Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH PERKEMBANGAN IDEOLOGI BESAR

DUNIA DAN IDEOLOGI BARU

DOSEN PEMBIMBING :
WARTONO, M.Pd

DISUSUN OLEH :

DIMAS AGUNG PRASETYO (1903010108)


UMBU AMMAR (1903010126)
FARAH RAMADANI (1903010121)
BAGUS MEI SETIAJI (1903010105)
INTAN RISKA ANANDITA (1903010134)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO


FAKULTAS TEKNIK DAN SAINS
TEKNIK SIPIL
2019/2020

1
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya
sehingga makalah Hakekat Sila-Sila Pancasila ini dapat diselesaikan tepat waktu.Terima kasih
juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi dengan memberikan ide-idenya
sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun
terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga
kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya
makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Purwokerto,15 November 2019

Ttd

Mahasiswa

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL …………………………………………………………………… 1

KATA PENGANTAR …………………………………………………………………… 2

DAFTAR ISI …………………………………………………………………………….. 3

BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………………………4

A. Latar belakang …………………………………………………………………… 4


B. Rumusan Masalah ………………………………………………………………...4

BAB II PEMBAHASAN

A. Pendahuluan …………………. ………………………………………………… 5


B. Pengertiaan filsafat ……………………………………………………………….6
C. Pancasila sebagai suatu sistem filsafat ...…………………………………………7
D. Sila –sila Pancasila sebagai suatu sistem filsafat………………………………….8
E. Inti Sila-sila Pancasila …………………………………………………………….9
F. Implementasi Pancasila sebagai Filsafat Bangsa Indonesia……………………….11

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ………………………………………………………………………..12
B. Saran……………………………………………………………………………….12

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………………..13

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Secara umum filsafat berfungsi memberikan jawaban kepada kita tentang hakikat
terdasar dari segala menilai keadaan serta dalam menentukan kebijaksanaan yang akan kita
tempuh.Driyokoro mengumakakan bahwa Pancasila sudah lama merupakan weltanschauung
bagi bangsa indonesia, akan tetapi tanpa dirumuskan sebagai filsafat, namun sebagai dalil- dalil
filsafat.
Filsafat berasal dari kata philosophy yang merupakan kata inggris yang berarti
filsafat berasal dari kata yunani “philosophia”, yang lazim diterjemakan sebagai cinta kearifan.
Akar katanya philos (philia,cinta) dan sophia (kearifan). Namun perngertiannya bukan hanya
mencakup kearifan saja namun juga meliputi kebenaran pertama, pengetahuan luas, kebijakan
intelektual.
Secara umum, filsafat merupakan hasil pemikiran manusi yang kritis dan radial,
mendalam, sampai pada intinya, yang membahas secara menyeluruh sampai pada “hakekatnya”
untuk mencapai kebenaran yang sesuai dengan kenyataan. Sedangkan secara praktis, filsafat
berarti alam pikiran atau alam berpikir.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian filsafat?


2. Apa pengertian sistem?
3. Bagaimana Pancasila sebagai kesatuan yang sistematis?
4. Apa saja inti-inti Pancasila?
5. Bagaimana implentasi pancasila sebagai filsafat?

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian filsafat secara umum


Secara umum filsafat berfungsi memberikan jawaban kepada kita tentang hakikat terdasar
dari segala menilai keadaan serta dalam menentukan kebijaksanaan yang akan kita tempuh.
Driyokoro mengumakakan bahwa Pancasila sudah lama merupakan weltanschauung bagi
bangsa indonesia, akan tetapi tanpa dirumuskan sebagai filsafat, namun sebagai dalil- dalil
filsafat.

Dan berikut beberapa contoh falsafat negara lain :


1. Perancis, berdasarkan cita-cita revolusi ke-17 yaitu humanite : kemanusiaan, fraternite :
persaudaraan, atau liberte : kemerdekaan.
2. Tiongkok, dikemukakan oleh Sun Yat Sen, yaitu San Min Chui. Meliputi: Mintsu (nasionalisme),
Minchuan (demokrasi), Min Sheng (sosialisme).
3. Malaysia, disebut Rukun Negara, meliputi : kepercayaan pada Tuhan, kesetiaan pada raja dan
negara, penegakan pada UUD, keluhuran perkembangan konstitusi, penegakan hukum =
kedaulatan undang-undan, penegakan kelakuan dan moral.
4. Singapura, ,memiliki lima prinsip, yaitu : demokrasi, perdamaian, kemajuan, keadilan dan
kesamaan.

Roeslan Abdoelgani berpendapat bahwa Pancasila sebgai falsafah atau pandangan hidup
oleh founding father ditetapkan menjadi dasar negara. Yang merupakan fondasi berdirinya
negara bangsa Indonesia NKRI yang diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945.
Menurut Notonagoro dalam kalimat keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945:
“maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-
Undang Dasar negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan negara
Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada : Ketuhanan
Yang Maha Esa,Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, dan
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia."

Kata-kata “berdasarkan kepada” tersebut menentukan kedudukan Pancasila alam Negara


Republik Indonesia sebagai dasar negara, dalam pengertian “dasar filsafat”.
Sifat kefilsafatan dari dasar negara itu terwujud dalam rumus abstrak dari Pancasila yang
kata-kata inti pokonya :
1. Tuhan , adalah kuasa prima.
2. Manusia, adalah makhluk individu dan sosial,
3. Satu, adalah kesatuan emiliki kepribadian sendiri.
4. Rakyat, adalah unsur mutlak negara harus bekerja sama dan bergotong royong.
5. Adil, adalah dengan memberikan keadilan kepada diri sendiri dan orang lain.
Dengan mengubahnya mendapatkan awalan dan akhiran ke- dan per-an sehingga menjadi Ke-
Tuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, keadilan.

Falsafat menurut budiyono adalah yang dipergunakan sebagai pegangan , pedoman atau
petunjuk oleh bangsa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari.
Pancasila dalam kehidupan masyarakat Indonesia juga berfungsi sebagai filsafat hidup
bangsa Indonesia, melandasi semua pola kehidupan yang bersifat hakiki, yang sejak bangsa
indonesia ada hanya setelah bernegara dinyatakan secara kongrit.

5
B. Pengertian Filsafat
Filsafat berasal dari kata philosophy yang merupakan kata inggris yang berarti
filsafat berasal dari kata yunani “philosophia”, yang lazim diterjemakan sebagai cinta kearifan.
Akar katanya philos (philia,cinta) dan sophia (kearifan). Namun perngertiannya bukan hanya
mencakup kearifan saja namun juga meliputi kebenaran pertama, pengetahuan luas, kebijakan
intelektual.
Secara umum, filsafat merupakan hasil pemikiran manusi yang kritis dan radial,
mendalam, sampai pada intinya, yang membahas secara menyeluruh sampai pada “hakekatnya”
untuk mencapai kebenaran yang sesuai dengan kenyataan. Sedangkan secara praktis, filsafat
berarti alam pikiran atau alam berpikir.
Berikut sistematika filsafat:
1. Ontologi
Merupaka salah satu cabang yang khidmat menelaah hal ihwal ‘ada’ atau ‘being’
pada umumnya. Ontologi meliputi masalah apa hakikat ilmu, apa hakikat kebenaran
dan kenyataan yang inheren dengan pengetahuan.
2. Epistemologi
Adalah cabang filsafat yang menbahas sumber, proses, batas, validitas, dan hakekat
pengetahuan meliputi, berbagai sarana dan tata cara menggunakan dan sumber
pengetahuanuntuk mencapai keberadaan dan kenyataan.
3. Axiology
Merupakan cabang filsafat yang menyelidiki nilai. Meliputi nilai-nilai mormatife,
parameter bagi apa yang disebut kebenaran atau kenyataan dalam konteks dunia
material atau non material, dunia simbolik dan sebagainya.

C. Pancasila Sebagai Suatu Sistem Filsafat

1. Pengertian Sistem
Sistem adalah suatu kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan, saling kerja
sama untuk suatu tujuan tertentu dan secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan
yang utuh

Sistem memiliki ciri-ciri diantaranya:


a. Suatu kesatuan bagian-bagian
b. Bagaian-bagian tersebut mempunyai sendiri-sendiri
c. Saling berhubungan dan saling ketergantungan
d. Keseluruhannya dimaksudkan untuk mencapai tujuan tertentu/tujuan sistem
e. Terjadi dalam suatu lingkungan yang kompleks

2. Cabang-cabang filsafat
Cabang-cabang filsafat meliputi:
a. Metafisika, yang membahas tentang ontoligi,kosmologi,antropoligi
b. Epistemologi, dalah pikiran dengan hakekat pengetahuan atau kebenaran
c. Metodologi, dalah ilmu yang membicarakan cara untuk memperoleh pengetahuan
d. Logika, adalah membicarakan tentang aturan berpikir agar dapat mengambil
kesimpulan yang benar.
e. Etika, membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan tingkah laku manusia baik-
buruk.
f. Estetika, membicarakan hal yang berkaitan denganhakekat keindahan-kejelekan.

3. Pancasilan sebagai Sistem Filsafat


Alasan bahwa Pancasila adalah sistem filsafat , adalah:
a. Secara material-substansial dan intrinsik nilai pancasila adalah filosofis, misal
hakikat kemanusiaan yang adil dan beradab, apalagi Ketuhanan Yang Maha Esa
adalah metafisis/filosofis.
b. Secara praktis-fungsional, dalam tat-budaya masyarakat Indonesia pra-
kemerdekaan niali Pancasila diakui sebagai filsafat hidup atau pandangan hidup
yang dipraktekkan.

6
c. Secara formal-konstitusional, bangsa Indonesia mengakui Pancasila adalah dasar
negara (filsafat negara) RI.
d. Secara psikologi dan kultural, bangsa dan budaya Indonesia sederajat dengan
bangsa dan budaya manapun.
e. Secara potesial, filsafat Pancasila akan berkembang bersama dinamakan
budaya,konsepsional dan keputakaan secara kuantitas dan kualitas.
Pancasila sebagai sistem filsafat, telah memenuhi persyaratan, antara lain:
a. Adanya kesatuan dari kelima unsur sila-silanya, yang satu sama lain tidak
dapat dipisahkan.
b. Adanya keteraturan dari sila-sialnya, yaitu bereksistensi secara hierarkis
konsisten, masing-masing sila berada dalam satu urutan tingkat yang runtut.
c. Adanya keterkaitan antara sila yang satu dengan sila yang lain.
d. Adanya kerjasama antara sila yang satu dengan yang lain.
e. Adanya tujuan bersama.

Kedudukan dan fungsi nilai dasar pancasila dapat dilukiskan sebagai berikut:

7. Sistem Nasional
6. Sistem Filsafat Pancasila, filsafat dan budaya Indonesia.
Nilai Dasar 5. Ideologi negara, ideologi nasional
Filsafat pancasila 4. Dasar Negara
3. Jiwa dan kepribadian bangsa
2. Pandangan hidup bangsa
1. Warisan sosio-budaya bangsa

D. Sila – sila Pancasila sebagai Satu Kesatuan yang Sistematis, Hirarkis dan Logis

Notonagoro (1983: 59 – 60) menjelaskan bahwa susunan Pancasila adalah


hierarchis dan mempunyai bentuk piramidal. Kalau dilihat dari inti – isinya, urutan – urutan lima
sila menunjukan suatu rangkaian tingkat dalam luasnya isi, tiap- tiap sila yang di belakang sila
lainnya merupakan mengkhususkan dari sila – sila yang di mukanya.
Susunan Pancasila yang hierarchis dan mempunyai bentuk piramidal dapat
digambarkan sebagai berikut :

Sila
keli
ma
Sila
keempat
Sila
ketiga

Sila
kedua

Sila
pertama

Susunanan Pancasila yang hierarchis dan mempunyai bentuk piramidal ( Effendy, 1995:108)
Susunan dan urut – urutan sila – sila pada Pancasila sebagaimana yang
termaktub dalam Pembukaan UUD 19945 menurut Effendy (1995:106) merupakan yang sudah
tetap dan memiliki arti tersendiri, sehingga tidak boleh diganti, diubah atau di putar – balikkan.
Sususan dan urutan dari sila – sila dalam Pancasila itu sudah merupakan suatu kesatuan yang
bulat, yang didepan menjiwai yang ada di belakang serta mempunyai sifat yang hierarchis dan
berbentuk piramidal.
Kesatuan dan kebulatan itu dapat digambarkan sebagai berikut :

7
1. Sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa, yang isinya paling luas, menjiwai dan meliputi
sila kedua, ketiga, keempat, dan kelima.
2. Sila kedua, Kemanusiaan yang adil dan beradab, yang isinya lebih sempit, dijiwai dan
diliputi oleh sila pertama. Menjiwai dan meliputi sila ketiga, keempat dan kelima.
3. Sila ketiga, Persatuan Indonesia, yang isinya lebih sempit lagi, dijiwai dan diliputi oleh
sila pertama dan kedua. Menjiwai dan meliputi sila keempat dan kelima.
4. Sila keempat, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan / perwkilan, yang isinya lebih sempit lagi, dijiwai dan diliputi oleh sila
petama, kedua dan ketiga. Menjiwai dan meliputi sila kelima.
5. Sila kelima, Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, yang isinya paling sempit,
dijiwai dan diliputi oleh sila pertama, kedua,ketiga, dan keempat.

Dalam susunan yang demikian, menurut Effendi (1995: 106 – 107) maka sila
yang ada di belakangnya merupakan mengkhususkan dari sila yang ada di mukanya dan oleh
karena itu pelaksanaanya tergantung pada pelaksanaan sila yang ada di mukanya. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa :
1. Sila kelima merupakan pengkhususan dari sila keempat dan pelaksanaannya tergantung
pada pelaksanaan sila keempat.
2. Sila keempat merupakan pengkhususan dari sila ketiga dan pelaksanaanya tergantung
pada pelaksanaan sila ketiga.
3. Sila ketiga merupakan pengkhususan dari sila kedua dan pelaksanaanya tergantung pada
pelaksanaan sila kedua.
4. Sila kedua merupakan pengkhususan dari sila pertama dan pelaksanaanyaa tergantung
pada pelaksanaan sila pertama.

E. Inti Sila – sila Pancasila

Notonagoro (1995: 19) menyatakan bahwa isi mutlak dari pancasila dasar
falsafah negara meliputi :
1. Dalam sila Ketuhanan Yang Maha Esa terkandung prinsip bahwa bangsa Indonesia
adalah bangsa yang ber- Tuhan dan negara menjamin kemerdekaan tiap – tiap
penduduk untuk memeluk agamanya masing – masing serta untuk beribadah menurut
agamanya dan kepercayaanya.
2. Sila Kemanusiaan yang mengandung prinsip pergaulan antara umat manusia
berdasarkan kemanusiaan yang adil dan beradab untuk membangun kekeluargaan
anatar bangsa – bangsa di dunia.
3. Sila kebangsaan mengandung prinsip persatuan bangsa Indonesia yang tidak sempit,
karena prinsip ini mengandung pengakuan bahwa setiap bangsa bebas menentukan
nasibnya sendiri tanpa campur tangan manusia satu sama lain.
4. Sila Kerakyatan mengandung prinsip bahwa demokrasi di Indonesia bukanlah
demokrasi yang bersifat totalier maupun liberal mleinkan berdasarkan kerakyatan
yang dipimpinoleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan.
5. Sila Keadilan sosial mengandung prinsip bahwa setiap orang di Indonesia akan
mendapat perlakuan yang adil dalam bidang hukum, politik, sosial, ekonomi, dan
kebudayaan.

1. Inti Sila Pertama Pancasila

Bung Karno dalam pidatonya didepan BPUPKI I tanggal 1 Juni 1945


mengaskan bahwa prinsip Ketuhanan bukan saja bangsa Indonesia bertuhan, tetapi masing –
masing orang indonesia hendaknya bertuhan – tuhannya sendiri.

8
Pada masa Orde Baru, telah ditetapkan Ekaprasetya Pancakarsa / Pedoman
Penghayatan dan Pengamalan Pancasila ( Tap MPR No. II / MPR / 1978, Ketetapan MPR ini
telah dicabut) yang intinya bahwa berdasarkan sila Ketuhanan Yang Maha Esa, bangsa Indonesia
menyatakan kepercayaan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, oleh karenanya
manusia Indonesia percaya dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan
kepercayaan masing –masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila, memberikan Pedoman
kepada Bangsa Indonesia untuk mengamalkan sila Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai berikut :
a. Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa.
b. Manusia Indonesia percaya dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan
agama dan kepercayaan masing – masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan
beradab.
c. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerja sama antara pemeluk agama
dan penganut kepercayaan yang berbeda – beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
d. Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa.
e. Agama dan Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang
menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa yang dipercayai
dan di yakininya.
f. Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai
dengan agama dan kepercayaan masing – masing.
g. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
kepada orang lain.
2. Inti Sila Kedua Pancasila

Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila, memberikan pedoman


kepada Bangsa Indonesia untuk mengamalkan sila Kemanusiaan yang adil dan beradab sebagai
berikut :
a. Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
b. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan kewajiban asasi setiap manusia tanpa
membeda – bedakan suku, keturunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan
sosial, warna kulit dan sebagainya.
c. Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.
d. Mengembangkan sikap tenggang rasa dan tepa selira.
e. Mengembangkan sikap tidak semena – mena terhadap orang lain.
f. Menjujung tinggi nilai kemanusiaan.
g. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
h. Berani membeela kebenaran dan keadilan.
i. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia.
j. Mengembangkan sikap hormat – meghormati dan bekerja sama dengan bangsa lain.

3. Inti Sila Ketiga Pancasila

Bung karno ketika berpidato di depan sidang pertama BPUPKI tanggal 11 Juni 1945
menguraikan tentang makna Kebangsaan Indonesia, bahwa bangsa Indonesia, natie Indonesia,
bukanlah sekedar satu golongan orang yang hidup dengan “le desir d’entre ensemble” di atas
daerah yang kecil. Tetapi bangsa indonesia ialah seluruh manusia-manusia yang menurut geo
politik yang telah ditentukan allah SWT. Yang tinggal di semua pulau-pulau Indonesia dari
Sabang sampai Merauke.

9
4. Inti Sila Keempat Pancasila

Inti prinsip sila keempat menurut Notonagoro (1983: 66) adalahkebebasan dan kekuasaan
rakyat di dalam lapangan kenegaraan, atasdasar tri Tunggal, yaitu "Negara dari rakyat, bagi
rakyat dan oleh rakyat."
Terkait dengan mufakat, dasar perwakilan, dasar permusyawaratan, pada sidang pertama
BPUPKI 1 Juni 1945 Bung Karno mengusulkan, bahwa kalau kita mencari demokrasi hendaknya
bukan demokrasi barat, tetapi permusyawaratan yang memberi hidup, yakni politik-economische
democratie yang mampu mendatangkan kesejahteraan Sosial (Ana, Singgih Hawibowo, dan
Agus Wahyudi, 2006: 105).
Ekaprasetya Pancakarsa/P4 memberikan pedoman tentang inti sila Kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan adalah sebagai berikut:
(1) manusia Indonesia sebagai warga negara dan warga masyarakat Indonesia mempunyai
kedudukan hak dan kewajiban yang sama; (2) dalam menggunakan hak-haknya harus menyadari
perlunya selalu memperhatikan dan mengutamakan kepentingan negara dan kepentingan
masyarakat; (3) tidak boleh ada suatu kehendak yang dipaksakan kepada pihak lain; (4) untuk
mengambil keputusan yang menyangkut
kepentingan bersama, terlebih dahulu harus diadakan musyawarah; (5) keputusan diusahakan
secara mufakat; (6) musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh suasana kekeluargaan,
yang merupakan ciri khas bangsa Indonesia; (7) menghormati dan menjunjung tinggi setiap hasil
keputusan musyawarah; (8) menerima dan melaksanakan hasil musyawarah dengan iktikad baik
dan rasa tanggung jawab; (9) lebih mengutamakan kepentingan bersama daripada kepentingan
pribadi dan golongan; (10) musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati
nurani yang luhur; (11) keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan (12) hasil
keputusan harus menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai kebenaran dan
keadilan; (13) hasil keputusan harus mengutamakan persatuan dan kesatuan demi kepentingan
bersama musyawarah; (8) menerima dan melaksanakan hasil secara moral kepada Tuhan Yang
Maha Esa;

5. Inti Sila Kelima Pancasila

Sila kelima Pancasila, menurut Notonagoro mengandung prinsip bahwa di


dalam lapangan sosial dan ekonomi ada kesamaan, di samping kesamaan politik. Di dalam
lapangan sosial ekonomi ada kebebasan dan kekuasaan perseorangan, dalam keseimbanagan
dengan sifat manusia sebagaimakhluk sosial, untuk mengusahakan dan memenuhi kebutuhan
hidup, yang sesuai dengan sifat – sifat mutlak dari manusia sebagai individu.
Menurut Ekaprasetya Pancakarsa, Sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia juga mengandung inti bahwa sebagai manusia Indonesia hendaknya
1) Menyadari hak dan kewajiban yang sama untuk menciptakan keadilan sosial dalam
masyarakat Indonesia.
2) Mengembangkan perbuatan yang luhur yang mencerminkan sikap dan suasana
kekeluargaan dan kegotongroyongan.
3) Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.
4) Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
5) Menghormati hak – hak orang lain.
6) Suka memberikan pertolongan kepada orang lain yang membutuhkan agar dapat berdiri
sendiri.
7) Tidak menggunakan hak miliknya untuk usaha – usaha yang bersifat pemerasan terhadap
orang lain juga tidak untuk hal – hal yang bersifat pemborosan dan bergaya hidup mewah
serta perbuatan – perbuatan lain yang bertentangan dan merugikan kepentingan umum.
8) Sikap suka bekerja keras.
9) Sikap menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat untuk mencapai kemajuan dan
kesejahteraan bersama.
10) Mewujudkan kemajuan yang merata dan keadilan sosial.

10
F. Implementasi Pancasila sebagai Filsafat Bangsa Indonesia

Implementasi Pancasila sebagai filsafat bangsa Indonesia dapat diartikan


sebagai penggunaan pemikiran yang luas dan mendalam tentang kehidupan berbangsa dan
bernegara. Dengan filsafat Pancasila dimaksudkan guna mempertanyakan dan menjawab
permasalahan bangsa, baik secara umum maupun secara khusus untuk tiap - tiap bidang
kehidupan berbangsa dan bernegara ( Pitoyo, 2012:49)
Secara umum menurut Effendy (1995:52-53) bahwa pengamalan pancasila
pada garis besar dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu :
1. Pengamalan Pancasila secara formal, merupakan pelaksanaan obyektif Pancasila, yaitu
menamalkan Pancasila sebagai dasar negara, yakni dasar mengatur penyelenggaraan
pemerintah negara.
2. Pengamalan Pancasila secara informal, merupakan pelaksanaan subyektif Pancasila, yaitu
pengamalan Pancasila oleh segenap warga negara Indonesia sebagai falsafah hidupnya,
atau pandangan hidup bangsa, yang berarti mengamalkan Pancasila dalam kehidupan
sehari – hari, agar hidup kita dapat mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan lahir dan
batin.

Pelaksanaan pengamalan Pancasila menurut Hartati Susmadi dalam Daroeso


dan Suryahmo ( 1991 : 82-83) tidak mungkin dapat dilakukan dengan sekaligus, tetapi harus
denan cara berangsur – angsur dengan jalan pendidikan di sekolah, dalam masyarakat, dalam
keluarga, dalam mendidik diri sehingga dapat diperoleh secara berturut- turut:
1. Pengetahuan dalam arti pengetahuan biasa, pengetahuan secara ilmiah maupun filsafat
dari isi arti atau esensi dari Pancasila itu sendiri.
2. Kesadaran, dengan penuh rasa sadar orang selalu ingat dan setia kepada pancasila.
3. Ketaatan, dengan ketaatannya orang selalu bersedia melaksanakan Pancasila lahir dan
batin.
4. Kemampuan, atas dasar kemampuan ini orang dapat melakukan perbuatan melaksanakan
atau mengamalkan Pancasila.

Tidak kalah pentingnya dalam mengimplementasi Pancasila sebagai Filsafat


Bangsa Indonesia adalah menjadikan filsafat Pancasila untuk mempertanyakan dan
menjawab segala sesuatu masalah kehidupan yang dihadapi bangsa Indonesia dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Pancasila merupakan dasar negara yang telah dibuat dengan penuh tanggung jawab dan
pemikiran yang matang oleh para pendahulu kita. Jadi, setiap butir dari pancasila harus kita
pahami dan kita implementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Begitu juga dengan sistem
filsafat pancasila yang harus kita pahami dalam kehidupan di negara indonesia kita ini.
Kita harus bisa mengamalkan sila-sila pancasila diantaranya sila pertama yaitu untuk kita
beribadat menurut agama kita masing-masing, sila kedua agar kita memperlakukan saudara-
saudara kita yang ada di seluruh indonesia secara adil dan beradap, sila ketiga agar kita selalu
menghormati setiap perbedaan dan menjunjung tinggi persatuan indonesia, sila keempat agar kita
selalu menyelesaikan suatu masalah secara musyawarah mufakat untuk mencapai keputusan
yang adil, sila kelima, yaitu agar kita menyadari tentang hak dan kewajiban kita sebagai rakyat
indonesia, mencerminkan sikap yang luhur, mengembangkan suasana kegotongroyongan,
mengembangkan sikap adil sesama, menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban,
menghormati hak-ha orang lain, suka memberikan pertolongan kepada orang lain, sikap suka
bekerja keras, sikap menghargai hasil karya orang lain, dan mewujudkan kemajuan yang merata.

B. Saran

Demikianlah pokok bahasan contoh makalah ini yang dapat kami paparkan, Besar
harapan kami makalah ini dapat bermanfaat untuk kalangan banyak. Karena keterbatasan
pengetahuan dan referensi, Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna, Oleh
karena itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan agar makalah ini dapat disusun
menjadi lebih baik lagi dimasa yang akan datang.

12
DAFTAR PUSTAKA

Taniredja, Tukiran,dkk. 2018. Paradigma Terbaru Pendidikan Pancasila Untuk Mahasiswa.


Bandung : Alfabeta

https://www.romadecade.org/contoh-makalah/#!

13

Anda mungkin juga menyukai