Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH PANCASILA

SEBAGAI SISTEM FILSAFAT


Diajukan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Pancasila

Dosen Pengampu :
Rio Arif Pratama, M.H.Li

Disusun Oleh :
NAMA :YULI FAJRIYANTI
NIM :1911102431083
KELAS : R (MANAJEMEN)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR


FAKULTAS EKONOMI, HUKUM, POLITIK, DAN PSIKOLOGI
PROGRAM STUDY S1 MANAJEMEN
2019

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbalamin, Paling utama izinkanlah saya mengiringi makalah ini


dengan iringan rasa syukur karena dapat menyelesaikan makalah ini dengan
kemudahan dan atas izin Allah SWT, rahmat taufiq serta hidayah-Nya sehingga kita
masih diberi kesempatan untuk melaksanakan aktifitas kemanusiaan dengan tetap
menjalankan tugas-tugas khalifah dimuka bumi ini. Shalawat dan salam tak lupa kita
haturkan kepada Best the best man of Rasulullah SAW manusia pilihan yang menjadi
suri tauladan bagi umatnya.
Rasa syukur yang paling dalam itulah yang saat ini terpancarkan, karena atas
berbagai Pertolongan dan Rahmat Allah SWT sehingga tugas dan amanah sebagai
bentuk tanggung jawab telah dapat terselesaikan dengan berbagai kekurangan dan
kelebihannya.
Tujuan penyusunan makalah ini adalah sebagai salah satu memenuhi tugas
terstruktur pada mata kuliah Pancasila. Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat
dibutuhkan untuk memperbaiki tugas di waktu yang akan datang.
Demikian semoga makalah ini dapat memberikan manfaat umumnya pada para
pembaca, dan khususnya pada penyusun sendiri.

Samarinda, 15 Desember 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL …………………………………………………………………………………………….. i


KATA PENGANTAR ………………………………………………………………………………………….. ii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………………………………… iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ……………………………………………………………………… 1
1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………………………………………… 2
1.3 Tujuan Pembahasan …………………………………………………………………………… 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………………………………………………… 3
BAB III PEMBAHASAN
A. Pengertian Sistem, Filsafat dan Pancasila ……………………………………………. 4
B. Pengertian Filsafat Pancasila …………………………………………………………….... 6
C. Karakteristik Filsafat Pancasila …………………………………………………………… 7
D. Dalil Pancasila sebagai sistem filsafat ………………………………………………….. 8
E. Landasan Pancasila sebagai sistem filsafat …………………………………………… 9
F. Fungsi Pancasila sebagai sistem filsafat ………………………………………………… 10
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ……………………………………………………………………………………………. 12
B. Saran ……………………………………………………………………………………………………… 12
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………………………………………… 13

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap Negara atau bangsa di dunia mempunyai sistem nilai (filsafat)
tertentu yang menjadi pegangan atau pedoman bagi anggota masyarakat untuk
menjalankan kehidupan dan pemerintahannya. Filsafat Negara merupakan
pandangan hidup bangsa yang diyakini kebenarannya dan diaplikasikan dalam
kehidupan masyarakat yang mendiami Negara tersebut. Pandangan hidup
bangsa merupakan nilai-nilai yang dimiliki oleh setiap bangsa. Nilai-nilai
tersebut akan mempengaruhi segala aspek suatu bangsa. Nilai adalah suatu
konsepsi yang secara eksplisit maupun implisit menjadi milik atau ciri khas
seseorang atau masyarakat. Pada konsep tersembunyi bahwa pilihan nilai
merupakan suatu ukuran atau standar yang memiliki kelestarian yang secara
umum digunakan untuk mengorganisasikan sistem tingkah laku suatu
masyarakat (Prayitno, 1989:1).
Sistem nilai (filsafat) yang dianut suatu bangsa merupakan filsafat
masyarakat budaya bangsa. Bagi suatu bangsa, filsafat merupakan sumber dari
segala sumber hukum yang berlaku dalam suatu masyarakat, bangsa, dan
Negara. Oleh karena itu, filsafat berfungsi dalam menentukan pandangan hidup
suatu masyarakat dalam menghadapi suatu masalah, hakikat dan sifat hidup,
hakikat kerja, hakikat kedudukan manusia, etika dan tata karma pergaulan
dalam ruang dan waktu, serta hakikat hubungan manusia dengan manusia
lainnya (Prayitno, 1989:2).
Indonesia adalah salah satu Negara yang juga memiliki filsafat seperti
bangsa-bangsa lainnya. Filsafat ini tak lain adalah yang kita kenal dengan nama
Pancasila yang terdiri dari lima sila atau lima dasar dasar. Pancasila merupakan
filsafat hidup bangsa Indonesia.
Pancasila sebagai sistem filsafat adalah kesatuan dari berbagai unsur
yang memiliki fungsi tersendiri, tujuan yang sama, saling keterikatan dan
ketergantungan. Filsafat adalah upaya manusia mencari kebijaksanaan hidup
dalam membangun peradaban manusia. Pancasila adalah ideologi dasar dalam
kehidupan bernegara Indonesia.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan sistem, filsafat dan pancasila?
2. Apa yang dimaksud dengan filsafat pancasila?
3. Apa yang menjadi dalil pancasila sebagai sistem filsafat?
4. Apa karakteristik filsafat pancasila?
5. Apa yang menjadi landasan pancasila sebagai sistem filsafat?
6. Apa fungsi pancasila sebagai sistem filsafat?

1.3 Tujuan Pembahasan


1. Untuk mengetahui pengertian dari sistem, filsafat dan pancasila
2. Untuk mengetahui dan memahami pengertian dari pancasila sebagai sistem
filsafat
3. Untuk mengetahui karakteristik filsafat pancasila
4. Untuk mengetahui dalil pancasila sebagai sistem filsafat
5. Untuk mengetahui landasan pancasila sebagai sistem filsafat
6. Untuk mengetahui fungsi pancasila sebagai sistem filsafat

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Selama manusia hidup sebenarnya tidak seorang pun dapat menghindar dari
kegiatan berfilsafat. Adapun arti dalam pengertian dari Pancasila sebagai sistem filsafat
adalah :
Sistem adalah suatu kesatuan yang terdiri dari berbagai unsur, masing-masing
unsur mempunyai fungsi sendiri-sendiri, mempunyai tujuan yang sama, saling
keterkaitan (interrelasi) dan ketergantungan (interdependensi), sehingga merupakan
satu kesatuan yang bulat dan utuh. Pancasila adalah sebuah sistem karena pancasila
merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Esensi seluruh sila-silanya juga
merupakan suatu kesatuan. Pancasila berasal dari kepribadian bangsa Indonesia dan
unsur-unsurnya telah dimiliki oleh bangsa Indonesia sejak dahulu. Secara garis besar
pancasila adalah suatu realita yang keberadaan dan kebenarannya tidak dapat
diragukan. Nilai-nilai pancasila seperti Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan
dan Keadilan harus menjadi pedoman dan tolak ukur bagi seluruh kegiatan
kemasyarakatan dan kenegaraan bangsa Indonesia.
Menurut Roeslan Abdoelgani (1962), menyatakan bahwa pancasila adalah
filsafat Negara yang lahir sebagai collection ideologis dari keseluruhan bangsa
Indonesia. Filsafat pancasila pada hakikatnya merupakan suatu realiteit atau
noodzakelijkheid bagi keutuhan persatuan bangsa Indonesia.
Filsafat berasal dari bahasa yunani, yaitu philein (cinta) dan sophos (kebenaran,
hikmah, atau bijaksanaan). Jadi kata filsafat berarti cinta kebenaran atau cinta
kebijaksanaan.
Filsafat Negara kita adalah Pancasila, yang diakui dan diterima oleh bangsa
Indonesia sebagai pandangan hidup. Dengan demikian, pancasila harus dijadikan
pedoman dalam kelakuan dan pergaulan sehari-hari. Sebagai pandangan hidup bangsa,
maka sewajarnya lah asas-asas pancasila disampaikan kepada generasi baru melalui
pengajaran dan pendidikan. Pancasila menunjukkan terjadinya proses ilmu
pengetahuan. Validitas, dan hakikat ilmu pengetahuan (teori ilmu pengetahuan).

3
BAB III
PEMBAHASAN
Pengertian pancasila sebagai filsafat adalah suatu kesatuan yang saling
berhubungan dengan satu tujuan tertentu, dan saling berkualifikasi yang terpisahkan
satu dengan yang lainnya. Jadi, pada hakikatnya pancasila merupakan satu bagian yang
saling berhubungan satu dengan yang lainnya, dan fungsi serta tugas masing-masing.
A. Pengertian Sistem, Filsafat dan Pancasila
1. Pengertian Sistem
Dalam percakapan sehari-hari kita sering mendengar kata sistem,
misalnya sistem pemerintahan, sistem pendidikan, sistem perekonomian, sistem
sosial dan lain-lain, termasuk juga apa yang akan dibahas berikut ini, yaitu
sistem filsafat.
Sebagaimana kita ketahui bahwa sistem adalah apabila di dalamnya
terdapat bagian-bagian atau unsur-unsur yang saling berhubungan, saling
bekerja sama, dan saling berkaitan satu sama lain, dan beroperasi secara
bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu. Jadi sistem bukanlah
seperangkat unsur yang berdiri sendiri dan tidak teratur, tapi melainkan
merupakan satu kesatuan yang mengandung keteraturan, keruntutan (kohesif),
dimana masing-masing unsur itu bekerja sesuai dengan fungsinya untuk
mencapai satu tujuan yang telah ditetapkan. Pancasila sebagai suatu sistem itu
sangat tepat sekali, karena pancasila mengandung berbagai unsur yang berbeda.
Namun meskipun pancasila memiliki ragam yang berbeda maknanya, akan tetapi
dalam pancasila dia membentuk suatu kesatuan. Sila-sila pancasila tidak berdiri
sendiri, tetapi saling berkaitan dan berhubungan satu dengan yang lainnya untuk
mencapai tujuan tertentu. Para pendiri Negara Indonesia pada tahun 1945
menciptakan pancasila dengan tujuan sebagai dasar Negara, sebagai pedoman
dalam berbangsa dan bernegara, serta sebagai moral bangsa.
Pancasila dikatakan sebagai sebuah sistem berarti tidak mungkin sila-
silanya berdiri sendiri, akan tetapi harus mencakup keseluruhan silanya. Dengan
kata lain pancasila sebagai sebuah sistem karena pancasila mengandung sila-sila
yang sudah utuh diatur sedemikian rupa, sehingga membentuk suatu susunan
yang teratur dan tidak bisa dibolak-balik. Dalam hal sila, pancasila memiliki
suatu makna yang berurutan, artinya makna sila yang pertama lebih luas

4
maknanya dari sila-sila yang berikutnya, Demikianlah seterusnya. (Margono,
dkk. 2002:47).
2. Pengertian Filsafat
Filsafat adalah upaya manusia untuk mencari kebijaksanaan hidup yang
bermanfaat bagi peradaban manusia. Secara etimologis istilah filsafat atau dalam
bahasa inggris disebut dengan philosophi sedangkan dalam bahasa Yunani
adalah philosophia yang diterjemahkan sebagai cinta kearifan karena arti kata
philos adalah pilia cinta, dan sophia adalah kearifan. Sehingga pengertian filsafat
secara bahasa adalah cinta kearifan atau cinta kebijaksanaan karena kearifan
juga berarti wisdom.
Sehingga pengertian filsafat secara bahasa adalah cinta kearifan atau cinta
kebijaksanaan karena kearifan juga berarti wisdom. Seorang ahli pikir disebut
dengan filosof, yang pertama kali digunakan oleh Herakleitos. Banyak dari tokoh
filosof yang menemukan dan merumuskan sistem filsafat sebagai ajaran terbaik
dari aliran filsafat, seperti : metarialisme, idealisme, spritualisme, realisme dan
berbagai aliran modern : rasionalisme, humanisme, individualisme, liberalisme-
kapitalisme; marxisme-komunisme; sosialisme dll.
Namun bila ditinjau dari segi terminology atau arti yang terkandung
dalam istilah atau batasan dari filsafat, niscaya akan terdapat berbagai
pengertian yang berbeda-beda, sesuai dengan ahli filsafat yang
menyampaikannya, hal tersebut dapat dilihat dari berbagai terminology berikut :
Plato: Dia berpendapat bahwa “Filsafat adalah pengetahuan yang
mencoba untuk mencapai pengetahuan tentang kebenaran yang asli”. Sementara
Aristoteles: dia mengatakan bahwa “Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang
meliputi kebenaran yang didalamnya terkandung ilmu-ilmu metafisika, logika,
retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika”. Sedang filosof Arab yang bernama
Al-Farabi menyebutkan bahwa “Filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang
hakikat bagaimana alam wujud yang sebenarnya”. (Surajiyo, 2008: 1-2).
Perbedaan filsafat dengan ilmu pengetahuan adalah antara lain bahwa
pengetahuan itu dalam mengkaji sesuatu itu dimulai dari ketidaktahuan hingga
menjadi tahu, tapi filsafat lwbih dari itu dia membicarakannya sampai kepada
hakikat segala sesuatu tersebut. Sehingga filsafat merupakan ilmu pengetahuan,
namun cakupan ilmu pengetahuan dan filsafat itu berbeda. Filsafat mempunyai
cakupan yang lebih luas, setiap orang bebas memandang filsafat dari manapun.

5
3. Pengertian Pancasila
Pancasila adalah lima sila dengan satu kesatuan yang berasal dari nilai-
nilai luhur dan bersumber dari nilai-nilai budaya masyarakat Indonesia yang
majemuk dan beragam dalam artian Bhinneka Tunggal Ika. Objek materi filsafat
adalah mempelajari segala hakikat sesuatu baik material konkrit (manusia,
binatang, alam, dll). Dan abstrak (nilai, ide, moral dan pandangan hidup).
Pancasila terbentuk dan diciptakan oleh pendahulu kita yang
merumuskannya sebagai dasar Negara Indonesia, yang diambil dari adat istiadat
dan nilai-nilai budaya bangsa Indonesia sendiri. Pancasila merupakan landasan
moral bagi bangsa Indonesia. Dan bangsa Indonesia secara sadar mengakui
keberadaan pancasila sebagai landasan dalam berbagai macam kehidupan,
Karena pancasila adalah milik bangsa Indonesia sendiri.
Nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila mulai dari sila pertama
sampai dengan sila yang kelima, adalah merupakan cita-cita, harapan, dan
dambaan bangsa Indonesia, yang akan diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari.
Nilai pancasila dapat dikelompokkan dalam dua macam yaitu nilai subjektif dan
nilai objektif. Nilai subjektif, berkaitan orang memberikan nilai tentang pancasila
tersebut, yaitu manusia itu sendiri. Sementara nilai objektif yaitu yang
beranggapan bahwa pada hakikatnya sesuatu itu memang mempunyai nilai
tersendiri.

B. Pengertian Filsafat Pancasila


Filsafat pancasila dapat didefinisikan sebagai refleksi kritis dan rasional tentang
pancasila sebagai dasar Negara dan kenyataan budaya bangsa, dengan tujuan untuk
mendapatkan pokok-pokok pengertiannya yang mendasar dan menyeluruh.
Pancasila dikatakan sebagai filsafat, karena pancasila merupakan hasil permenungan
jiwa yang mendalam yang dilakukan oleh the founding fathers Indonesia, yang
dituangkan dalam suatu sistem (Abdul Gani, 1998).
Pengertian filsafat pancasila secara umum adalah hasil berpikir atau pemikiran
yang sedalam-dalamnya dari bangsa Indonesia yang dianggap, dipercaya dan diyakini
sebagai kenyataan, norma-norma dan nilai-nilai yang benar, adil, bijaksana, dan
paling sesuai dengan kehidupan dan kepribadian bangsa Indonesia (Muhtasyar
Syamsuddin, 2012:6) atau dalam rumusan lain, filsafat pancasila juga dapat diartikan
sebagai pembahasan pancasila secara filsafati, yakni pembahasan pancasila sampai

6
pada hakikat terdalam. Pembahasan pancasila model demikian merupakan hakikat
pancasila yang bersifat esensial, absolute, umum universal, tetap dan tidak berubah
(Notonegoro, 1966:34).
Filsafat pancasila ialah filsafat yang menjadikan pancasila sebagai obyeknya.
Dalam hal ini, objek formal-nya adalah filsafat, sedangkan objek material-nya adalah
pancasila itu sendiri. Objek formal adalah pendekatan, sementara objek material ada
objeknya itu sendiri. Pancasila yang dimaksud dalam konteks material adalah
pancasila dasar filsafat, azas kerohanian, ideologi Negara republik Indonesia yang
tercantum dalam alinea IV pembukaan UUD 1945.
Filsafat pancasila dapat digolongkan sebagai filsafat praktis sehingga filsafat
pancasila tidak hanya mengandung pemikiran yang sedalam-dalamnya atau tidak
hanya bertujuan mencari, tetapi hasil pemikiran yang berwujud filsafat pancasila
tersebut digunakan sebagai pedoman hidup sehari-hari (way of life atau
weltanschauung) agar hidup bangsa Indonesia dapat mencapai kebahagiaan lahir
dan bathin, baik di dunia maupun di akhirat (Salam, 1988:23-24).

C. Karakteristik Filsafat Pancasila


1. Hierarkhis Piramidal, artinya saling menjiwai antar sila (sila yang satu menjiwai
sila yang lainnya, demikian pula sebaliknya).
Contoh : Sila ke 1 menjiwai sila ke 2-5
Sila ke 2 menjiwai sila ke 3-5 dan dijiwai sila ke 1
Sila ke 3 menjiwai sila ke 4-5 dan dijiwai sila ke 1-2
Sila ke 4 menjiwai sila ke 5 dan dijiwai sila ke 1-3
Sila ke 5 dijiwai sila ke 1-4
Jadi, dalam kehidupan sehari-hari pengamalan pancasila harus
dilaksanakan secara satu kesatuan yang bulat dan utuh (totalitas), tidak boleh
dilaksanakan secara terpisah-pisah.
2. Monotheis Religius, artinya Negara berdasarkan atas keTuhanan YME. Kehidupan
beragama di Indonesia merupakan bagian dari “urusan” pemerintah, yang harus
diwujudkan serta dijaga harmonisasinya dalam masyarakat Indonesia yang
bersifat majemuk (beraneka ragam) ini.
3. Monodualis dan Monopluralis
Monodualis, erat kaitannya dengan hakikat manusia sebagai mahluk dwi tunggal
artinya manusia sebagai mahluk individu sekaligus sebagai mahluk sosial.

7
Monopluralis, dimana “mono” (=satu) diartikan sebagai bangsa Indonesia
sedangkan “pluralis” diartikan sebagai sifat masyarakat Indonesia yang majemuk
(beranekaragaman) dalam hal agama, suku bangsa, bahasa daerah, adat istiadat
dan kebudayaan. Agar terjadi harmonisasi dalam segala aspek kehidupan, maka
konsep persatuan dan kesatuan harus senantiasa diutamakan.

D. Dalil pancasila sebagai sistem filsafat


Uraian pancasila sebagai sistem filsafat di bawah ini merupakan uraian yang
komprehensif seperti yang telah dikembangkan oleh prof. Notonagoro yang
merupakan tokoh dan guru besar UGM dan pendiri fakultas filsafat UGM maupun
UGM (Yogyakarta) itu sendiri. Dia merupakan-seperti yang dituturkan oleh murid-
muridnya “orang yang pertama menggali ilmu filsafat pancasila, yang telah
membuahkan hasil yang dampaknya secara langsung ataupun tidak, hingga saat ini
masih kita lihat, baik di bidang ilmiah maupun di bidang politik praktis. Prof.
Notonagoro juga yang menjadi promotor penganugrahan gelar Doktor Honoris
Causa/DR. (H.C) yang diberikan UGM di bidang ilmu hukum kepada presiden RI Ir.
Soekarno, pada tanggal 19 september 1951, karena dianggap berjasa sebagai
“pencipta pancasila”.
Pemikiran Notonagoro akan ilmu filsafat Pancasila hingga hari ini masih terus
bergaung di banyak kancah intelektual Indonesia sehingga dianggap masih relevan
bagi diskursus pengembangan pancasila, terkait dengan kajian keilmuan.
(Siswomihardjo, 2010:2-3). Hingga hari ini pemikiran filsafat pancasila beliau masih
terus dilestarikan dan dikembangkan oleh banyak intelektual, terutama murid-murid
beliau yang sekarang masih mengajar di fakultas filsafat UGM, seperti Prof
Koetowibisono, Prof. Kaelan, M.S, dan lain-lain. Karena telah banyak mendominasi
wacana filsafat pancasila di berbagai diskursus keilmuan pancasila maka pemikiran
beliau tentang pancasila sebagai sistem filsafat perlu mendapatkan perhatian dan
pendalaman lebih tentang wacana tersebut. Oleh karena itu, penjelasan akan ilmu
filsafat pancasila di bawah akan banyak disandarkan oleh tulisan-tulisan Notonagoro,
dan paling banyak oleh pembahasan murid beliau yakni Prof. Kaelan, M.S dan
Mukhtasyar Syamsuddin. Seperti telah ditulisnya di berbagai buku-buku yang
mereka terbitkan, khususnya terkait buku tentang filsafat pancasila (Kaelan, 2002).
Pancasila seperti telah jamak kita ketahui terdiri dari lima sila yang pada
hakikatnya membentuk sebuah sistem filsafat. Sebagaimana prasyarat sebuah sistem

8
yang mengharuskan adanya suatu kesatuan antar bagian, fungsi dari bagian-bagian
yang saling berhubungan, dan mempunyai tujuan bersama, serta terjadi dalam
lingkungan yang kompleks, pancasila sungguh memenuhi untuk disebut sebagai
sebuah sistem, dalam hal ini sistem filsafat.
Jika dirinci, bagian-bagian dalam pancasila (yakni sila-sila pancasila) secara
hakiki membentuk asas, fungsi, dan tujuan tersendiri. Isi sila-sila pancasila dengan
begitu juga merupakan suatu kesatuan yang masing-masing silanya merupakan suatu
asas peradaban. Namun begitu, sila-sila pancasila tersebut secara bersama-sama juga
membentuk suatu kesatuan dan keutuhan. Oleh karena itu, dapat disimpulkan,
bahwa dasar filsafat Negara pancasila merupakan suatu yang bersifat majemuk-
tunggal, yakni terdiri sila-sila yang banyak dan berdiri sendiri, namun juga
merupakan kesatuan utuh yang bersifat tunggal.
Selain itu, sila-sila pancasila juga merupakan sistem filsafat yang merupakan
kesatuan organis, karena tiap sila-silanya saling berhubungan, berkaitan dan saling
mengkualifikasi, oleh karenanya bisa disebut sebagai sistem: sila-sila nya saling
berhubungan dan mengkualifikasi dan membentuk struktur kesatuan yang
menyeluruh. Seperti tercermin dalam sila-sila pancasila, yakni memiliki pemikiran
dasar tentang hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia, manusia
dengan sesamanya, dan dengan masyarakat yang berpikir (bangsa Indonesia), maka
pancasila pun juga bisa disebut sebagai sistem filsafat, seperti sistem lain seperti
marxisme, materialisme, liberalism, dan lain-lain (Kaelan, 2002; 66-7).

E. Landasan pancasila sebagai sistem filsafat


Pancasila sebagai sistem filsafat didasari tiga landasan, antara lain :
1. Landasan Ontologi menurut Aristoteles adalah ilmu yang menyelidiki hakikat
sesuatu atau tentang ada keberadaan atau eksistensi dan disamakan artinya
dengan metafisika. Secara ontologism, penyelidikan pancasila sebagai filsafat
dimaksudkan sebagai upaya untuk mengetahui hakikat dasar dari sila-sila
pancasila. bidang ontology menyelidiki tentang makna yang ada (eksistensi dan
keberadaan) manusia, benda, alam semesta (kosmologi).
2. Landasan Epistemologis adalah cabang filsafat yang menyelidiki asal, syarat,
susunan, metode, dan validitas ilmu pengetahuan. Epistemologi meneliti sumber
pengetahuan proses dan syarat terjadinya pengetahuan, batas dan validitas ilmu
pengetahuan. Pancasila sebagai sistem filsafat pada hakikatnya juga merupakan

9
sistem pengetahuan. Ini berarti pancasila telah menjadi suatu relief system,
sistem cita-cita, menjadi suatu ideology. Oleh karena itu, pancasila harus
memiliki unsur rasionalitas terutama dalam kedudukannya sebagai sistem
pengetahuan. Dasar epistemologi pancasila pada hakikatnya tidak dapat
dipisahkan dengan dasar ontologisnya. Maka, dasar epistemologis pancasila
sangat berkaitan erat dengan konsep dasarnya tentang hakikat manusia.
3. Landasan Aksiologis, istilah Aksiologis berasal dari kata Yunani axios yang
artinya nilai, manfaat, dan logos yang artinya pikiran, ilmu dan teori nilai, yaitu
sesuatu yang diinginkan disukai atau yang baik. Bidang yang diselidiki adalah
hakikat nilai, kriteria nilai, dan kedudukan matefisika suatu nilai. Secara
aksiologis, bangsa Indonesia merupakan pendukung nilai-nilai pancasila, yaitu
bangsa yang berketuhanan, yang berkemanusiaan, yang berpersatuan, yang
berkerakyatan dan berkeadilan sosial.

F. Fungsi pancasila sebagai sistem filsafat bagi NKRI


a. Pancasila sebagai dasar Negara
Pancasila dipergunakan sebagai dasar Negara untuk mengatur
pemerintahan dan penyelenggaraan Negara. Pancasila sebagai dasar Negara
dinyatakan dalam pembukaan undang-undang dasar 1945 alinea IV dan
merupakan landasan konstitusional. Dalam hal ini pancasila sebagai sumber
hukum dasar nasional, dan semua perundangan-undangan harus bersumber
pada pancasila.
b. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia
Dalam hal ini, pancasila diamalkan dalam kehidupan sehari-hari dan
semua tingkah laku dan tindak perbuatan manusia Indonesia harus dijiwai dan
merupakan pancaran dari semua sila pancasila.
c. Pancasila sebagai jiwa bangsa Indonesia
Dalam hal ini, pancasila sebagai penggerak atau dinamika serta
pembimbing kearah tujuan untuk mewujudkan masyarakat pancasila. pancasila
dalam hal ini dijelaskan dalam teori von savigny bahwa setiap bangsa
mempunyai jiwanya masing-masing yang disebut volksgeist (jiwa rakyat atau
jiwa bangsa).
d. Pancasila sebagai perjanjian luhur

10
Dikatakan sebagai perjanjian luhur karena pancasila ini disetujui oleh
wakil-wakil rakyat Indonesia dari seluruh Indonesia.
e. Pancasila sebagai kepribadian bangsa
Hal ini, berarti pancasila berfungsi dan berperan dalam menunjukkan
adanya kepribadian bangsa Indonesia yang dapat dibedakan dengan bangsa lain,
yaitu sikap mental, tingkah laku dan amal perbuatan bangsa Indonesia.
f. Pancasila sebagai moral pembangunan
Hal ini mengandung maksud nilai-nilai luhur pancasila (norma-norma
yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945) dijadikan tolak ukur dalam
melaksanakan pembangunan nasional, baik dalam perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan, maupun dalam evaluasi.

11
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa berfilsafat
adalah berpikir secara mendalam dan sungguh-sungguh. Sedangkan pancasila
sebagai sistem filsafat adalah suatu kesatuan bagian-bagian yang saling
berhubungan, saling bekerjasama antar sila yang satu dengan sila yang lain
untuk tujuan tertentu dan secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang
utuh yang mempunyai beberapa inti sila, nilai dan landasan yang mendasar.
Filsafat adalah pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang
merupakan konsep dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan. Filsafat juga
diartikan sebagai suatu sikap seseorang yang sadar dan dewasa dalam
memikirkan segala sesuatu secara mendalam dan ingin melihat dari segi yang
luas dan menyeluruh dengan segala hubungan.
Sila-sila pancasila merupakan satu kesatuan sistem yang bulat dan utuh.
Dengan kata lain, apabila tidak bulat dan utuh atau satu sila dengan sila lainnya
terpisah-pisah maka itu bukan pancasila.

B. Saran
Demikian yang dapat penyusun paparkan mengenai materi yang menjadi
pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan
kelemahannya, karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau
referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.
Penyusun banyak berharap untuk pembaca makalah ini agar dapat
memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penyusun demi
sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah di kesempatan-kesempatan
berikutnya. Semoga makalah ini berguna dan bermanfaat umumnya bagi
penmbaca dan khususnya bagi penyusun.

12
DAFTAR PUSTAKA

Amran, Ali. 2016. Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi. Depok : Rajawali Pers

Kaderi, Alwi. 2015. Pendidikan Pancasila untuk Perguruan Tinggi. Banjarmasin : Aswaja
Pressindo

https://www.kompasianacom/brianjohanes7627/5ceb56e195760e301c7e64f2/panca
sila-sebagai-sistem-filsafat (diakses 16 Desember 2019)

https://id.scribd.com/doc/241747250/Makalah-Pancasila-Sebagai-Sistem-Filsafat
(diakses 15 Desember 2019)

https://www.artikelsiana.com/2015/09/pancasila-sebagai-sistem-filsafat-
pancasila.html (diakses 16 Desember)

http://dreamerspedia.blogspot.com/2016/04/pancasila-sebagai-sistem-
filsafat.html?m=1 (diakses 16 Desember 2019)

https://www.academia.edu/11133646/2.1._Pengertian_Pancasila_Sebagai_Sistem_Filsa
fat (diakses 16 Desember 2019)

https://www.academia.edu/11133646/2.1._Pengertian_Pancasila_Sebagai_Sistem_Filsa
fat (diakses 17 Desember 2019)

13

Anda mungkin juga menyukai