Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PENDIDIKAN PANCASILA

“MAKNA YANG TERKANDUNG DAN IMPLEMENTASI SILA PERTAMA DI


INDONESIA"

OLEH KELOMPOK 1:

AHMAD ZAKI HABIBULLAH (2110411020)

AKEN PUTI NANDI NANTI (2110411013)

MARIO BAGASKARA (2110411003)

MUHAMMAD IKHSAN TALIB (2110411022)

FIKRI RIDWAN PRATAMA (2110411035)

SARAH SALSABILAH (2110412021)

FALSYA MUTIARAHMAH (2110413029)

ZAHRATUL JANNAH IRSYAD (2110413025)

MIFTAHUL MELSYA SALSABILA (2110413028)

SAKINAH AFRA LISMAN (2110411036)

MULAN DESSEN (2110412025)

OCA ASRIANA (2110411033)

KHAIRA AZHARA HRP( 2110252025)

CHELSYCDRA SRIMULTIYA (2110223004)

DOSEN PEMBIMBING : LUSI PUSPITA SARI

MATA KULIAH : PANCASILA KELAS 25

UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2022
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah senantiasa kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas
kelompok untuk mata kuliah Pancasila.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan makalah ini tidak lepas dari bantuan
banyak pihak yang telah berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini sehingga makalah ini dapat
terselesaikan tepat waktu.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini jauh dari sempurna dikarenakan
keterbatasan pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami mengharapkan
segala bentuk saran dan masukan bahkan kritik yang membangun dari para pembaca. Akhirnya
kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii

DAFTAR ISI ...................................................................................................................... iii

BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................................. 1

A. Latar Belakang ...................................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah................................................................................................. 2
C. Tujuan ......................................................................................................... 2

BAB 2 PEMBAHASAN .................................................................................................... 3

A. Pengertian Sila Pertama Pancasila ...................................................................... 3


B. Makna dan Nilai-Nilai Pancasila ......................................................................... 3
C. Dasar Ontologis Sila Ketuhanan Yang Maha Esa ............................................. 6
D. Implementasi Terhadap Nilai Pancasila Ketuhanan Yang Maha Esa ............ 7
E. Hubungan Agama dan Negara ............................................................................ 10

BAB 3 PENUTUP ............................................................................................................. 12

A. Kesimpulan ............................................................................................................ 12
B. Saran ...................................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pancasila merupakan pandangan hidup dan dasar negara Indonesia yang diwariskan oleh para
pendiri bangsa. Pancasila juga dapat diartikan sebagai ideologi dan dasar negara yang terbentuk
dari hasil kesepakatan politik para pendiri bangsa. Sebagai ideologi bangsa, maka Pancasila sangat
berperan penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Pancasila dianggap sebagai sesuatu yang sakral bagi setiap warga negara Indonesia. Namun
sebagian warga negara Indonesia hanya menganggap Pancasila sebagai ideologi atau dasar negara
semata tanpa memedulikan makna dan manfaatnya bagi kehidupan berbangsa dan bernegara.
Tanpa disadari bahwa nilai-nilai Pancasila sangat berguna bagi kehidupan warga negara Indonesia.
Indonesia merupakan negara yang majemuk yang memiliki keberagaman, suku, agama, ras,
dan Adat-istiadat. Pancasila dapat berperan sebagai penyatu kemajemukan bangsa. Hal ini dapat
terjadi karena Pancasila memiliki konsep yang rasional untuk menciptakan persatuan dan kesatuan
bangsa Indonesia.
Negara Indonesia merupakan negara yang warganya memeluk banyak agama di Dalamnya,
yang hingga saat ini terdapat 6 (enam) agama yang diakui di Indonesia. Agama- Agama tersebut
adalah agama Islam, Hindu, Budha, Kristen Katolik, Kristen Protestan dan Konghucu. Kebebasan
hidup beragama telah diatur dijamin oleh negara Indonesia yang merupakan dasar dari pada negara
Indonesia itu sendiri yaitu Pancasila. Pancasila ini juga sudah tertuang dalam pembukaan Undang
– Undang Dasar 1945 pada alinea ke empat. Namun kebebasan yang dimaksud tidak seenaknya
sendiri mengarang – ngarang agama sendiri, membuat agama sendiri tanpa adanya legalitas dari
negara kita Indonesia. Dan ketika agama tersebut sudah ada legalitas dari negara Indonesia, maka
hal ini tentu perlu mendapatkan jaminan negara dalam menjalankannya dan negara tidak boleh
sampai berat sebelah dalam memberikan kebebasan menjalankan agama tersebut.
Adanya pandemi covid-19 melanda seluruh dunia termasuk Indonesia. Covid-19 ini
merupakan penyakit menular, yang berarti dapat menyebar, baik secara langsung maupun tidak
langsung, dari satu orang ke orang lain. Kondisi ini menyerang sistem pernapasan seperti hidung,
tenggorokan, dan paru-paru. Salah satu cara memutus rantai penyebaran Covid-19 ini ialah dengan
melakukan pembatasan interaksi masyarakat yang diterapkan dengan istilah physical distancing.
Keputusan pemerintah ini berimbas kepada liburnya peserta didik, memindahkan proses belajar
mengajar yang dulunya secara tatap muka sekarang berubah menjadi belajar daring. Pembelajaran
daring merupakan pembelajaran berbasis internat atau belajar secara Online yang harus dijalani

1
semua siswa-siswi hingga mahasiswa-mahasiswa di Indonesia bahkan seluruh wilayah yang
terdampak Covid-19. Hal ini dilakukan guna menyambung proses belajar tatap muka yang
terkendala akibat adanya sosial distancing.

Dengan diterapkannya pembelajaran daring. Maka tentunya nanti akan berimbas ke berbagai
aspek. Contohnya seperti implementasi sila Pancasila khususnya sila ketuhanan yang maha esa
pada peserta didik. Dengan diterapkannya pembelajaran daring pelaksanaan setiap kegiatan yang
dulunya dilaksanakan di sekolah otomatis akan beralih dilaksanakan kegiatan tersebut secara
sendiri di rumah, termasuk juga kegiatan-kegiatan implementasi sila Ketuhanan Yang Maha Esa
seperti berdoa sebelum dan sesudah belajar, ibadah Shalat berjamaah bagi yang beragama Islam,
serta berbagai kegiatan ibadah yang lain
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang terdapat dalam makalah ini adalah :
1. Apakah makna sila pertama Pancasila, ketuhanan yang maha esa?
2. Apa saja nilai-nilai yang terkandung dalam sila pertama
3. Bagaimanakah implementasi nilai sila pertama di Indonesia pada saat ini ?

C. Tujuan
Makalah ini dibuat dengan tujuan agar pembaca dapat :
1. Mengetahui dan memahami makna dari sila pertama Pancasila yaitu “Ketuhanan Yang Maha
Esa”
2. Mengetahui nilai-nilai apa saja yang terkandung dalam sila pertama Pancasila
3. Mengetahui dan memahami bagaimana keadaan dari implementasi nilai sila pertama pada saat
ini

2
BAB 2
PEMBAHASAN

A. Pengertian Sila Pertama Pancasila


Pancasila sila pertama yang berbunyi Ketuhanan Yang Maha Esa berarti bahwa
negaramengakui adanya Tuhan. Tuhan merupakan pencipta seluruh alam semesta ini. Yang
MahaEsa berarti Maha Tunggal, tiada sekutu bagi-Nya, Esa dalam zat-Nya, dalam sifat-
Nyamaupun dalam perbuatan-Nya. Tuhan sendirilah yang Maha Mengetahui, dan tiada
yangsanggup menandingi keagungan-Nya. Tidak ada yang bisa mengatur-Nya karena
Tuhanmengatur segala aturan. Tuhan tidak diciptakan oleh makhluk lain melainkan Tuhan
yangmenciptakan segalanya. Bahagia, tertawa, sedih, tangis, duka, dan gembira juga Tuhan
yangmenentukan.

Dengan demikian Ketuhanan Yang Maha Esa Tunggal, yang menciptakan alam
semesta beserta isinya. Dan diantara makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang
berkaitan dengansila ini ialah manusia. Sebagai aha Pencipta, kekuaaan Tuhan tidaklah
terbatas, sedangkanselain-Nya adalah terbatas.

B. Makna dan Nilai-Nilai Pancasila


1. Makna Pancasila Sila Pertama
a. Makna Simbol Sila Pertama
Simbol garuda Pancasila yang pertama adalah bintang dengan warna kuning berlatar
belakang hitam dan diletakkan tepat di tengah perisai. Gambar bintang sendiri dijadikan
simbol untuk sila pertama pancasila yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa.
Dari simbol bintang tersebut terdapat lima sudut yang mewakili lima agama besar
yang ada di Indonesia. Sedangkan latar belakang hitam yang menjadi latar dari bintang
emas tersebut memiliki makna yang menggambarkan keberkahan warna ala, keberkahan
dari Tuhan Yang Maha Esa yang menjadi sumber dari segala sesuatu yang ada di Muka
Bumi.Lambang bintang emas bersinar sendiri memiliki artian cahaya dari Tuhan Yang
Maha Esa yang dipancarkan kepada semua makhluk-Nya di muka bumi.
Secara keseluruhan simbol sila pertama ini melambangkan bahwa masyarakat
Indonesia adalah bangsa yang memiliki keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa sesuai dengan ragam keyakinan yang dimiliki oleh setiap warga negara.

3
b. Makna Sila Ketuhanan yang Maha Esa
Sila pertama Pancasila, yaitu 'Ketuhanan yang Maha Esa' memiliki makna bahwa
bangsa Indonesia mempunyai kebebasan untuk menganut agama dan menjalankan ibadah
yang sesuai dengan ajaran agamanya, mewujudkan kehidupan yang selaras, serasi, dan
seimbang antar sesama manusia Indonesia, antar bangsa, maupun dengan makhluk ciptaan
Tuhan yang lainnya.
Sila pertama Pancasila membahas sifat-sifat luhur atau mulia yang harus dimiliki
segenap bangsa Indonesia. Sila pertama Pancasila menganjurkan pemeluk agama masing-
masing untuk menaati norma-norma kehidupan beragama yang dianutnya. Ketuhanan
dalam sila pertama Pancasila menjadi salah satu prinsip dasar dan penyatu bangsa
Indonesia. Pemahaman tentang sila pertama Pancasila juga bertautan dengan keempat sila
Pancasila lainnya.
Di samping itu, sila pertama Pancasila juga mengandung nilai makna bahwa negara
juga wajib menjamin kemerdekaan setiap warga negara tanpa diskriminasi untuk
beribadah menurut agama dan kepercayaannya.
Perwujudan kewajiban negara tersebut salah satunya dengan menciptakan suasana
yang baik, memajukan toleransi dan kerukunan agama, serta menjalankan tugas untuk
meningkatkan kesejahteraan umum sebagai tanggung jawab yang suci.

2. Nilai-Nilai Pancasila Sila Pertama


Pancasila sebagai ideologi terbuka yang mempunyai dimensi fleksibilitas atau
kelenturan, hal ini karena di dalam Pancasila tersebut terkandung beberapa nilai. Nilai-nilai
yang terkandung di dalam pancasila setidaknya ada 3, yaitu nilai dasar, nilai instrumental dan
nilai praksis. Berikut nilai-nilai yang terdapat pada sila pertama
a. Nilai Dasar
Definisi dari nilai dasar adalah nilai-nilai dasar yang mempunyai sifat tetap (tidak
berubah), nilai-nilai ini terdapat dalam Pembukaan UUD 1945. Nilai dasar pada sila
pertama ini yaitu nilai ketuhanan.
Nilai Ketuhanan berarti memiliki sebuah keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
yang menciptakan alam semesta ini. Mengandung maksud bahwa negara Indonesia adalah
negara yang religius dan bukanlah negara yang atheis.

4
b. Nilai Instrumental
Definisi dari nilai instrumental adalah penjabaran lebih lanjut dari nilai dasar secara
lebih kreatif dan dinamis dalam bentuk UUD 1945 dan peraturan Perundang-undangan
lainnya, dalam Tata Urutan Peraturan Perundang-undangan Negara menurut UU No. 10
Tahun 2004. Nilai instrumental ini dapat berubah atau diubah.

Nilai instrumental pada sila pertama dapat dilihat pada undang-undang dasar 1945
pasal 28E dan pasal 29 yang berbunyi sebagai berikut:

Pasal 28E

1) Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, memilih
pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih
tempat tinggal di wilayah negara dan meninggalkannya, serta berhak kembali.
2) Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini keper-cayaan, menyatakan pikiran dan
sikap, sesuai dengan hati nuraninya.
3) Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan
pendapat.

Pasal 29

1) Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa.


2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-
masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.

c. Nilai Praksis

Definisi dari Nilai Praxis adalah nilai yang sesungguhnya dilaksanakan dalam
kehidupan nyata sehari-hari baik dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Nilai praxis juga dapat berubah/diubah.

Contoh-contoh penerapan nilai-nilai ketuhanan dalam kehidupan sehari-hari adalah:

1) Membina kerukunan hidup antara sesama manusia.


2) Tidak melakukan penistaan agama. Penistaan terhadap agama adalah perilaku
menghina atau merendahkan agama, seperti melakukan pembakaran rumah ibadah.
3) Mengembangkan siap saling menghormati dan menjaga kebebasan orang dalam
beribadah sesuai agama dan kepercayaannya.

5
4) Menjalankan kehidupan sehari-hari sesuai kebaikan yang diajarkan tuhan dalam agama
dan keyakinan.
5) Tidak memaksakan sebuah agama atau kepercayaan pada orang lain.
6) Mengembangkan sikap saling menghormati, bekerja sama, dan tolong-menolong tanpa
mendiskriminasi karena agama atau kepercayaan yang dianutnya.
7) Bersikap toleran kepada umat beragama atau berkeyakinan lain.
8) Mempersilakan dan memudahkan umat beragama lain menyelenggarakan hari raya
agama atau keyakinannya.

C. Dasar Ontologis Sila Ketuhanan yang Maha Esa


Bagi bangsa Indonesia dalam pelaksanaan negara Indonesia tidak ada tempat bagi
pertentangan di bidang keagamaan karena sesuai dengan sila-sila Pancasila bahwa sebagai
bangsa Indonesia harus sesuai dengan hakikat satu.Selain itu telah dijelaskan bahwa adanya
Tuhan adalah ada dalam kenyataannya yang objektif, bukan karena interprestasi manusia dan
dipertentangkan manusia. Negara Indonesia merupakan pelaksana sila Ketuhanan yang Maha
Esa terutama dalam kaitannya dengan pelaksanaan keagamaan yang diatur dalam pasal 29
ayat 2.

Pengetahuan tentang adanya Tuhan telah dibuktikan secara rasional dengan


argumentasi sebagai berikut:

1) Bukti adanya Tuhan secara Ontologis


Berarti adanya segala di dunia tidak berada karena dirinya sendiri, melainkan
kerena suatu yang disebut ide.Ide ini berada diluar segala sesuatu termasuk alam
semesta.Maka yang dimaksud ide yang tertinggi adalah Tuhan sebagai kausa prima.
2) Bukti adanya Tuhan secara Kosmologis
Berarti alam semesta (termasuk manusia) diciptakan oleh Tuhan. Segala
sesuatu yangterjadi di alam semesta ini mempunyai hubungan sebab akibat.
Misalnya rentetan hubungan anak dengan orang tuanya, orang tuanya disebabkan
oleh nenek dan kakeknya, begitu seterusnya sehingga rangkaian tersebut sampailah
pada suatu yang tidak disebabkan oleh yang lain yang disebut sebab pertama (kausa
prima).

6
3) Bukti adanya Tuhan secara Teleologis
Berarti alam diatur menurut suatu tujuan tertentu.Dengan kata lain alam secara
keseluruhan berevolusi dan beredar pada suatu tujuan tertentu. Bagian-bagian dari
alam ini mempunyai hubungan yang erat satu dengan yang lain dan bekerja sama
dalam mencapai suatu tujuan tertentu. Maka dapatlah disimpulkan bahwa ada suatu
dzat yang menentukan tujuantersebut, yaituTuhan.
4) Bukti adanya Tuhan secara Psikologis
Berarti pada suatu kenyataan bahwa kita memiliki suatu pengertian atau
gagasan tentang Tuhan yang merupakan segala sesuatu yang sempurna, lalu kita
mencoba untuk menerangkan asal mula gagasan tentang Tuhan sebagai sesuatu yang
sempurna. gagasan tersebut diperoleh dari jenis pengalaman-pengalaman tertentu
atau diperoleh dari gagasan-gagasan lain yang digabungkan dan diperbandingkan.
Namun, semua hal yang diperoleh dari pengalaman dan indrawi bersifat jauh dari
sempurna.
Jadi, secara rasional dapat disimpulkan bahwa adanya Tuhan tidak ditentukan oleh
sesuatu, tetapi adanya Tuhan dapat dipahami secara objektif. Aliran yangtidak percaya
tentang adanya Tuhan berarti bertentangan dengan hakikat kodrat manusia, terutama hakikat
kedudukan kodrat manusia sebagai makhluk pribadi dan makhluk Tuhan yang Maha Esa.

Oleh karena itu, bangsa dan negara Indonesia yang sesuai dengan sila pertama menjadi
suatu keharusan yang bersifat mutlak untuk mendasarkan segala aspek penyelenggaraan
negara pada nilai-nilai yang berasal dari Tuhan.

D. Implementasi Terhadap Nilai Pancasila Ketuhanan yang Maha Esa


1. Implementasi terhadap nilai Pancasila yang dapat dilakukan
1) Meyakini adanya Tuhan Yang Maha Esa
2) Percaya dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan
kepercayaan masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab
3) Menghormati agama orang lain
4) Hidup dan bekerja sama antara pemeluk agama dan penganut kepercayaan yang
berbeda-beda sehingga terbina kerukunan hidup
5) Menghormati kebebasan orang menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan

7
kepercayaannya
6) Menghormati kebebasan orang merayakan hari besar keagamaan sesuai keyakinan
dan kepercayaan mereka
7) Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan kepada orang lain
8) Tidak mengganggu teman yang sedang beribadah di sekolah
9) Mempersilakan teman yang hendak beribadah saat belajar atau bermain bersama
10) Menaati perintah Tuhan Yang Maha Esa
11) Tidak membeda-bedakan agama
12) Berbuat baik dan mulia sesuai ajaran Tuhan

2. Implementasi Nilai Pancasila Sila Ketuhanan Yang Maha Esa Masa Pembelajaran Daring
pada Peserta Didik Sekolah Dasar.
Situasi pandemi covid-19 saat ini, tentunya peserta didik banyak menghabiskan waktu
dirumah karena diterapkannya sistem pembelajaran daring atas anjuran pemerintah yang
wajib diterapkan oleh setiap sekolah di Indonesia. Oleh karena itu, yang dapat memantau
kegiatan peserta didik dirumah adalah orang tua, begitu pula kegiatan implementasi nilai
Pancasila khususnya sila Ketuhanan Yang Maha Esa. Terdapat 3 indikator utama dalam
implementasi sila Ketuhanan Yang Maha Esa ditingkat Sekolah Dasar yaitu yang pertama
peserta didik percaya dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang kedua toleransi antar
umat beragama, dan yang ketiga kecintaan pada semua makhluk ciptaan Tuhan yang lain
seperti hewan dan tumbuhan. Dalam penelitian ini mengambil subjek 11 peserta didik kelas
V di SD Negeri Purwotomo No. 97 Surakarta.

Hasilnya menunjukkan bahwa implementasi nilai sila Ketuhanan Yang Maha Esa telah
diimplementasikan oleh peserta didik dengan indikasi ketiga indikator sudah terlaksana,
namun dalam pelaksanaannya untuk indikator yang pertama masih belum maksimal
dikarenakan pelaksanaan ibadah masih belum tepat waktu dan hafalan do’a harian peserta
didik masih sedikit. Hal ini kebanyakan karena faktor pembiasaan, bimbingan dan
pengawasan dari orang tua masing-masing.

Beberapa indikator yang seharusnya ditanamkan dan harus melekat pada generasi penerus
bangsa khususnya usia Sekolah Dasar terkait pengamalan sila Ketuhanan Yang Maha Esa
masa pembelajaran daring seperti sekarang yaitu yang pertama percaya dan taqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan kepercayaannya, kedua hormat

8
menghormati dan bekerjasama anatar pemeluk agama dan penganut kepercayaan yang
berbeda-beda, dan yang ketiga yaitu kecintaan kepada semua makhluk ciptaan Tuhan.

Berdasarkan analisis data hasil wawancara yang dilakukan, terkait dengan indikator
percaya dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa diketahui bahwa 11 peserta didik kelas V
SDN Purwotomo No. 97 yang menjadi subyek penelitian memiliki agama islam. Selanjutnya,
dari 11 peserta didik 54,64% diantaranya sudah melaksanakan ibadah sholat secara rutin
meskipun terkadang kurang tepat waktu dan 45,46% peserta didik lainnya masih belum rutin.
Berdasarkan data hasil wawancara diketahui bahwa ibadah sholat belum terlaksana dengan
baik, kebanyakan masih molor untuk waktu pelaksanaanya dan bahwa masih ada peserta
didik yang ibadah sholatnya belum rutin atau hanya ketika diperintahkan oleh orang tua.
Sementara itu, berdasarkan hasil wawancara juga diperoleh data bahwa peserta didik hanya
memiliki hafalan sedikit terkait doa-doa harian sebelum dan sesudah melaksanakan sesuatu,
untuk pengimplementasiannya juga belum maksimal terkadang masih lupa, hanya 45,46%
dari 11 peserta didik yang sudah mengimplementasikan secara rutin sedangkan 54,54%
lainnya belum. Berdasarkan data yang diperoleh, dapat diindikasikan bahwa peserta didik
masih kurang melibatkan Tuhan dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari. Meskipun ada
beberapa yang sudah hafal berbagai doa harian, namun dalam pengimplementasian juga
masih kurang. Berdasarkan perolehan data hasil wawancara yang telah dianalisis tersebut,
menunjukkan bahwa kepercayaan dan ketaqwaan peserta didik terhadap Tuhan Yang Maha
Esa masih kurang baik dan perlu ditingkatkan. Seharusnya, meskipun harus belajar secara
daring dan lebih banyak menghabiskan waktu dirumah peserta didik semakin meningkatkan
ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Selanjutnya, terkait dengan indikator kedua yaitu toleransi antar umat beragama
berdasarkan hasil wawancara diperoleh data bahwa seluruh peserta didik memiliki teman
yang memiliki berbeda keyakinan disekolah serta hanya 27,27% peserta didik yang memiliki
teman yang berbeda keyakinan dirumah, sedangkan 72,73% lainnya tidak memiliki teman
berbeda agama dirumah tetapi memiliki teman yang berbeda agama disekolah. Berdasarkan
hasil wawancara, seluruh orang tua mengungkapkan bahwa peserta didik tidak ada masalah
dengan perbedaan keyakinan yang dimiliki dan mereka saling menghargai serta tetap bermain
bersama. Berdasarkan data yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa peserta didik kelas V
telah mengimplementasikan sikap toleransi antar umat beragama dilingkungan sekolah dan
rumah dengan baik.

9
Berdasarkan hasil wawancara, terkait indikator kecintaan pada semua makhluk ciptaan
Tuhan 81,81% orang tua mengungkapkan bahwa peserta didik memiliki hewan maupun
tanaman peliharaan dirumah serta telah memenuhi kewajiban mereka untuk memberi makan
hewan peliharaan ataupun menyiram tanaman dengan baik dan pantas. Sementara itu, 18,19%
orang tua mengungkapkan bahwa anak mereka tidak memiliki hewan peliharaan ataupun
tanaman hias dengan alasan anak mereka kurang bisa mengurus dan terdapat hiburan yang
lebih menarik yaitu gadget. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa rata-rata
peserta didik telah mengimplementasikan sikap kecintaan terhadap semua makhluk ciptaan
Tuhan dengan baik meskipun ada beberapa yang kurang tampak.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulan bahwa implementasi nilai Pancasila sila
Ketuhanan Yang Maha Esa pada peserta didik kelas V SDN Purwotomo selama masa
pembelajaran daring sudah terlaksana akan tetapi belum maksimal, khususnya terkait
indikator percaya dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini dikarenakankan masih
kurang maksimalnya pelaksanaan ibadah peserta didik, serta sedikitnya hafalan doa harian
yang diindikasikan bahwa peserta didik masih kurang melibatkan Tuhan dalam melaksanakan
aktivitas sehari-hari dirumah. Faktor pembiasaan, bimbingan dan pengawasan orang tua
memiliki peranan penting dalam implementasi sila Ketuhanan Yang Maha Esa peserta didik
dirumah.

E. Hubungan Agama dengan Negara

Dalam sejarah Islam, ada tiga tipologi hubungan antara agama dan negara. Din Syamsudin
membaginya sebagai berikut: Pertama, golongan yang berpendapat bahwa hubungan antara
agama dan negara berjalan secara integral. Kedua, golongan yang berpendapat bahwa
hubungan antara agama dan negara berjalan secara simbiotik dan dinamis-dialektis, bukan
berhubungan langsung, sehingga kedua wilayah masih ada jarak dan kontrol masing-masing,
sehingga agama dan negara berjalan berdampingan. Tokoh Muslim dunia dalam golongan ini
di antaranya adalah Abdullahi Ahmed An-Na’im, Muhammad Syahrur, Nasr Hamid Abu
Zaid, Abdurrahman Wahid dan Nurcholish Madjid. Ketiga, golongan yang berpendapat
bahwa agama dan negara merupakan dua domian yang berbeda dan tidak ada hubungan sama
sekali. Golongan ini memisahkan hubungan antara agama dan politik/ negara. Dalam sejarah
bangsa Indonesia, hubungan antara agama (Islam) dan negara berkembang menjadi empat
golongan. Pertama, golongan yang mengintegrasikan antara agama dan negara sebagai dua

10
hal yang tidak terpisahkan. Kedua, golongan yang berpendapat bahwa agama dan negara
berjalan dalam pusaran konflik dan saling menafikan di antara keduanya sebagaimana terjadi
di Sumatera Barat. Ketiga, golongan yang membangun hubungan dinamis-dialektis antara
agama dan negara. Keempat, golongan yang membangun hubungan sekular-ritualistik antara
agama dan negara. Dalam rumusan ideologi dan konstitusi tersebut, substansi negara
Indonesia adalah berbentuk negara yang religius (religious nation state). Negara tidak
menafikan peran agama, dan agama juga tidak menolak eksistensi negara.

Dalam kehidupan negara Indonesia, tipologi ideal yang perlu dikembangkan mengenai
relasi agama dan negara adalah dengan membangun relasi simbiotik atau dinamis dialektis,
yaitu Pertama, norma agama Islam yang dilembagakan dalam sistem hukum nasional harus
melalui proses legislasi yang sah, sehingga norma agama sah diberlakukan. Agama dan
negara bersinergi untuk mewujudkan aspirasi dan kebutuhan warga masyarakat yang religius.
Kedua, negara bersinergi membangun norma-norma hukum nasional yang bersumber dari
norma agama Islam sebagai etika sosial dan moralitas publik. Norma agama Islam menjadi
landasan bagi dasar Negara. dan negara membangun landasannya untuk
mengimplementasikan nilai-nilai luhur norma agama tersebut.

11
BAB 3

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dengan demikian dapatlah disimpulkan bahwa sila pertama Pancasila sebagai dasar
negara sesungguhnya berisi:

1) Indonesia merupakan negara yang mengakui tentang adanya Tuhan sebagai pencipta alam
semesta dan isinya.
2) Ketuhanan Yang Maha Esa memiliki makna bahwa masyarakat Indonesia adalah bangsa
yang memiliki keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan
ragam keyakinan yang dimiliki oleh setiap warga negara.
3) Toleransi beragama tidak berarti bahwa ajaran agama yang satu bercampur aduk dengan
ajaran agama lainnya.
4) Menjalankan ibadahnya masing-masing dimana pemeluk melaksanakan ajaran agama
sesuai dengan norma agamanya. Agar tidak terjadi pertentangan antara pemeluk agama
yang berbeda, maka hendaknya dikembangkan sikap toleransi beragama.

B. Saran
Hendaknya seluruh masyarakat Indonesia berpegang teguh dengan dasar dan sila-sila
dalam Pancasila termasuk sila pertama yang dibahas pada makalah ini. Masyarakat Indonesia
harus senantiasa toleransi atas perbedaan-perbedaan yang ada serta senantiasa melakukan
musyawarah setiap ada permasalahan agar tercipta hubungan yang harmonis di antara semua
masyarakat.

12
DAFTAR PUSTAKA

Kaelan. 2010. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Paradigma.


Mahfud Hasan, dkk. 2020. “Implementasi Nilai Pancasila Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
Masa Pembelajaran Daring Pada Peserta Didik Sekolah Dasar.” Makalah.
Wulandari Trisna.(2021). 12 Contoh Penerapan Sila ke-1 Pancasila dalam Kehidupan
Sehari-hari, Yuk Lakukan!. Diakses pada 4 mei 2022, dari
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5676742/12-contoh-penerapan-sila-ke-1-
pancasila-dalam-kehidupan-sehari-hari-yuk-lakukan.

Anda mungkin juga menyukai