Anda di halaman 1dari 15

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

MAKALAH FILSAFAT PANCASILA

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah :

Pendidikan Kewarganegaraan

Dosen Pengampu :

Eva Mir’atun Niswah S.H.I., M.H.

Disusun oleh :

Alita Noni Ardian (1917301058)

Meilani Wulandari (1917301096)

Nur Diana Elisa (1917301065)

Sahrul Mulia Rahman (1917301097)


Institut Agama Islam Negeri Purwokerto

Fakultas Syariah

Hukum Ekonomi Syariah (HES)

2019/2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya
tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu
Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu untuk
menyusun makalah yang berjudul “Filsafat Pancasila” sebagai tugas dari mata
kuliah Pendidikan Kewarganegaraan, yang diampuh oleh ibu Eva Mir’atun Niswah,
S.H.I., M.H.

Tentu kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan didalamnya. Untuk itu, kami
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat
banyak kesalahan pada masalah ini kami selaku penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.

Kami selaku penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak khususnya


kepada dosen pengampu mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan, yang telah
membimbing kami dalam menyusun makalah ini.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembacanya. Terima kasih.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.


Purwokerto, 2 September 2019

Penulis.
Daftar Isi

JUDUL……………………………………………………………………………….i

KATA PENGANTAR……………………………………………………………...ii

DAFTAR ISI……………………………………………………………………….iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang…………………………………………………………….

B. Rumusan Masalah…………………………………………………………

C. Tujuan……………………………………………………………………...

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Filsafat…………………………………………………………

B. Pancasila Sebagai Falsafah Hidup………………………………………...

C. Ciri-ciri Filsafat…………………………………………………………….

D. Filsafat dan Pengetahuan Agama…………………………………………

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.........................................................................................................

B. Saran ...................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.

Pancasila adalah lima dasar yang menjadi ideologi negara Indonesia.


Sejarahnya yang panjang dalam mencari jati diri selama ratusan tahun mulai dari
zaman kerajaan kutai hingga di jajah oleh negara lain membuat para pendiri
bangsa berfikir untuk merumuskan suatu landasan negara yang memiliki
karakteristik sesuai kepribadian bangsa Indonesia. Oleh karena itu, kami menulis
makalah berjudul “Filsafat Pancasila” selain untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pendidikan Kewarganegaraan juga untuk menambah jiwa nasionalisme pembaca,
mengingat nasionalisme warga negara Indonesia akhir-akhir ini yang semakin
luntur. Sehingga kami harapkan apa yang kami sampaikan dapat menambah rasa
nasionalisme pembaca.

B. Rumusan Masalah.

1. Apa pengertian Filsafat Pancasila ?

2. Apa manfaat Pancasila Sebagai Falsafah Hidup?

3. Apa saja ciri-ciri Filsafat Pancasila ?

4. Apa hubungan antara filsafat dan pengetahuan agama?

C. Tujuan

1. Apa pengertian Filsafat Pancasila ?

2. Apa manfaat Pancasila sebagai falsafah hidup?

3. Apa saja ciri-ciri Filsafat Pancasila ?

4. Apa hubungan antara filsafat dan pengetahuan agama?


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Filsafat.

Secara etimologis, istilah filsafat dari kata Yunani “philosophia” (dari:


philein = mencintai, philia = cinta, dan sophia = kebijaksanaan) yang melahirkan
kata Inggris “philoshophy”, atau kata Arab “falsafah”, dan biasanya diterjemahkan
dengan “cinta kebijaksaan”. Kebijaksanaan yang dimaksud adalah melakukan
perbuatan atas dorongan kehendak yang baik berdasarkan putusan akal yang benar
sesuai dengan rasa kemanusiaan. Jadi, filsafat adalah mencintai perbuatan yang
baik berdasarkan putusan akal yang sesuai dengan rasa kemanusiaan.

Istilah “Pancasila” berasal dari kata Sanskerta “ pancasyila” (panca= lima,


syila= dasar atau azas) yang diartikan “ lima dasar” selanjutnya kedua istilah itu
digabungkan menjadi “filsafat Pancasila” yang secara etimologik berarti : “cinta
kebijaksanaan yang berlandaskan ilmu asas”, atau “cinta kebijaksanaan dengan
berpedoman pada lima prinsip”.

Secara tertimologis, atau berdasarkan apa yang terkandung dalam


istilahnya, kata “filsafat” banyak artinya, semua aliran filsafat mempunyai definisi
sendiri-sendiri. Secara umum yakni: filsafat adalah pemikiran secara kritik dan
sistematik untuk mencari hakikat atau kebenaran sesuatu.
Secara ontologis yakni: untuk mencari hakikat sesuatu, dan secara
epistemologi, yakni: untuk mencari kebenaran sesuatu. Jika filsafat hukum maka
sesuatu itu adalah hukum, dan jika filsafat ilmu maka sesuatu itu adalah hal-hal
yang berkaitan dengan ilmu, dan jika filsafat Pancasila maka sesuatu itu adalah
tentang pancasila, sehingga filsafat Pancasila adalah:

“ Pemikiran secara kritik dan sistematik untuk mencari hakikat atau


kebenaran lima prinsip kehidupan manusia”.

Pemikiran secara kritik yang dimaksudkan disini selalu menanyakan,


yaitu menanyakan tentang hakikat atau kebenaran, misal : apa pancasila itu
sehingga dinyatakan sebagai jiwa bangsa Indonesia, dan apa benar kepribadian
bangsa Indonesia adalah Pancasila. Dan dari pertanyaan tersebut, jawabannya
berhubungan satu dengan yang lain sebagai satu kesatuan dan tidak ada
pertentangan di dalamnya, sehingga merupakan suatu uraian yang sistematik.

B. Pancasila Sebagai Falsafah Hidup.

Fal.sa.fah yaitu anggapan, gagasan, dan sikap batin yang paling dasar yang
dimiliki oleh orang atau masyarakat; pandangan hidup;

Pandangan hidup sendiri yaitu pandangan dunia atau way of life, yaitu
bagaima cara menjalani kehidupan.

Sebagai falsafah hidup atau pandangan hidup, Pancasila mengandung


wawasan dengan hakikat, asal, tujuan, nilai, dan arti dunia seisinya, khususnya
manusia dan kehidupannya, baik secara perorangan maupun sosial. Falsafah hidup
bangsa mencerminkan konsepsi yang menyeluruh dengan menetapkan harrkat dan
martabat manusia sebagai faktor sentral dalam kedudukannya yang fungsional
terhadap segala sesuatu yang ada.

Ini berarti bahwa wawasan dan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila
secara kultural diinginkan agar tertanam dalam hati sanubari, watak, kepribadian
serta mewarnai kebiasaan, perilaku dan kegiatan lembaga-lembaga masyarakat.
Kelima nilai dasar yang tercakup dalam Pancasila memberikan makna hidup dan
menjadi tuntutan serta tujuan hidup. Dengan kata lain Pancasila merupakan
cita-cita moral bangsa Indonesia yang mengikat seluruh warga masyarakat, baik
secara perorangan maupun sebagai kesatuan bangsa.

Pancasila sebagai falsafah hidup dan cita-cita moral bangsa Indonesia


merupakan inti semangat bersama dari berbagai moral yang secara nyata terdapat
di Indonesia. Seperti diketahui, ditanah air kita terdapat berbagai ajaran moral
sesuai dengan adanya berbagai agama dan kepercayaan serta adat istiadat. Setiap
moral itu mempunyai corak sendiri, berbeda satu sama lain, dan hanya berlaku
pada kepercayaannya yang bersangkutan. Namun, dalam moral-moral itu terdapat
unsur bersama yang bersifat umum dan mengatasi segala paham golongan. Moral
Pancasila mampu mengatasi segala golongan dan bersifat nasional.

C. Ciri-ciri Filsafat Pancasila.

1. Kepercayaan pada Tuhan Yang Maha Esa.

Menegaskan kembali kepercayaan orang Indonesia, bahwa Tuhan


memang ada. Ini juga menyiratkan bahwa masyarakat Indonesia percaya pada
kehidupan setelah kematian. Ini menekankan bahwa pengejaran nilai-nilai suci
akan membawa orang menuju kehidupan yang lebih baik di akhirat.
Prinsipnya tercakup dalam pasal 29, Bagian 1 UUD 1945 dan berbunyi:
“Negara harus didasarkan pada kepercayaan pada Tuhan Yang Maha Esa”.

2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab.

Prinsip ini mengharuskan manusia diperlakukan dengan memperhatikan


martabat mereka sebagai ciptaan Tuhan. Ini menekankan bahwa orang
Indonesia tidak mentolerir penindasan fisik atau spiritual manusia oleh rakyat
mereka sendiri atau oleh negara manapun.

3. Kesatuaan Indonesia.

Dalam ciri ini mewujudkan konsep nasionalisme, cinta untuk bangsa dan
tanah air seseorang. Ini membayangkan kebutuhan untuk selalu menumbuhkan
kesatuan dan integritas nasional. Nasionalisme Pancasila menuntut agar orang
Indonesia menghindari perasaan superioritas atas dasar etnik, karena alasan
keturunan dan warna kulit. Pada tahun 1928 para pemuda Indonesia berjanji
untuk memiliki satu negara, satu negara dan satu bahasa, sementara lambang
Indonesia melambangkan simbol “Bhinneka Tunggal Ika” yang berarti
“kesatuan dalam keragaman”.

4. Demokrasi Dipandu oleh Kebijaksanaan Batin dalam Kebulatan Suara


yang Berasal dari Musyawarah di Antara Perwakilan.

Presiden Soeharto mengatakan: “Demokrasi yang kita praktikkan adalah


demokrasi Pancasila yang menjadi dasar-dasar dan dasar hukum yang
ditetapkan di tahun 1945 Konstitusi.” Demokrasi Pancasila menyerukan
pengambilan keputusan melalui musyawarah, hingga mencapai konsensus,
atau mufakat. Ini adalah demokrasi yang sesuai dengan prinsip-prinsip
Pancasila. Ini menyiratkan bahwa hak demokratis harus selalu dilakukan
dengan rasa tanggung jawab yang mendalam kepada Tuhan Yang Maha Kuasa
menurut keyakinan dan kepercayaan religius seseorang, dengan menghormati
nilai-nilai kemanusiaan martabat dan integritas manusia.

5. Keadilan Sosial untuk Seluruh Rakyat Indonesia.

Ciri ini menyerukan pemerataan kesejahteraan yang adil kepada seluruh


penduduk, tidak secara statis namun dinamis dan progresif. Ini berarti bahwa
semua sumber daya alam dan potensi nasional negara tersebut harus
dimanfaatkan sebaik mungkin untuk kebaikan dan kebahagiaan rakyat.
Keadilan sosial menyiratkan perlindungan yang lemah. Tapi perlindungan
seharusnya tidak menyangkal pekerjaan mereka. Sebaliknya, mereka harus
bekerja sesuai kemampuan dan bidang aktivitas mereka.

Perlindungan harus mencegah perlakuan yang disengaja oleh yang kuat dan
menjamin aturan keadilan. Inilah nilai sakral Pancasila yang, sebagai sebuah
prinsip budaya, harus selalu dihormati oleh setiap orang Indonesia karena
sekarang menjadi ideologi negara dan filosofi kehidupan masyarakat
Indonesia.

D. Filsafat dan Pengetahuan Agama.


Antara filsafat dan ilmu atau pengetahuan memiliki tujuan yang sama, yaitu
mencari kebenaran. Dari aspek sumber, filsafat dan ilmu memiliki sumber yang
sama, yaitu akal atau rasio. Karena akal manusia terbatas, yang tak mampu
menjelajah wilayah yang metafisik, maka kebenaran filsafat dan ilmu dianggap
relatif. Sementara agama bersumber dari wahyu, yang kebenarannya dianggap
absolut, mutlak. Dari aspek objek, filsafat memiliki objek kajian yang lebih luas
dari ilmu. Jika ilmu hanya menjangkau wilayah fisik (alam dan manusia), maka
filsafat menjangkau wilayah baik fisik maupun yang metafisik (Tuhan, alam dan
manusia). Tetapi jangkauan wilayah metafisik filsafat (sesuai wataknya yang
rasional-spikulatif) membuatnya tidak bisa disebut absolut kebenarannya.
Sementara agama (wahyu) dengan ajaran-ajarannya yang terkandung dalam kitab
suci Tuhan, diyakini memiliki kebenaran mutlak. Agama dimulai dari percaya
(iman), sementara filsafat dan ilmu dimulai dari keraguan. Ilmu, filsafat dan
agama memiliki keterkaitan dan saling menunjang bagi manusia. Keterkaitan itu
terletak pada tiga potensi utama yang diberikan oleh Tuhan kepada manusia, yaitu
akal, budi dan rasa serta keyakinan. Melalui ketiga potensi tersebut manusia akan
memperoleh kebahagiaan yang sebenarnya. Dalam konteks studi agama, manusia
perlu menggunakan pendekatan secara utuh dan komperehensif (menyeluruh).
Ada dua pendekatan dalam studi agama secara komperehensif tersebut, yaitu:
Pertama, pendekatan rasional-spikulatif. Pendekatan ini adalah pendekata filsafat
(philosophical approach), misalnya pendekatan studi agama terhadap teks-teks
yang terkait dengan masalah eskatologis-metafisik, epistemologi, etika dan
estetika; kedua, pendekatan rasional-empirik. Pendekatan ini adalah pendekatan
ilmu (scientific approach), misalnya pendekatan studi agama terhadap teks-teks
yang terkait dengan sunnatullah (ayat-ayat kauniyah), teks-teks hukum yang
bersifat perintah dan larangan dan sejarah masa lampau umat manusia. Agama
memerintahkan manusia untuk mempelajari alam, menggali hukum-hukumnya
agar manusia hidup secara alamiah sesuai dengan tujuan dan asas moral yang
diridhai Tuhan. Ilmu sebagai alat harus diarahkan oleh agama, supaya
memperoleh kebaikan dan kebahagiaan, sebaliknya ilmu tanpa agama, maka akan
membawa bencana dan kesengsaraan. Maka benar kata Einstein, science without
religion is blind, religion without science is lame. Secara rinci Franz Magnis
Suseso menjelaskan, bahwa filsafat membantu agama dalam empat hal: Pertama,
filsafat dapat menginterpretasikan teks-teks sucinya secara objektif. Kedua,
filsafat membantu memberikan metode-metode pemikiran bagi teologi. Ketiga,
filsafat membantu agama dalam menghadapi problema dan tantangan zaman,
misalnya soal hubungan IPTEK dengan agama. Keempat, filsafat membantu
agama dalam menghadapi tantangan ideologi-ideologi baru.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Jadi kesimpulannya, Filsafat Pancasila adalah cinta kebijaksanaan yang


berlandaskan lima asas atau cinta kebijaksanaan dengan berpedoman pada lima
prinsip. Manfaat Pancasila sebagai falsafah hidup yaitu sebagai pedoman bagi
masyarakat Indonesia dalam menjalankan hidup berbangsa dan bernegara, agar
terciptanya integritas nasional. Ciri-ciri Filsafat Pancasila ada empat yaitu bersifat
radikal, sistemik, universal, dan spekulatif. Dan hubungan Filsafat dan
pengetahuan agama sangat erat, karena keduanya memiliki tujuan yang sama yaitu
mencari kebenaran dan memiliki sumber yang sama yaitu akal atau rasio.

B. SARAN

Penulis menyadari bahwa makalah di atas masih banyak kesalahan dan jauh
dari kesempurnaan. Harapannya dari penulisan makalah di atas dapat dipahami
dan dimengerti oleh pembaca. Maka dari itu penulis mengharapkan kritik das
saran mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan di atas.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&cad=rja&u
act=8&ved=2ahUKEwiuoemFktTkAhUJvo8KHVfLBHcQFjABegQICxAF&url=https
%3A%2F%2Fsinergibangsa.org%2Fmakna-pancasila-sebagai-falsafah-hidup-bangsa
%2F&usg=AOvVaw01P8C7i_Ay3eQ7MvLQDJsE

Ismaun, 1977 : Tinjauan Pancasila Dasar Filsafat Negara Republik Indonesia, Edisi
k- 4, Carya Remaja Bandung.

Soekarno, 1960 : Pantjasila Dasar Filsafat Negara, (Kursus Bung Karno), Jajasan
Empu Tantular, Djakarta.

https://guruppkn.com/ciri-ciri-filsafat-pancasila

https://www.uin-malang.ac.id/r/131101/relasi-filsafat-ilmu-dan-agama.html

Anda mungkin juga menyukai