PENDIDIKAN PANCASILA
Oleh : Kelompok 1
Dosen
2020/2021
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nantikan
syafa’atnya di akhirat.
Tidak lupa, Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-
Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas kelompok dari mata kuliah Pancasila dengan
judul “ Pancasila Sebagai Sistem Filsafat”.
Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami mengharapkan kritik
serta saran dari pembaca makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang
lebih baik lagi. Demikian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, kami mohon maaf
yang sebesar-besarnya.
Pengantar………………………………………………………………………………2
Pendahuluan…………………………………………………………………………...4
Latar Belakang………………………………………………………………………….4
Rumusan Masalah………………………………………………………………………4
Tujuan…………………………………………………………………………………...5
ISI……………………………………………………………………………………….6
Pengertian Filsafat………………………………………………………………………6
Rumusan Kesatuan Sila Sila Pancasila………………………………….………………6
Kesatuan Sila Sila Pancasila sebagai Suatu Sistem Filsafat…………………………….8
Pentup………………………………………………………………………….………..10
Kesimpulan…………………………………………………………………………..…..10
DAFTAR PUSTAKA.....……………………………………………………………….11
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
Dari penjelasan latar belakang di atas maka rumusan masalah yang dapat
disimpulkan sebagai berikut:
Dari penjelasan rumusan masalah di atas maka tujuan dari pembuatan makalah ini
dapat disimpulkan sebagai berikut:
Filsafat adalah studi tentang seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia
secara kritis dan dijabarkan dalam konsep mendasar. Filsafat tidak didalami dengan
melakukan eksperimen-eksperimen dan percobaan-percobaan, tetapi dengan
mengutarakan masalah secara persis, mencari solusi untuk itu, memberikan argumentasi
dan alasan yang tepat untuk solusi tertentu. Akhir dari proses-proses itu dimasukkan ke
dalam sebuah proses dialektika. Untuk studi falsafi, mutlak diperlukan logika berpikir
dan logika bahasa. Seseorang yang mendalami bidang falsafah disebut "filsuf".
Kata filsafat dalam bahasa Indonesia merupakan kata serapan dari bahasa Arab
فلسفة. Kata filosofi yang dipungut dari bahasa Belanda juga dikenal di Indonesia. Bentuk
terakhir ini lebih mirip dengan kata aslinya, yang diambil dari bahasa Yunani Φιλοσοφία
(philosophia). Arti harafiahnya adalah seorang "pencinta kebijaksanaan" atau "ilmu".
Filsafat Pancasila adalah filsafat hidup dan dasar negara bangsa Indonesia, yang
menjadi dasar bagi sistim pendidikan nasional.
Sila pertama: Ketuhanan Yang Maha Esa meliputi dan menjiwai sila-sila
kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin
oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan serta keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia.
Sila kedua: Kemanusiaan yang adil dan beradab diliputi dan dijiwai oleh sila
Ketuhanan Yang Maha Esa, meliputi dan menjiwai sila-sila persatuan Indonesia,
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan serta keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Sila ketiga: Persatuan Indonesia diliputi dan dijiwai oleh sila-sila Ketuhanan
Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, meliputi dan menjiwai sila-sila
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan serta keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Sila keempat: Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan diliputi dan dijiwai oleh sila-sila Ketuhanan Yang Maha
Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, meliputi dan menjiwai
sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Sila kelima: Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia diliputi dan
dijiwai oleh sila-sila Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab,
persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan serta keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Hal ini dimaksudkan bahwa dalam setiap sila terkandung nilai keempat sila
lainnya, atau engan kata lain dalam setiap sila senantiasa dikualifikasi oleh keempat sila
lainnya. Rumusan kesatuan sila-sila Pancasila yang saling mengisi dan mengualifikasi:
Sila Ketuhanan Yang Maha Esa, adalah berkemanusiaan yang adil dan beradab,
berpersatuan Indonesia, berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan dan berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab, adalah ber-Ketuhanan Yang Maha Esa,
berpersatuan Indonesia, berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan dan berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Sila Persatuan Indonesia, adalah ber-Ketuhanan Yang Maha Esa, berkemanusiaan
yang adil dan beradab, berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan dan berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/ perwakilan, adalah ber-Ketuhanan Yang Maha Esa, berkemanusiaan
yang adil dan beradab, berpersatuan Indonesia dan berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.
Sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, adalah ber-Ketuhanan yang
Maha Esa, berkemanusiaan yang adil dan beradab, berpersatuan Indonesia dan
berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan
Suatu sistem filsafat harus komprehensive, dalam arti tidak ada sesuatu hal
yang_di luar jangkauannya. Kalau tidak demikian- malta hanya memandang realitas dari
satu samping atau tidak memadai. Suatu sistem filsafat dikatakan memadai kalau
mencakup suatu penjelasan terhadap semua gejala (Kattso£t: 1964). Realitas yang
dihadapi manusia sangat luas, mencakup segala sesuatu baik hal-hal yang dapat ditangkap
dengan indera -mauPWl yang-dapat ditangkapdengan akal. Sebagai mahluk yang berakal,
manusia dapat melampaui pengalamannya sehingga dapat menangkap kenyataan yang di
luar pengalaman.. Realitas yang bersifat spiritual (kerokhanian), misalnya hakikat atau
essensi sesuatu hal tidak dapat ditangkap dengan inOOra akan tetapi hanya dapat
dimengerti atau difahami dengan perantaraan akal. Karen,a_ sedemikian luas jangkauan
filsafat, malta sesuatu sistem fllsafat dengan- sendirinya mencakup pemikiran teoritis
tentang realitas- baik itu tentang Tuhan, alam, maupUn manusia itu sendiri~
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Sistem filsafat adalah kumpulan ajaran yang terkoordinasi, dengart ciri-ciri tertentu yang
berbeda dengan sistem.tain, misa1nya sistem ilmiah. Suafu sistem fiIsafat hams komprehensif,
daIam arti tidak ada sesuatu hal yang di luarjangkauannya.Kalau tidak demikian maka'hanya
memandang realitas dati satu samping atau tidal< memadai..Suatu sistem filsafat dikatakan
memadai kalau mencakup suatu penjelasan terhadap semua gejala
DAFTAR PUSTAKA
Sutono Agus, Supriyono. 2019. Aksiologi Pancasila. Jurnal Ilmiah CIVICS. Vol 8 No 2