Makalah Ini Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kelompok Mata kuliah
Pendidikan Pancasila
Di Susun Oleh :
Muhammad Ihsan Hasanudin (1902026)
Muhammad Taufiq R (1902030)
Shalma Alviani Nurulita (1902036)
Via Silvira Fauziah (1902039)
Yayang Ninda Sundari (1902040)
1
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah Puji dan Syukur kami ucapkan atas karunia dan nikmat Allah
SWT sehingga kami bisa menyelesaikan tugas Mata Kuliah Umum Pendidikan
Pancasila yaitu makalah kelompok dengan judul Pancasila Sebagai Dasar
Negara ini untuk melengkapi tugas kelompok mata kuliah Pendidikan Pancasila.
Ucapan terima kasih kami kepada Dosen Pengampu yang telah memberikan
bimbingan serta bekal untuk menyelesaikan makalah ini. Ucapan terima kasih
juga untuk pihak-pihak yang telah membantu proses menyelesaikan makalah ini.
Kami sangat menyadari bahwa kami adalah manusia yang masih banyak
kekurangan yang jauh dari kata sempurna. Begitu juga dengan karya kami ini
yang juga jauh dari kesempurnaan dan banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami
mengharap kritik dan saran dari semua pihak yang membangun supaya dapat kami
perbaiki dan semoga makalah ini dapat menjadi referesnsi yang baik dalam proses
belajar ,dapat menambah wawasan bagi pembaca dan bermanfaat bagi kita semua.
Aamiin.
2
Daftar Isi
Cover Depan…………………………………………………………..1
Kata Pengantar…………………………………………………………2
Daftar isi……………………………………………………………….3
Bab I : Pendahuluan…………………………………………………….4
1. Latar Belakang Masalah………………………………………..4
2. Rumusan Masalah………………………………………………5
3. Tujuan Masalah…………………………………………………5
Bab II : Pemabahsan……………………………………………………6
A. Konsep, Tujuan dan Urgensi Dasar Negara…………………....6
1. Konsep…………………………………………………………6
2. Tujuan…………………………………………………………..8
3. Urgensi………………………………………………………….8
B. Kajian Pancasila Sebagai Dasar Negara………………………..9
C. Sumber Yuridis, Historis, Sosiologis dan Politis tentang Pancasila sebagai
Dasar Negara…………………………………………………...9
1. Yuridis………………………………………………………….9
2. Historis………………………………………………………..10
3. Sosiologis………………………………………………………11
4. Politis………………………………………………………….13
D. Membangun Argumen tentang Dinamika dan Tantangan Pancasila sebagai
Dasar Negara…………………………………………………..13
E. Esensi dan Urgensi Pancasila Sebagai Dasar Negara…………16
F. Bab III : Penutup……………………………………………...20
Kesimpulan…………………………………………………...20
G. Daftar Pustaka………………………………………………..21
3
BAB I
PENDAHULUAN
Lahirnya Pancasila sebagai ideologi dan dasar negara tidak dapat dipisahkan
dari sejarah perjuangan bangsa dan lebih jauh lagi, perkembangan peradaban
manusia. Ia merupakan produk sejarah bangsa yang terjajah, yang ingin
melepaskan diri dari belenggu penjajahan dalam mewujudkan negara yang
merdeka. Selama beratus-ratus tahun masyarakat Nusantara berjuang untuk
menemukan jati dirinya sebagai suatu bangsa. Setelah melalui proses yang cukup
panjang, hidup bersama dalam satu wilayah Nusantara, bangsa Indonesia
menemukan Pancasila, yang di dalamnya tersimpul ciri khas, sifat dan karakter
bangsa yang berbeda dengan bangsa lain, yang oleh pendiri negara kita
dirumuskan dalam suatu rumusan sederhana namun mendalam, yaitu rumusan
Pancasila (lima dasar negara) yang digali dari nila-nilai luhur bangsa, dan
kemudian disepakati sebagai ideologi dasar negara.
4
2. Rumusan Masalah
a. Bagaimana Konsep Negara, Tujuan Negara dan Urgensi Dasar Negara?
b. Menanya Apa Alasan Diperlukannya Kajian Pancasila Sebagai Dasar
Negara?
c. Menggali bagaimana Sumber Yuridis, Historis, Sosiologis, dan Politis
tentang Pancasila sebagai Dasar Negara?
d. Bagaimana Membangun Argumen tentang Dinamika dan Tantangan
Pancasila sebagai Dasar Negara?
e. Bagaimana Mendeskripsikan Esensi dan Urgensi Pancasila sebagai Dasar
Negara?
3. Tujuan Masalah
a. Menulusuri Konsep Negara, Tujuan Negara dan Urgensi Dasar Negara
b. Mengetahui Alasan Diperlukannya Kajian Pancasila sebagai Dasar
Negara
c. Menggali lebih dalam sumber Yuridis, Historis, Sosiologis, dan Politis
tentang Pancasila sebagai Dasar Negara
d. Membangun Argumen tentang Dinamika dan Tantangan Pancasila
sebagai Dasar Negara
e. Menjelaskan Esensi dan Urgensi Pancasila sebagai Dasar Negara
5
BAB II
PEMBAHASAN
1. Konsep Negara
Pada hakikatnya Pancasila yang sifatnya abstrak berpangkal pada hubungan
kodrati yaitu hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia, dan
manusia dengan alam termasuk dengan dirinya sendiri yang diciptakan Tuhan
dari tanah, serta hubungan manusia dengan masalah dan hubungan manusia
dengan solusi, yang tidak boleh dianggap sebagai ilusi atau fatamorgana.
Pancasila bukanlah agama tetapi di dalamnya mengandung ajaran-ajaran
agama, yang dapat diartikan atau ditafsirkan sebagai berikut:
a. Sila Pertama “Ketuhanan Yang Maha Esa” (Hubungan Manusia Dengan
Tuhan)
Kunci dan titik sentral pemikiran dari kelima sila berada pada sila pertama,
yaitu tentang “ketuhanan". Semua agama yang diakui di Republik Indonesia,
meyakini dan mengakui keber adaan Tuhan. Tuhan Mahabesar, Mahakuasa,
Maha Pencipta, Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala sesuatu yang
ada dan terjadi dalam kehidupan ini, adalah ciptaan-Nya dan atas kehendak-
Nya. Tuhan “berbicara" melalui rasul dan firman-Nya. Tuhan “berpesan"
melalui alam dan kejadian-kejadian. Kedua hal ini harus dan wajib dibaca,
diterjemahkan, dipela- jari, dan dianalisis, untuk kepentingan diri sendiri dan
kepentingan bersama. Secara garis besar dan filosofis, umat Kristiani
menyatakan bahwa Tuhan ada dalam diri setiap orang. Umat Hindu/Buddha
menyatakan diri manusia merupakan rumah Tuhan yang harus dijaga dan
dipelihara kesuciannya. Adapun bagi umat Islam, “Allah ada sangat dekat
dengan dirimu, tidak lebih dari urat nadi lehermu". Ini mengisyaratkan bahwa
Tuhan itu ada dan tidak ada sedikit pun yang luput dari-Nya. Keberadaan dan
keesaan Tuhan mendasari suatu kesepakatan untuk menempatkan sila
“Ketubanan yang Maba Esa" sebagai sila pertama, yang menjiwai semua sila,
yang mengandung nilai-nilai (kebenaran) mutlak yang tidak dapat diingkari
(Non-derogable rights).
6
tersebut, pada dasarnya, manusia adalah makhluk yang “adil dan beradab",
yang taat dan patuh pada ajaran agama serta norma yang berlaku, yang
disepakati bersama, dan tidak bertentangan dengan ajaran agama. Berdasarkan
pada pemikiran ini, bangsa Indonesia bersepakat merumuskan “kemanusiaan
yang adil dan beradab" sebagai sila kedua, yang dijiwai oleh sila pertama dan
menjiwai sila ketiga, keempat, dan kelima sebagai kebenaran relative.
7
Suatu permusyawaratan harus mencapai hasil yang dapat diterima bersama
secara "mufakat". Suatu permufakatan hanya bisa terwujud, jika keputusan
atau kebijaksanaan yang diambil memberikan kepastian adanya suatu
“keadilan" bagi semua pihak, sebagaimana yang telah disebut pada sila kedua.
Dengan kata lain tidak mungkin ada permufakatan, jika tidak diputuskan
secara adil. Dalam hal ini, sangat diperlukan adanya "pengambil keputusan"
yang bisa diterima semua pihak yang mau dan mampu memecahkan masalah
seadil-adilnya. Hal ini telah tertuang dalam pembukaan UUD 45, yaitu
“membentuk pemerintahan negara" yang melindungi segenap bangsa
Indonesia dan tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia.
Oleh karena itu, rumusan sila kelima dari Pancasila adalah "Keadilan Sosial
bagi Seluruh Rakyat Indonesia", yang dijiwai oleh seluruh sila sebagai
penyeimbang, penyelaras,dan pembenaran dalam pengambilan keputusan
(justification tools).
2. Tujuan Negara
- Pancasila sebagai Dasar Negara merupakan tujuan bersama Bangsa
Indonesia yang diimplementasikan dalam Pembangunan Nasional yaitu
mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang merata material dan
spiritual berdasarkan Pancasila dalam wadah Negara Kesatuan RI yang
merdeka, berdaulat, bersatu dan berkedaulatan rakyat dalam suasana
perikehidupan bangsa yang aman, tentram, tertib dan dinamis serta dalam
lingkungan pergaulan dunia yang merdeka, bersahabat, tertib, dan damai.
- Melindungi segenap Bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban Dunia, sebagaimana tertuang
dalam pembukaan UUD 1945.
8
tanggung jawabnya dan formulasi kebijakan negara akan menghasilkan
kebijakan yang mengejawantahkan kepentingan rakyat.
9
Republik Indonesia tahun 1945 sebagai payung hukum, Pancasila perlu
diaktualisasikan agar dalam praktik berdemokrasinya tidak kehilangan arah
dan dapat meredam konflik yang tidak produktif (Pimpinan MPR dan Tim
Kerja Sosialisasi MPR periode 2009--2014, 2013:89).
2. Historis
10
itulah fundamen, filsafat, pikiran yang sedalam-dalamnya, jiwa, hasrat yang
sedalam-dalamnya untuk di atasnya didirikan gedung Indonesia merdeka.
Soekarno juga menyebut dasar negara dengan istilah ' Weltanschauung atau
pandangan dunia (Bahar, Kusuma, dan Hudawaty, 1995: 63, 69, 81; dan
Kusuma, 2004: 117, 121, 128, 129). Dapat diumpamakan, Pancasila
merupakan dasar atau landasan tempat gedung Republik Indonesia itu
didirikan (Soepardo dkk, 1962: 47). Selain pengertian yang diungkapkan oleh
Soekarno, "dasar negara" dapat disebut pula "ideologi negara", seperti
dikatakan oleh Mohammad Hatta:
3. Sosiologis
Secara ringkas, Latif (Pimpinan MPR dan Tim Kerja Sosialisasi MPR
periode 2009--2014, 2013) menguraikan pokok-pokok moralitas dan haluan
kebangsaan-kenegaraan menurut alam Pancasila sebagai berikut.
11
nilai agama.
Kelima, nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai dan cita kebangsaan serta
demokrasi permusyawaratan itu memperoleh artinya sejauh dalam
mewujudkan keadilan sosial. Dalam visi keadilan sosial menurut Pancasila,
yang dikehendaki adalah keseimbangan antara peran manusia sebagai
makhluk individu dan peran manusia sebagai makhluk sosial, juga antara
pemenuhan hak sipil, politik dengan hak ekonomi, sosial dan budaya.
12
4. Politis
Mungkin Anda pernah mengkaji ketentuan dalam Pasal 1 ayat (2) dan di
dalam Pasal 36A jo. Pasal 1 ayat (2) UUD 1945, terkandung makna bahwa
Pancasila menjelma menjadi asas dalam sistem demokrasi konstitusional.
Konsekuensinya, Pancasila menjadi landasan etik dalam kehidupan politik
bangsa Indonesia. Selain itu, bagi warga negara yang berkiprah dalam
suprastruktur politik (sektor pemerintah), yaitu lembaga-lembaga negara dan
lembaga-lembaga pemerintahan, baik di pusat maupun di daerah, Pancasila
merupakan norma hukum dalam memformulasikan dan mengimplementasikan
kebijakan publik yang menyangkut hajat hidup orang banyak. Di sisi lain, bagi
setiap warga negara yang berkiprah dalam infrastruktur politik (sektor
masyarakat), seperti organisasi kemasyarakatan,partai politik, dan media
massa, maka Pancasila menjadi kaidah penuntun dalam setiap aktivitas sosial
politiknya. Dengan demikian, sektor masyarakat akan berfungsi memberikan
masukan yang baik kepada sektor pemerintah dalam sistem politik. Pada
gilirannya, sektor pemerintah akan menghasilkan output politik berupa
kebijakan yang memihak kepentingan rakyat dan diimplementasikan secara
bertanggung jawab di bawah kontrol infrastruktur politik. Dengan demikian,
diharapkan akan terwujud clean government dan good governance demi
terwujudnya masyarakat yang adil dalam kemakmuran dan masyarakat yang
makmur dalam keadilan (meminjam istilah mantan Wapres Umar
Wirahadikusumah).
13
pembukaa Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945.
Dengan bersumkan budaya, adat istiadat, dan agama sebagai tonggaknya,
nilai-nilai pancasila diyakini kebenaranya dan senantiasa melekat dalam
kehidupan bangsa dan negara indonesia.
14
2. Argumen tentang Tantangan terhadap Pancasila
Pada era globalisasi, banyak hal yang akan merusak mental dan nilai moral
Pancasila yang menjadi kebanggaan bangsan dan negara Indonesia. Dwngan
demikian, Indonesia perlu waspada dan berupaya agar ketahanan mantal-
ideologi bangsa indonesua tidak tergerus. Pancasila harus senantiasa menjadi
benteng moral dalam menjawab tatangan-tantangan terhadap unsur-unsur
kehidupan bernegara, yaitu sosial, politik, ekonomi, budaya, dan agama.
Tantangan yang muncul, antara lain berasal dari derasnya arus paham-
paham yangbersamdar pada otoritas materi, liberalisasi, pragtisme, dan
hedonisme yang menggerus kepribadian bangsa yang berkarakter nilai-
nilai pancasila. Hal inipun daat dilihat dengan jelas, betapa paham-paham
tersebut telah merasuk jauh dalam kehidupan bangsa Indonesia sehingga
melupakan kultur bangsa Indonesia yang memiliki sifat religius, santun,
dan gotong-royong.
Apabila ditarik dari benag merah terkait dengan tantangan yang melanda
bangsa Indonesia sebagaimana tersebut diatas, maka dapat diidentifikasi
sebagai berikut:
15
E. Esensi dan Urgensi Pancasila Sebagai Dasar Negara
1) Kebijakan umum dan politik hukum harus tetap menjaga integrasi atau
keutuhan bangsa, baik secara ideologi maupun secara teritori.
16
Pancasila adalah substansi esensial yang mendapatkan kedudukan formal
yuridis dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945. Oleh karena itu, rumusan Pancasila sebagai dasar negara adalah
sebagaimana terdapat dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945. Perumusan Pancasila yang menyimpang dari
pembukaan secara jelas merupakan perubahan secara tidak sah atas
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
(Kaelan, 2000: 91-92).
1) Pancasila sebagai dasar negara adalah sumber dari segala sumber tertib
hukum Indonesia. Dengan demikian, Pancasila merupakan asas kerohanian
hukum Indonesia yang dalam Pembukaan Undang-Undang Negara Republik
Indonesia dijelmakan lebih lanjut ke dalam empat pokok pikiran.
3) Mewujudkan cita-cita hukum bagi dasar negara (baik hukum dasar tertulis
maupun tidak tertulis).
17
b. Urgensi Pancasila Sebagai Dasar Negara
18
Kedudukan Pancasila sebagai sumber dari sumber hukum sudah selayaknya
menjadi ruh dari berbagai peraturan yang ada di Indonesia. Pembukaan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang
ditegaskan dalam alinea keempat terdapat kata “berdasarkan” yang berarti,
Pancasila merupakan dasar negara kesatuan Republik Indonesia.
19
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
20
DAFTAR PUSTAKA
- Paristiyanti Nurwardani dkk. 2016. Buku ajar mata kuliah wajib umum
pendidikan Pancasila. Direktorat Jenderal Pembelajaran dan
Kemahasiswaan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi
Republik Indonesia.
- Roza, Abdul Gani Jusuf, Dicky R Munaf.2015. Memahami dan memaknai
Pancasila sebagai Ideologi dan dasar Negara,Jakarta,Gramedia Pustaka
Uatama
21