).
Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang
diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan ataupun
minuman bagi konsumsi manusia. Termasuk di dalamnya adalah bahan tambahan
pangan, bahan baku pangan dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan,
pengolahan atau pembuatan makanan atau minuma (Saparinto dan Hidayati, 2006).
Saat ini boraks sering menjadi bahan pemberitaan karena disalahgunakanuntuk
bahan campuran makanan. Boraks (NA2B4O7.10H2O) merupakan suatu zatyang
bersifat basa mempunyai pH 8,2, tidak berbau, berbentuk kristal putih dantidak mudah
terbakar. Zat ini mengandung 99% sodium tetraborat decyhydrateyang cukup berbahaya
jika terkomsumsi manusia (MSDS, 2000). Hasil surveipangan Badan POM RI tahun
2001-2003, menunjukkan bahwa dari 1.222 makanan (mie, bakso dan makanan ringan)
terdapat 129 sampel mengandung boraks. Kandungan boraks paling banyak ditemukan
pada mie basah (B POM,
2004).
Sering mengonsumsi makanan berboraks akan menyebabkan gangguan otak,
hati, lemak dan ginjal. Dalam jumlah banyak, boraks menyebabkan demam. anuria
(tidak terbentuknya urin), koma, merangsang sistem saraf pusat, menimbulkan depresi,
apatis, sianosis, tekanan darah turun, kerusakan ginjal, pingsan bahkan kematian (Agus,
2009).
Boraks atau Natrium tetraborat memiliki berat molekul 381,37. Rumus molekul
Na2B4O7.10H2O. Pemeriannya berupa hablur transparan tidak berwarna atau serbuk
hablur putih, tidak berbau. Kelarutan boraks yaitu larut dalam air, mudah larut dalam air
mendidih dan dalam gliserin: tidak larut dalam etanol. (Ditjen POM, 1995).
Peranan bahan tambahan pangan (BTP) khususnya bahan pengawet, pengenyal
menjadi semakin penting sejalan dengan kemajuan teknologi produksi BTP sintesis.
Banyaknya BTP dalam bentuk lebih murni dan tersedia secara komersil dengan harga
yang relatif murah akan mendorong meningkatnya pemakaian BTP yang berarti
meningkatkan konsumsi bahan tersebut bagi setiap individu (Cahyadi, 2008).
Boraks digunakan oleh masyarakat Indonesia untuk pembuatan lontong, baso,
gendar, dan lain-lain. Boraks secara lokal dikenal sebagai bleng, garam bleng atau pijer
(Winarno dan Rahayu, 1994)
Menurut Effendy (2004), makanan yang dijajakan sekarang ini tidak terlepas
dari zat atau bahan yang mengandung unsur berbahaya dan pengawet yang dalam
jumlah banyak menyebabkan kerusakan pada jaringan tubuh. Jika suatu bahan makanan
mengandung bahan yang sifatnya berbahaya bagi kesehatan, maka makanan tersebut
dikategorikan sebagai bahan makanan yang tidak layak dikonsumsi. Makanan yang
tidak layak dikonsumsi misalnya, makanan yang mengandung logam berat (Pb, Cd, Hg,
Ra, dsb), mengandung mikroorganisme yang berbahaya bagi tubuh, mengandung bahan
pengawet (Boraks, formalin, alkohol, dsb), serta makanan yang mengandung zat
pewarna berbahaya (Rhodamin B, Methanyl yellow atau Amaranth).
Menurut Oliveoile (2008). Boraks merupakan garam Natrium Na2B4O7
10H2O yang banyak digunakan dalam berbagai industri non pangan khususnya industri
kertas, gelas, pengawet kayu, dan keramik. Gelas pyrex yang terkenal dibuat dengan
campuran boraks. Di Indonesia boraks merupakan salah satu bahan tambahan pangan
yang dilarang digunakan pada produk makanan, karena asam borat dan senyawanya
merupakan senyawa kimia yang mempunyai sifat karsinogen. Boraks sejak lama telah
digunakan masyarakat untuk pembuatan gendar nasi, kerupuk gendar, atau kerupuk puli
yang secara tradisional di Jawa disebut “Karak” atau “Lempeng”. Disamping itu boraks
digunakan untuk industri makanan seperti dalam pembuatan mie basah, lontong,
ketupat, bakso bahkan dalam pembuatan kecap( Menurut Oliveoile (2008).Metode
penelitian yang dilakukan adalah metode sampling. Metode sampling yang dipakai
adalah sampling nonprobability Sampling, yakni pengambilan sampel dimana tidak
semua anggota/elemen populasi berpeluang sama untuk dijadikan sampel. Teknik
pengambilan sampel yaitu Purposive sampling memilih sample dari suatu
populasiberdasarkan pertimbangan ilmiah, baik pertimbangan ahli maupun
pertimbangan teori (Sudjana, 2002).
Menurut departemen kesehatan (1999), Larangan penggunaan boraks pada
makanan diperjelas dengan adanya Permenkes RI No. 1168/MENKES/PER/X/1999
menyatakan bahwa salah satu Bahan Tambahan Makanan yang dilarang digunakan
dalam makanan adalah boraks (Menurut departemen kesehatan (1999).
Menurut artikel ilmiah (2014), pada saat ini masih banyak ditemukan
penggunaan bahan pengawet yang dilarang untuk digunakan dalam makanan dan
berbahaya bagi kesehatan, misalnya boraks dan formalin. Boraks banyak digunakan
dalam berbagai makanan seperti baso, mie basah. pisang molen, lemper, buras, siomay,
lontong, ketupat, dan pangsit, dan selain bertujuan untuk mengawetkan juga dapat
membuat makanan lebih kompak (kenyal) teksturnya dan memperbaiki penampakan.
Akan tetapi boraks sangat berbahaya bagi kesehatan. Boraks bersifat sebagai antiseptik
dan pembunuh kuman, oleh karenaitu banyak digunakan sebagai anti jamur, bahan
pengawet kayu, dan untuk bahan antiseptik pada kosmetik. Penggunaan boraks
seringkali tidak disengaja karena tanpa diketahui terkandung didalam bahanbahan
tambahan seperti pijer atau bleng yang sering digunakan dalam pembuatan baso, mie
basah, lontong dan ketupat (Menurut artikel ilmiah (2014).
Menurut Trastusi, dkk (2013). Sampel produksi pangan yang diuji di
laboratorium dengan metode nyala api mengahasilkan reaksi nyala api berwarna biru
menunjukan bahwa sampel tidak mengandung bahan pengawet berbahaya boraks.
Apabila dengan metode nyala api menghasilkan nyala api yang berwarna hijau, ini
menujukan bahawa sampel tersebut mengandung boraks.
Menurut Amelia Rizki, dkk (2014), Keamanan makanan merupakan salah satu
masalah yang harus mendapatkan perhatian terutama di negara berkembang seperti
Indonesia, karena bisa berdampak buruk terhadap kesehatan. Penyebabnya adalah masih
rendahnya pengetahuan, keterampilan, dan tanggung jawab produsen pangan terhadap
mutu dan keamanan makanan terutama pada industri kecil atau industri rumah tangga.
Hal ini menyebabkan produsen sering menambahkan bahan kimia ke dalam produk
makanan, salah satunya boraks. Konsumsi boraks dapat menyebabkan mual, muntah,
kanker bahkan kematian. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan identifikasi dan
penentuan kadar boraks pada lontong yang dijual di Pasar Raya Padang. Penelitian ini
merupakanpenelitian deskriptif yang dilakukan di Laboratorium FMIPA Universitas
Andalas Padang dari bulan Januari sampai bulan Desember 2013. Identifikasi dan
penentuan kadar boraks dilakukan terhadap 10 sampel lontong yang diambil secara
random. Metoda yang digunakan adalah metoda titrasi dan menggunakan larutan
standar NaOH. Hasil penelitian yang dilakukan terhadap 10 sampel, didapatkan tidak
ada satupun sampel lontong yang mengandung boraks (Menurut Amelia Rizki, dkk
(2014).
BAB II
METODE
Bahan
1. Aquades
2. Metanol
3. Kunyit
4. Bakso, Mie basah
5. H2SO4
Alat
1. Beker gelas
2. Mortal dan alu
3. Kertas tumerik
2.3 Cara Kerja
Uji Organiletik
Mulai
Jika di pantulkan
Selesai
Uji Kertas tumerik
MULAI
Selesa
BAB III
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Dari pratikum uji boraks pada sampel bakso swalayan champ dapat di simpulkan bahwa
bakso tersebut dapat dikonsumsi. Karena pada saat pengujian dengan cara menentukan
bakso dinaikpulkan tidak melebihi ketinggian 12 cm. Dan pada saat pengujian kertas
tumerikvtidak menghasilkan perubahan apapun.
4.2 Saran
Berhati-hatilah saat membeli atau memakan makanan belum tentu makanan yang kita
makan sehat.
DAFtAR PUSTAKA