Anda di halaman 1dari 16

A.

JUDUL PERCOBAAN
Pembuatan Larutan

B. TUJUAN PERCOBAAN
Percobaan ini mahasiswa di harapkan untuk:
1. Mempelajari cara membuat larutan dengan kemolaran tertentu dari zat terlarut dan
kristalnya.
2. Mempelajar pembuatan larutan dengan kemolaran tertentu zat terlarut dan larutan
yang lebih besar konsentrasinya.

C. LANDASAN TEORI
Larutan adalah campuran homogen yang terdiri dari dua atau lebih zat zat yang
jumlahnya lebih sedikit di dalam larutan. disebut zat terlarut atau solut, sedangkan zat
yang jumlahnya lebih banyak dan pada zat lain dalam larutan disebut pelarut atau
solven. Komposisi zat terlarut dan pelarut dalam larutan dinyatakan dalam
konsentrasi larutan, sedangkan proses pencampuran zat terlarut dan pelarut
membentuk larutan disebut pelarutan atau solvasi (Rony dan Herawati, 2020: 5).
Larutan adalah campuran yang bersifat homogen antara molekul, atom ataupun
ion dari dua zat atau lebih. Disebut campuran karena susunannya atau komponennya
dapat berubah. Disebut homogen karena susunannya begitu seragam sehingga tidak
dapat diamati adanya bagian yang berlainan, bahkan dengan mikroskop optis
sekalipun (Roni dan Herawati, 2020: 5).
Fase larutan dapat berwujud gas, padat ataupun cair, komponen larutan yaitu
pelarut dan zat terlarut . Pelarut cair umumnya adalah air jika pelarutnya bukan air,
maka nama pelarutnya disebutkan. zat terlarut dapat berupa zat padat, gas atau cair.
Zat padat terlarut dalam air contohnya gula dan garam. Gas terlarut dalam air
contohnya amonia dan karbon dioksida. Zat cair terlarut dalam air contohnya alkohol
dan cuka (Roni dan Herawati, 2020: 5-6).
Menurut Sinala, (2016: 41) kesetimbangan larutan dibagi menjadi tiga, yaitu:
1. Larutan Jenuh, dimana suatu larutan yang zat terlarutnya berada dalam
kesetimbangan (tepat larut dalam batas kelarutannya) dengan fase pelarutnya
2. Larutan tidak jenuh alau hampir jenuh, dimana suatu larutan gang mengandung
zat terlarut dalam konsentrasi di bawah konsentrasi yang tertentu dibutuhkan
untuk penjenuhan sempurna pada temperatur
3. Larutan lewat jenuh, dimana suatu larutan yang mengandung zat terlarut dalam
konsentransi yang banyak pada suhu tertentu sehingga terdapat zat terlarut yang
tidak dapat dilarutkan lagi.
Konsentrasi didefinisikan sebagai jumlah zat terlarut dalam satuan larutan atau
pelarut. Pada umumnya konsentrasi dinyatakan dalam satuan fisik, satuan berat atau
satuan volume dan satuan kimia, misalnya mol, massa rumus dan ekuivalen.
Perhitungan konsentrasi larutan dibagi menjadi enam, yaitu (Haryono, 2019: 41-44):
1. Persen konsentrasi
a. Persen berat (% W/W)
W Gram zat terlarut
% = x 100
%W Gram zat terlarut+gram pelarut
b. Persen volume (% V/V)
W Volume zat terlarut
% = x 100%
W Larutan-larutan
2. Parts per Million (PPM) dan parts per Billion (PPB)
Berat zat terlarut
1 PPM= x 100%
larutan-larutan
Berat zat terlarut
1 PPB= x 100%
Berat larutan
3. Fraksi mol
Jumlah mol A
Fraksi mol=
Jumlah mol semua komponen
Jumlah mol zat terlarut
Fraksi mol zat larutan=
Jumlah mol zat terlarut+jumlah mol pelarut
jumlah mol zat pelarut
Fraksi mol pelarut =
Jumlah mol zat terlarut+jumlah mol pelarut

Molaritas /kemolaran (M)


Mol zat terlarut
Molaritas ( M ) =
Liter larutan

4. Molalitas/kemolalan (M)
mol zat terlarut
Kemolalan (m)=
kg larutan
5. Normalitas/ kenormalan (N)
ekuivalen zat terlarut gram zat terlarut
N= N=
liter larutan Berat ekuivalen x liter larutan

Menurut Haryono, ( 2019: 45) Proses pembentukan suatu larutan dapat mengukur
salah satu mekanisme berikut:
a. zat terlarut secara kimia dengan pelarut dan membentuk zat yang baru,
b. zat terlarut membentuk zat tersolvasi dengan pelarut,
c. terbentuknya larutan berdasarkan disperse.
Kelarutan adalah kuantitas maksimal suatu zat kimia terlarut (solut) untuk dapat
larut pada pelarut tertentu membentuk larutan homogen. Kelarutan suatu zat sangat
bergantung pada sifat fisika dan kimia solut dan pelarut pada suhu, tekanan dan pH
larutan Secara luas pelarutan suatu zat pada pelarut tertentu merupakan suatu
pengukuran konsentrasi pejenuhan dengan cara menambahkan sedikit demi solut
pada pelarut sampai solut tersebut mengendap (Roni dan Herawati, 2020: 6).
Menurut Sinala, (2016: 44-45) Ada beberapa faktor yang memengaruhi kelarutan,
diantaranya yaitu:
a. Sifat dan solute (zat terbarut) dan solvent (pelarut)
b. Cosolvenci (zat penambah kelarutan)
c. Kelarutan
d. Temperatur
e. Salting Out
f. Salting In
g. Pembantukan kompleks
Menurut Sinala, (2016: 45-46) Kecepatan kelarutan dipengaruhi oleh beberapa
faktor berikut:
1. Ukuran partikel
Makin halus solute, makin kecil ukuran partikel, makin luas permukaan solute
yang kontak dengan solvent, solute makin cepat larut.
2. Suhu
Umumnya kenaikan suhu menambah kenaikan solute.
3. Pengadukan
Pengadukan mekanik akan menambah kecepatan kelarutan dibanding Jika tidak
diaduk.
Ketika konsentrasi larutan senyawa ion diturunkan maka nilai Qsp juga akan
turun, akan tetapi ini bukan kriteria terbentuk tidaknya endapan kritera terbentuk
tidaknya endapan harus menghubungkan antara QSp dengan kSp yaitu jika Qsp <
Ksp maka keadaan larutan belum jenuh dan endapan tidak terbentuk, Jika Qsp = Ksp
maka keadaan larutan jenuh dan belum terlihat adanya endapan, dan jika Qsp > Ksp
maka terbentuk larutan jenuh yang terdapat endapan artinya, tidak akan selalu
terbentuk larutan jenuh ketika dua larutan senyawa ion dengan konsentrasi sama
dicampurkan, karena bergantung pada Qsp dan Ksp-nya (Rahmi, dkk. 2020: 68).
NaOH adalah standar sekunder, oleh karena itu perlu pembatuan terhadap larutan
NaOH untuk mengetahui konsentrasinya secara pasti. Dalam pembuatan larutan
NaOH, perlu digunakan aquades yang babas CO 2, karena dengan adanya CO 2, dalam
air, menyebabkan NaOH bereaksi dengan gas tersebut sehingga akan membentuk
garam karbonat (Wijayanti dan Kurniawati, 2019: 180).
Semua halogen bereaksi dengan hidrogen membentuk senyawa senyawa,
Hidrogen Fluorida (HF), Hidrogen Klorida (HCI), yang larut dalam air membentuk
larutan yang bersifat asam (rasa masam, merubah lakmus biru menjadi merah). Hal
ini berarti sifat fisik asam klorida, misalnya titik leleh dan titik didih. pH serta rapat
jenis tergantung dari konsentrasi atau molaritas HCl itu dalam larutan akeuatik.
Sedangkan asam klorida sebagai campuran dua bahan antara HCl dan adanya H2 O
rendin mempunyai titik didih konstan azeotrop (Sastrohamidjojo, 2018: 19).
Berdasarkan daya hantar listriknya, secara umum larutan dibagi atas dua yaitu
bersifat elektrolit dan non elektrolit. Larutan elektrolit merupakan larutan yang dapat
menghantarkan arus listrik, dimana dapat memberi efek berupa adanya nyala pada
alat uji dan timbulnya gelembung gas dalam larutan, tepatnya gelembung timbul
disekitar elektroda. Sedangkan larutan non elektrolit adalah larutan yang tidak dapat
menghantarkan arus listrik, tidak memberikan efek nyala lampu pada alat uji
elektrolit dan tidak timbul gelembung gas pada elektroda (Rahmi 2021: 2).
Sifat koligtif larutan adalah sifat larutan yang tidak tergantung pada zat terlarut
tetapi hanya ditentukan oleh banyaknya zat terlarut (konsentrasi zat teralarut). Sifat
koligatif terdiri dari penurunan tekanan uap, kenaikan titik didih, penrunan titik beku,
dan tekanan osmotik (Widayani 2018: 627).
Menurut hukum koligatif larutan, selisih antara tekanan uap, titik beku, dan titik
didih larutan dengan tekanan uap, titik beku dan juga titik didih pelarut murninya
berbanding secara langsung dengan konsentrasi molalitas terlarut. Larutan yang dapat
memenuhi hukum sifat koligatif disebut juga sebagai larutan yang ideal (Setianto dan
wardani 2021: 142)
Koloid adalah suatu campuran zat heterogen antara dua zat atau lebih dimana
partikel-pertikel zat yang berukuran koloid (fase terdispersi/yang dipecah) tersebar
secara merata didalm zat lain Dimana diantara campuran homogen terdapat sistem
pencampuran yaitu koloid, atau bentuk (fase) peralihan homogen menjadi heterogen
(Setianto dan Wardani 2021: 142-143).
D. ALAT DAN BAHAN

1. Alat
No. Nama Alat Jumlah Fungsi dalam percobaan
1. Neraca 1 buah Menimbang massa padatan NaOH
2. Gelas kimia 50 mL 1 buah Wadah ketika NaOH ditimbang dan
dilarutkan
3. Labu takar 50 mL 3 buah Wadah untuk mencampur larutan
4. Labu semprot 1 buah Untuk menambahkan aquades kedalam
labu takar
5. Pipet ukur 25 mL 1 buah Mengukur volume HCl untuk dimasukkan
kedalam labu takar
6. Batang pengaduk 1 buah Pengaduk NaOH ketika dilarutkan
7. Pipet tetes 1 buah Meletuskan akuades hingga batas labu
takar
8. Spatula 1 buah Alat untuk mengambil padatan NaOH
9. Corong 1 buah Membantu memasukkan cairan NaOH
kedalam labu takar
10. Lap halus 1 buah Membersihkan alat praktikum

2. Bahan

No. Bahan Rumus kimia Jumlah(mg/mL)


1. Natrium Hidroksida NaOH 4200 mg
2. Asam klorida HCL 46,6 mL
3. Aquades H2 O 149,2 mL
4. Tissue (C6 H10 O5 )n 10 Lembar
5. Label (C6 H10 O5 )n 4 Buah

E. PROSEDUR KERJA

1. Pembuatan larutan NaOH 2 M dari Kristal (zat padat) NaOH


a. Massa NaOH dihitung untuk membuat 50 mL larutan NaOH 2 M.
b. Gelas kimia 50 mL kosong ditimbang diatas neraca.
c. Padatan NaOH ditimbang kedalam gelas kimia 50 mL sebanyak 4,2 g.
d. Padatan NaOH dilarutkan dengan sedikit aquades, lalu diaduk hingga laru.
e. Padatan NaOH yang telah larut dari gelas kimia dimasukkan kedalam labu
takar 50 mL dengan menggunakan corong, kemudian gelas kimia bekas
larutan NaOH dibilas menggunakan aquades dan hasil bilasan dimasukkan
kedalam labu takar.
f. Melalui botol semprot aquades ditambahkan sebelum tanda batas kemudian
ditambahkan setetes demi setetes aquades kedalam labu takar dengan
menggunakan pipet tetes sampai berimpit dengan tanda batas.
g. Larutan dikocok dengan membolak-balikkan labu takar.
h. Menulis label nama larutan NaOH lalu ditempelkan pada labu takar.

2. Pembuatan larutan HCl 2 M, 1 M,dan 0,1M dari larutan HCl 6 M


a. Volume HCl dihitung untuk membuat 50 mL larutan HCl 2 M, 1 M, dan
0,1 M.
b. Larutan HCl diukur sebanyak 16,6 mL dengan menggunakan pipet ukur
dan dimasukkan kedalam labu takar 50 mL.
c. Melalui botol semprot aquades ditambahkan sebelum tanda batas kemudian
ditambahkan setetes demi setetes aquades kedalam labu takar dengan
menggunakan pipet tetes sampai berimpit dengan tanda batas.
d. Larutan dikocok dengan membolak-balikkan labu takar.
e. Menulis label nama larutan HCl 2 M lalu ditempelkan pada labu takar.
f. Larutan HCl diukur sebanyak 25 mL dengan menggunakan pipet ukur dan
dimasukkan kedalam labu takar 50 mL.
g. Melalui botol semprot aquades ditambahkan sebelum tanda batas kemudian
ditambahkan setetes demi setetes aquades kedalam labu takar dengan
menggunakan pipet tetes sampai berimpit dengan tanda batas.
h. Larutan dikocok dengan membolak-balikkan labu takar.
i. Menulis label nama larutan HCl 1 M lalu ditempelkan pada labu takar.
j. Larutan HCl diukur sebanyak 5 mL dengan menggunakan pipet ukur dan
dimasukkan kedalam labu takar 50 mL.
k. Melalui botol semprot aquades ditambahkan sebelum tanda batas kemudian
ditambahkan setetes demi setetes aquades kedalam labu takar dengan
menggunakan pipet tetes sampai berimpit dengan tanda batas.
l. Larutan dikocok dengan membolak-balikkan labu takar.
m. Menulis label nama larutan HCl 0,1 M lalu ditempelkan pada labu takar.

F. HASIL PENGAMATAN

1. Pembutan larutan NaOH 2 M dari kristalnya (Zat padat) NaOH


No Aktivitas Hasil
.
1. Massa gelas kimia kosong 41,00 g
2. Massa gelas kimia kosong + massa NaOH 45,02 g
3. Kondisi NaOH + aquades Terasa panas dan tidak
berwarna
4. Setelah menambahkan aquades dan setelah Panasnya berkurang (hangat)
dikocok dan menhasilkan NaOH 2 M

2. Pembuatan larutan HCl 2 M, 1 M,dan 0,1 M dari larutan HCl 6 M


No Aktivitas Hasil
.
1. HCl 6 M 16,6 mL + aquades 50 mL HCl 2 M (tidak
berwarna)
2. HCl 2 M 25 mL + aquades 50 mL HCl 1 M (tidak
berwarna)
3. HCl 1 M 5 mL + aquades 50 mL HCl 0.1 M (tidak
berwarna)

G. ANALISIS DATA

1. Pembuatan larutan NaOH 2 M


Diketahui: Molaritas NaOH= 1 M = 2 mol/L
Volume NaOH 50 ml = 0.05 L
Mr NaOH =40 gr/mol
Ditanyakan: Massa NaOH =…. ?
Penyelesaian:
Mol
M=
V
mol = M x V
mol = 2 M x 0,05 L
mol= 0,1 mol
mol = Massa Mr
Massa
mol =
Mr
massa NaOH= mol x Mr
massa NaOH= 0,1 mol x 40 gr/mol
massa NaOH= 4 gr
2. Pembuatan larutan HCl 2M, 1 M, dan 0,1 M
a. Pembuatan larutan 50 mL HCl 2 M dari larutan HCI 6 M
Diketahui: M 2= 6 M
M 1=2 M
V1=50 mL
Ditanyakan: V2=….?
Penyelesaian:
V 1 x M 1= V 2 x M 2
50mL x 2 M= V2 x 6 M
50 x 2
V2 = mL
6
V2 =16,6 mL

b. Pembuatan larutan 50 mL HCI 1 M dari larutan HCI 2 M


Diketahui: M 2= 2 M
M 1= 1 M
V1= 50 mL
Ditanyakan: V2=….?
Penyelesaian:
V 1 x M 1= V 2 x M 2
50mL x 1 M= V 2 x 2 M
50 x 1
V2 = mL
2
V2 =25 mL

c. Pembuatan larutan 50 mL HCI 0,1 M dari larutan HCI 1 M


Diketahui: M 2= 1 M
M 1= 0,1 M
V1= 50 mL
Ditanyakan: V 2=….?
Penyelesaian:
V 1 x M 1= V 2 x M 2
50mL x 01 M= V2 x 1 M
50 x 0,1
V2 = mL
1
V2 = 5 mL

H. PEMBAHASAN
Campuran zat-zat yang homogen disebut larutan, yang memiliki komposisi
serba sama di seluruh bagian volumenya Suatu larutan mengandung dua komponen
atau lebih yang disebut zat terlarut (soult) dan pelarut (solvent) Zat terlarut
merupakan komponen yang jumlahnya sedikit, sedangkan pelarut adalah komponen
yang terdapat dalam jumlah banyak. Maka dalam percobaan ini yang berperan
sebagai pelarut adalah aquades, sedangkan yang berperan sebagai zat terlarut adalah
Natrium hidroksida (NaOH) dan asam clorida (HCl). (Haryono, 2019: 40).
Pada cairan dan padatan molekul-molekul saling terikat dengan adanya tarik
menarik antar molekul. Gaya ini akan memainkan peran penting dalam pembentukan
larutan. Air sebagai pelarut dalam fasa cair memiliki ikatan hydrogen antara molekul
H₂O yang satu dengan yang lainnya. Bila suatu zat terlarut dalam pelarut seperti air,
proses pelarutan dapat dibayangkan melalui tiga tahap. Tahap pertama adalah
pemisahan molekul pelarut tahap ke dua pemisahan molekul zat terlarut, dan tahap
ketiga molekul pelarut dengan zat terlarut bercampur (Rusman, dkk. 2018: 3).
Tujuan dari percobaan ini mempelajari cara membuat larutan dengan
kemolaran tertentu dari zat terlarut dan kristalnya dan mempelajar pembuatan larutan
dengan kemolaran tertentu zat terlarut dan larutan yang lebih besar konsentrasinya.
Prinsip dasar percobaan kali ini adalah pembuatan larutan. Dimana pembuatan larutan
sendiri itu merupakan suatu metode untuk mempelajari pembuatan larutan dari bahan
cair atau padat dengan Konsentrasi tertentu. Zat padat yang digunakan dalam
percobaan adalah NaOH atau natrium hidroksida yang kemudian dilarutkan dengan
menggunakan aquades Sedangkan zat cair yang digunakan cair adalah HCl pekat.
Prinsip kerja dari percobaan pembuatan larutan pertama atau larutan NaOH
yaitu, menghitung massa, menimbang, melarutkan, memasukkan larutan dan
membilas gelas kimia, menambahkan aquades, mengocok labu takar dan yang
terakhir adalah memberi label nama. Sedangkan Prinsip kerja dari percobaan kedua
atau pembuatan larutan HCl 2 M, 1 M, dan 0.1 M yaitu, menghitung volume,
mengukur larutan HCI, menambahkan aquades mengocok labu takar dan yang
terakhir adalah memberi label nama Prinsip kerja kedua percobaan pembuatan larutan
ini pada umumnya hampir sama, tetapi pada pembuatan NaOH sendiri harus
melewati tahap pelarutan dulu, sebab NaOH yang digunakan dalam bentuk kristal
atau zat padat.
Proses penghitungan Massa NaOH dengan menggunakan rumus massa
menghasilkan 4 gram padatan NaOH yang harus digunakan pada pembuatan larutan
NaOH 2 M 50 mL. Tetapi pada proses penimbangan, massa yang diambil adalah 4,02
gram. Hal ini disebabkan oleh kekurang akuratan proses penimbangan.
Pada saat NaOH dilarutkan dalam aquades, larutan tersebut terasa panas dan
tidak berwarna. Larutan ini menjadi panas karena terjadi pelepasan kalor dari sistem
kelingkungan Sebagaimana pada pernyataan jika interaksi pelarut - zat terlarut lebih
kuat dibandingkan interaksi pelarut -pelarut dan interaksi sat telarut - zat terlarut,
maka proses pelarutannya disebut eksoterm (∆ H pelarutan<0 ). sebaliknya jika
interaksi pelarut-zat terlarut lebih lemah dibandingkan interaksi pelarut-pelarut dan
interaksi zat terlarut-zat terlarut maka proses pelarutannya disebut endoterm (
∆ Hpelarutan>0 ¿. Dari hal ini maka dapat disimpulkan bahwa interaksi antara
aquades - NaOH lebih kuat dibandingkan interaks aquades- aquades ataupun interaksi
antara NaOH - NaOH (Ruman.dkk, 2018: 4).
Dan proses eksoterm larutan NaOH, pada saat aquades ditambahkan lagi,
suhu dari larutan NaOH tersebut menjadi sedikit menurun dan hangat. Hal ini
disebabkan oleh karena volume aquades lebih banyak daripada massa NaOH
sehingga proses pelepasan kalor mengurang, hal ini berbanding terbalik jika massa
NaOH lebih banyak, maka larutan akan semakin banyak melepas kalor sehingga
suhunya semakin panas juga Akhirnya didapatkan 50 mL NaOH 2 M yang
hangat.Pada proses pembuatan larutan HCl, 2 M, 1 M, dan 0,1 M volume yang
digunakan setelah menghitung menggunakan rumus adalah 16.6 mL, 25 mL dan 5
mL secara berturut-turut Pembuatan larutan ini disebut pengenceran. Pengenceran
sendiri digunakan untuk membuat larutan dengan konsentrasi tinggi atau padat
menjadi larutan dengan konsentrasi yang lebih rendah. Konsentrasi diturunkan agar
mempercepat jalannya reaksi karena partikel yang ada pada larutan renggang.
Adapun raaksi yang terjadi:

NaOH(s) + H2O Na+ (aq) + OH- (aq) + H2O(l)


Gambar H.1.1 Hasil Pembuatan Larutan NaOH dari Kristalnya.
Pencampuran antara HCI 6 M 16.6 mL dengan aquades sebanyak 33.4 mL
menghasilkan HCI 2 M sebanyak 50 mL. Hal ini tentunya sudah membuat larutan
HCl tidak lagi sepekat larutan HCl awal Artinya, konsentrasi molar pada larutan
kedua ini sudah berkurang hingga sepertiga dari larutan HCl awal. Pencampuran
antara HCI 2 M 25 mL dengan aquades sebanyak 25 mL menhasilkan HCI 1 mL
sebanyak 50 ml. Artinya, konsentrasi molar pada lorutan hal ini sudah berkurang
hingga seperdua dan larutan HCl awal. Hal ini tentunya sudah membuat larutan tidak
lagi sepekat larutan HCi awal apalagi larutan HCI 6 M tadi. Pencampuran antara HCI
1 M 5 mL dengan aquades, sebanyak 45 ml menghasilkan HCl 0,1 M sebanyak 50
ml. Hal ini menunjukkan bahwa konsentrais molar pada larutan akhir ini berkurang
hingga sepersepuluh dari larutan HCI terlarut Artinya, kepekatan larutan akhir ini
sudah benar benar tersisa sedikit atau bisa jadi dikatakan sudah tidak pekat lagi
Semua larutan yang dibuat tidak berwarna karena baik HCI dan NaOH Memiliki sifat
tidak berwarna ketika dibuat larutan. Dengan kata lain, kedua larutan adalah larutan
bening. Namun, kedua larutan ini tetap bisa berwarna jika diberi indikator, seperti
indikator phenolftalein. Akan tetapi, pada percobaan kali ini belum dilakukan
penambahan indikator apapun. Reaksi yang terjadi:

HCl(l) + H2O H3O+ (aq) + Cl- (aq)


Gambar H.1.2 hasil Pembuatan Larutan 2 M, 1 M, dan 0,1 M.

J. KESIMPULAN
Kesimpulan dari percobaan pembuatan larutan, yaitu:
1. Pembuatan larutan dengan kemolaran tertentu zat terlarut dan kristalnya memiliki
prinsip kerja antara lain, menghitung massa, menimbang, melarutkan,
memasukkan larutan dan Menimbang gelas kimia, menambahkan aquades,
mengocok labu takar dan yang terakhir adalah memberi label nama larutan.
2. Pembuatan larutan dengan kemolaran tertentu zat terlarut dari larutan yang lebih
besar konsentrasinya atau biasa disebut pengenceran larutan memiliki prinsip kerja
antara lain menghitung volume, mengukur larutan, memasukkan ke dalam labu
takar, menambahkan aquades, mengocok labu takar dan yang terakhir adalah
memberi label nama larutan.

K. SARAN
Untuk praktikum selnjutnya sebaiknya praktikkan lebih teliti dalam
menimbang massa NaOH dan mengukur volume HCI dengan teliti agar mendapatkan
hasil yang pas dengan yang dibutuhkan. Selain itu, selalu perhatikan alat pelindung
diri karena kedua larutan yang menjadi bahan Praktikum bersifat korosif.
DAFTAR PUSTAKA
Haryono, Heny Ekawati 2019 Kimia Dasar Yogyakarta Dipublish
Rahmi, Chusnur, dkk 2020 Model Mental Miskonsepsi Pada konsep Kesetimbangan
pelarutan. Indonesia Lantanida Journal. Vol 8, No. 1(2020)1-95.
Roni, Kiagus Ahmad, dan Herawaty. Nelti 2020. Kimia Fiilka 11. Palembang. CV
Amanah
Rusman, dkk. 2018. Buku Ajar kimia Larutan Banda Aceh Syiah kuala University
Press.
Sastrohamidjojo, Hardjono.2018 Kimia Dasar. Yogyakarta Gadjah Mada University
press.
Sinala, Santi 2016 Farmasi Fisik Jakarta. Kementrian Kesehatan. Republik Indonesia.
Wijayanti, Imas Eva dan Kurniawati, Eka Anisa. 2019. Studi Kinetika Adsorpsi
Isoterm Persamaan Langmuir dan Freundlich Pada Abu Gosok Sebagai
Adsorben Indonesia EduChemia. Vol 4, No. 2, 2019. e-ISSN 2502-4787
Rahmi. 2021. Kimia Dasar. Yogyakarta: Pustaka Baru Press
Widayani, Tatik. 2018. Meningkatkan Prestasi Belajar Larutan. Jurnal Ilmiah
Pendidikan Eksakta. Volume IV Nomor 4
Setianto dan Wardani. 2021. Suhu Didih dan Faktor Elektrolisis Pada Larutan
Garam Pekat. Bandung: Proseding seminar Nasional.

Anda mungkin juga menyukai