1
Pertama kali konsep nanoteknologi diperkenalkan oleh Richard Feynman pada sebuah
pidato ilmiah yang diselenggarakan oleh American PhysicalSociety di Caltech (California
Institute of Technology), 29 Desember 1959 dengan judul “There’s Plenty of Room at the
Bottom”. Richard Feynman adalah seorang ahli Fisika dan pada tahun 1965 memenangkan
hadiah nobel dalam bidang fisika. Istilah Nanoteknologi pertama kali diresmikan oleh Prof Norio
Taniguchi dari Tokyo Science University tahun 1974 dalam makalahnya yang berjudul “On
Basic Concept of ‘Nano-Technology’,” Proc. Intl Conf. Prod. Eng. Tokyo, Part II, Japan Society
of Precision Engineering, 1974. Pada tahun 1980-an definisi Nanoteknologi dieksplorasi lebih
jauh lagi oleh Dr. Eric Drexler mallui buku yang berjudul “Engines of Creation : The Coming
Era of Nanotechnology”.
Setelah kematian Feynman, seorang sarjana yang mempelajari perkembangan historis
nanoteknologi telah menyimpulkan bahwa peran aktualnya dalam mengkatalisasi penelitian
nanoteknologi terbatas, berdasarkan ingatan dari banyak orang yang aktif di bidang yang baru
lahir pada 1980-an dan 1990-an. Chris Toumey, seorang antropolog budaya di University of
South Carolina , menemukan bahwa versi yang diterbitkan ceramah Feynman memiliki pengaruh
yang dapat diabaikan dalam dua puluh tahun setelah pertama kali diterbitkan, yang diukur
dengan kutipan dalam literatur ilmiah, dan tidak lebih banyak pengaruh dalam dekade
setelah Scanning Tunneling Microscope ditemukan pada tahun 1981. Selanjutnya, minat pada
“Banyak Ruang” dalam literatur ilmiah meningkat pesat pada awal 1990-an. Ini mungkin karena
istilah "nanoteknologi" mendapat perhatian serius sebelum waktu itu, setelah penggunaannya
oleh K. Eric Drexler dalam bukunya tahun 1986, Engines of Creation: The Coming Era of
Nanotechnology , yang mengambil konsep Feynman dari satu miliar pabrik kecil dan
menambahkan gagasan bahwa mereka dapat membuat lebih banyak salinan diri mereka sendiri
melalui kontrol komputer alih-alih kontrol oleh operator manusia; dan dalam sebuah artikel
sampul berjudul "Nanoteknologi", diterbitkan kemudian tahun itu di sebuah majalah yang
berorientasi sirkulasi sains massa, Omni . Analisis Toumey juga mencakup komentar dari para
ilmuwan terkemuka dalam nanoteknologi yang mengatakan bahwa "Banyak Kamar" tidak
memengaruhi pekerjaan awal mereka, dan pada kenyataannya sebagian besar dari mereka belum
membacanya sampai kemudian.
Imuwan Jepang bernama Norio Taniguchi dari Tokyo University of Science adalah yang
pertama kali menggunakan istilah nano teknologi dalam konfersi 1974 untuk menggambarkan
semikonduktor deposisi thin-film dan penggilingan berkas ion yang menunjukkan kontrol
karakteristik pada urutan sebuah nanometer. Definisinya adalah, "'Teknologi nano' terutama
terdiri dari pemrosesan, pemisahan, konsolidasi, dan deformasi bahan oleh satu atom atau satu
molekul." Namun, istilah itu tidak digunakan lagi sampai tahun 1981 ketika Eric Drexler, yang
tidak mengetahui penggunaan istilah Taniguchi sebelumnya, menerbitkan makalah pertamanya
tentang nanoteknologi pada tahun 1981.
Pada 1980-an gagasan nanoteknologi sebagai deterministik , daripada stokastik ,
penanganan atom dan molekul individu secara konseptual dieksplorasi secara mendalam oleh K.
Eric Drexler, yang mempromosikan signifikansi teknologi dari fenomena skala nano dan
perangkat melalui pidato dan dua buku berpengaruh. .
Pada tahun 1980, Drexler bertemu dengan pembicaraan Feynman tahun 1959 yang
provokatif "Ada Banyak Ruang di Bawah" sambil mempersiapkan makalah ilmiah pertamanya
tentang masalah ini, "Rekayasa Molekuler: Suatu pendekatan untuk pengembangan kemampuan
umum untuk manipulasi molekuler," yang diterbitkan dalam Prosiding of Akademi Ilmu
Pengetahuan Nasional pada tahun 1981. Istilah "nanoteknologi" (yang sejajar dengan "teknologi
2
nano" Taniguchi ) diterapkan secara independen oleh Drexler dalam bukunya, 1986 Engine of
Creation: The Coming Era of Nanotechnology , yang mengusulkan gagasan tentang "assembler"
skala nano yang akan mampu membuat salinan dirinya sendiri dan item lain dari kompleksitas
yang sewenang-wenang. Dia juga pertama kali menerbitkan istilah " grey goo " untuk
menggambarkan apa yang mungkin terjadi jika mesin replikasi diri hipotetis, yang mampu
beroperasi secara independen, dibangun dan dilepaskan. Visi Drexler tentang nanoteknologi
sering disebut " Molecular Nanotechnology " (MNT) atau "manufaktur molekul."
3
4. Kayu Transparan, Material Kaca di Masa Depan
Ilmuwan dari University of Maryland telah berhasil mengembangkan material kayu
berwujud tembus pandang. Hasil penelitian nano bioteknologi ini diklaim memiliki kekuatan
setara atau melebihi baja namun dengan bobot yang lebih ringan.
Proses pembuatan kayu transparan ini dimulai dengan menghilangkan zat lignin pada
kayu yang merupakan zat pemberi warna kayu, kemudian menyuntikkan epoxy pada pembuluh
kayu untuk menguatkan kayu, membuatnya lebih transparan dan untuk menjaga serat nano
selulosa.
Manfaat nano teknologi yang satu ini yaitu bisa menjadi material pengganti kaca karena
kayu memiliki struktur sel dan serat alami sehingga tidak mudah pecah seperti kaca.
Kayu juga memiliki sifat material yang disebut haze, yang akan membuat cahaya yang
menembus kayu transparan ini tidak akan langsung menuju mata sehingga akan lebih nyaman
bila digunakan sebagai material rumah.
5. Manfaat Nano Teknologi Untuk Transplantasi Organ Tubuh
Transplantasi organ tubuh telah berhasil menyelamatkan banyak nyawa walau tingkat
keberhasilannya masihlah terbilang kecil. Nano teknologi dapat meningkatkan keberhasilan
transplantasi organ dan menyelamatkan lebih banyak nyawa. Para ilmuwan berhasil
mengembangkan cara yang aman untuk menghidupkan kembali organ yang dibekukan dengan
bantuan partikel nano.
Selama ini masih banyak organ pendonor yang masih sangat potensial namun justru
terbuang sia-sia karena organ tersebut hanya dapat bertahan selama 4 hingga 36 jam saja. Cara
terbaik untuk dapat bertahan lebih lama adalah dengan dibekukan, namun sayangnya proses
pembekuan dan pencairan dapat merusak sel-sel organ tersebut. Manfaat nano teknologi untuk
transplantasi ini terlihat nyata karena dalam proses pencairannya terbukti tidak menampilkan
tanda kerusakan bahkan elastisitas organ juga tetap terjaga.
6. Kemampuan Penyembuhan Diri
Nano teknologi dapat mengubah struktur material pada skala nano dan memberikan
beberapa sifat menakjubkan - seperti melapisi tekstur sehingga menjadi anti air misalnya. Di
masa depan, lapisan nanoteknologi atau aditif bahkan akan memiliki potensi untuk
memungkinkan bahan untuk "menyembuhkan diri" ketika rusak atau aus. Misalnya,
menyebarkan nanopartikel ke seluruh material berarti dapat bermigrasi untuk mengisi retakan
yang muncul. Ini bisa menghasilkan bahan penyembuhan diri untuk segala hal mulai dari kokpit
pesawat hingga mikroelektronika, mencegah fraktur kecil berubah menjadi retakan besar yang
lebih bermasalah.
7. Pembangkit Listrik Tenaga Aliran Darah Manusia
Prinsip Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) adalah menggunakan turbin yang
digerakkan oleh aliran air, kemudian energi listrik dihasilkan dengan mengubah energi gerak
menjadi energi listrik.
Prinsip tersebut oleh para peneliti dari Universitas Bern, Swiss digunakan untuk
mengembangkan generator listrik dengan memanfaatkan aliran darah manusia. Generator yang
digunakan merupakan sebuah turbin mini berukuran nano yang disebut nanogenerator.
Generator ini dibuat dari bahan fiber. Generator tersebut dipasang pada arteri manusia.
Turbin kecil tersebut dapat menghasilkan listrik yang digunakan untuk peralatan yang dipasang
pada tubuh manusia misalnya alat pacu jantung dan sensor tekanan darah.
4
Tujuan penelitiannya adalah untuk menghasilkan listrik sebesar 1 miliwatt karena jantung
manusia diperkirakan dapat menghasilkan listrik hingga 1,5 Watt.
5
Di Indonesia, tahun 2008 Kementerian Perdagangan dan Perindustrian mulai
membuat penelitian yang disebut nano material. Kemudian melakukan pemetaan nano
teknologi untuk industri di Indonesia. Saya saat itu sebagai tenaga ahlinya.
Ada 150 perusahaan yang disurvei, hampir 40 persen industri di Indonesia sudah
menerapkan nano. Tapi 90 persen teknologinya dari luar negeri.
Karena nano teknologi ini sangat awam, maka sulit diterapkan. Sampai saat ini
Masyarakat Nano Indonesia masih giat melakukan seminar dan memberikan pengenalan.
Agar nano diterapkan di semua bidang. Kementerian Pertanian sudah mengembangkan
teknologi nano dengan membentuk Pusat Nano di bidang pertanian.
Tapi yang perlu didorong adalah di Industri, seperti keramik, kimia, makanan
fungsional, kosmetik dan obat-obatan. Sebagian sudah ada produknya.
Tinggal menunggu waktu jadi ramai untuk pengelolaannya. Namun sayangnya di
Indonesia, tata aturan untuk teknologi nano belum ada.
Ketua Komite Inovasi Nasional Zuhal mengatakan Indonesia sudah siap menerapkan
nanoteknologi, cuma belum terjadi kerja sama dengan industri sehingga produk-produk hasil
penelitian tidak bisa digunakan industri. “Sekarang belum integrated, berjalan sendiri-sendiri,”
ujarnya pada Workshop Nasional Nanoteknologi untuk Memperkuat Kapasitas Manajemen
Penelitian, Rabu, 26 Juni 2013, di Gedung LIPI, Jakarta.
Menurut Zuhal, Komite sudah mengambil inisiatif bersama KADIN untuk
mengumpulkan produk nanoteknologi yang bisa dikerjakan Indonesia, tapi masih diimpor.
Komite juga berinisiatif agar masing-masing departemen yang sudah ada kegiatan
nanoteknologi untuk bersinergi. “Kalau tidak, teknologi ini hanya dinikmati negara maju,”
ujarnya.
Salah satu ketergantungan Indonesia terhadap produk nanoteknologi impor adalah cat.
Meski bisa dibuat sendiri, hingga saat ini kebutuhan cat dalam negeri masih diimpor. Untuk
mengurangi ketergantungan itu, harus ada diplomasi pemerintah untuk kerja sama riset dengan
negara maju.
Kepala Pusat Inovasi LIPI, Bambang Subiyanto, menambahkan, riset nanoteknologi
telah mendapatkan perhatian signifikan dan LIPI siap menjadi leading institution untuk
implementasi nanoteknologi di Indonesia. Tercatat pada tahun 2008 hingga kini, LIPI telah
mengalokasikan total dana sekitar Rp 30 miliar untuk penelitian material maju dan
nanoteknologi.
Lebih dari itu, ujarnya, LIPI juga dipercaya sebagai focal point internasional untuk
nanoteknologi Indonesia di kancah global melalui organisasi profesi dunia.
Dalam bidang pendidikan, Institut Teknologi Bandung berencana akan menggunakan
teknologi nano dalam perubahan system pembelajarannya. Nantinya teknologi nano ini akan
diterapkan di fakultas teknik mesin dan dirgantara (FTMD) Institut Teknologi Bandung. Hal
ini membuktikan bahwa teknologi nano sudah mulai diterapkan di Indonesia berkat penelitian-
penelitian yang telah dilakukan oleh para ilmuwan di Indonesia.
2.7 PROSPEK PERKEMBANGAN TEKNOLOGI NANO DI MASA DEPAN
Di Indonesia, teknologi nano dalam beberapa tahun ke depan diperkirakan masih akan
berkembang dalam bentuk riset. Indonesia memiliki potensi sumber daya alam yang besar.
Namun, kekayaan yang didapatkan melalui penambangan, pencairan, dan rangkaian pengolahan
yang sangat memakan biaya ini akan segera tergeser oleh nano material yang lebih ringan,
6
murah, serta hanya memerlukan energi yang sangat kecil dalam pembuatannya. Sayangnya,
pembahasan tentang teknologi nano belum menjadi kurikulum di pendidikan tinggi. Kendala lain
yang juga dihadapi oleh universitas dalam negeri menurut Yasraf Amir Piliang MA, adalah
lambatnya pertumbuhan, inovasi, maupun karya-karya kreatif. Maka, seminar ini menjadi sangat
penting agar kurikulum yang diajarkan pada pendidikan tinggi sejalan dengan perkembangan
teknologi terbaru.