Achmad Habib²)
C.Penutup
Sebagai kesimpulan dari tulisan pendek ini, saya hanya menghimbau bahwa setiap lapisan
masyarakat Banyuwangi dari etnik manapun harus segera menyadari akan bahanya terpaan
media asing kepada generasi muda kita. Dalam kehidupan keluarga sudah selayaknya ada
gerakan “melek media”, agar para anggotanya selamat dari tragedy akibat dampak yang luar
biasa sebagai akibat dari terpaan “imperialisme budaya”. Perkenalkanlah nilai-nilai budaya
lokal kepada anak-anak kita sejak dini dan marilah kita dorong agar pimpinan di lembaga
pendidikan juga mulai sadar akan pentinynya mendidikkan nilai-nilai budaya lokal yang
bersifat positif.
Sebaiknya para pimpinan formal maupun informal bersama-sama masyarakat agar mendorong
masyarakat untuk melakukan transformasi budaya lokal, agar masyarakat lokal Banyuwangi
tidak terseret oleh arus modernisasi yang cendrerung bersifat dehumanisasi dan demoralisasi.
Peran Pemda adalah mendorong proses transformasi budaya dalam kehidupan masyarakat,
bukan bersifat struktural seakan hanya Pemda yang memahami kebutuhan budaya masyarakat.
Serahkanlah sepenuhnya kepada kreatifitas masyarakat daripada menghegemoni mereka
dengan kebijakan-kebijakan yang seringkali kurang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Daftar Pustaka
Anoegrajekti, Novi. 2003. “Identitas dan Siasat Perempuan Gandrung” dalam Jurnal Srinthil.
No. 3 Tahun 2003.
Beatty, Andrew. 2001. Variasi Agama di Jawa Suatu Pendekatan Antropologi. Edisi1. Cetakan
1. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Bocock, Robert. 2007. Hegemoni. Terj. Ikramullah Mahyuddin. Yogyakarta dan Bandung:
Jalasutra.
Briggs, Asa dan Peter Burke. 2006. A Social History of the Media. Terj. A.
Rahman Zainuddin. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Daniel. 1992. “Seblang Bakungan, Sampai Kapan Bertahan?”. Mutiara No. 611
Tahun ke-15, Minggu I Juli 1992.