Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR

PEMBUATAN LARUTAN DENGAN BERBAGAI KONSENTRASI &

PEMERIKSAAN PENAHULUAN ZAT KIMIA

NAMA : MUTHIA QURROTA AINI

NIM : 232412035

PROGRAM STUDI DIII FARMASI

AKADEMI FARMASI BUMI SILIWANGI BANDUNG 2023


1. PEMBUATAN LARUTAN DENGAN BERBAGAI KONSENTRASI

A. Tujuan Praktikum
Setelah melakukan praktikum ini, diharapkan mahasiswa dapat :
1. Menghitung massa dan volume zat yang dibutuhkan untuk membuat larutan dengan
konsentrasi tertentu.
2. Membuat larutan dari bahan dasar zat kimia padat dan zat kimia cair dengan
konsentrasi tertentu.

B. Prinsip Dasar
a. Larutan
Larutan adalah campuran homogen. Suatu campuran dikatakn homogen jika antar
komponennya tidak terdapat bidang batas sehingga tidak terbedakan lagi walaupun
menggunakan mikroskop ultra. Selain itu campuran homogen mempunyai komposisi yang sama
pada setiap bagiannya. Seperti contoh yaitu larutan gula di dalam air, larutan ini tampak
homogen dan mempunyai komposisi yang sama pada sifat bagiannya. Komponen larutan tidak
dapat dipisahkan melalui penyaringan. (purba, 1994)
Larutan terdiri atas pelarut (solvent) dan zat terlarut (solute). Biasanya, komponen yang
jumlahnya terbanyaklah yang di anggap sebagai pelarut. Dalam larutan, zat terlarut tersebar
dalam bentuk partikel – partikel yang sangat kecil dengan diameter kurang dari 1 nm. Partikel
larutan tidak dapat dilihat lagi meskipun lagi meskipun menggunakan mikroskop ultra. Oleh
karena itulah larutan tampak homogen dan merupakan satu fase. Larutan ada yang berupa
padat, cair, atau gas. Wujud larutan bergantung pada jenis dan perbandingan komponennya.
Tanah tergolong larutan padat, sedangkan udara adalah larutan gas.

b. Proses Pelarutan
Kelarutan berbeda dengan proses pelarutan. Kelarutan menyatakan jumlah maksimal zat
terlarut yang dapat larut dalam sejumlah pelarut pada suhu tertentu. Kelarutan suatu zat di
pengaruhi oleh suhu. Secara umum, makin tinggi suhu maka kelarutan suatu zat akan makin
besar.
Proses pelarutan mempelajari tentang bagaimana suatu larutan terbentuk. Kecepatan
proses pelarutan dipengaruhi oleh suhu, pengadukan, ukuran partikel zat terlarut, dan volum
pelarut. Berikut penjelasannya :
1. Suhu
Bila suhu dinaikan, partikel pelarut bergerak lebih cepat dan bertabrakan lebih sering
dengan zat terlarut, sehingga proses pelarutan berlangsung lebih cepat.
2. Pengadukan
Pengadukan memindahkan larutan jenuh dari sekitar zat terlarut dan menggantinya dengan
pelarut yang belum jenuh, sehingga proses pelarutan berlangsung lebih cepat.
3. Memperkecil ukuran zat terlarut
Memperkecil ukuran berarti memperluas permukaan zat terlarut yang dapat diserang oleh
pelarut, sehingga proses pelarutan berlangsung lebih cepat.
4. Memperbesar volum pelarut
Memperbesar volum pelarut berarti memperkecil konsentrasi larutan, sehingga proses
pelarutan berlangsung lebih cepat. (Johnson, 2004)

c. Konsentrasi dalam Larutan


Sebuah larutan berbentuk campuran homogen yang isi didalamnya bisa berbeda-beda,
seperti adanya dua larutan yang berisi pelarut sebanyak satu liter. Kondisi ini tidak bisa
diketahui oleh orang dengan hanya melihat secara fisik terkait jumlah gula yang dilarutkan,
karena jumlah gula sebagai isi yang dimasukkan dan pelarutnya berbeda. Jika ingin mengetahui
jumlah relatif solut dan solvent dalam larutan diperlukan konsentrasi larutan, zat yang sudah
larut sampai setiap satuan disebut konsentrasi larutan. Meski begitu informasi yang ditunjukkan
sangat sedikit, apalagi perbandingan dari jumlah isinya. Perlu adanya cara lain dalam
mengetahui jumlah tersebut.
Molaritas, Molalitas, Normalitas, Parts per Million (ppm) dan Parts per Billion (pbm), Fraksi
Mol, Konsentrasi dalam Persen serta Keformalan adalah beberapa jenis konsentrasi larutan
yang bisa dijumpai di laboratorium. Sementara itu satuan yang dipakai dari konsentrasi larutan
juga terdapat banyak, beberapa di antaranya seperti yang disebutkan di atas.

d. Rumus Konsentrasi Larutan


Dalam mempelajari mengenai konsentrasi larutan, perlu diketahui bahwa ilmu pengetahuan
ini memiliki rumus tersendiri. Karena itu ketika mencoba menghitungnya nanti tidak boleh
menggunakan cara yang asal dan sembarangan, rumus konsentrasi larutan adalah C=m/V. C
adalah konsentrasi larutan, m lambang dari massa zat yang larut dan V menunjukkan volume
total.
e. Satuan Konsentrasi Larutan

 Molaritas (M)
Salah satu cara mendapatkan konsentrasi larutan dengan metode kuantitatif menggunakan
molaritas. Selain itu dipakai untuk menentukan banyak mol dalam solut untuk kemudian
dibagikan dengan volume liter, rumus dari molaritas disebutkan dengan M = mol zat terlarut
liter larutan, konsentrasi larutan etanol adalah 10 molar.
Alasan kuat di balik penerapan molaritas dalam mencari konsentrasi larutan, karena
memang dikenal sejumlah cara. Proses pengukuran volume tepat diperlukan bukan tanpa
alasan, hal ini dilakukan untuk mengetahui jumlah mol. Jumlah mol yang ingin diketahui
tergantung dari hasil molaritas suatu larutan.
Rumus molaritas ;
n gr 1000
M= atau M= x
V Mr V

M = Molaritas

n = mol

v = volume

g = massa
Mr = massa relative zat terlarut

 Molalitas (m)
Konsentrasi larutan ini dipakai dalam menyatakan jumlah dari banyaknya mol setiap senyawa
atau zat dalam kilogram solvent atau pelarut. Apabila Mm disebutkan sebagai massa molar (g
mol-1), maka dapat diketahui bahwa kemolaran m = m (zat terlarut) Mm x kg pelarut. Bisa juga
memakai molalitas m = massa zat terlarut (g) Mr zat terlarut x 1000 massa pelarut (g).
Rumus molalitas ;
n gr 1000
m= atau m= x
P Mr P

m = molalitas
P = massa pelarut (kg)

 Normalitas (N)
Arti normalitas dalam konsentrasi larutan adalah jumlah dari molekul ekuivalen yang didapat
dari suatu zat tiap liter larutan tersebut. Rumus normalitas = mol ekivalen V (liter). Berbeda
dengan rumus normalitas jumlah mol ekivalen zat per liter rumus ini tidak dipakai untuk
mencari padatan yang dilarutkan dalam air.
Rumus normalitas untuk padatan yang dilarutkan di dalam air bisa menggunakan berikut,
normalitas = gram zat terlarut massa ekuivalen x liter larutan. N = m (X) Mm x 1000v (ml) x, di
sisi lain hubungan ekuivalen dan bobot molekul dirumuskan memakai gram ekivalen = Mrn, n
adalah banyaknya ekivalen dari setiap mol zat X.
Rumus normalitas :
g rek 1000 gr
N= atau m= x x velensi
V V Mr

 Fraksi mol
Penggunaan fraksi mol dipakai ketika untuk menyatakan mol dalam suatu zat per jumlah nol
dari keseluruhan. Rumusnya seperti berikut, fraksi mol A= XA = N (A)N (Total), untuk fraksi mol
zat terlarut sama dengan jumlah mol dari zat terlarut, jumlah mol zat terlarut ditambah jumlah
mol dari pelarut.
Sementara itu fraksi mol zat pelarut sama depan jumlah mol zat pelarut, jumlah dari mol zat
terlarut ditambah dengan jumlah mol pelarut. Rumus dari penggunaan fraksi mol ini sangat
perlu dipahami dengan baik, agar tidak salah dalam memperhitungkan nilai tepat dari fraksi
mol, begitulah cara menghitung konsentrasi larutan.
Rumus fraksi mol :
Larutan terhadap jumlah seluruh zat dalam larutan
na
Xa =
na+nb
Xa = fraksi mol
na = mol zat terlarut
nb = mol zat pelarut

 Konsentrasi Dalam Persen


Istilah persen dalam ilmu kimia sering kali dipakai untuk konsentrasi larutan, persen yang
terdapat dalam konsentrasi larutan juga ada dalam tiga bentuk. Di antaranya sebagai berikut,
persen berat (%W/W), persen berat volume (%W/V) dan persen volume (%V/V), untuk persen
berat sering dipakai karena tak bergantung pada temperatur suhu.
Persen berat (%W/W) sama dengan gram zat terlarut gram larutan x 100, persen volume
(%V/V) sama dengan mL zat terlarut mL larutan x 100. Sementara itu persen berat volume
(%W/V) sama dengan gram zat terlarut mL terlarut x 100.
Rumus persen volume ;
volume zat terlarut
% volume = x 100 %
volume larutan
Rumus persen massa ;
massa zat terlarut
% massa = x 100 %
massa larutan

 Parts Per Million dan Parts per Billion


Kedua satuan konsentrasi larutan ini tidak sembarang digunakan dan hanya pada larutan
encer, ppm merupakan bagian satu dari satu juta, pbm bagian dari satu miliar dan dalam proses
analisis menghitung jumlah trace spektrometri atom, kedua bahan ini digunakan secara
bersamaan karena saling berkaitan.
Rumus PPM :
massa zat terlarut (komponen)
PPM Massa = x 100 %
massa larutan(campuran)
massa zat terlarut (komponen)
PPM Volume = x 100 %
massa larutan(campuran)

 Keformalan
Yang dimaksud dengan keformalan di sini adalah perbandingan antara jumlah massa rumus dari
zat yang sudah dilarutkan setiap liternya. Keformalan juga dikatakan sebagai konsentrasi
sebenarnya, asalnya dari zat terlarut dan bisa juga dari ion dalam larutan . Dampak dari hal ini
adalah munculnya perbedaan dan persamaan dalam satu waktu.
Perbedaan dan persamaan antara keformalan dan kemolaran, berikut rumusnya keformalan
dituliskan dengan inisial F sama dengan jumlah massa rumus zat terlarut liter dalam larutan.
Pertama-tama yang perlu dihitung adalah massa rumus, setelah mengetahuinya kemudian yang
harus dihitung adalah keformalannya.

C. Alat dan Bahan

No Nama Alat / Bahan Jumlah


.
1. Gelas Kimia 4 buah
2. Pipet Tetes 2 buah
3. Labu Ukur 100 mL 4 buah
4. Batang Pengaduk 1 buah
5. Kaca Arloji 2 buah
6. Gelas ukur 10 mL 1 buah
7. Neraca Analitik 1 buah
8. Kertas Saring / Tisu 1 lembar
9. NaOH secukupnya
10. HCl pekat (11, 7 M) secukupnya
11. Aquades secukupnya
12. Botol Reagen 4 buah

D. Prosedur Praktikum
 Pembuatan larutan dari bahan kimia padat
Pertama-tama yang harus dilakukan adalah menghitung massa zat yang
dibutuhkan untuk membuat 100 Ml larutan NaOH 0,1 M. Lalu timbang sejumlah
yang diperlukan untuk membuat larutannya dengan konsentrasi tertentu
menggunakan neraca analtik dengan teliti. Setelah itu masukkan padatan yang telah
ditimbang kedalam gelas kimia dengan sedikit pelarut, gunakan batang pengaduk
untuk membantu melarutkan. Setelah larut seluruhnya, masukkan ke dalam labu
ukur yang telah dipasangi corong. Sisipkan lipatan kertas saring di antara mulut labu
dengan batang corong. Larutan dapat juga dituang dengan bantuan batang
pengaduk saja tanpa menggunakan corong. Lalu bilas corong dengan sedikit pelarut
lalu tepatkan volume larutan sesuai dengan batas garis dalam labu. Jangan lupa
pasang penutup labu lalu kocok larutan dalam labu hingga homogen. Catat hasil
pengamatan pada table pengamatan. Terakhir masukkan kedalam boto reagen dan
beri label yang berisi nama zat, konsentrasi, tanggal pembuatan, dan nama
pembuat.

 Pembuatan larutan dari bahan kimia cair


Pertama-tama yang harus dilakukan adalah menghitung volume yang dibutuhkan
untuk membuat 100 mL larutan HCl 0,1 M. Lalu siapkan larutan yang akan
diencerkan dengan sejumlah volume tertentu dalam gelas ukur. Gunakan pipet
volumetric atau pipet ukur untuk mendapatkan ukuran volume yang lebih tepat.
Lalu siapkan labu volumetric yang telah dipasani corong. Sisipkan kertas saring di
antara mulut labu dengan batang corong. Setelah itu tuangkan larutan ke dalam
labu volumetric yang telah dipasangi corong. Bilas corong dengan akuades lalu
tempatkan volum larutan dalam labu. Jangan lupa catat hasil pengamatan pada
tabel pengamatan. Langkah terakhir masukkan kedalam botol reagen dan beri label
yang berisi nama zat, konsentrasi, tanggal pembuatan, dan nama pembuat.
E. Data Hasil Pengamatan

Perubahan
Perlakuan
Sebelum Setelah
Melarutkan bahan kimia Berbentuk bulat berwarna Larut dalam akuades 100
padat yaitu NaOH dalam putih Ml menjadi berwarna putih
akuades 100 Ml atau putih kekuningan.

Melarutkan bahan kimia Berwarna bening Larut dalam akuades 100


cair yaitu HCl dalam Ml menjadi berwarna
akuades 100 Ml bening.
2. PEMERIKSAAN PENDAHULUAN ZAT KIMIA

A. Tujuan Praktikum
Setelah melakukan praktikum ini, diharapkan mahasiswa dapat memahami dan
melakukan analisis pendahuluan untuk analisis kualitatif pada tingkat makro.

B. Prinsip Dasar
Dalam bidang kimia analitik, suatu analisis harus melalui bebrapa tahapan seperti
pemilihan dan penyiapan sampel (sampling), perlakuan awal (pretreatment),
pemisahan, pengukuran, dan analisis data. Kimia analitik dibagi menjadi dua yaitu
analisis secara kualitatif dan analisis secara kuantitatif. Analisis kualitatif menggunakan
dua macam uji, reaksi kering dan reaksi basah. Reaksi kering dapat diterapkan untuk zat-
zat padat dan reaksi basah untuk zat dalam larutan. Dalam analisis secara kualitatif
tahap awal yang dilakukan adalah uji organoleptis sebagai hipotesis awal untuk
mengetahui kandungan zat dalam suatu sampel. Sampel diamati sifat-sifat fisik dan
kimiawinya dengan beberapa metode analisis pendahuluan, dengan tujuan
mendapatkan informasi awal untuk menduga komponen yang terkandung didalamnya.
Pemeriksaan pendahuluan meliputi pengamatan fisik secara organoleptik, pengamatan
bentuk dan warna pada pemanasan, uji kelarutan dan warna nyala. Analisis kualitatif
menggunakan dua macam uji, reaksi kering dan reaksi basah. Reaksi kering diterapkan
untuk analisis zatzat padat, sedangkat reaksi kering digunakan untuk analisis zat-zat
dalam larutan. Pengamatan secara organoleptik merupakan langkah awal dalam
pemeriksaan pendahuluan yang meliputi:

1. Warna
Tiap-tiap zat/ion mempunyai warna tertentu, warna-warna dari bermacam-macam
zat/ion, misalnya:
• Hitam : PbS, CuS, CuO, HgS, FeS, MnO, CoS, NiS, Ag2S, dan C.
• Biru : Garam-garam Co anhidrat, garam Cu2+ terhidrat (biru prusi).
• Hijau : Cr2O3, Hg2I2; Cr(OH)3, garam-garam Fe2+ seperti FeSO4.7H2O, FeSO4,
(NH4)2SO4.6H2O, FeCl2.4H2O, garam-garam Ni2+.
• Merah : Pb3O3, As2S2, HgO, HgI2, HgS, Sb2S3, K3 [Fe(CN)6], Cu2O, Cr2O7 merah
jingga, permanganat dan tawas krom (aluminium) berwarna ungu kemerahan.
• Merah jambu/pink : garam dari Mn & Co terhidrat.
• Kuning : CdS, As2S3, SnS2, PbI2, HgO (yang diendapkan), AgI, K4[FeCN)6], garam CrO4
+, garam Fe+, dan sebagainya.
• Putih : MgO, ZnO, CaO
• Coklat : SnS, Fe2O3, Fe(OH)3 dan sebagainya.
2. Bentuk kristal
Beberapa zat mempunyai bentuk kristal yang khas, misal CaSO4.2H2O berupa
jarum-jarum panjang/berbentuk prisma mono klinik.
PbCl2 : berupa jarum
Ca oxalat : berupa prisma
Sn oxalat : berupa prisma
Untuk melihat bentuk-bentuk kristal ini dapat digunakan mikroskop.

3. Sifat higroskopis
Beberapa zat mempunyai sifat higroskopis, misal: CaCl2, MgCl2, dan FeCl3. Zat
Petunjuk Praktikum Kimia Dasar | 25 tersebut mudah menjadi basah/mencair bila
terkena udara dan tidak dapat/sukar menjadi kering bila larutannya diuapkan.

4. Bau
Beberapa zat mempunyai bau yang khas, sehingga sering memberikan petunjuk
yang penting dalam analisa. Misal : garam (basa) NH4 berbau amoniak, garam
(asam) asetat berbau cuka, garam (asam) sulfit berbau belerang, garam (asam)
sulfida berbau telur busuk, garam (asam) nitrat/nitrit berbau gas oksida nitrogen.

5. Kelarutan zat dalam bermacam-macam pelarut


Setelah tahap pemeriksaan secara organoleptik, maka tahap selanjutnya adalah
uji kelarutan. Pemeriksaan kelarutan bertujuan untuk memeriksa apakah zat
tersebut larut dalam air atau tidak dimana jika diketahui kelarutannya maka bisa
dihilangkan kemungkinan-kemungkinan lain. Misalnya, jika suatu zat sukar larut
maka sudah pasti :
1. Zat tersebut bukan garam-garam dari unsur Na, K, atau NH4.
2. Zat tersebut bukan garam-garam dari persenyawaan Nitrat. kecuali Sb, Bi, Stano,
dan Merkuro dimana Unsur tesebut sebagian terhidrolisis oleh air.
3. Zat tersebut merupakan Logam atau Oksida Logam kecuali oksida dari Na, K, Ba,
Sr, dan Ca. Dalam analisis pendahuluan klasik meliputi pula uji mutu boraks , uji
nyala, dan uji reaksi dengan asam sulfat encer dan pekat. Pengamatan pada uji mutu
boraks dilakukan dengan mengamati pembentukan warna tertentu suatu senyawa
yang melekat pada manik yang dipanaskan. Beberapa logam membentuk warna
yang khas pada manik yang dipanaskan pada nyala.
Uji nyala dapat mengamati warna nyala senyawa yang dipanaskan dengan
pembakar Bunsen. Beberapa logam memberikan warna spektrum yang khas apabila
dikenakan pada nyala Bunsen. Natrium memberikan nyala kuning keemasan, kalium
memberikan nyala lembayung, borat memberikan nyala hijau dan sebagainya.

C. Alat dan Bahan

No. Nama alat/Bahan Jumlah No. Nama alat/Bahan Jumlah


1. Tabung Reaksi 6 buah 17. AgNO3 secukupnya
2. Rak Tabung 1 buah 18. CuSO4 secukupnya
Reaksi
3. Kaca Arloji 6 buah 19. Cd(NO3)2 secukupnya
4. Gelas Kimia 1 buah 20. BiCl3 secukupnya
5. Pipet Tetes 3 buah 21. FeCl3 secukupnya
6. Mikroskop 1 buah 22. Cr(NO3)2 secukupnya
7. Spatula 6 buah 23. CoCl2 secukupnya
8. Kawat Nikrom 1 buah 24. NiSO4 secukupnya
9. Pembakar Spiritus 1 buah 25. Ba(NO3)2 secukupnya
10. Kaki Tiga & Kassa 1 buah 26. Ca(NO3)2 secukupnya
11. Kertas Lakmus 3 lembar 27. NH4NO3 secukupnya
Merah
12. Kertas Lakmus 3 lembar 28. Akuades secukupnya
Biru
13. Kertas Saring 1 buah 29. HCl encer (0,1 M) secukupnya
14. HgNO3 secukupnya 30. HCl pekat secukupnya
15. Pb(NO3)2 secukupnya 31. HNO3 encer (0,1 secukupnya
M)
16. HNO3 pekat secukupnya 32. Air raja (HCl secukupnya
pekat + HNO3
pekat, 3:1)

D. Prosedur Praktikum
a) Uji Organoleptis
Pertama-tama amati warna dari setiap garam yang tersedia. Bahan
(sampel) tetap dalam tempat atau wadahnya. Jangan lupa catat data
pengamatan. Setelah itu amati bentuk beberapa garam dengan mata telajang.
Ambil garam dalam jumlah secukupnya dengan spatula lalu tempatkan pada
gelas arloji. Amati bentuk dengan mata telanjang. Jangan lupa catat data
pengamatan.
b) Uji Pemanasan
Pertama-tama celupkan ujung kawat nikrom ke dalam HCl pekat. Setelah
itu tempatkan sepucuk garam tembaga (II) sulfat berhidrat di kawat nikrom.
Panaskan di api Bunsen yang terpanas, lalu amati warna sebelum dan setelah
pemanasan. Jangan lupa catat data pengamatan. Lalu ulangi prosedur diatas
untuk masing-masing garam kobalt klorida dan nikel sulfat.

c) Uji Kelarutan
Pertama-tama ambil sedikit garam sebanyak seujung sendok spatula lalu
masukkan ke dalam tabung reaksi. Selanjutnya lakukan uji kelarutan dengan
menggunakan pelarut yang sesuai. Urutan pelarut pertama adalah air dingin.
Tambahkan secukupnya kurang lebih 3 ml. kocok hingga homogen atau bisa
juga diaduk dengan pengaduk gelas. Jika tidak larut, lanjutkan ke urutan pelarut
selanjutnya hingga diperoleh pelarut yang sesuai. Hentikan jika sampel sudah
dapat larut dan jangan sampai melompati salah satu penggunan pelarut. Jangan
lupa catat hasil pengamatan.

E. Data Hasil Pengamatan

a) Pengamatan dengan mata langsung


No. Sampel Bentuk / Warna Sifat Lain
(Nama & Rumus Kimia) Wujud
1. Perak (Ag) Serbuk Putih Berbau seperti
belerang
2. Tembaga (Cu) Kristal Biru Tidak berbau

b) Uji nyala
Sampel Perubahan
No. (Nama & Rumus Kimia)
Sebelum Sesudah
1. Perak (Ag) Biru Kuning - Oranye
2. Tembaga (Cu) Biru Hijau

c) Uji kelarutan
Pelarut Kesimpulan
No. Sampel Air
HCl HCl HNO3 HNO3 Air NH4
encer pekat encer pekat Raja OH
d p d p d p d p d p d p d p
1. Perak  Larut
hanya
dengan air
dingin
2. Tembaga  Larut
hanya
dengan air
dingin

F. Diskusi dan Pembahasan.

Untuk membuat suatu larutan perlu dihitung konsentrasinya terlebih dahulu. Konsentrasi
merupakan perbandingan jumlah zat terlarut dengan jumlah total zat dalam larutan, atau
perbandingan jumlah zat terlarut dengan jumlah pelarut. Adapun campuran homogen adalah
campuran yang tidak bisa dibedakan antara zat-zat yang bercampur di dalamnya. Seluruh
bagian dalam campuran homogen mempunyai sifat yang sama. Contoh dari campuran
homogen ialah garam dapur dan air. Campuran heterogen, merupakan campuran yang
mengandung zat-zat yang tidak dapat bercampur satu dengan yang lain. Sehingga dapat di
bedakan partikel sifat dari zat yang tercampur tersebut, seperti bentuk dan warna. Contoh dari
campuran heterogen yaitu gula dan pasir.
Dalam membuat suatu larutan, terdapat faktor-faktor kesalahan dalam percobaan. Berikut
faktor-faktor tersebut :
1. Apabila dalam pengambilan bahan untuk membuat larutan kelebihan atau kekurangan
dari hasil yang diinginkan, maka akan mempengaruhi konsentrasi larutan yang kita
inginkan.
2. Dalam melakukan percobaan, harus menggunakan perlengkapan praktikum dengan
baik dan benar, apabila diabaikan, maka akan membahayakan praktikan sendiri. Contoh
: sarung tangan, apabila dalam pengambilan bahan cair yang berbahaya, air bisa saja
tumpah ke tangan praktikan.
3. Kurang waspadanya praktikan pada peralatan laboratorium yang mudah pecah, bisa
mengakibatkan rusak dan pecahnya peralatan tersebut yang dapat merugikan pihak
laboratorium atau praktikan.
Bahan –bahan yang digunakan dalam praktikum mempunyai sifat fisik dan kimia reagennya
masing-masing. Pada NaOH (Natrium Hidroksida), zat ini berwarna putih atau praktis putih,
massa melebur, berbentuk pelet, serpihan atau batang atau dalam bentuk lainnya. Sangan
basa, keras, rapuh dan menunjukan pecahan hablur. Bila di biarkan di udara akan cepat
menyerap karbon dioksida dan lembab. Kelarutan mudah larut di dalam air dan dalam etanol,
tetapi tidak mudah larut dalam eter. Titik leleh 318 o c serta titik didih 1390 oc NaOH membentuk
basa kuat nila dilarutkan dalam air, NaOH murni merupakan padatan berwarna putih. Senyawa
ini sangat mudah terionisasi membentuk ion natrium dan hidroksida. Pada HNO 3 larutan ini
disebut asam nitrat. Larutan ini memiliki titik cair -42 o c. HNO3 bersifat stabil, pengoksidasi kuat
bereaksi dengan hampir semua logam dan sifat biasanya korosif (merusak/mengikis). Apabila
kulit tersentuh dengan asam ini, akan menghasilkan rasa terbakar dan iritasi. Asam kuat
biasanya digunakan untuk reagen sebagai analisa kualitatif penentuan ion-ion logam dan sangat
reaktif.
Perubahan materi disertai pelepasan atau penyerapan energi. Reaksi yang membebaskan
energi disebut reaksi eksoterm. Eksoterm merupakan reaksi kimia dimana sistem melepas
energi ke lingkungan sehingga suhu lingkungan akan meningkat. Reaksi yang menyerap energi
disebut reaksi endoterm. Endoterm merupakan suatu reaksi kimia dimana sistem menyerap
energi dari lingkungan sehingga suhu lingkungan akan berkurang. Contoh reaksi eksoterm yaitu
pembakaran. Sedangkan contoh reaksi endoterm yaitu perubahan beras menjadi nasi.
Prinsip percobaan pembuatan larutan didasarkan pada konsentrasi suatu zat yang akan
dibuat, serta menggunakan ketelitian tinggi, karena jika terjadi kesalahan yang kecil, maka
larutan yang ingin dibuat tidak akan menjadi larutan yang diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA

Johnson.2004.Sains Kimia SMP.Jakarta: Erlangga

Oxtoby,David.W.2001.Prinsip-Prinsip Kimia Modern.Jakarta: Erlangga.

Polling,Ir.C.1991.Ilmu Kimia Edisi Keenam.Jakarta:Erlangga.

Purba, Michael.1994.Ilmu Kimia SMU.Jakarta:Erlangga.

Purba, Michael.2002.Kimia untuk SMA Kelas X.Jakarta:Erlangga.

Respati,Ir.2007.Dasar-Dasar Ilmu Kimia.Yogyakarta:Rineka Cipta.

Soepardi,Djarkasih,dkk.1990.Ilmu Kimia Program Inti.Klaten:Intan Pariwara.

Yazid,Estien.2005.Kimia Fisika Untuk Paramedis.Yogyakarta:Andi Offset.

Sampoerna Academy. 2022. “Konsentrasi Larutan, Rumus, Satuan dan Cara Membuat”
https://www.sampoernaacademy.sch.id/id/konsentrasi-larutan/ (diakses 15 Oktober 2023)
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai