Anda di halaman 1dari 19

PEMBUATAN LARUTAN

I. TUJUAN
1. Mengetahui beberapa satuan konsentrasi.

2. Membuat larutan dalam beberapa satuan konsentrasi.

3. Menghitung konsentrasi larutan.

4. Menjadi terampil dalam menggunakan peralatan untuk membuat larutan.

II. LANDASAN TEORI


2.1 Pengertian Materi
Materi dapat dibedakan menjadi zat tunggal dan campuran. Zat adalah sesuatu
yang memiliki massa dan menempati ruang. Zat tersusun atas partikel-partikel
yang sangat kecil yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Susunan dan
sifat partikel setiap zat berbeda-beda. Susunan dan sifat partikel sangat
menentukan wujud zat. Zat cair mempunyai sifat bentuk berubah-ubah dan
volumenya tetap1.
Campuran dibedakan menjadi dua yaitu campuran homogen dan campuran
heterogen. Campuran heterogen tersusun dari dua zat atau lebih yang masih dapat
dibedakan antar komponen-komponen penyusunnya. Larutan terdiri atas zat
terlarut (solute) dan pelarut (solvent) dengan perbandingan tertentu2.
2.2 Larutan
Larutan adalah campuran homogen yang terdiri dari pelarut (solvent) dan zat
terlarut (solute) yang setiap komponennya tidak dapat dibedakan lagi secara fisik.
Pelarut hanya berupa satu jenis zat, sedangkan zat terlarut dapat lebih dari satu
jenis zat1.
Sifat-sifat suatu larutan sangat dipengaruhi oleh susunan komposisinya.
Untuk menyatakan komposisi larutan tersebut maka digunakan istilah konsentrasi
larutan yang menunjukkan perbandingan jumlah zat terlarut terhadap pelarut3.
Jenis-jenis larutan amat banyak, beberapa jenis larutan dibedakan
berdasarkan:
1. Tingkat kelarutannya, dibedakan atas:
a. Larutan jenuh adalah larutan yang partikel zat terlarutnya habis
bereaksi dengan zat pelarutnya. Contoh: larutan garam jenuh dimana
air tak mampu lagi melarutkan garam yang ditambahkan.
b. Larutan tak jenuh adalah larutan yang masih mampu melarutkan secara
sempurna bila ditambah zat terlarut. Contoh: larutan garam tak jenuh,
dimana air masih mampu melarutkan garam yang ditambahkan.
2. Konsentrasinya, dibagi menjadi:
a. Larutan encer yaitu larutan dimana jumlah zat terlarut lebih sedikit dari
jumlah zatu pelarut.
b. Larutan pekat yaitu larutan dimana jumlah zat terlarut lebih banyak
dibandingkan dengan zat pelarut.
3. Sifat daya hantar listriknya, dibedakan atas:
a. Larutan non elektrolit ialah larutan yang tidak dapat menghantarkan
arus listrik.
b. Larutan elektrolit ialah larutan yang dapat menghantarkan arus listrik.
Berdasarkan kekuatan daya hantar listriknya, dibagi menjadi dua
yaitu :
1) Larutan elektrolit kuat: larutan elektrolit dimana daya hantar
listriknya sangat kuat. Hal ini disebabkan karena zatnya terionisasi
secara sempurna.
2) Larutan elektrolit lemah: larutan elektrolit dimana daya hantar
listriknya sangat lemah, yaitu larutan asam cuka, dan larutan
ammonium hidroksida.
2.3 Konsentrasi Larutan
Untuk menyatakan banyaknya zat terlarut (solute) dan pelarut (solvent) yang
terdapat dalam suatu larutan dinyatakan dengan istilah konsentrasi. Konsentrasi
larutan dapat dibedakan secara kualitatif dan kuantitatif. Secara kualitatif larutan
dapat dibedakan menjadi larutan pekat dan larutan encer. Banyaknya jumlah zat
terlarut dalam larutan pekat relatif lebih besar dibandingkan dalam larutan encer.
Secara kuantitatif, konsentrasi larutan dibedakan berdasarkan satuan
konsentrasinya. Beberapa konsentrasi larutan yang biasa digunakan antara lain:
b
1. Persen massa (% )
b
Jumlah gram zat terlarut dalam 100 gram larutan. Digunakan untuk
menyatakan kadar komponen yang berupa zat padat.
b gzat terlarut
% = x 100 %
b g zat terlarut + g zat pelarut
v
2. Persen volume (% )
v
Jumlah volume (mL) zat terlarut dalam 100 mL larutan.
v Vzat terlarut
% = x 100%
v Vlarutan
b
3. Persen berat per volume (% )
v
Banyaknya gram zat terlarut dalam 100 mL larutan.
b gzat terlarut
% = x 100%
v V larutan
4. ppm
Suatu bagian zat terlarut dalam satu juta bagian larutan.
Vzat terlarut
ppm = x 106
Vlarutan
5. Molalitas (m)
Jumlah mol zat terlarut dalam 1000 g pelarut.
mol zat terlarut
m=
g pelarut
6. Molaritas (M)
Banyaknya mol zat terlarut dalam 1 L larutan.
mol zat terlarut
M=
V larutan
7. Normalitas (N)
Jumlah gram ekivalen zat terlarut dalam 1 L larutan.
W 1000 BM
N= x dan BE =
BE V ɑ
Keterangan :
BE = berat ekivalen
BM = berat molekul / Mr
ɑ = valensi
8. Fraksi mol (X)
Perbandingan jumlah mol zat terlarut dalam 1 L larutan4.
n1
XA =
n1 +n2
2.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kelarutan Zat
1. Temperatur (suhu)
Pada zat terlarut bentuk padat, semakin tinggi suhu pemanasan semakin
banyak zat terlarut. Namun jika zat terlarutnya berbentuk gas, maka
kelarutannya akan menurun jika suhu dinaikkan.
2. Tekanan
Bila tekanan dinaikkan maka kelarutan gas dalam cairan akan meningkat.
3. Ukuran partikel
Semakin kecil ukuran zat terlarut maka semakin luas daerah sentuh zat
terlarut dengan molekul pelarut. Semakin kecil ukuran zat terlarut
berbentuk padat semakin tinggi kelarutannya.
4. Pengadukan
Pengadukan akan mempercepat molekul terlarut, memisah dan menyebar
secara merata dalam zat pelarut sehingga membantu kelarutan.
5. Sifat/kondisi zat terlarut
Ada sifat /kondisi zat yang larut dalam air dan zat yang tidak larut dalam air
tetapi larut dalam pelarut organik.
2.5 Pembuatan Larutan
Pembuatan larutan dari padatan kristal dilakukan dengan metode penimbangan
dan pelarutan. Alat dan bahan yang dibutuhkan yaitu: neraca analitik, labu takar,
corong, akuades, kristal yang akan dibuat larutannya. Pembuatan larutan dengan
metode pengenceran dilakukan jika tersedia larutan yang lebih besar
konsentrasinya dari larutan yang akan dibuat. Prinsip pembuatan larutan dengan
pengenceran larutan induk adalah dengan mengambil larutan induk sejumlah
volume tertentu kemudian diencerkan sehingga konsentrasinya menjadi lebih
kecil sesuai dengan kebutuhan. Pada pengenceran larutan jumlah mol zat terlarut
tidaklah berubah, yang berubah hanyalah volumenya saja3.
III. PROSEDUR PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat dan Fungsinya
No Alat Fungsi
1. Kaca Arloji Sebagai wadah zat yang akan ditimbang
2. Gelas piala Sebagai wadah larutan yang dibuat
3. Batang pengaduk Sebagai alat mengaduk larutan yang akan
diencerkan
4. Galas Ukur Sebagai wadah mengukur volume larutan
5. Neraca Analitik Sebagai alat menimbang massa zat dengan teliti
6. Pipet Tetes Sebagai alat memipet larutan dalam volume kecil
7. Corong Sebagai alat bantu memindahkan larutan
8. Labu Ukur Sebagai wadah mengencerkan larutan
9. Labu Semprot Sebagai wadah akuades

3.1.2 Bahan dan Fungsinya


No Bahan Fungsi
1. Kristal NaOH Sebagai larutan standar sekunder
2. HCl Sebagai larutan standar sekunder
3. Asam Oksalat Sebagai larutan standar primer
Anhidrat
4. Akuades Sebagai pelarut
3.2 Cara Kerja
3.2.1 Membuat Larutan Standar Natrium Hidroksida
Sebanyak 2,04748 gram NaOH padat ditimbang dengan menggunakan wadah
kaca arloji, setelah itu NaOH padat dimasukkan ke dalam gelas piala 500 mL,
lalu 10 mL akuades ditambahkan dan diaduk sampai larut. Setelah larut, akuades
ditambahkan hingga volume 100 mL. Konsentrasi NaOH ditentukan.

3.2.2 Membuat Larutan Asam Oksalat 0,1 M


Sebanyak 3,15 gram H2C2O4 ditimbang menggunakan kaca arloji dengan neraca
analitik, kemudian dimasukkan ke dalam gelas piala. Setelah itu 10 mL akuades
ditambahkan dan diaduk sampai larut. Larutan H2C2O4 dimasukkan ke dalam labu
ukur 250 mL, kemudian ditambahkan akuades sampai tanda batas. Lalu,
dihomogenkan Konsentrasi asam oksalat dihitung.

3.2.3 Membuat Larutan Asam Klorida 37% 0,1M


Sebanyak 50 mL akuades dimasukkan ke dalam gelas piala, kemudian HCl 37%
sebanyak 2,1 mL dipipet ke dalam gelas ukur dan dimasukkan ke dalam gelas
piala 250 mL. Setelah itu, akuades ditambahkan lagi hingga mencapai 250 mL.
Konsentrasi larutan HCl 37% dihitung.
3.3 Skema Kerja
3.3.1 Membuat Larutan NaOH 0,1 M

NaOH
Padat
- ditimbang sebanyak 2,0748 gram dengan menggunakan wadah
kaca arloji dan ditimbang dengan neraca analitik
- dimasukkan ke dalam gelas piala
- ditambahkan 10 mL akuades
- diaduk sampai larut.
- ditambahkan akuades hingga volume 100 mL
- ditentukan konsentrasi NaOH.
Hasil

3.3.2 Membuat Larutan Asam Oksalat Anhidrat 0,1 M

Asam Oksalat

- ditimbang dengan neraca analitik 3,15 gram dengan kaca arloji


- dimasukkan ke dalam labu ukur
- ditambahkan dengan akuades hingga tanda batas dan
dihomogenkan
- dihitung konsentrasi H2C2O4
Hasil

3.3.3 Membuat Larutan HCl


HCl

- dimasukkan 50 mL akuades ke dalam gelas piala 500 mL


- diambil 2,1 mL larutan HCl pada lemari asam menggunakan
bola hisap
- dimasukkan ke dalam gelas piala
- diaduk hingga homogen
- ditambahkan kembali akuades dan diaduk hingga larut
- dihitung konsentrasi HCl
Hasil
3.4 Skema Alat

Keteragan :
1. Kaca arloji
2. Neraca analitik
3. Corong
4. Labu ukur
5. Labu semprot
6. Pipet tetes
7. Gelas ukur
8. Batang pengaduk
9. Gelas piala

3.5 Gambar Alat


No Nama Alat Gambar Alat

1. Kaca arloji

2. Gelas piala

3. Batang pengaduk

4. Gelas ukur

5. Neraca analitik

6. Pipet tetes

7. Corong

8. Labu ukur
9. Labu semprot

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil
4.1.1 Data
Massa NaOH teori : 2,00 g
Massa H2C2O4.2H2O teori : 3,15 g
M NaOH teori : 0,1 M
M H2C2O4.2H2O teori : 0,1 M
Massa NaOH tertimbang : 2,0748 g
Massa H2C2O4.2H2O tertimbang : 3,1510g
M HCl teori : 0,1 M
% HCl pekat : 37%
Volume larutan HCl : 250 mL
Volume larutan HCl pekat dipipet : 2,1 mL
Mr NaOH : 40 g/mol
Mr H2C2O4.2H2O : 126 g/mol
ρ HCl : 1,19 g/mL
Volume larutan NaOH : 500 mL
Volume larutan H2C2O4.2H2O : 250 mL
Mr HCl : 36,5 g/mol

4.1.2 Perhitungan
1) Perhitungan Pembuatan Larutan NaOH dalam 500 mL Larutan
0,1 mol 40 g 1L
gram NaOH = × × × 500 mL
1L 1 mol 1000 mL
gram NaOH = 2,00 g
2) Perhitungan Pembuatan Larutan H2C2O4.2H2O 0,1M Dalam 250 mL
Larutan
0,1 mol 126 g 1L
gram H2C2O4.2H2O = × × × 250 mL
1L 1 mol 1000 mL
gram H2C2O4.2H2O = 3,15 g
3) Perhitungan Pembuatan Larutan HCl 0,1M Dalam 250 mL Larutan
1,19 g
10 × ×37 %
M1
¿
10× ρ× C
=
mL = 12,06 M
Mr 36,5 g /mL
V1M1 = V2 M2
V1×12,06 M =250 mL × 0,1 M
V1 = 2,07 mL
V1 = 2,1 mL

4) Menentukan Konsentrasi NaOH Secara Praktikum


2,0748 g 1mol 1000 mL
M NaOH ¿ × ×
500 mL 40 g 1L
M NaOH ¿ 0,10374 M
5) Menentukan Konsentrasi H2C2O4.2H2O Secara Praktikum

3,1510 g 1 mol 1000 mL


M H2C2O4.2H2O ¿ × ×
250 mL 126 g 1L
M H2C2O4.2H2O ¿ 0,10003 M
4.2 Pengamatan Setiap Langkah Kerja
4.2.3 Membuat Larutan Natrium Hidroksida 0,1 M
No Cara Kerja Gambar Pengamatan Analisis
1. NaOH padat ditimbang NaOH berbentuk kristal padat Penimbangan dilakukan dengan neraca anaitik
sebanyak 2,0748 gram dengan berwarna putih dengan wadah kaca arloji agar sisa NaOH
wadah kaca arloji dan yang menempel dapat dibilas. Penimbangan
penimbangan dengan neraca dilakukan dengan cepat agar NaOH tidak
analitik menyublim karena bersifat higroskopis
2. Sampel dimasukkan ke dalam Larutan NaOH bewarna Pengenceran dilakukan di dalam gelas piala
gelas piala 500 mL, kemudian bening atau tidak berwarna karena NaOH merupakan larutan standar
dilarutkan dengan akuades sekunder yang tidak membutuhkan alat
sampai volume 500 mL sambil dengan ketelitian tinggi
diaduk dengan batang pengaduk
4.2.4 Membuat Larutan Asam Oksalat 0,1 M
No Cara Kerja Gambar Pengamatan Analisis
1. Sebanyak 3,15 gram Asam oksalat memiliki Penimbangan dilakukan dengan wadah kaca
H2C2O4.2H2O ditimbang dengan bentuk serbuk putih yang arloji agar sisa asam oksalat pada kaca arloji
menggunakan kaca arloji dan halus dapat dibilas
neraca analitik

2. Kristal H2C2O4.2H2O yang Larutan asam oksalat tidak Pengenceran dilakukan didalam labu ukur
sudah ditimbang dimasukkan ke berwarna karena asam oksalat merupakan larutan
dalam labu ukur 250 mL. Kaca standar primer dimana dibutuhkan peralatan
arloji dibilas dengan akuades dengan ketelitian yang tinggi untuk
dan isi labu ukur sampai tanda melakukan pengenceran
batas. Larutan dihomogenkan
4.2.5 Membuat Larutan Asam Klorida 0,1 M
No Cara Kerja Gambar Pengamatan Analisis
1. Sebanyak 50 mL akuades Larutan HCl tidak berwarna Gelas piala diisi akuades terlebih dahulu
dimasukan ke dalam gelas piala sebelum HCl dimasukkan agar tidak terjadi
250 mL, kemudian HCl 37% bumping akibat adanya perubahan panas yang
dipipet dengan pipet takar spontan pada larutan HCl
hingga 2,1 mL. Kemudian
dimasukkan ke dalam gelas
piala 250 mL
2. Akuades ditambahkan hingga Larutan HCl tidak berwarna Pelarutan dilakukan di dalam gelas piala
tanda batas 250 mL lalu yang larut dalam akuades karna HCl merupakan larutan standar
dihomogenkan sekunder yang tidak membutuhkan alat
dengan ketelitian yang tinggi
4.3 Pembahasan
Pada praktikum ini dilakukan percobaan membuat larutan. Larutan yang dibuat,
yaitu larutan standar sekunder NaOH 0,1 M dan HCl 0,1 M serta larutan standar
primer H2C2O4.2H2O 0,1 M. Massa sampel yang dibutukan ditentukan terlebih
dahulu sebelum membuat larutan yang diinginkan.
Pada percobaan pertama pemembuat larutan NaOH 0,1 M dalam 500 mL
akuades. Berdasarkan perhitungan sesuai teori didapatkan hasil untuk membuat
larutan 0,1 M NaOH dalam 500 mL diperlukan massa NaOH sebesar 2,0 gram.
Pada proses penimbangan menggunakan neraca analitik, digunakan kaca arloji
sebagai wadah untuk sampel padat. NaOH bersifat higroskopis, sehingga sisa
NaOH pada kaca arloji dapat dibilas dan massa yang digunakan tidak berkurang.
Penimbangan NaOH juga tidak boleh dilakukan terlalu lama, karena jika NaOH
dibiarkan terlalu lama di udara terbuka maka NaOH akan menyublim dan dapat
mengurangi massa dari NaOH tersebut. Larutan NaOH merupakan suatu larutan
standar sekunder yang tidak memerlukan peralatan dengan ketelitian tinggi,
sehingga untuk mengencerkannya cukup dengan menggunakan gelas piala.
Percobaan kedua yaitu pembuatan larutan HCl 0,1 M dalam 250 mL
akuades dari larutan induk HCl 37%. Pada proses ini pemipetan HCl harus
dilakukan di dalam lemari asam karena larutan ini merupakan larutan asam yang
bersifat beracun dan tidak boleh terhirup. Gelas piala diisi terlebih dahulu dengan
akuades sebelum dimasukkan larutan HCl untuk pengenceran agar tidak terjadi
bumping ketika ditambahkan akuades. Hal ini dilakukan untuk menghindari
perubahan panas yang spontan yang dapat menyebabkan letupan, karena pada
proses ini terjadi pelepasan kalor dan timbul uap panas dari reaksi tersebut.
Kemudian larutan HCl diencerkan hingga tanda batas 250 mL pada gelas piala.
Percobaan terakhir yaitu pembuatan larutan H2C2O4.2H2O 0,1 M dalam
250 mL larutan. Pertama dilakukan penimbangan menggunakan neraca analitik
dengan wadah kaca arloji sebanyak 3,15 gram dari hasil perhitungan. Kemudian
H2C2O4.2H2O yang telah ditimbang, dimasukkan ke dalam labu ukur untuk
diencerkan. Kaca arloji dibilas dengan akuades, agar sisa H2C2O4.2H2O pada kaca
arloji dapat ikut terhitung. Pengenceran H2C2O4.2H2O dilakukan di dalam labu
ukur karena H2C2O4.2H2O merupakan larutan standar primer yang dimana
diperlukan peralatan dengan ketelitian yang tinggi untuk mengencerkan larutan
tersebut.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa:
1. Pada percobaan dilakukan penentuan konsentrasi molaritas dan persen
volume suatu larutan.
2. Konsentrasi NaOH didapatkan sebesar 0,10374 M dan konsentrasi
H2C2O4.2H2O sebesar 0,10003 M, dan konsentrasi HCl 0,1 M
3. Besar volume zat terlarut dalam larutan dapat mempengaruhi konsentrasi.
4. Pembuatan larutan standar primer harus menggunakan perlatan dengan
ketelitian yang tinggi, sedangkan larutan standar sekunder tidak perlu
peralatan dengan ketelitian yang tinggi.

5.2 Saran
Beberapa saran untuk praktikum selanjutnya adalah:
1. Memahami prosedur kerja dan teori yang digunakan pada percobaan ini
2. Teliti dalam menghitung massa yang dibutuhkan untuk membuat larutan
3. Memahami konsep atau prinsip kerja pada percobaan ini
4. Berhati-hati dalam memipet atau mengambil larutan
5. Berhati-hati dalam mereaksikan atau mencampurkan bahan
6. Berhati-hati dalam penggunaan alat
7. Teliti dalam menghitung konsentrasi larutan
DAFTAR PUSTAKA

1. Putri LMA, Prihandono T, Supriadi B. Air adalah suatu zat kimia yang
penting bagi semua bentuk kehidupan yang diketahui sampai saat ini di
bumi ,. J Pembelajaran Fis. 2017;6(2):147-153.

2. Suherti E. Guru pembelajar Modul Paket Keahlian Kimia Kesehatan


Kelompok Kompetensi I Larutan. Published online 2016:1-158.

3. Iin E. Membuat larutan. Kim dasar. Published online 2020.

4. Yusuf Y. Kimia Analisis.; 2019.


Lampiran I Tugas Sebelum Praktikum
Tentukanlah :
a) Peralatan yang digunakan
b) Zat yang digunakan beserta jumlahnya
Untuk membuat :
1) Larutan standar klorida 100 mg/L sebanyak 25 mL
Jawab :
 Peralatan: Labu ukur, pipet gondok, botol semprot, buret, spatula, pipet
tetes, neraca, dan kaca arloji
 Bahan : KCl, BaCl, dan 2H2O
massaterlarut ( mg)
PPM ¿
V larutan
mg
100mg/L ¿
0,025 L
mg ¿ 2,5 mg
2) Larutan standar kalsium 0,1M sebanyak 100 mL
Jawab :
 Peralatan: Labu ukur, pipet gondok, botol semprot, buret, spatula, pipet
tetes, neraca, dan kaca arloji
 Bahan : Ca
g 1000
O,1 M ¿ ×
Mr V
0,1mol 1L 40 g
Massa Ca ¿ × × ×100 mL
1L 100 mL 1mol
Massa Ca ¿ 0,4 gram
3) Larutan reagen FeCl3 0,1% sebanyak 50 mL
Jawab :
 Peralatan: pipet takar, gelas piala, batang pengaduk, bola hisap, dan botol
semprot
 Bahan : FeCl3
g 1000
M FeCl3 ¿ ×
Mr V
1 mol 1000 mL 1L
M FeCl3 ¿ 0,19 × × ×
124 g 1L 100 mL
M FeCl3 ¿ 0,0081 M
Lampiran II. Struktur Bahan yang Digunakan
NO Bahan Struktur
1. Natrium Hidroksida
2. Asam Klorida
3. Asam Oksalat

4. Akuades

Anda mungkin juga menyukai