Anda di halaman 1dari 122

Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia

BAB I
PENDAHULUAN

Konsep dasar yang melandasi kajian bidang iptek nano baru muncul
pada tahun 1959 melalui ide cemerlang tentang kemungkinan untuk
mengeksplorasi dan memanipulasi material pada skala atom dan
molekul secara individu (feynman, 1959). Jika cara tersebut digunakan
untuk menuliskan informasi, maka feynman membayangkan bahwa
ensiklopedia britanika (Encyclopedia Britannica) dapat ditulis secara
keseluruhan dengan hanya memerlukan ruang dengan luas sebesar
ujung penjepit. Selain itu, ia juga memperkirakan adanya peningkatan
kemampuan untuk menguji dan mengendalikan materi pada skala
nanometer. Pendapat feynman ini memperoleh tanggapan luas. Namun
karena keterbatasan alat untuk memferisikasi sifat dan
mengkarakterisasi hasil sintesis material berukuran annometer, maka
bidang penelitian ini belum begitu berkembang, hingga ditemukan STM
(Scanning Tunneling Microscope) oleh Binnig dan Rohrer pada tahun
1981. Penemuan ini menjadi pemacu peneliti untuk mengkaji fenomena
material di wilayah nanometer, karena alat STM mempunyai
kemampuan/untuk memferisikasi sifat, bentuk, ukuran dan morfologi
partikel pada material berukuran nano.
Iptek nano sekarang ini berlanjut pada suatu titik di mana peneliti
berkerja pada tataran manipulasi dan pengendalian atom-atom dan
molekul secara individu, baik molekul organik, molekul anorganik
maupun gabungan antara keduanya. Hal inilah yang kemudian menjadi
ciri khas yang membedakan iptek nano dengan bidang kajian riset yang
lain semacam bioteknologi maupun bidang lain yang lebih dahulu
mapan. Meskipun terkait dengan manipulasi molekul dan gugus
fungsional yang khas, rekayasa bioteknologi hanya terkait dengan
manipulasi molekul dan material yang berasal dari makhluk hidup,

-1-

Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia


sedangkan iptek nano terkait dengan kajian interaksi antara atom dan
molekul, baik yang berasal dari makhluk hidup maupun benda mati
seperti karbon nanotube, nanokristal, quantum dots, dan nanowire,
yang semuanya merupakan material anorganik berukuran nano. Pada
skala ini, sifat-sifat material tidak lagi dikendalikan sepenuhnya oleh
sifat listrik dan magnetik sebagaimana digambarkan oleh fisika klasik,
namun sifat material dikendalikan oleh interaksi anta individu atom
dan molekul yang mengambil peranan penting. Hukum fisika klasik
newton tidak mampu memberikan deskripsi memuaskan untuk sifat
material pada skala ini, dan hanya fisika quantum yang mampu
menjelaskan munculnya keunggulan sifat material berukuran nano.
Pemanfaatan keunggulan material berukuran nano menjanjikan
peluang eksplorasi untuk menciptakan teknologi baru dengan
pencapaian melampaui apa yang telah diciptakan oleh bidang
komputer dan bioteknologi di beberapa dekade ini. Penerapannya
diharapkan mampu membawa perubahan infrastruktur yang dramatis,
semisal pembuatan komputer yang sangat cepat, membuat pesawat
yang lebih ringan, dan menampakkan sel-sel kanker yang sulit diamati
oleh mata manusia. Keperluan energi umat manusia juga diharapkan
dapat terpenuhi memalui konversi energi matahari menjadi energi
listrik menggunakan sel surya yang sangat efisien dan menyimpannya
dalam baterai-baterai berkinerja tinggi dari material nano, yang tahan
lama dengan waktu isi ulang yang cepat. Permukaan energi melalui
konversi energi matahari menggunakan sel surya berkinerja tinggi
merupakan solusi yang tepat untuk masalah energi, karena bersih,
tidak menimbulkan polusi dan energi matahari tidak akan habis dalam
kurun waktu beberapa milyar tahun ke depan. Jika dibandingkan
dengan cadangan minyak bumi di Indonesia yang diperkirakan hanya
beberapa puluh tahun ke depan sudah habis dan batubara yang
disekitar ratusan tahun, maka kemampuan energi matahari untuk
memenuhi kebutuhan energi jauh lebih lama.
Masalah di bidang energi, saat ini telah menjadi masalah yang sangat
mendasar, menggeser posisi masalah di bidang pertanian. Tanpa
energi, mesin-mesin produksi tidak dapat berjalan, transportasi

-2-

Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia


lumpuh, semua makanan tersaji mentah, rumah sakit tidak dapat
beroperasi dan keperluan mendasar seperti air pun sekarang ini sulit
terpenuhi tanpa menggunaan energi. Air menjadi semakin mahal
karena biaya pengolahannya yang tinggi. Meskipun sebagian besar
permukaan bumi diselimuti oleh air, namun air yang berlimpah
tersebut tidak dapat dikonsumsi secara langsung. Air yang ada di manamana tersebut sebagian sudah tercemar, ataupun memang secara
alamiah tidak dapat digunakan secara langusng semisal air laut.
Pengolahan air dan pompanya dari sumber ke pengguna memerlukan
energi. Energi yang mudah, menjamin ketersediaan keperluan dasar
seperti air, pengolahan pangan, dan keperluan yang lain.
Pengkonversian energi matahari maupun energi terbarukan menjadi
energi yang murah dan bersih merupakan terobosan untuk mengatasi
permasalahan mendasar. Hal ini merupakan peluang yang dapat
dimanfaatkan oleh bangsa Indonesia, mengingat matahari yang
bersinar sepanjang tahun di kepulauan nusantara.
Iptek nano juga memberikan peluang untuk meningkatkan nilai tambah
sumber daya mineral maupun hayati khas Indonesia. mineral-mineral
semacam TiO2, montmorilonit, perovskite, silica, dan zeolit merupakan
beberapa contoh mineral yang dapat dimanfaatkan dengan teknologi
nano. Pengolahan mineral tersebut hingga menjadi produk nano perlu
usaha sungguh-sungguh. Teknologi katalis untuk perengkahan minyak
bumi, adsorben dengan luasan area yang besar, fotokatalis merupakan
beberapa produk nano berkinerja tinggi yang dapat dihasilkan dari
pengolahan mineral tersebut. Teknolgi katalis berperan dalam
meningkatkan efesiensi energi, produk yang selektif, mengurangi
jumlah limbah dan mengurangi hasil samping. Penggunaan adsorben
berkinerja tinggi mampu diandalkan untuk zat beracun dan berbahaya
kemudian mengisolasinya sehingga tidak menyebar ke area yang lebih
luas. Fotokatalis semacam TiO2 dapat digunakan untuk mengkonversi
kontaminan berupa senyawa organik yang berbahaya menjadi senyawa
lain yang aman, selain itu dapat juga digunakan untuk membunuh
bakteri patogen. Hal ini merupakan terobosan baru karena penggunaan

-3-

Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia


fotokatalis untuk memusnahkan bakteri tidak menggunakan bahan
kimia, sehingga prosesnya aman, murah dan tanpa pencemaran.
Para pakar memprediksi bahwa revolusi nanoteknologi akan
bedampak sangat besar sebanding dengan empat revolusi industri yang
pernah ada (revolusi mesin uap, kereta api, kendaraan bermotor dan
komputer) yang memerlukan waktu selama dua abad. Dampak yang
sama dari keempat revolusi industri ini akan dicapai hanya dalam
waktu beberapa tahun saja seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1.1

Gambar 1.1 Perbandingan dampak masyarakat dari beberapa revolusi industri


dan nanoteknologi

Menurut hasil kajian para pakar dari Eropa, potensi pengembangan


nanoteknologi akan mengakselerasi produk-produk industri. Gambar
1.2 menunjukkan bahwa sampai tahun 2005, peluang nanoteknologi
dalam pasar industri tidak terlalu memberikan dampak yang signifikan.
Ini mengindikasikan bahwa riset dan pengembangan nanoteknologi
memang masih berusia relatif baru. Namun seiring dengan berjalannya
waktu, dalam periode 2010 sampai 2020, akan terjadi percepatan yang
luar biasa dalam penerapan nanoteknologi di dunia industri.
Selanjutnya pada tahun-tahun berikutnya peluang nanoteknologi akan

-4-

Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia


jenuh, dimana pada saat itu, produk-produk nanoteknologi di pasar
sudah sangat massive jumlahnya. Oleh karena itu, pengembangan
nanoteknologi harus dilakukan segera pada masa sekarang ini. Jika
tidak, maka peluang pengembangan nanoteknologi akan terliwatkan,
dan sebagai konsekuensinya Indonesia akan menjadi negara yang
tertinggal dan kalah karena tidak akan mampu bersaing dengan
negara-negara lain di dunia ini.

Gambar 1.2 Peluang nanoteknologi dalam dunia industri.

Saat ini berbagai macam aplikasi nanoteknologi telah berkembang


mulai dari bidang elektronik, kedokteran, farmasi, konsruksi, industri
makanan, tekstil, keramik dan lain-lain. Sebagai contoh, perkembangan
nanoteknologi dalam dunia komputer telah mengubah tidak hanya
ukuran komputer semakin ringkas, namun juga peningkatan
kemampuan dan kapasitas yang luar biasa, sehingga memungkinkan
penyelesaian program-program raksasa dalam waktu yang singkat.
Seperti halnya komputer, produk hand phone telah disempurnakan
sedemikian rupa dengan nanoteknologi sehingga berharga lebih murah
dengan kemampuan dan kapasitas yang jauh lebih baik. Produk-produk

-5-

Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia


seperti nanotekstil, nano keramik, nanocoating, nanofilm, nanofarmasik
dan lain sebagainya juga telah mulai merambah dan menyatu ke dalam
kehidupan manusia melewati batas-batas status sosialnya. Oleh karena
itu, nanoteknologi merupakan tenaga penggerak bagi bisnis-bisnis baru
dan Indonesia harus segera mengambil bagian dalam pengembangan
dan penerapan nanoteknologi untuk penguatan industri nasional.
Kekayaan sumber daya hayati Indonesia menyimpan potensi yang
besar untuk dimanfaatkan, namun saat ini belum optimal tersentuh
teknologi nano. Biodiversitas sumber daya alam hayati Indonesia
sangatlah kaya. Kekhasan alam tropis dan sebaran gunung berapi di
seluruh Indonesia, secara alamiah merupakan penyedia iklim dan
mineral penyubur tanah yang ideal utuk tumbuhnya berbagai
tumbuhan pangan, kayu keras maupun tanaman obat. Melalui rekayasa
nanoteknologi, bahan alam berkhasiat obat dapat dimanfaatkan sebagai
obat yang dapat berprilaku sperti bom cerdas. Obat yang dirancang
dengan ukuran nano diharapkan mampu terbawa dalam aliran darah,
tanpa kehilangan materaial aktif selama proses penghantaran, dan
hanya meledak menyerang sel sakit yang akan diobati. Hal ini akan
mengatasi permasalahan hilangnya bahan aktif dan terserangnya sel
sehat yang menimbulkan efek buruk selama pengobatan berlangusng.
Disain obat cerdas yang dapat mengontrol jumlah keluarnya obat
dalam tubuh pasien sehingga pasien tidak terlalu sering mengkonsumsi
obat . obat hanya sekali diminum dan bahan aktif dakan menyesuaikan
dengan tingkat keperluan bahan obat, keluar secara periodik ke pusat
sakit hingga pasien sembuh. Secara singkat, iptek nano dalam
pengobatan diharapkan mampu meniadakan efek samping dan
meningkatkan efesiensi dosis obat. Selain pengobatan terhadap
penyakit yang muncul, penggunaan iptek nano diharapkan juga mampu
digunakan dalam deteksi dini penyakit, sehingga menjamin ketepatan
dan efektifitas pengobatan.
Keuntungan dan peluang yang ditawarkan iptek nano memberikan
hasrat baru bagi negara-negara maju dan berkembang termasuk
Indonesia untuk berlomba-lomba mengembangkanya. Potensi
penerapan yang luas diharapkan mampu memompa dan

-6-

Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia


menghidupkan sendi-sendi perekonomian yang berujung pada
meningkatnya kesejahteraan. Bagaimana dengan bangsa Indonesia?
peluang pengembangan nanoteknologi terbuka lebar dan kepemilikan
sumber daya mineral hayati yang khas memberikan keunggulan
tersendiri jika dapat mengolahnya dengan memanfaatkan
nanoteknologi. Meskipun demikian, kerja penelitian hingga
menghasilkan produk merupakan jalan panjang dan perlu dukungan
dari semua pihak terkait. Secara ilmiah, pengembangan nanoteknologi
merupakan kerja bersama antar peneliti ilmu kimia, biologi, sains
material, fisika, dan sains komputer. Tidak hanya peneliti, pihak-pihak
di lingkungan pemerintahan, pengusaha, dan pengamat sosial pun
perlu mengetahui terkait nanoteknologi. Masing-masing memiliki
peranan penting dengan berbagai bakat dan cara pandang dalam
membangun Indonesia dengan nanoteknologi.
Apabila tidak ada kerjasama antar sesama pengembang iptek nano,
kejadian yang mirip dengan cerita kontroversi di antara orang buta
tentang gajah akan terjadi. Masing-masing punya cara dan bahasa yang
unik untuk menyampaikan penemuannya. Oleh kerena itu komunikasi
interdisiplin ilmu terkait pengembangan iptek nano merupakan hal
penting untuk dipenuhi. Hal ini memerlukan fasilitator untuk
menjembatani dan memberikan arahan kerja di masa depan untuk
kepentingan bangsa. Kerja semakin berat manakalah tuntutan untuk
menghasilkan produk nanoteknologi siap digunakan oleh masyarakat.
Pemerintah tidak hanya dapat berperan sebagai fasilitator, namun juga
regulator yang diharapkan mampu meningkatkan komunikasi antara
para ahli peneliti dengan industriawan termasuk pengaturan hak atas
kekayaan intelektual dan paket kebijakan terkait penerapan
nanoteknologi.

-7-

Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia

I believe in intuition and inspiration. Imagination is more


important than knowledge. For knowledge is limited, whereas
imagination embraces the entire world, stimulating progress,
giving birth to evolution. It is, strictly speaking, a real factor
in scientific research
(Albert Einstein)

-8-

Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia

BAB II
ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI (IPTEK) NANO

II.1. Sejarah
Munculnya kesadaran terhadap iptek nano diinspirasi dan didorong
oleh pemikiran futuristik dan juga penemuan peralatan pengujian dan
bahan-bahan. Pada tanggal 29 Desember 1959 dalam pertemuan
tahunan Masyarakat Fisika Amerika (American Physical Society) di
Caltech, Richard Phillips Feynman (Pemenang Hadiah Nobel Fisika
tahun 1965) dalam suatu perbincangan berjudul Theres plenty of
room at the bottom, memunculkan suatu isu yaitu permasalahan
memanipulasi dan mengontrol atom (ukuran 0,001 nm) dan molekul
(ukuran 0,1 nm) pada dimensi kecil (nanometer) . Di tahun 1981,
Scanning Tunneling Microscopy (STM) diciptakan oleh Heinrich Rohrer
dan Gerd Binnig (Pemenang Hadiah Nobel Fisika tahun 1986).
Beberapa tahun kemudian (1986), Gerg Binnig, Calfin F Quate, dan
Christoph Gerber menemukan Atomic Force Microscope (AFM). Melalui
peralatan STM dan AFM, para ilmuwan dapat melihat, memanipulasi,
dan mengontrol atom-atom secara individu di dimensi nano. Penemuan
bahan buckyball/fullerene dan carbon nanotube semakin mendorong
para ilmuwan untuk meneliti ilmu dan teknologi nano. Robert Curl,
Harold Kroto, dan Richard Smalley (Pemenang Hadiah Nobel Kimia
tahun 1996) menemukan buckyball/fullerene di tahun 1985.
Buckyball/fullerene tersusun oleh molekul-molekul karbon dalam
bentuk bola tak pejal dengan ukuran diameter bola 0,7 nm.

-9-

Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia


Sumio Iijima menemukan carbon nanotube pada tahun 1991 saat ia
bekerja di perusahaan NEC di Jepang. Carbon nanotube adalah molekulmolekul carbon berbentuk silinder tak pejal dengan satu atau lebih
dinding silinder. Diameter silinder bervariasi dari 1 nm hingga 100 nm.
Panjang silinder dapat mencapai ukuran dalam rentang micrometer (1
m = 10-6 m) hingga centimeter (1 cm = 10-2 m). Perbandingan antara
ukuran panjang dan diameter carbon nanotube dapat melebihi
1.000.000. Kedua ujung-ujung silinder ditutup oleh fullerene berbentuk
setengah bola tak pejal.
Pengenalan dan pemahaman akan ilmu dan teknologi nano sangat
terkait dengan definisi nano, bahan berstruktur nano, ilmu nano dan
teknologi nano. Nano adalah satuan panjang sebesar sepertriliun meter
(1 nm = 10-9 m). Ukuran tersebut 1000 x lebih kecil dari diameter
rambut manusia (80 m). Diameter sel darah merah dan virus hanya
sebesar masing-masing 7 m dan 150 nm. Bahan berstruktur nano
merupakan bahan yang memiliki paling tidak salah satu dimensinya
(panjang, lebar, atau tinggi) berukuran 1-100 nm. Bahan nano
merupakan jembatan antara atom/molekul dan bahan berukuran
mikrometer (transistor pada chip computer).
Gen atau DNA merupakan bahan nano alami dengan lebar pita gen
sebesar 2 nm. Fullerene dan carbon nanotube termasuk bahan nano
sintetis karena ukuran diameternya berukuran nano. Partikel-partikel
pasir silika dan baja dapat dibuat juga menjadi bahan nano silika dan
nano baja. Studi segala fenomena fisika, kimia, dan biologi pada dimensi
1-100 nm disebut ilmu nano (nanoscience).
Sedangkan teknologi nano mencakup dua hal. Pertama, seluruh
produk-produk dengan ukuran geometri terkontrol (ketelitian satuan
pengukuran) yang tersusun oleh paling tidak satu komponen produk
dengan satu atau lebih dimensi komponen produk dibawah 100 nm
yang menghasilkan efek fisika, kimia, atau biologi berbeda dengan
komponen produk konvensional berukuran di atas 100 nm tanpa
kehilangan daya guna produk nano tersebut. Kedua, peralatanperalatan untuk tujuan pengujian atau manipulasi yang menyediakan

-10-

Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia


kemampuan untuk fabrikasi dan pergerakan terkontrol atau ketelitian
pengukuran dibawah 100 nm. Contoh peralatan tersebut yaitu STM dan
AFM. Salah satu produk nano yang diperkirakan segera hadir adalah
mobil yang dirakit dengan cat mengandung serbuk nano, kerangka
mobil terbuat dari komposit carbon nanotube, atau polimer
nanokomposit sebagai bahan pengganti lembaran baja.
II.2. Kajian Teori
Arti Iptek Nano
Nanosains adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari fenomena atau
sifat-sifat suatu objek atau material dalam skala nanometer (1 nm =
1/1.000 m = 1/1.000.000 mm = 1/ 1.000.000.000 m). Bisa dipahami
bahwa 1 per 1.000.000.000 meter adalah sebuah ukuran yang sangat
kecil sekali. Untuk melongok dunia berskala nano, sebagai contoh
marilah kita melihat bagian tubuh manusia seperti ditunjukkan pada
Gambar 2.1.
Mula-mula, tubuh kita berada di dunia berskala meter (m). Kemudian,
bagian tubuh manusia yang berskala 1 per 1000 atau milimeter (mm)
adalah tahi lalat. Selanjutnya, yang berskala 1 per 1000 dari itu atau
mikrometer (m) adalah diameter rambut, sel tubuh atau sel darah
merah. Sampai disini mungkin bisa mudah dipahami karena terlihat
oleh panca indra. Nanometer (nm) adalah besaran 1 per 1000 dari itu,
seperti lebar DNA yang berskala berkisar 2 nm. Bila nanometer dibagi
lagi menjadi 1 persepuluhnya, maka akan sampai pada besaran atom
(0.1 nm=1 (Angstrom)).
Perbandingan antara 1 meter dengan 1 nanometer adalah seperti
halnya perbandingan antara bola bumi dengan bola pingpong. Seperti
itulah perbedaaannya. Kita hidup di dunia berskala meter, sehingga jika
kita menggunakan benda berskala nanometer, ibaratnya seperti halnya
manusia yang berukuran bumi menggunakan bola pingpong. Dari
kenyataan ini, dapat dikatakan manusia secara perlahan-lahan tengah
mendapatkan teknologi yang sulit dibayangkan.

-11-

Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia

Gambar 2.1 Ukuran dari bagian tubuh manusia.

Sementara itu, definisi nanoteknologi yang umum digunakan pada


buku-buku pelajaran adalah Ilmu pengetahuan dan teknologi yang
mengatur struktur dan fungsi zat, material, devais dan sistem-proses
pada tingkat atom, molekul dan skala nanometer. Definisi yang lebih
detil lagi menurut pemerintah Amerika Serikat adalah Teknologi yang
mengatur struktur dan fungsi zat pada skala panjang, lebar atau tinggi
sebesar 100 nanometer atau kurang.
Jadi bisa dikatakan nanoteknologi adalah ilmu pengetahuan dan
teknologi yang mengontrol zat, material dan sistem pada skala
nanometer, sehingga menghasilkan fungsi baru yang belum pernah ada.
Yang menurut Prof. T. Kawai sebagai ilmu pengetahuan dan teknologi
untuk menyusun satu persatu atom atau molekul, sehingga tercipta
dunia baru.
Sebagai contoh, perkembangan nanoteknologi dalam dunia komputer
telah mengubah tidak hanya ukuran komputer semakin ringkas
(Gambar 2.2), namun juga peningkatan kemampuan dan kapasitas yang
luar biasa, sehingga memungkinkan penyelesaian program-program
raksasa dalam waktu yang singkat. Seperti halnya komputer, produk
hand phone telah di-upgrade sedemikian rupa dengan nanoteknologi

-12-

Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia


sehingga berharga lebih murah dengan kemampuan dan kapasitas yang
jauh lebih baik.

Super Slim notebook

Komputer generasi ke-4

Gambar 2.2 Perubahan bentuk komputer yang semakin ringkas dan


berkapasitas tinggi.

Gambar 2.3 Nanoteknologi mengubah dunia.

Produk-produk ini telah merambah dan menyatu ke dalam kehidupan


manusia melewati batas-batas status sosial umat manusia (lihat
Gambar 2.3). Oleh karena itu, nanoteknologi merupakan driving force
bisnis-bisnis baru. Berbagai macam aplikasi nanoteknologi pada
produk-produk dewasa ini dapat dilihat pada Gambar 2.4.

-13-

Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia


NanoTextile

NanoArmor

NanoCoat For
Automotive NanoMedicine

Gambar 2.4 Berbagai macam aplikasi nanoteknologi.

Metode Pembuatan Nanomaterial


Metode untuk membuat nanomaterial, secara garis besar
dikelompokkan menjadi dua kategori : top-down dan bottem-up.
Metode top-down adalah metode pembuatan material nano dengan
cara memotong-motong atau menghancurkan material berukuran
besar menjadi berkuruan nanometer. Termasuk dalam kategori ini
adalah metode litografi beserta dengan metode modifikasinya secara
luas dipergunakan dalam produksi chip komputer dan berbagai
peralatan mikroelektronik. Pengembanagn terkini dari teknik ini
adalah metode din pen lithography yang dapat diguanakan untuk
menata selapis molekul beserta kombinasi molekul lain pada
permukaan material yang dikehendaki.
Metode kedua memproduksi material nano adalah metode bottem-up
merupakan teknik yang digunakan untuk menata dan mengendalikan
atom-atom dan molekul menjadi material berkuuran nano. Salah satu
metode ini misalnya adalah metode penataan posisi (positional
assembly) yang menggunakan alat bantu untuk menata atom-atom
sesuai dengan posisi yang dikehendaki. Keberhasilan manata atomatom xenon membentuk kata IBM telah membuktikan kehandalan
metode ini dalam menata dan memanipulasi atom. Namun demikian,
metode ini belum dapat diguanakan untuk kepentingan industri. Hal ini
dikarenakan memerlukan waktu lama dan membutuhkan beberapa

-14-

Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia


tahapan proses. Satu tahapan lanjut dapat dikerjakan apabila langkah
sebelumnya telah selesai dan berhasil secara sempurna.
Metode bottem-up lain adalah metode self assembly. Atom-atom,
molekul, partikel nano yang berbeda dicampurkan bersama dengan
material berpori dengan ukuran geometri dan struktur pori tertentu.
Karena geometri dan strktur elektronik yang unik, secara spontan
atom-atom mengorganisasi diri membentuk strktur tertentu yang
stabil dalam pori. Mengingat metode self assembly didsarkan pada
reaksi kimia, metode ini adalah sederhana dan tidak mahal. Namun
demikian, karena pengendalian sepenuhnya tergantung dari kondisi
reaksi maka metode ini tidak menawarkan presisi untuk menghasilkan
bentuk, ukuran, dan keseragaman tinggi sebagaimana ayng ditawarkan
oleh metode top-down semacam metode litografi. Untuk menghaislkan
keseragaman strktur dan ukuran, bahan-bahan kimia tertentu dapat
berfungsu sebagai cetakan maupun pengendalian ukuran sering
ditambahkan dalam metode bottem-up.
II.3. Penerapan iptek nano
Penerapan iptek nano begitu luas cakupannya dan merupakan kajian
menarik karena munculnya keunggulan sifat pada skala nanometer.
Berikut ini adalah contoh-contoh aplikasi untuk memberikan gambaran
tentang penerapan yang sudah dilakukan maupun yang masih dalam
kajian intensif.
Tabir Surya (Sunscreen) dan Kosmetika
Titanium dioksida (TiO2) dan seng oksida (ZnO) berukuran nano
merupakan komponen aktif yang banyak digunakan dalam tabir surya.
Hal ini dikarenakan kemampuan mereka unutk mengabsorb dan
memantulkan sinar ultra violet, dan bersifat transparan untuk sinar
tampak sehingga manarik konsumen. Oksida logam berukuran nano
digunakan sebagai pewarna pada gincu (lipstick) adalah besi oksida,
dan untuk aplikasi oksida logam lain memerlukan kajian mendalam
mengenai efek terhadap kesehatan manusia.

-15-

Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia

Komposit
Komposit merupakan kombinasi dari satu atau lebih komponen
terpisah yang dirancanang untuk menunjukkan seluruh sifat-sifat
terbaik dari setiap komponennya. Nanomaterial semacam carbon
nanotube, serat karbon berukuran nano dan clay (lempung)
merupakan material yang banyak digunakan unutk penyususnan
komposit. Hasil yang diharapkan bukan hanya sifat-sifat mekanis,
namun meluas hingga sifat optik dan magnetik. Sekrang ini, serat
karbon berukuran nano telah diterapkan sebagai filter untuk
menguatkan ban kendaraan. Sedangkan clay terlah diterapkan secara
luas untuk pentingan menguatkan sifat polimer, misalnya : nilon, poli
etilen, poli akrilamida, polistiren, dan lain-lain. Komposit antara clay
dengan polimer-polimer tersebut umumnya disebut sebagai
nanokomposit yang diterapkan untuk pembuatan belt cover,
dashboard, cover handphone, bumper, flame retardant, dan lain-lain.
Material Sangat Keras dan Liat Untuk Pemotong
Alat pemotong yang terbuat dari material-material nanokristalin
semacam tungsten karbida, tantalum karbida dan titanium karbida
memiliki sifat yang lebih licin, tahan terhadap pengikisan dan lebih
tahan lama jika dibandingkan dengan alat sejenis dengan kristalin yang
lebih besar.
Pelapisan Permukaan
Pelapisan dengan ketebalan yang terkontrol pada tingkat atom atau
skala nano merupakan kegiatan yang umumnya dilakukan untuk
kepentingan pembuatan divais optoelektronik, katalis maupun aktivasi
permukaan dengan gugus funngsional tertentu. Penerapan pelapisan
oksida titanium dioksida teraktivasi pada kaca untuk mendapatkan
sifat permukaan yang mampu membersihkan diri sendiri (selfcleaning), anti bakteri dan mampu mendegradasi senyawa organik

-16-

Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia


yang menempel dipermukaannya merupakan
perkembanagn terakhir penerapan pelapisan.

satu

contoh

Pembuatan Cat
Performa cat dapat ditingkatkan melalui penambahan nanopartikel
yang akan membuat perubahan sifat cat, yaitu cat menjadi lebih ringan
karena lapisan tipis, memerlukan lebih sedikit pelarut dan juga
perubahan sifat yang lain. Pemakaian cat jenis ini umumnya digunakan
untuk kepentingan pengecatan pesawat, sehingga hasil akhir bobot
pesawat menjadi lebih ringan. Pengembangan cat dengan ketahanan
tinggi terhadap fouling dari air laut dan bebas dari timbal tributil (TBT)
dengan menggunakan nanopartikel merupakan peluang pembuatan cat
ramah lingkungan. Selain itu, permukaan untuk keperluan pelapisan
pipa industri dan keperluan rumah tangga serta pelapisan reaktor
proses di industri yang berujuan untuk menghemat energi, misal untuk
reaktor dengan pertukaran panas tinggi. Tantangan ke depan pada
pembuatan cat dengan penambahan nanopartikel adalah pembuatan
cat yang akan berubah warna karena perubahan temperatur atau
lingkungan kimia, atau cat yang dapat menurunkan absorpsi infra
merah sehingga menurunkan jumlah panas yang hilang.
Remediasi
Potensi penggunaan nanopartikel untuk bereaksi dengan polutan di
tanah dan air laut mengubahnya menjadi senyawa yang tidak
berbahaya merupakan satu bentuk pemanfaatan sifat nanopartikel
berupa kepemilikan luas area yang besar dan aktifitas adsorpsi. Oksida
logam nanopartikel semacam besi oksida dapat dimanfaatkan untuk
menyerap hidrokarbon terklorinasi menjadi spesies yang tidak terlalu
berbahaya. Penggunaan oksida logam ini diharapkan juga mampu
mengimobilisasi logam berat terlarut seperti timbal dan merkuri dari
larutan di lingkungan

-17-

Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia


Fuel Cell
Rekayasa permukaan merupakan hal yang sangat mendasar dalam fuel
cell, dimana karakteristik permukaan luar dan struktur pori
mempengaruhi unjuk kerjanya. Hidrogen yang digunakan dapat
diproduksi melalui proses katalitik dari hidrokarbon yang pada
umumnya merupakan bagian yang terhubung langsung dengan fuel
cell. Potensi rekayasa nanoteknologi pada membran untuk
mengintensifikasi proses dapat meningkatkan untuk kerja dengan skala
fuel cell lebih kecil.
Layar (Display)
Besarnya permintaan pasar untuk layar lebar, jernih, datar
sebagaimana digunakan untuk layar televisi dan monitor komputer
sepenuhnya dihasilkan dari pengembangan beberapa nanomaterial.
Beberapa nanokristalin semacam seng selenida, seng sulfida, kadmiun,
sulfida dan timbal terlluida yang disintesis dengan metode sol-gel
memiliki peluang sebagai generasi baru untuk ligh emetting phosphors.
Material semacam carbon nanotube juga telah dikembangkan sebagai
kandidat layar dengan kinerja tinggi hemat energi.
Additif Bahan Bakar
Kajian penambahan cerium oksida nanopartikel pada bahan bakar
diesel untuk meningkatkan nilai ekonomi bahan bakar melalui
penurunan tingkat konsumsi bahan bakar merupakan salah satu
penerapan nanoteknologi.
Baterai
Pengembangan peralatan elektronik fungsional yang semakin kecil
semacam laptop, handphone, GPS dan sensor memerlukan baterai
ringan dan berenergi tinggi. Material nanokristalin yang dikembangkan
dengan metode sol-gel berupa membran merupakan kandidat yang
kuat sebagai pelat pembagi di dalam baterai karena karakterisasinya
yang mirip dengan busa yang diharapkan mampu menghasilkan lebih
banyak energi dibandingkan dengan konvensional. Logam nikel hidrida

-18-

Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia


yang terbuat dari nikel nanokristalin dan logam hidrida diharapkan
mampu menjadi baterai dengan waktu recharging yang lebih pendek
dengan usia pakai lebih panjang.
Katalis
Secara umum, nanopartikel memiliki luasan permukaan besar,
sehingga dapat menunjukkan aktivitas katalitik yang lebih besar dari
pada katalis konvensional. Rekayasa nanopartikel dapat dilakukan
dengan cara mengendalikan ukuran nanopartikel melalui kerangka
struktur support materialnya yang dapat berupa membran atau
nanoporos. Penggunaan surfaktan pada sintesis nanopartikel dalam
larutan mampu menghasilkan nanopartikel yang terdispersi tunggal
dengan keseragaman struktur lapisan tipis tinggi. Selain aktivitas
katalitik lebih besar, keseragaman ini menjamin selektifitas produk
untuk menghindarkan dan meminimalisir produk samping yang
dihasilkan selama reaksi.
Pelumas
Material anorganik berbentuk bola yang berukuran nano dapat
digunakan sebagai pelumas, dengan dasar perlakukan sebagai batalan
peluru, bentuk yang terkendali pada ukuran nano diduga sebagai akibat
kemampuan kerja yang lebih lama dari pelumas konvensional maupun
pelumas dengan penambahan additif. Namun demikian pertimbangan
biaya dan umur pakai masih memberikan hambatan untuk melakukan
produksi masal pelumas nano ini. Kemudian baru akan memiliki nilai
ekonomi bila pelumas berbentuk nanopartikel mampu didispersikan
pada pelumas cair.
Material Magnetik
Nanokristalin yttrium-samarium-cobalt telah menunjukkan sifat
magnetik yang tidak biasa jika dibandingkan pada kondisi bulknya.
Sifat ini sangat potensial utnuk diterapkan pada alat magnetik
resonance imaging (MRI) yang digunakan secara luas di rumah sakit
dan sensor mikro.

-19-

Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia


Implant Medis
Implant medis terkini seperti implant orthopedi dan katup jantung
adalah berupa alloy dari titanium dan baja stainless, disebabkan karena
sifat biokompatibelnya. Namun demikian, pada beberapa kasus
beberapa alloy logam mengalami keausan seiring dengan waktu
pakainya. Zirkon oksida nanokristalin merupakan material yang keras,
tahan aus, tahan korosi, dan biokompatibel sehingga merupakan
kandidat yang berpeluang unutk keperluan ini.
Pemurnian Air
Rekayasa nano membran dapat diterapkan untuk proses pemurnian air
dengan energi yang efisien, khususnya proses desalinasi dengan
menggunakan osmosis balik. Penerapannya memerlukan teknologi
tambahan, dimana nanopartikel yang digunakan adalah yang
terimobilisasi secara tetap dan bukan dalam bentuk nanopartikel
bebas.
Baju Seragam Militer
Pengembangan baju seragam militer merupakan pengembangan
penerapan nanoteknologi yang sedang dikerjakan di soldier
nanotechnolgies at massachusetts institute of technology, USA, pada
tahun 2004. Pengembangan dalam jangka pendek baju yang mampu
untuk mengabsorp energi semacam gelombang ledakan, dan dalam
jangka panjang adalah baju yang memiliki sensor-sensor penjejak
keberadaan senjata kimia dan biologi. Spekulasi yang lebih jauh adalah
mengembangkan baju yang mampu mengukur fisiologi tentara di
medan perang dan baju yang memiliki kemampuan untuk mengobati
tentara dalam pertempuran, misal patah tulang.
Chip Komputer
Miniaturisasi chip komputer merupakan usaha yang berdampak luas
bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kehidupan
manusia. Pada tahun 1971, Intel menggunakan teknologi chip 10.000
nm dan kini adalah teknologi 130 nm. Perubahan kinerja proses adalah

-20-

Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia


luar biasa dari beberapa ribuchip menjadi giga flop dengan ukuran
proses yang ribuan kali lebih kecil.
Penyimpanan Informasi
Hardisk yang pertama kali dibuat oleh IBM pada tahun 1956
memerlukan lima puluh disk yang berukuran 24 inch dan hanya
mampu menyimpan data sebanyak 5 MB (Mega Byte), dan kini hardisk
yang berada di PC memiliki kapasitas dari 80 GB (giga byte) atau
berkemampuan lebih dari 14.000 kali dengan ukuran kurang dari
seperseribu hardisk yang dibuat pada tahun 1956. Hal ini
dimungkinkan dengan adanya teknologi DRAM dan adanya material
magnetik berkinerja tinggi. Penerapan iptek nano juga dijumpai pada
teknologi penyimpanan dengan menggunakan DVD ataupun CD.
Optoelektronik
Unsur penting dalam revolusi teknologi informasi adalah
optoelektronik, yakni divais yang mampu mengkonversi sinyal listrik
menjadi bentuk cahaya untuk transmisi data, untuk display pada sensor
berbasis optik dan diharapkan di masa depan mampu dimanfaatkan
untuk komputasional berbasis optik. Meskipun beberapa divais
optoelektronik tidak memerlukan miniaturisasi sebagaimana di chip
komputer, namun kecenderunagn miniaturisasi juga terjadi misalnya
pada quantum well laser dan display kristal cair (liquid crystal display)
Komputasi Quantum
Komputasi quantum dan kriptografi quantum sangat diuntungkan
dengan pengembangan optoelektronik. Kedua teknologi tersebut
sangat bergantung dengan fakta bahwa energi diskrit di tingkat
kuantum meningkat secara dominan sebagai energi elektromagnetik
seiring dengan pengecilan ukuran partikel. Jika teknologi membuat
strktur nano dari material yang kompleks telah berhasil dikuasi maka
disain tingkat atomik untuk menghasilkan kuantum kriptografi yang
berfungsi utnuk menggantikan metode enskripsi kriptogradi akan
menjadi suatu kenyataan. Sementara itu, komputasi quantum mampu

-21-

Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia


tercipta dan mampu menyelesaikan perhitunagn kompleks yang saai ni
belum dapat dilakukan.
Sensor
Nanoteknologi memegang beberapa peranan penting dalam
pengembangan sensor. Pertama dalam mengecilkan bentuk ukuran
seminimal mungkin sehingga konsumsi energi menjadi semakin
rencah. Yang kedua meningkatkan akurasi pengukuran dan
kemampuannya semakin spesifik. Untuk menghasilkan sensor
berukuran 1 mm2 diperlukan teknik fabrikasi nano yang sama dengan
di industri teknologi informasi.
Penghantar Obat (Drug Delivery)
Nanoteknologi memiliki potensi penerapan yang sangat besar untuk
penghantaran gen dan obat. Wahana yang digunakan dapat berupa
nanopartikel yang memiliki gugus fungsional spesifik yang melingkupi
obat dan kemudian dipelaskan secara spesifik dan mengontrol
pelapsan obat ke sel penyakit yang menjadi target. Penggunaan drug
delivery dapat meningkatkan efektifitas pengobatan dan menurunkan
efek samping.
Array Teknologi
Penataan (array) molekul DNA pada carrier inert merupakan
pendekatan yang dilakukan untuk membuat chip DNA. Sekarang ini
metode ini merupakan metode secara rutin digunakan untuk analisis
gen dan protein. Resolusi tinggi dan volume sampel yang lebih sedikit
menajdikan metode ini sebagai metode ampuh untuk menganalisis
sampel dari makhluk hidup dalam jumlah bersar pada skala nanometer
den\gan sensitivitas dan akurasi tinggi. Hal ini merupakan penerapan
nanoteknologi yang disebut sebagai lab on chip nanotechnologies.

-22-

Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia

The first essential in chemistry, is that you should perform practical


work and conduct experiments, for he who performs not practical work
nor makes experiments will never attain the least degree of mastery
(Jabir Ibnu Hayyan)

-23-

Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia

BAB III
IPTEK NANO DI DUNIA

Pada bagian ini akan dipaparkan arah pengembangan nanoteknologi


dunia terutama sektor publik berikut strategi dan kegiatan inisiatif,
pendanaan, infrastruktur, peta perusahaan di USA, Eropa dan Asia
Pasifik dan juga fokus pasar dari pelaku bisnis di Eropa dan AsiaPasifik. Diharapkan dari pemahaman akan peta kekuatan
nanoteknologi di dunia akan dapat membantu bagaimana sikap yang
harus diambil oleh Generasi muda Indonesia dari berbagai kalangan.
Menurut laporan Technology Transfer Centre-UK (2007), dari segi
pendanaan negara Jepang mengungguli USA dan Uni Eropa bahkan
China untuk investasi di bidang Nanoteknologi pada periode tahun
2006 - 2010. Khusus untuk kawasan Uni Eropa, pemerintah Jerman
terlihat mengungguli semua pendanaan negara-negara Eropa lainnya,
dengan total dana sekitar 330 juta Euro per tahunnya. Namun demikian
secara keseluruhan Uni Eropa memiliki skema dana hampir 600 juta
Euro sampai tahun 2013 melalui program FP7. Hal ini membuat Eropa
unggul dibanding pemerintah USA maupun Jepang. Jerman di satu sisi
tampaknya sangat serius dalam aktivitas NanoTeknologi. Kondisi
lengkap dari status pendanaan di bidang Nanoteknologi dunia dapat
dilihat pada Gambar 3.1.
Demikian juga negara-negara di Asia Pasifik terlihat mengalokasikan
dana yang sangat signifikan untuk kegiatan nanosains dan
nanoteknologi. Secara umum kegiatan nanoteknologi di kawasan ini
dirancang dalam bentuk sebuah pusat Sains & Teknologi untuk
teknologi kunci beberapa bidang seperti; iptek bahan, obat, lingkungan
dan ICT.

-24-

Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia

Gambar 3.1 Pendanaan nanoteknologi di dunia 2006-2010, dalam juta Euro


Sumber: Technology Transfer Centre, 2007

III.1. Iptek Nano di United State of America (USA)


a. Kebijakan dan Strategi pelaksanaan
Pemerintah Amerika Serikat dalam menjalankan kebijakan
Nanoteknologinya membentuk The National Nanotechnology Initiative
(NNI) pada tahun 2001. Sampai saat ini NNI telah merangkul 25
lembaga Federal, dimana 13 diantaranya memiliki anggaran khusus
dibidang Nanoteknologi. Anggaran untuk tahun 2009 akan dialokasikan
sekitar 1,5 milyar USD sehingga berarti total anggaran sejak tahun
2001 menjadi 10 milyar USD.
Tujuan utama NNI adalah: (1) memperluas cakupan sains dan teknik
skala nano melalui dukungan litbang; (2) menciptakan infrastruktur
yang seimbang dan fleksibel, termasuk juga tenaga kerja terampil; (3)
mengkaji implikasi sosial nanoteknologi; dan (4) memberdayakan
koalisi besar kalangan akademi, industri dan pemerintah untuk
menggali potensi dari teknologi baru.

-25-

Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia


Sasaran kegiatan litbang yang diprogramkan NNI sampai dengan tahun
2015 adalah sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.

5.
6.
7.

Separuh dari advanced material baru yang didisain dan proses


manufaktur dibangun berdasarkan kontrol pada skala nano.
Penderitaan akibat penyakit kronis dapat dikurangi secara
signifikan.
Sains dan teknik nanobiosistem menjadi penting bagi
kesehatan manusia dan bioteknologi.
Konvergensi sains dan teknik pada skala nano akan
menciptakan pola utama untuk penerapan dan integrasi
nanoteknologi dengan biologi, elektronik, medis, pembelajaran
dan bidang lainnya.
Ketahanan life-cycle dan biocompatibility akan dilakukan pada
pengembangan produk baru.
Pengembangan dan edukasi pengetahuan akan berasal dari
skala nano dan bukan skala mikro.
Bisnis dan organisasi nanoteknologi akan disusun menuju
integrasi dengan teknologi, distribusi produksi, edukasi terus
menerus, dan pembentukan konsorsium aktifitas tambahan.

Secara operasional kegiatan NNI dijalankan oleh Natoinal Science and


Technology Council (NSTC) pada komite Teknologi dan sub-komite
Nanoscale Science, Engineering, and technology (NSET). Selanjutnya
NSET dibagi menjadi empat Working Grup yang menangani secara
khusus hal-hal :
1.

2.

3.

Global Issues in Nanotechnology (GIN), bertugas membantu


pemerintah Amerika Serikat dalam forum internasional terkait
nanoteknologi
Nanotechnology Environment and Health Implication (NEHI),
mengkoordinasikan aspek Environment, Health, and Safety
(EHS) antar lembaga
Nanomanufacturing, Industry Liaison, and Innovation (NILI),
mengkoordinasi kolaborasi industri, suport komersialisasi,
manufaktur dan alih teknologi

-26-

Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia


4.

Nanotechnology Public Engagement and Communications


(NPEC), mengkoordinasikan aspek-aspek yang terkait etik dan
isu sosial dari nanoteknologi

b. Pertumbuhan Investasi bidang nanoteknologi


Pertumbuhan investasi pemerintah Amerika Serikat (AS) di bidang
nanoteknologi terus meningkat. Pendanaan pemerintah federal di
bidang R&D meningkat dari USD 982 juta untuk tahun fiskal 2005
menjadi USD 1,53 Milyar untuk permintaan tahun 2009, atau tumbuh
hampir 50 %, bahkan 300 % jika dibanding dengan tahun 2001.
Gambar 3.2 menunjukkan pola pertumbuhan tersebut di atas.

Gambar 3.2 Pendanaan bersama (dalam juta dollar) dilaporkan sejak


terbentuknya NNI (tahun 2008 merupakan estimasi; tahun 2009 merupakan
permintaan)

Secara rinci distribusi pendanaan NNI untuk tahun fiskal 2009 dapat
dilihat pada Gambar 3.3.

-27-

Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia

Gambar 3.3 Distribusi pendanaan NNI (dalam juta dollar)

Selanjutnya pada Tabel 3.1 dapat dilihat distribusi pendanaan pada


tahun 2009 berdasarkan komponen kegiatan.
Tabel 3.1 Distribusi pendanaan tahun fiskal 2009 berdasarkan
komponen Kegiatan

c. Status Publikasi Ilmiah Nanoteknologi


Sebagai salah satu parameter untuk mengukur tingkat kemajuan
kegiatan R&D di bidang nanoteknologi, pemerintah Amerika Serikat
menggunakan status publikasi dan jumlah paten yang telah diterbitkan.
Pada tahun 1990 sampai 2006 (Gambar 3.4), posisi Amerika Serikat
untuk publikasi ilmiah menurut Science Citation Index (SCI) menduduki

-28-

Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia


peringkat kedua setelah Uni Eropa, diikuti China (termasuk Taiwan) di
peringkat ketiga dan Jepang diperingkat keempat.

Gambar 3.4 Publikasi nanoteknologi pada Science Citation Index (SCI)


(Shelton, 2007)

Untuk kasus Amerika Serikat, dari 12.000 publikasi ilmiah yang terbit
di jurnal bergengsi seperti Science, Nature dan Proceeding of the
National Academies of Science kontribusi publikasi nanoteknologi
mencapai 70% pada tahun 2006, diikuti Jerman , Perancis dan Jepang
seperti pada Gambar 3.5 (Chen and Roco 2008).

Gambar 3.5 Kontribusi publikasi nanoteknologi (%)

-29-

Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia


Selanjutnya pada Gambar 3.6 dapat dilihat bahwa berdasarkan jumlah
publikasi per Negara, maka AS menempati urutan pertama dengan
kontribusi 35% , diikuti Uni Eropa sekitar 25-27%, lalu China
(termasuk Taiwan) dengan 10% , Jepang dan Jerman sekiar 9-10%.

Gambar 3.6. Kontribusi tiap negara untuk publikasi nanoteknologi

d. Status Paten Nanoteknologi


Dari tahun 1976 hingga 2006 terlihat jumlah paten publikasi USA terus
meningkat tajam mencapai 1400 paten di tahun 2006; sementara di
Jepang (JPO) dan Eropa (EPO) hanya mencapai 200 paten di tahun
2006 (Gambar 3.7).

-30-

Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia

Gambar 3.7 Jumlah paten nanoteknologi di tiga negara

Gambar 3.8 Paten terkait nanoteknologi berdasarkan negara

Hal yang menarik terlihat adanya upaya proteksi paten yang sama
secara global ketika terlihat adanya peluang penerapan paten secara
mendunia. Gambar 3.8 memperlihatkan upaya agresif dari USA untuk
melindungi patennya secara internasional diikuti Jepang, Jerman dan
Korea dengan pangsa masing-masing 37,2%, 23,7%, 9,3% dan 7,3%.
Dalam hal ini China hanya mempunyai pangsa sekitar 1,3% saja dalam
upaya melindungi patennya di beberapa Negara.

-31-

Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia


III.2 Iptek Nano di Uni Eropa
a. Inisiatif pengembangan nanosains dan nanoteknologi di Eropa
Berbagai pengamatan (survey) memperlihatkan bahawa eropa paling
banyak menghasilkan publikasi ilmiah dalam bidang nanosains dan
nanoteknologi (Noyan et a., 2003; Tomellini, 2005). Hal ini tentu saja
menunjukkan bahwa eropa merupakan wilayah paling subur dalam
menghasilkan pengetahuan tentang nanosains dan nanoteknologi
(Hullmann, 2004). Akan tetapi, dalam aspek lain terutama yang terkait
dnegan penerpaan dan realisasi pengetahuan itu menjadi produkproduk yang dapat dinikmati oleh masyaraka (publik ) serta
komersilaisainya, ternyata eropa cukup jauh tertinggal dibanding
jepang maupun USA. Hl ini misalnya terbesit dari kenyataan bahwa
eropa secara berkesinambungan telah mengalami defist komersial
utnuk produk-produk berteknolohi tinggi sekitar 23 milyar euro tiap
tahunnya.

8%

5%

Europe Union-15 dan


EFTA
34%

25%

USA dan Canada


Asia

28%

Rusia

Gambar 3.9 Publikasi Ilmiah Nanoteknologi Eropa diantara negara-negara di


dunia. (Tomellini, 2005)

Di samping itu, ternyata pendanaan yang berasal dari kalangan industri


untuk riset dan pengembangan bidang nanosains dan nanoteknologi di
Eropa juga terlihat cukup rendah dibandingkan dengan pendanaan
yang disediakan oleh kalangan industri di Jepang dan USA untuk kolega
mereka di lembaga riset. Hal ini menunjukkan pula adanya kesenjangan

-32-

Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia


di Eropa antara riset dan pengembangan dalam nanosains dan
nanoteknologi dengan dunia industri. Dominasi publikasi ilmiah Eropa
dalam nanosains dan nanoteknologi ternyata juga tidak mencerminkan
paten dalam nanoteknologi di Eropa. Ini terlihat sepreti disajikan pada
gambar 3.10

13%

USA dan Canada

3%
45%

39%

Europe Union-15
dan EFTA
Asia
Other

Gambar 3.10 Paten dalam nanoteknologi Eropa di antara negara-negara di


Dunia. (Tomellini, 2005)

Masalah ini dalam pengembangan nanoteknologi yang dihadapi oleh


Eropa adalah kekurangan tenaga peneliti dibandingkan dengan yang
dimiliki oleh USA dan Jepang. Sebagai catatan, secara statistik di Eropa
hanya ada 5,1 peneliti tiap seribu orang. Bilangan ini tentu saja cukup
kecil bila dibandingkan dengan yang dicatat di USA (7,4 peneliti tiap
seribu orang) dan Jepang (8,9 peneliti tiap seribu orang). Kesenjangan
ini akan semakin terasa manakala jumlah peneliti di industri ikut
dilibatkan : di Eropa tercatat 2,5 peneliti tiap 1000 pekerja. Sementara
di USA dan di Jepang berturut-turut tercatat 7 peneliti dan 6,3 peneliti
tiap seribu pekerja (saxl, 2005). Jumlah peneliti di bidang nanosains
dan nanoteknologi tentu saja tidak jauh dari situasi tersebut. Untuk
mengatasi malsah ini, telah banyak dibuka program-program studi
yang terkait dengan nanosains dan nanoteknologi di berbagai
universitas. Di samping itu berbagai summer scholl terkait nanosains
dan nanoteknologi terlah diselenggarakan.

-33-

Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia

b. Kebijakan Dasar
Kebijakan dasar tentang Nanosains dan Nanoteknologi Negara Uni
Eropa tertuang dalam beberapa Dokumen Kunci sebagai berikut :
Komisi Komunikasi Nanosains dan Nanoteknologi
Strategy, COM(2004)338
Action Plan 2005-2009, COM(2005)243
1st Impelementation Report 2005-2007, COM(2007)505
Kesimpulan Konsil pada,
Strategy, 2605th Council Meeting, 24 September 2004
1st Impelementation Report, 2832nd Council Meeting, 23
November 2007
Resolusi Parlemen Eropa pada,
Action Plan 2005-2009, 28 September 2006
P6_TA(2006)0392
Pandangan Komite Sosial dan Ekonomi Eropa pada,
Strategy, OJ C 157, 28.6.2005, p.22
Action Plan 2005-2009, INT/277-CESE 582/2006
c. Strategi Penerapan
Uni Eropa dalam penerapan Nanoteknologi mempunyai pendekatan
seperti terlihat dalam Gambar 2.9.

-34-

Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia

Gambar 3.11 Pendekatan penerapan nanoteknologi di Uni Eropa

Penelitian dan Pengembangan (R&D)


Butir-butir penting dalam strategi mengutamakan R&D yang tercantum
di dalam rencana aksi antara lain :
a. Pemerintahan Uni Eropa memiliki komitmen menginvestasikan
dana untuk R&D dengan jumlah tiga kali lipat sampai tahun 2010
b. Fokus pada trasformasi pengetahuan dalam upaya menghasilkan
produk dan proses yang lebih mensejahterakan
c. Mendorong agar program FP7 sukses dengan meningkatkan nilai
tambah melalui critical mass, kolaborasi antar negara dam
kompetisi yang sehat
d. Koordinasi yang efektif melalui platform OMC dan ERA (European
Research Area)
e. Proaktif mengajak publik dan sektor swasta berpartisipasi untuk
memperkuat roadmap serta program ke depan
Membangun Infrastruktur
Ide dasar dalam membangun infrastruktur bersama antar
pemerintahan di Uni Eropa memiliki lima kriteria sebagai berikut :
a. Eropa harus memiliki sistem infrastruktur R&D nanoteknologi yang
koheren
b. Infrastruktur yang ada dan akan dibangun harus mampu
memaksimalkan nilai tambah pada infrastruktur yang telah ada

-35-

Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia


dalam rangka membantu program SME (Small and
edium
Enterprise)
c. Infrastruktur yang ada harus mampu dipetakan untuk
mengidentifikasi kebutuhan yang sangat mendesak
d. Jika dibutuhkan maka infrastruktur nanoteknologi Skala Eropa
harus dibangun untuk memenuhi critical mass
e. Mekanisme pendanaan dapat dilakukan dengan memanfaatkan
Bank Investasi Eropa
Investasi Sumber Daya Manusia (SDM)
Lima langkah strategis untuk investasi SDM nanoteknologi Eropa
adalah sebagai berikut :
a. Mengidentifikasi pendidikan yang diperlukan di bidang
nanoteknologi
b. Mendorong terciptanya kurikulum baru sesuai kebutuhan
pengembangan nanoteknologi
c. Mengintegrasikan keahlian ke dalam satu pelatihan riset seperti
pola kewirausahaan
d. Mengeksplorasi peneliti berdedikasi dengan cara seperti Marie
Curie proposal
e. Menggairahkan peneliti muda dengan memberikan European
Nanotechnology Awards
Inovasi Industri
Strategi inovasi industri nanoteknologi Eropa mengcakup enam butir :
a. Mempromosikan kondisi ideal agar pihak industri ber investasi di
bidang nanoteknologi
b. Menjajagi prospek dan kondisi yang dapat mengoptimalkan peran
industri di bidang nanoteknologi
c. Mengundang European Invesment Bank dan institusi lain untuk
memperkuat basis finansial R&D nanoteknologi
d. Mendorong tersciptanya sistem paten yang lebih efisien
e. Mengundang negara anggota untuk menilai dan memperbaiki
regulasi yang ada dengan fokus pada isu nanoteknologi

-36-

Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia


f. Mendorong aksi koordinasi dalam hal metrologi, standar dan norma
di bidang nanoteknologi
Integrasi Dimensi Sosial
Hal yang penting dalam penerapan nanoteknologi adalah bagaimana
melakukan tahapan integrasi nanoteknologi ke dalam masyarakat luas.
Strategi yang dilakukan tercakup dalam lima butir sebagai berikut :
a. Pentingnya melibatkan aspek sosial ke dalam aktivitas R&D
nanoteknologi
b. Pemerintah Eropa harus lebih terbuka dan proaktif terkait R&D
nanoteknologi
c. Dialog dengan masyarakat luas dan konsumen produk nano
d. Komisi Eropa harus menekankan aspek etik dalam penerapan
nanoteknolog
e. Pengembangan nanoteknologi yang lebih terbuka terhadap publik
Kerjasama Internasional
Hal-hal penting terkait isu kerjasama internasional di bidang
nanoteknologi yang akan ditempuh Uni Eropa adalah :
a. Mendorong terciptanya dialog tentang isu kesehatan masyarakat,
keamanan, lingkungan, perlindungan konsumen , kajian risiko,
metrologi dan norma
b. Menjamin akses negara berkembang sehingga tidak terjadi politik
diskriminasi pengetahuan
c. Kerjasama informasi terkait aspek sains, ekonomi dan sosial dari
nanoteknologi
d. Mendefinisikan suatu code of good conduct terkait tanggung jawab
pengembangan nanoteknologi

-37-

Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia

Gambar 3.12 Empat generasi aplikasi nanoteknologi

III 3. Iptek Nano di Asia Pasifik


III.3.1. Nanosains dan Nanoteknologi di Jepang
Dalam bagian ini akan dibahas pengembangan nanosains dan
nanoteknologi di Jepang. Sebagaimana sebelumnya, kita akan
menengok masalah-masalah terkait dengan oendanaan, arah atau trend
riset dan pengembangan, jaringan kerja (networking) serta kebiajkankebijakan risetnya.
Meskipun dalam situasi resesi yang cukup parah sekitar tahun 1990-an,
pendanaan riset dalam bidang nanosains dan nanoteknologi di Jepang
tetap berlangusng. Ada dua alasan pokok yang mendasari pendanaan
tersebut. Pertama, jepang memiliki kemampuan yang telah lama mapan
dan dapat diandalkan dalam hal fabrikasi piranti-piranti. Kedua, Jepang
dinilai cukup berhasil dalam mengeksploitasi hasil-hasil riset secara
komersial (Johnstone, 1994). Fitur Jepang semacam ini, tentu saja
bukan hal asing lagi mengingat produk-produk jepang telah lama
membanjiri pasar di berbagai belahan dunia.

-38-

Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia


Di Eropa, sebagaimana dijelaskan sebelumnya, nanosains dan
nanoteknologi masih berkutat dalam skala laboratorium dan Eropa
unggul dalam hal publikasi ilmiah. Yang terjadi di Jepang adalah
sebaliknya, walaupun tidak begitu kuat dalam publikasi ilmiah, mereka
kuat dalam realisasi hasil-hasil riset menjadi produk-produk nyata
yang dpat dikomersialisasikan. Jepang ternyata lebih dekat ke dunia
nyata. Ketika di Eropa teknik penumbuhan lapisan tipis seperti
epiteksi moleular dan teknik deposisi masih merupakan prosedurprosedur elitis laboratorium, maka di Jepang perusahaan-perusahaan
seperti Fujitsu dan Sony telah bergerak jauh dalam tataran produksi.
Misalnya, mereka telah memproduksi laser semikonduktor untuk CD
player dan transistor yang memiliki mobilitas elektron tinggi.
Arah Riset dan Pengembangan
Suatu lembaga tersendiri bernama nanomaterials Working Group telah
dibentuk dan menjadi subbagian dari STA. Lembaga ini telah
merumuskan topik-topik riset dalam bdiang nanosains dan
nanoteknologi pada tahun 2000. Tema-tema riset direkomendasikan
adalah sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.

Piranti-piranti nano dan nanomaterial untuk sistem


komunikasi generasi mendatang.
Material untuk penghematan tenaga dan lingkungan.
Nanobiologi untuk teknologi kedokteran dan biomaterial
Teknologi generik seperti fabrikasi, analisis, dan simulasi
Material-material yang memiliki fungsi-fungsi inovatif.

Pada tahun 2000 anggaran total untuk riset dalam nanosains dan
nanoteknologi di Jepang berkisar 82,5 milyar Yen dan meningkat
menjadi sekitar 90,4 milyar Yen pada tahun 2003 dan akan terus
meningkat di tahun berikutnya hingga sekarang. Ini berarti bahwa
anggaran untuk riset nani di Jepang pda tahun itu mendekati anggaran
nasional untuk riset nani di USA. Pada tahun 2002 kementrian
Pendidikan, kebudayaan, Olehraga, Sains dan Teknologi (MEXT)
meluncurkan proyek yang dikenal sebagai Nano Virtual Laboratory

-39-

Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia


untuk mendorong riset-riset inovatif menuju komersialisasi dan
industrialisasi nanoteknologi.
Pada tahun yang sama MEXT juga memulai proyek jaringan peneliti
nanoteknologi guna menyediakan dukungan lintas sektoral dan
menyeluruh bagi riset-riset dalam bidang nanoteknologi di universitasuniversitas dan pihak-pihak swasta. Proyek ini misalnya menyediakan
fasilitas-fasilitas riset berupa peralatan-peralatan berskala besar dan
dapat dimanfaatkan bersama oleh organisasi organisasi riset dan
universiats-universitas seperti : mikroskop elektron bertegangan
tinggi, synchroton spring-8 dan fasilitas-fasilitas fabrikasi nano.
Pada awal tahun 2003, dalam rangka mengimbangi proyek-proyek
telah diluncurkan oleh MEXT, kementrian Ekonomi, perdagangan, dan
Industri (METI) meluncurkan proyek Focus 21 yang mendukung risetriset nanoteknologi dan material, fusi antara nanoteknologi dan
teknologi informasi, dan fusi antara bioteknologi dengan
nanoteknologi.
III.3.2. Nanosains dan Nanoteknologi di RRC
Sekarang kita tengok seberapa jauh Republik Rakyat Cina (RRC) telah
melangkah dalam riset dan pengembangan nanosains dan
nanoteknologi. Kita akan mengintip cara ditempuh oleh RRC dalam
mengatasi permasalahan-permasalahan terkait dengan pendanaan,
arah serta trend riset dan pengembangan, seberapa kuat dan mapan
ajringan kerja telah terbangun dan seberapa jauh kebijakan-kebiajakan
pemerintah negeri ini mempengaruhi perkembangan nanosains dan
nanoteknologi.
Inisiatif dan kebijakan Pengembangan
Nanosains dan nanotekologi telah mendapat di kalangan ilmuwan cina
sejak konsep itu pertama kali diperkenalkan pada tahun 1980-an.
Ketertarikan awal terutama dirangsang oleh perkembanggan pirantipiranti dan teknik-teknik pengamatan objek-objek berukuran
nanometer, khususnya piranti SPM (Scanning Probe Microscope).
Pemakaian STM (Scanning Tunneling Microscope) dan beberapa jenis

-40-

Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia


SPM lain oleh para ilmuwan Cina untuk eksplorasi telah mampu
membangkitkan gairah akan nanosains dan nanoteknologi (Bai, 2005).
Segera setelah konsep pengembangan nanosains dan nanoteknologi
telah mapan pada tataran ilmiah, tiga lembaga, yakni Akademi Sains
Cina (CAS), lembaga Ilmu pengetahuan Cina (NCFC) dan komisi sains
dan teknologi negara (SSTC), mulai memberikan pendanaan bagi risetriset dan aktivitas-aktivitas terkiat dengan riset dan pengembangan
nanosains dan nanoteknologi. Di antara beberapa bidang khusus
pertama-tama mendapatkan kurusan dana adalah pengembangan STM,
kemudian teknik-teknik untuk melihat landscape permukaan material
pada skala atom dan molekular dan riset-riset dalam nanomaterial.
Untuk mengemabnagkan nanosains dan nanoteknologi diperlukan
kemampuan dan pengetahuan dari berbagai bidang. Sejumlah pusatpusat riset multidisiplin telah dibangun untuk mempromosikan dan
memfasilitasi kerjasama di antara berbagai lembaga di suatu wilayah
dengan jalan melakukan sharing berbagai sumber daya. Berdasarkan
data statistik, lebih dari 50 universitas, 20 lembaga di bawah
kementrian pendidikan dan lebih dari 300 perusahaan telah
berpartisipasi dalam riset dan pengembangan nanoteknologi yang
melibatkan lebih dari 3.000 ilmuwan dari berbagai lembaga,
universitas, dan perusahaan di seluruh RRC. Untuk itu telah dibentuk
juga suatu badan yang diberi nama Pusat Nanosains dan Nanoteknologi
Nasional Beijng dan Pusat Teknik Nano di Shanghai.
Dari hasil konsultasi dengan the national development and program
commite, kementrian pendidikan dan the national natural science
foundation commite (NNSFC) pada bulan juli tahun 2001, kementrian
sains dan teknologi Cina mengeluarkan rencana kebijakan untuk
strategi pengembanagn nanoteknologi nasional untuk selang waktu
2001 sampai 2010. Draft kebijakan ini menegaskan strategi umum dan
tujuan pengembangan nanosains dan nanoteknologi di Cina. Menurut
strategi umum ini, pemerintah Cina bertanggung jawab secara
berkesinambungan untuk (a) meningkatkan kemampuan inovatif, (b)
mengembangkan teknologi lanjut dan pada akhirnya (c) terwujudnya

-41-

Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia


penerapan industri yang sesuai (relevan) dengan keadaan Cina saat ini
dengan fokus pada pengembanagn nasional jangka panjang (Gu dan
Schulte, 2005). Dalam riset dasar dan pengembangan teknologi lanjut,
eksplorasi dan inovasi sangat ditekankan. Dalam penerapan,
pengembangan nanomaterial merupakan tujuan uatama jangka
pendek. Pengembangan bionanoteknologi dan nanoteknologi untuk
kesehatan (terutama nanomedical tchnology) merupakan tujuan utama
jangka menengah. Sedangkan pengembangan nanoelektronika dan
nanochip merupakan tujuan jangka panjang.
Rencana lima-tahunan yang kesepuluh ini lebih menitikberatkan pada
1.
2.

3.

4.

Peningkatan riset dasar dan riset terapan dalam nanoteknologi


Eksplorasi kemungkinan penerapan teknologi yang tergantung
pada permintaan pasar dan sejalan dengan tujuan
pengembangan nasional.
Promosi bagi industrialisasi nanoteknologi yang berfokuskan
pada produksi massal, pendidikan dan latihan serta riset dan
pengembangan.
Pembentukan pusat nanoteknologi dan pembangunan secara
progresif suatu sistem nanoteknologi nasional yang inovatif.

Sementara itu, riset menurut rencana lima-tahunan ke sepuluh ini


dititikberatkan pada prinsip-prinsip dasar sifat-sifat fisis dan kimiawi
pada skala nano dengan tujuan untuk menemukan teori-teori dan
konsep-konsep baru. Sebagai contoh adalah pengembangan
nanoprosesor inovatif, konfigurasi-konfigurasi kuantum dan gejalagejala domino kuantum baru. Sasaran berikutnya adalah karakterisasi
sifat-sifat fisis, kimiawi dan biologis bahan-bahan pada skala nano dan
karakterisasi molekul-molekul tunggal dan interaksi mereka.
Pengetahuan yang didapat dari riset-riset dasar ini pada gilirannya
akan menyokong pengembangan teori tingkat lanjut yang memainkan
peran penting dalam perancangan dan manufakturing strukturstruktur nano, bahan-bahan nano dan nanochip baru yang berbasiskan
teknologi atomik dan molekular. Bagian penting rencana lima0tahunan
berikutnya adalah penyusunan database nanoteknologi yang terkait,

-42-

Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia


standarisasi nasional tentang skala nano dan proses industrialisasi
nanoteknologi.
Kebijakan utama dalam pengembangan nanosains dan nanoteknologi di
RRC dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.

Meningkatkan kepemimpinan dan koordinasi dalam riset dan


pengembanagn nanoteknologi
Menerapkan inisiatif nanoteknologi nasional
Mendorong semua pihak yang terlibat dan menciptakan
nanoteknologi ramah lingkungan.
Membidani lahirnya para spesialis dan teknolog nanoteknologi

Arah pengembangan
Diantara tema-tema besar dalam nanosains dan nanoteknologi yang
dikembangkan di RRC, tema yang berkaitan dengan bahan-bahan nano
(nanomaterial) paling banyak mendapat perhatian (Bai, 2001; Bai,
2005). Bahan-bahan nano (nanomaterial). Contohnya adalah
nanomaterial carbon nanotubes (CNTs). Tabung-tabung karbon ini
berdiameter beberapa nanometer sehingga setara ukurannya dengan
kolekul-molekul DNA. Group riset yang dikomando oelh Sishen Xie di
Institut Fisika di Beijing telah menukan metode penumbuhan
nanotubes yang memiliki fitur-fitur penting dapat digunakan untuk
menentukan sifat-sifat dan potensi-potensi teknologis materialmaterial tersebut.
Arah lain pengembangan nanosains dan nanoteknologi adalah
pengembangan nanotembaga. Suatu group di bawah arahan Ke Lu di
Isntitut Riset Logam pada tahun 2002 menemukan sifat superplastis
dari nanotembaga, yakni sifat bahwa bahan tersebut dapat direntang
sampai panjangnya lebih dari 50 kali panjang bahan semula tanpa
putus. Pada tahun 2004, group ini menemukan gejala lain yang dimiliki
oleh nanotembaga berkaiatn dengan kekuatan bahan tersebut terhadap
tekanan.
Dalam hal bahan-bahan anorganik, Dongyuan Zhao dan rekanrekannya di Universitas Fudan telah menemukan sintesis umum untuk

-43-

Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia


mendapatkan material berkomponen banyak yang stabil, semisal
campuran fosfat logam, campuran oksida logam, dan lain-lain. Bahanbahan semacam itu pada gilirannya memungkinkan didapatkannya
jenis katalis-katalis baru, piranti-piranti filtrasi ramah lingkungan dan
teknologi-teknologi lain yang bersandarkan pada interaksi-interaksi
molekul dalam ruang-ruang berskala nano.
Nanomaterials
20%
Nanoelectronic

15%

55%

10%

Nanobiology and
Medicine
Others

Gambar 3.14 Prespektif arah riset dan pengembangan nanosains dan


nanoteknologi RRC (Gu dan Schulte, 2005)

Prespektif arah riset dan pengembangan nanosains dan nanoteknologi


RRC dapat dipahami dengan melihat sebaran riset berdasrkan
subbidang kajian. Diagram Gambar 3.14 Memperlihatkan prespektif itu
(Gu dan Schulte, 2005)
Pencapaian tertinggi riset dan
nanoteknologi RRC adalah :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

pengembanagn

nanosains

dan

Keberhasilan sintesis terorientasi lajur nanotube


Keberhasilan sintesis galium ternitrogenkan secara nano
menggunakan pelarut benzen.
Lajur nanotube pada substrat silikon
Kawat dan kabel nano berdimensi satu
Bubuk nanoberlian menggunakan dekomposisi termal
Penemuan pertama suatu fase tembaga yang melimpah
Bahan-bahan nano organik yang dapat difungsikan

-44-

Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia

" Negeri kita kaya, kaya, kaya-raya, Saudara-saudara. Berjiwa


besarlah, berimagination. Gali ! Bekerja ! Gali ! Bekerja ! Kita
adalah satu tanah air yang paling cantik di Dunia "
(Ir. Soekarno)

-45-

Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia

BAB IV
IPTEK NANO DI INDONESIA

IV.1. Peluang dan Tantangan


A. Tinjauan Potensi Sumber Daya Alam
Dunia mencatat bahwa Indonesia adalah salah satu Negara yang
memiliki limpahan kekayaan alam luar biasa. Hal ini menjadi penting
untuk dikaji dalam kajian roadmap nanosains-nanoteknologi karena
sumber daya alam (SDA) Indonesia merupakan keunggulan komparatif
yang tak tertandingi dan berpotensi sebagai bahan baku utama industri
masa depan. SDA ini adalah sebuah peluang masa depan yang akan
menghantarkan Indonesia leading dalam industri nano. Dalam bagian
ini akan diuraikan mengenai SDA terbarukan dan tak terbarukan,
potensi dan beberapa sebarannya di Indonesia serta peluang
pengembangan dan pengelolaannya di masa mendatang.
Potensi sumber daya alam Indonesia meliputi potensi sumber daya
alam tak terbarukan dan sumber daya alam terbarukan. Sumber daya
alam tak terbarukan adalah sumber daya alam yang terbentuk oleh
porses alam dalam waktu ribuan tahun dan tidak mungkin dibuat oleh
manusia. Sedangkan sumber daya alam terbarukan adalah sumber daya
alam yang sifatnya selalu tersedia terus menerus.
B. Sumber Daya Alam Tak Terbarukan
Sumber daya alam tak terbarukan mempunyai sifat bahwa volume
fisiknya tersedia tetap tidak mungkin bertambah oleh intervensi
manusia. Pada bagian ini akan diuraikan mengenai sumber daya alam
tak terbarukan, meliputi sumber daya mineral, sumber energi minyak
bumi-Gas alam, Sumber energi panas bumi, dan batu bara.

-46-

Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia


1. Sumber daya Mineral
Mineral tambang tersebar di hamparan bumi Indonesia yaitu batu bara,
bauksit, nikel, emas, perak, granit, biji besi, timah, tembaga, dll.
Keberagaman mineral tambang Indonesia dapat dilihat pada gambar
4.1.

Gambar 4.1 Peta Sebaran Barang Tambang Mineral (sumber : ESDM)

Secara kualitas, mineral tambang Indonesia amat beragam dan


memiliki kadar tinggi. Sehingga masih relatif mudah dalam
mengeksplorasi dengan teknologi pertambangan saat ini. Kuantitas
barang tambang mineral dari tahun 1996 2009 dapat dilihat pada
tabel 4.1.
Pada tabel tersebut menunjukkan produksi barang tambang yang
semakin meningkat pada batu bara dan fluktuatif pada barang tambang
lain. Ini mengindikasikan bahwa beberapa dekade ke depan sumber
barang mineral masih belum bisa diprediksi karena dimungkinkan
penemuan sumber tambang baru.
Dari semua produksi barang tambang yang ada, digunakan untuk
kebutuhan nasional dan kebutuhan eksport. Pada gambar 4.2
menunjukkan kuantitas produksi, konsumsi dan eksport mineral.
Indonesia banyak mengeksport barang tambang dari pada dikonsumsi
untuk kebutuhan nasional. Hal ini mengindikasikan bahwa lemahnya

-47-

Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia


iptek Indonesia dalam mengolah mineral tambang ini menjadi produk
hilir yang bernilai lebih tinggi.
Komponen-komponen elektronik, kendaraan, peralatan, dan sejenisnya
adalah pengguna terbesar barang tambang mineral seperti silica, besi,
timah, tembaga, perak, dll. Sehingga tantangan Indonesia adalah
bagaimana cara memanfaatkan barang tambang mineral tersebut
menjadi komponen-komponen yang kemudian dirakit menjadi produk
andalan nasional.
Tabel 4.1 Produksi Barang Tambang Mineral, 1996-2009

Sumber : Biro Pusat Statistik (BPS)

Gambar 4.2 Grafik produksi, konsumsi dan eksport mineral (sumber : ESDM)

-48-

Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia


2. Sumber Energi Minyak Bumi-Gas Alam
Gambar 4.3 memperlihatkan peta penyebaran dan potensi minyak
bumi Indonesia. Jumlah terbesar berada di Pulau Sumatera dengan
potensi hampir 5.000 MMSTB, kedua di pulau jawa dengan potensi
1.578,97 MMSTB, ketiga di kalimantan timur dengan potensi 670
MMSTB, dan lainnya tersebar di Indonesia bagian timur.

Gambar 4.3 Peta Penyebaran Potensi Minyak Bumi Indonesia (sumber : ESDM)

Pada gambar 4.4 memperlihatkan peta penyebaran dan potensi gas


alam Indonesia hingga tahun 2010. Potensi terbesar gas alam
terbanyak di Pulau Natuna dan selebihnya tersebar hampir merata di
barat ke timur Indonesia.

Gambar 4.4 Peta Penyebaran Potensi Gas Alam Indonesia (sumber : ESDM)
-49-

Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia

Tabel 4.2 memberikan informasi tentang jumlah produksi minyak bumi


dan gas alam tahun 1996-2009 dalam satuan barel. Produksi minyak
bumi mengalami penuruanan setiap tahunnya. Hal ini dimungkinkan
karena kuantitas potensi minyak bumi yang semakin menipis dan
belum ditemukan potensi sumber minyak bumi baru. Sedangkan
produksi gas alam mengalami fluktuasi dan tidak dapat diprediksi. Hal
ini dimungkinkan karena masih ditemukannya sumber gas alam baru.
Tabel 4.2 Produksi Minyak Bumi dan Gas Alam , 1996-2009

Sumber : Biro Pusat Statistik, 2011

Secara umum produksi minyak bumi dan gas alam dari unit pengolahan
dikonsumsi oleh pengguna dalam negeri dan sisanya dieksport. Pada
gambar 4.5 menjelaskan tentang data produksi, konsumsi, eksport dan
import minyak bumi. Besarnya ketergantungan minyak bumi nasional
membuat Indonesia harus menjaga stabilitas penggunaan BBM dengan
mengimport. Walupun demikian angka eksport minyak bumi masih
relatif lebih tinggi hingga tahun 2010. Semakin menurunnya produksi
minyak bumi Indonesia seperti ditunjukkan oleh tabel 4.2 mendorong

-50-

Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia


Pemerintah untuk mengusahakan sumber energi lain seperti panas
bumi, sel surya, biomassa dan sumber potensial lainnya.

Gambar 4.5 Grafik Produksi, Konsumsi, Eksport, dan Import Minyak Bumi
(sumber : ESDM)

Gambar 4.6 memperlihatkan data produksi dan konsumsi gas alam


yang relatif berimbang dari tahun 2001-2010. Hal ini menunjukkan
bahwa produksi gas alam dalam negeri mampu menyediakan
kebutuhan nasional.

Gambar 4.6 Grafik Produksi dan Konsumsi Gas Alam (sumber : ESDM)

Besarnya potensi minyak bumi dan gas alam Indonesia hingga saat ini,
merupakan peluang berupa waktu yang relatif panjang bagi generasi
iptek Indonesia untuk mempersiapkan sumber energi alternatif demi

-51-

Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia


mendukung berbagai sektor pengguna energi seperti transportasi,
perumahan, perkantoran, fasilitas publik dan lain-lain.
3. Sumber Energi Panas Bumi
Garis pengunungan yang terhampar di Pulau Sumatera dan Pulau Jawa
menciptakan besarnya potensi panas bumi Indonesia. Potensi panas
bumi merupakan alternatif energi bagi produksi listrik yang selama ini
menggunakan minyak bumi. Sehingga minyak bumi dapat dialihkan ke
kebutuhan penting lainnya.
Gambar 4.7 menunjukkan peta penyebaran potensi panas bumi di
Indonesia per januari 2008. Peta ini menjelaskan 3 point penting
tentang data tahap pengembangan, tahap produksi, dan tahap akan
ditenderkan. Tahap pengembangan dengan kuantitas 1.537,5 MW
tersebar di Pulau Sumatera, Jawa dan Nusa Tenggara. Tahap produksi
dengan nilai 1.052 MW tersebar di Ujung utara pulau sumatera, Pulau
Jawa, dan Pulau Sulawesi. dan tahap yang akan ditenderkan sebanyak
630 MW tersebar merata di Indonesia.

Gambar 4.7 Peta Penyebaran Potensi Panas Bumi (sumber : ESDM)


Gambar 4.8 memperlihatkan data keseimbangan antara produksi dan konsumsi
panas bumi Indonesia dari tahun 1998-2008. Meningkatnya penggunaan panas
bumi tahun 2008 disebabkan oleh melonjaknya harga minyak dunia yang
membuat pemerintah harus melirik panas bumi bagi penyedia listrik nasional.
Grafik tersebut juga menunjukan bahwa seluruh produksi listrik dari panas

-52-

Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia


bumi dikonsumsi oleh pengguna dalam negeri. Hingga saat ini, panas bumi
menjadi penyedia listrik potensial bagi kebutuhan nasional.

Gambar 4.8 Grafik Produksi dan Konsumsi Panas Bumi (sumber : ESDM)

4. Sumber Energi Batu Bara


Gambar 4.9 menjelaskan tentang produksi, konsumsi dan eksport batu
bara di Indonesia pada tahun 2006-2010. Sebagian besar produksi batu
bara Indonesia dieksport sebagai sumber devisa untuk mengimport
kebutuhan lain.

Gambar 4.9 Grafik Produksi, Konsumsi, dan Eksport Batu Bara (sumber: ESDM)

Emisi CO2 hasil pembakaran batu bara menjadi salah satu penyebab
tidak digunakan batu bara sebagai sumber energi pembangkit listrik

-53-

Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia


utama. Hal ini dikarenakan masih adanya potensi sumber energi lain
yang lebih ramah lingkungan seperti panas bumi. Namun demikian,
batu bara merupakan favorit Industri untuk penyedia listrik, steam
boiler, pemanas, dll.
Besarnya potensi sumber energi Indonesia mulai dari minyak bumi, gas
alam, panas bumi, dan batu bara adalah salah satu pendukung
bergeraknya roda aktivitas Industri untuk meningkatkan daya saing
ekonomi Indonesia dari negara lain. Mudahnya sumber energi
merupakan daya tarik investor untuk menanamkan modalnya di
Indoensia. Namun demikian, potensi sumber daya tak terbarukan ini
tentunya akan semakin menipis dan habis. Sehingga peluang dan
tantangan ini harus difikirkan terkait infrasturktur berkelanjutan
penyedia kebutuhan industri.
C. Sumber Daya Alam Terbarukan
Berbeda dengan sumber daya alam terbarukan, sumber daya alam
terbarukan volume fisiknya dapat bertambah oleh manusia. Pada
bagian ini diuraikan mengenai sumber daya alam terbarukan, meliputi
sumber energi bersifat lestari, kehutanan, perkebunan, peternakan, dan
perikanan.
1. Sumber Energi Biomassa
Melimpahnya potensi biomassa di Indonesia harus mulai dilirik oleh
peneliti, pengusaha, dan pemerintah sebagai sumber energi alternatif
terbarukan masa depan. Sumber energi biomassa lebih disukai karena
bersih dan tidak beremisi sehingga ramah lingkungan. Diharapkan
penelitian dan pengembangan potensi biomassa ini terus berlanjut
untuk mempersiapkan kondisi tak terduga di kemudian hari. Turunan
dari sumber energi biomassa ini adalah, crude plam oil (CPO),
bioetanol, biodiesel, dan variannya.
Gambar 4.10 menjelaskan keseimbangan produksi dan konsumsi
biomassa di Indonesia tahun 1998-2006. Hal ini menunjukan bahwa
Semua produksi biomassa dikonsumsi oleh pengguna dalam negeri.
Grafik tersebut juga memperlihatkan peningkatan produksi dan

-54-

Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia


konsumsi nasional dari tahun ke tahun. Kuantitas produksi dan
konsumsi biomassa dapat dilihat pada tabel 4.3.

Gambar 4.10 Grafik Produksi dan Konsumsi Biomassa (Sumber : ESDM)


Tabel 4.3 Produksi dan Konsumsi Biomassa , 1999-2006

Sumber : Data ESDM

2. Sumber Energi Tenaga Air


Tidak teraturnya tofografi dan banyaknya pengunungan di Indonesia
menyebabkan aliran air dari daerah lebih tinggi ke daerah lebih rendah.
Aliran deras dengan diikuti volume besar air menyebabkan
terbentuknya kekuatan yang mampu menggerakkan turbin generator.
Selanjutnya turbin ini akan menghasilkan listrik bagi daerah-daerah

-55-

Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia


pengunungan yang sulit dialiri listrik datau dibangun pembangkit
listrik baru. Oleh karena itu, pembangkit listrik tenaga air (PLTA)
merupakan sumber energi alternatif bagi mendukung perekonomian
masyarakat di daerah pegunungan dan sekitarnya.

Gambar 4.11 Grafik Produksi dan Konsumsi Tenaga air (Sumber : ESDM)

Gambar 4.11 menjelaskan fluktuasi produksi dan konsumsi tenaga air


dari tahun 1999-2008. Ketidakstabilan produksi dan konsumsi tenaga
air ini dimungkinkan karena perawatan alat yang kurang baik sehingga
mengamali kerusakan, aliran air yang tidak stabil, dan kendala-kendala
teknis lapangan. Hal ini dapat diatasi dengan meningkatkan kualitas
pengetahuan dan praktik bagi penduduk sekitar pembangkit tersebut.
Tabel 4.4 Produksi dan Konsumsi Tenaga Air , 1999-2008

Sumber : Data ESDM

-56-

Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia


Pada tabel 4.4 menujukkan kuantitas produksi dan konsumsi tenaga air
tahn 1999-2008. Nilai terbesar terjadi pada tahun 2001 dan 2008. Pada
tahun 2001 sebesar 29.380.300 ton dan pada tahun 2008 sebesar
29.060.000 ton. Diharapkan penelitian dan pengembangan potensi
tenaga air ini terus berlanjut untuk menunjang perekonomian daerah
pegunungan dan sekiranya.
3. Potensi Kehutanan
Indonesia merupakan paru-paru dunia dengan potensi hutan yang
sangat luar biasa. Hasil hutannya beragam jenis dan berkualitas. Pada
tabel 4.4 adalah data produksi kayu bulat pada tahun 2004-2009. Ratarata produksi kayu bulat pertahun adalah 8 juta M 3.
Tabel 4.4 Produksi Kayu Bulat oleh Perusahaan Hak Pengusahaan Hutan
Menurut Jenis Kayu, 2004 - 2009

-57-

Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia


Sangat beragam dan besarnya jumlah produksi kayu bulat Indonesia
merupakan bahan baku potensial Industri perkayuan, perabotan dan
perumahan. Dengan sentuhan teknologi lanjut untuk mengolah bahan
baku ini akan memberikan nilai tambah barang dan peningkatan
jumlah tenaga kerja. Selanjutnya akan menggerakkan roda
perekonomian bangsa.
Pada tabel 4.4 Kelestarian hasil hutan juga perlu diperhatikan untuk
menjaga keberlangsungan produksi kayu. Potensi hasil hutan ini
diharapkan akan terus berlanjut ke generasi berikutnya. Jangan sampai
produksi berhenti seperti pada tabel 4.4 pada jenis kayu duabangga
yang menghilang pada tahun 2005.
4. Potensi Perkebunan
Subur dan luasnya lahan perkebunan Indonesia telah menjadi
penyebab semakin berkembangnya produksi hasil perkebunan. Tabel
4.5 adalah data produksi perkebunan besar menurut jenis tanaman
pada tahun 1995 2009 dalam satuan ton. Jenis tanaman perkebunan
yang banyak ditanam di wilayah Indonesia adalah sawit, karet, coklat,
kopi, teh, kina, gula dan tembakau.
Tabel 4.5 Produksi Perkebunan Besar Menurut Jenis Tanaman, 1995-2009*
(Ton)

Sumber : Biro Pusat Statistik

-58-

Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia


Produksi sawit, karet, dan coklat mengalami peningkatan setiap tahun.
Tanaman sawit memiliki produksi hampir 13 juta ton. Nilai ini
didukung oleh semakin banyaknya permintaan terhadap CPO dunia.
Sehingga minyak sawit menjadi tanaman perkebunan primadona yang
banyak dijumpai di wilayah Sumatera dan Jawa. Tanaman karet juga
mengalami nasib yang sama. Karet mulai banyak diminati dan memiliki
permintaan yang banyak. Nilai produksi yang sanggup dihasilkan oleh
Indonesia tahun 2009* adalah 640.787 ton. Tanaman coklat memilki
nilai produksi 63.628 ton pada tahun 2009. Tanaman coklat adalah
bahan baku produksi coklat bernilai tinggi. Namun pengolahan ini
belum banyak di Indonesia.
Potensi hasil perkebunan yang melimpah ini perlu dijembatani dengan
teknologi pengolahan hingga menjadi produk hilir bernilai tinggi.
Walau saat ini, sudah mulai banyak berdiri pabrik makanan berbasis
bahan baku hasil perkebunan tersebut. Namun, masih perlu diteliti dan
dikembangkan kembali tentang teknologi pengolahan yang mampu
menghasilkan produk yang lebih berkualitas.
5. Potensi Peternakan
Tabel 4.6 memperlihatkan data populasi ternak pada tahun 2000-2010
dalam ton. Ternak yang banyak dikembangbiakkan adalah sapi potong,
sapi perah, kerbau, kuda, kambing, domba, babi, ayam buras, ayam ras
petelur, ayam pedaging dan itik. Peningkatan jumlah populasi setiap
tahun terjadi pada ternak sapi potong, sapi perah, kambing, domba
babi, dan itik. Sedangkan ternak ayam mengalami fluktuasi. Hal ini
dimungkinkan karena penyakit flu burung yang beberapa akhir tahun
ini mulai meyebar, sehingga banyak ternak ayam yang dimusnahkan.
Namun jumlah populasinya masih relatif stabil.
Potensi ternak ini sangat perlu diperhatikan karena menyangkut
kebutuhan pangan nasional. Diharapkan kedepan, potensi peternakan
indonesia mampu mandiri hingga menghasilkan produk-produk
turunan yang bernilai jual tinggi. Harapan ini sangat perlu
dikembangkan dengan meningkatkan pemahaman generasi muda
tentang peran iptek dalam mengolah hasil peternakan.

-59-

Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia


Tabel 4.6 Populasi Ternak, 2000-2010 (Ton)

Sumber : Biro Pusat Statistik

6. Potensi Perikanan
Sebagian besar wilayah Indonesia adalah perairan. Potensi biodiversiti
perairan laut sangat melimpah dan tetap terbarukan. Potensi perairan
laut yang banyak dikelola saat ini adalah perikanan. Tabel 4.7
menyajikan data produksi perikanan laut yang dijual di TPI dari tahun
2000 hingga 2009 dalam ton. Data ini tersaji dari hasil perikanan
masing-masing provinsi di Indonesia. hal ini menandakan bahwa
hampir sebagian besar provinsi Indonesia memiliki garis pantai dan
potensi perikanan.
Walaupun perairan laut menyimpan ketidakpastian, sehingga hasil
perikanan berdasarkan data tersebut tersaji fluktuatif. Namun hal ini
bukan berarti adalah alasan naik turunnya hasil perikanan. Penelitian
dan pengembangan teknologi penangkapan dan pengolahan hasil
perikanan perlu dilakukan terus menerus.
Teknologi penangkapan modern diperlukan untuk mendapatkan hasil
yang banyak namun tetap menjaga lingkungan laut dan etika perikanan

-60-

Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia


nelayan tradisional. Sedangkan teknologi maju pengolahan ikan
diperlukan untuk mendapatkan nilai tambah tinggi.
Potensi perikanan laut yang besar dan tersebar ini perlu menjadi ciri
khas potensi Indonesia untuk meningkatkan daya saing. Sekali lagi,
Indonesia perlu banyak belajar dengan negara maju seperti jepang
dalam penggunaan iptek untuk mengoptimalkan hasil perikanan laut.
Tabel 4.7 Produksi Perikanan Laut Yang Dijual Di TPI, 2000-2009 (Ton)

-61-

Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia

Sumber : Biro Pusat Statistik

D. Tantangan Iptek Nano dalam Mengolah Potensi SDA


Dalam upaya meningkatkan kemampuan daya saing nasional (national
competitiveness) perlu dikembangkan industri nano berbasis sumber
daya alam yang merupakan keunggulan komparatif Indonesia.
Pemilihan sumber daya alam dikembangkan adalah suatu faktor
penting untuk diperhatikan.
Sumber daya minyak bumi-gas alam-batu bara dan mineral merupakan
jenis sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui, sehingga
cadangan yang dieksploitasi secara terus menerus suatu saat akan
habis. Jika tidak ditemukan cadangan baru maka industri berbasis
minyak bumi Gas alam batu bara dan mineral tersebut akan tutup.
Berbeda dengan pengembangan industri berbasis sumber daya minyak
bumi-gas alam-batu bara dan mineral, industri berbasis sumber daya
hayati dapat bersifat lestari bila disertai dengan manajeman yang baik.
Oleh karena itu, maka pengembangan industri ini memiliki prioritas
lebih tinggi. Industri nano berbasis sumber daya hayati ini apabila
dikembangkan dan dikelola denan baik, pada gilirannya nanti dapat
meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran bangsa Indonesia.
Peluang pengembangan industri nano terbuka lebar pada berbagai
sektor industri, khususnya industri keramik, tekstil dan farmasi.
Keanekaragmaman hayati baik darat maupun laut yang dimiliki
Indonesia merupakan keunggulan komparatif yang tak tertandingi.

-62-

Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia


Dnegan sentuhan nanosains dan nanoteknlogi yang diupayakan dengan
kesungguhan hati akan menghantarkan Indonesia menjadi raksasa
industri nano di bidang keramik, tekstil dan farmasi.
IV.2. Roadmap Penerapan Iptek Nano
Di dalam sub-bab ini akan dibahas roadmap penerapan nanoteknologi
di beberapa cabang industri terpilih di Indonesia. Pembahasan diawali
dengan penjelasan arti penting penerapan nanoteknologi di industri
nasional, kemudian tentang penerapan nanoteknologi di industri tekstil
dan terakhir tentang penerapan nanoteknologi di industri keramik.

Gambar 4.12 Roadmap pengembangan nanoteknologi untuk mendukung


industri nasional melalui pendekatan market pull technology push.

A. Penerapan Nanoteknologi Di Industri Nasional


Gambar 4.12 menunjukkan roadmap pengembangan nanoteknologi
berbasis sumber daya lokal untuk mendukung industri nasional melalui
pendekatan technology push - market pull. Kombinasi pendekatan
technology push dan market pull merupakan strategi yang sangat

-63-

Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia


relevan karena mempertimbangkan tidak hanya diversitas dan
pencarian peluang-peluang sumber daya dan kemampuan yang
dimiliki, tetapi juga sekaligus mempertimbangkan permintaan dari
konsumen. Roadmap didisain menjadi beberapa tingkatan dari bawah
ke atas yang masing-masing memiliki perspektif tahapan dari sumber
daya, teknologi, infrstuktur, produk dan pasar yang diwakili oleh
keberadaan industri prioritas. Sementara itu, arah horizontal
menunjukkan batasan waktu yang harus ditempuh oleh sebuah elemen
roadmap. Segi empat yang melingkupi elemen atau kelompok elemen
menunjukkan jangka waktu yang harus dipenuhi dalam satu fase atau
beberapa fase dimana elemen atau kelompok elemen tersebut berada.
Misalnya, elemen keramik dan tekstil berada di FASE 1 yang berarti
bahwa industri prioritas keramik dan takstil harus diprioritaskan pada
fase tersebut. Di sisi lain, kelompok elemen mineral, sumber nabati dan
hewani, SDM, Energi dan Finansial merupakan sumber daya yang harus
difanfaatkan sepanjang Fase 1 sampai FASE 3.
Untuk mencapai visi dan misi industri nasional yang telah dirumuskan
di dalam KIN, maka roadmap pengembangan nanoteknologi dibagi
menjadi tiga fase dengan jangka waktu masing-masing selama
limatahun. Pada FASE 1, pengembangan nanoteknologi difokuskan
untuk memanfaatkan sumber daya mineral, nabati dan hewani, SDM,
energi dan finansial yang dimiliki seoptimal mungkin dengan berbagai
teknologi yang sederhana dan telah dikuasai untuk menghasilkan
produk bahan baku berupa partikel-partikel nano yang memiliki nilai
tambah yang sangat tinggi. Berbagai teknologi proses penunjang
zerupa teknik purifikasi, ekstraksi, separasi, smelting, filtrasi dan lain
sebagainya harus segera dikuasai. Kemudian pengembangan teknologi
pembuatan nanopartikel seperti milling, grinding, penguapan dan solgel harus mendapat prioritas utama, sehingga diharapkan dalam waktu
lima tahun teknologi tersebut sudah dikuasai dan digunakan untuk
memproduksi nanopartikel seperti material nano-keramik, nanoporos,
dan nanopartikel logam secara massal guna memenuhi kebutuhan
nasional khususnya dan dunia pada umumnya yang semakin besar.

-64-

Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia


Berbagai partikel nano yang telah dibuat secara massal dapat
dimanfaatkan untuk membuat produk teknologi seperti nano-coating,
nano-komposit, nano-polishing, nano-katalis dan nanopolimer,
sehingga dengan sendirinya akan mengakselerasi penguasaan berbagai
produk teknologi tersebut. Dengan memanfaatkan bahan baku
nanopartikel dan produk teknologi yang ada maka dapat diprioritaskan
industri-industri nasional yang telah memiliki kesiapan dalam
penerapan teknologi ditinjau dari sumber daya yang tersedia,
kemudahan penguasaan teknologi, dan kesiapan infrastruktur
penunjang, seperti industri keramik, industri tekstil, pangan dan kimia.
Dengan memanfaatkan bahan baku nanopartikel dan produk teknologi
nano, diharapkan terjadi peningkatan kualitas dan kuantitas produksi
sekaligus daya saing industri-industri yang telah diprioritaskan
khususnya dan industri-industri nasional yang lainnya yang berbasis
bahan baku lokal.
Pada FASE 1 , peningkatan kapabilitas SDM baik dari kalangan peneliti
dan industri harus menjadi prioritas program unggulan dengan
melakukan training-training, peningkatan strata pendidikan dan
pemberian insentif grant riset di bidang peningkatan kapasitas industri.
Insentif ini juga ditujukan untuk memperbaiki linkage sekaligus
meningkatkan hubungan dan peran peneliti dalam dunia industri.
Seiring dengan peningkatan kinerja industri nasional, diharapkan
pemerintah telah mulai memperbaiki dan menyediakan sarana dan
prasarana yang akan menunjang pengembangan nanoteknologi pada
fase selanjutnya.
Di sisi lain, untuk peningkatan nilai ekonomi sumber daya lokal melalui
pemberian nilai tambah dengan nanoteknologi sebelum dimanfaatkan
secara bisnis, maka perlu dibuat juga berbagai peraturan/ kebijakan
yang membatasi atau mengatur sistem perdagangan bahan baku lokal
baik berupa mineral, energi dan sumber daya lainnya. Sebagai contoh
adalah penerapan kebijakan fiskal yang mangatur tarif ekspor, quota
atau larangan pada bahan baku lokal. Kebijakan-kebijakan yang lain
yang secara langsung maupun tidak langsung terhadap rantai sistem
industri-industri yang diprioritaskan harus dapat dirumuskan secara

-65-

Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia


seksama dan terintegrasi sehingga tidak perlu terjadi kebijakan yang
kontra produktif.
FASE 2 merupakan fase dimana industri-industri nasional yang
diprioritaskan pada FASE 1 sudah mulai dapat bersaing ditingkat
global. Pada fase ini, teknologi proses awal pengolahan sumber daya
mineral, sumber daya nabati dan hewani sudah dikuasai, sehingga
memungkinkan untuk melakukan pengembangan-pengembangan
teknologi me-nano-kan material dengan berbagai metoda dalam jumlah
yang besar. Di sini, diharapkan akan terjadi akselerasi yang signifikan
terhadap pemanfaatan bahan baku lokal yang telah diberikan sentuhan
nanoteknologi sehingga bernilai ekonomis tinggi.
Berbagai teknologi produksi massa pembuatan nanopartikel dari bahan
baku lokal yang telah dipurifikasi seperti spray driyer, self assembly,
atomisasi dan lain sebagainya mulai diaplikasikan secara massal dan
produk-produk teknologi telah diterapkan pada industri-industri
prioritas seperti industri otomotif, industri polimer dan lain
sebagainya. Difase ini, kebutuhan nanomaterial dalam negeri telah
dapat dipenuhi sebagian besar.
Pada fase ini, prasarana dan sarana dasar untuk pengembangan
nanoteknologi telah dimiliki dan pemerintah telah mulai
mengidentifikasi sekaligus mengadakan peralatan-peralatan untuk
pengembangan produk nanoteknologi generasi kedua, yang akan
menjadi fokus pengembangan pada fase selanjutnya, seperti produkproduk elektronik, ICT dan lain sebagainya. Eksplorasi secara besarbesaran dari sifat-sifat dan fenomena nanomaterial serta
fungsionalisasi partikel-partikel nano yang telah dapat dibuat harus
menjadi prioritas utama menuju tahapan selanjutnya yang lebih
kompleks yaitu membuat nano-produk. Kemudian, pengembanganpengembangan material berstruktur nano untuk struktural material
sudah mulai diterapkan pada industri-industri manufaktur untuk
meningkatkan efisiensi dan kekuatan.
Pada fase ini juga, kebijakan-kebijakan pemerintah yang mengarah
pada perlindungan industri-industri manufaktur yang menerapkan

-66-

Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia


nanoteknologi harus dirumuskan secara terintegrasi. Pemberian
insentif pada industri yang menerapkan nanoteknologi juga perlu
dilakukan baik berupa keringanan pajak dan penyediaan infrastruktur
yang menunjang.
Pada FASE 3, diharapkan industri nasional yang diprioritaskan pada
fase-fase sebelumnya telah eksis ditataran global dengan sentuhan
nanoteknologi. Berbagai produk-produk bahan baku nano yang dapat
diproduksi secara massal telah mulai diekspor ke luar negeri dengan
harga yang kompetitif. Fungsionalisasi berbagai nanopartikel sudah
dikuasai dan mulai diterapkan pada industri terpilih nasional. Seiring
dengan peningkatan kinerja industri nasional, pemerintah harus
memfokuskan pada penyediaan peralatan-peralatan canggih guna
mendukung industri manifaktur yang berbasis teknologi tinggi, seperti
industri elektronik, ICT, industri presisi tinggi, industri pengobatan
sistem target dan lain sebagainya.
Dengan memanfaatkan keunggulan komparatif berupa sumber daya
lokal dan produk teknologi yang telah dikuasai, diyakinkan dapat
meningkatkan keunggulan kompetitif industri nasional untuk
memenangkan persaingan di era global. Dengan demikian
nanoteknologi telah menjadi kunci penguatan industri nasional.
B. Penerapan Nanoteknologi Di Industri Tekstil
Industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) Indonesia secara proses
teknis dapat dibagi dalam tiga kelompok yang terintegrasi dari hulu
sampai hilir, yaitu sebagai berikut :
Kelompok Industri Hulu (upstream), yaitu industri yang
memproduksi serat (fiber), baik serat alam maupun serat sintetis,
dan proses pemintalan (spinning) menjadi produk benang
(unblended dan blended yarn). Industrinya bersifat padat modal,
mesin terotomatisasi penuh (full automatic), berskala besar, jumlah
tenaga kerja relatif kecil sehingga rasio output per tenagakerja
menjadi besar.
Kelompok Industri Menengah (midstream), meliputi proses
penganyaman (interlacing) benang menjadi lembaran kain mentah

-67-

Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia


(grey fabric) melalui proses penenunan (weaving) dan perajutan
(knitting) yang kemudian diolah lebih lanjut melalui proses
pengolahan pencelupan (dyeing), penyempurnaan (finishing) dan
cap (printing) menjadi kain jadi. Industrinya bersifat semi padat
modal, teknologi madya dan modern, dinamis dan jumlah tenaga
kerjanya lebih besar dari kelompok industri hulu.
Kelompok Industri Hilir (downstream), yaitu industri manufaktur
pakaian jadi (garment) yang melibatkan proses pemotongan
(cutting), penjahitan (sewing), pembersihan (washing) dan proses
finishing yang menghasilkan garmen siap pakai. Kelompok ini yang
paling banyak menyerap tenaga kerja sehingga industrinya bersifat
padat karya.
Sementara itu apabila ditinjau berdasarkan bentuk produknya yang
diekspor, maka TPT dapat dikelompokkan menjadi serat (alami dan
buatan atau sintetis), benang, kain, pakaian jadi (garmen) dan produk
tekstil lainnya berupa karpet, kawat benang, label, badge, pita dan
sejenisnya, tekstil untuk aplikasi rumah, conveyor belt, dan lainnya
Nanoteknologi memiliki potensi komersial yang nyata dalam industri
tekstil, selain itu aplikasinya sangat luas mulai dari baju sehari-hari, TShirt dan kostum olahraga hingga tekstil rumah tangga seperti tirai,
seprai dan penutup sofa. Dampak dari nanoteknologi juga terdapat
dalam rangkaian proses mulai dari pembuatan serat hingga produk
jadi. Hal ini dikarenakan pada kenyataan bahwa metode konvensional
yang digunakan untuk menghasilkan bermacam-macam sifat pada kain
tidak dapat memberikan efek permanen, dan akan kehilangan
fungsinya setelah penggunaan atau pencucian. Nanoteknologi dapat
memberikan afinitas yang lebih baik sehingga meningkatkan daya
tahan kain.
1.

Aplikasi nanoteknologi pada produksi serat

Serat nano (nanofiber) memiliki ukuran bervariasi mulai dari satu


mikron hingga sekecil puluhan nanometer. Nanofiber diproduksi
dengan proses electrospinning menggunakan berbagai macam jenis

-68-

Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia


bahan baku seperti karbon. Serat halus kemudian dikumpulkan dalam
lembaran non-woven. Nanofiber yang dihasilkan dengan metode ini
memiliki pelapisan yang bagus dengan bobot yang sangat ringan.
Lembaran non-woven yang sangat halus ini dapat digunakan sebagai
membran berpori pada pakaian olahraga yang berfungsi mengalirkan
keringat dan udara keluar namun mencegah tetesan air bisa masuk.
Dalam jumlah tertentu nanofiber dapat digabungkan pada permukaan
benang untuk menghasilkan sifat khusus. Nanofiber yang digunakan
tidak harus material yang sama dengan basis benang yang akan
digunakan. Sebagai contoh, nanofiber yang dapat menetralkan berbagai
macam senyawa kimia digunakan untuk menghasilkan baju yang dapat
memberikan perlindungan. Nanofiber karbon dan nanopartikel karbon
hitam sangat efektif sebagai bahan penguat untuk serat komposit.
Dengan perbandingan yang tinggi, nanofiber karbon secara efektif
dapat meningkatkan kuat tarik dari serat komposit. Nanopartikel
karbon hitam dapatmeningkatkan ketahanan abrasi dan daya tahan
serat komposit.
Poliamida dengan sifat anti UV juga telah dikembangkan dengan
mendispersikan partikel oksida titanium dengan ukuran diameter 500
nm ke dalam polimer. Benang yang dihasilkan dapat dipintal dan
memiliki faktor perlindungan UV hingga mencapai 80. Dengan segala
keunggulannya, nanofiber hingga kini masih sangat mahal dan belum
dapat dipoduksi secara massal sehingga aplikasinya masih memerlukan
pengembangan.
2.

Printing dan pewarnaan

Walauipun masih dalam pengembangan tahap awal, terutama dalam


aplikasi pewarnaan dan pencetakan tekstil, namun nanoteknologi
sudah dapat meningkatkan kemampuan pewarnaan serat yang tidak
mungkin diperoleh dengan metode konvensional. Hingga kini teknologi
yang tersedia untuk pembuatan polipropilene yang dapat diberi warna
tergantung pada kopolimerisasi, poliblending dan teknologi grafting,
serta perlakuan plasma. Penerapan nanoteknologi dapat memproduksi
plastik polipropilen yang lebih mudah diwarnai. Dimodifikasi dengan

-69-

Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia


garam amonium kuartener, filler nanoclay telah diaplikasikan pada
serat polipropilene sehingga memiliki struktur yang kompak serta
lebih sedikit gugus penarik warna. Setelah memasukkan nanoflake
(serpihan) dalam serat, polipropilen dapat diwarnai dengan asam dan
dispersan pewarna. Nanoclay yang sudah dimodifikasi memberikan
gugus penarik warna pada serat polipropilene dan menghasilkan ruang
kosong di dalam serat untuk menarik warna tanpa mengurangi sifat
polipropilene.
Hingga kini pigmen digunakan secara luas sebagai pewarna pada
printing tekstil dan pewarnaan. Ukuran partikel pigmen mempengaruhi
dispersi, kemampuan, intensitas dan kecepatan dari pewarnaan. Ketika
ukuran pigmen dalam skala nano, efek penghamburan pigmen akan
meningkatkan intensitas warna. Dispersi dan kemampuan warna dari
nano-pigmen lebih baik dari pigmen dengan ukuran yang lebih besar.
3.

Penyempurnaan (finishing)

Aplikasi nanoteknologi pada tekstil yang paling berkembang saat ini


adalah pada tahap penyempurnaan atau finishing. Proses
penyempurnaan dapat dilakukan dengan nano-emulsifikasi yang dapat
memberi efek kimia kepada serat lebih baik dibandingkan metode
tradisional. Senyawa kimia dapat secara langsung dan inheren terikat
pada serat pada skala nano, dimana metode konvensional yang
biasanya menggunakan pengikat atau pelapis hanya dapat
mengaplikasikan senyawa kimia pada permukaan saja. Efek
nanoteknologi pada tekstil membuat lebih tahan terhadap pencucian
atau gesekan. Salah satu aplikasi nanoteknologi pada proses finishing
adalah sifat anti air dan anti minyak pada serat alam dan serat sintetis.
Dosis yang diberikan tidak akan mempengaruhi kain, rasa, warna
bahkan perlakuan terhadap kain tenun.
4.

Aplikasi khusus

Aplikasi nanoteknologi memungkinkan tekstil untuk bersifat


multifungsi dan menghasilkan kain dengan fungsi khusus, misalnya anti
UV, anti bakteri, penyerap atau anti infra merah dan anti api. Kain-kain

-70-

Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia


seperti ini digunakan untuk pembuatan seragam militer, pakaian medis
dan seragam pemadam kebakaran.
Oksida logam berskala nano seperti TiO2, Al2O3, ZnO, dan MgO memiliki
kemampuan foto-katalitik, konduktivitas elektrik, absorpsi UV, dan
kapasitas fotooksidasi terhadap senyawa kimia atau spesies biologi.
Kain yang diproses dengan oksida logam ini akan menghasilkan sifat
antimikroba, dekontaminasi sendiri (membersihkan diri sendiri ) dan
menghambat UV. Pelapis nano TiO2 ketika ada sinar UV akan
mengoksidasi banyak bahan organik menjadi partikel yang lebih kecil
seperti CO2 dan air. Sifat ini merupakan potensi aplikasi yang dapat
menghasilkan kain fotokatalis antibakteri yang mampu membersihkan
sendiri dari pengotor organik, polutan lingkungan dan mikroorganisme
yang membahayakan.
Pelapisan nano pada tekstil dapat diterapkan sehingga dapat
menghasilkan sifat memperbaiki diri sendiri. Pelapisan nano
didasarkan pada lapisan-lapisan tunggal yang tersusun sendiri (selfassembled monolayers), dimana molekul kimia membentuk lapisan
tunggal pada substrat dengan ketebalan skala nanometer. Tambahan
lapisan dapat diberikan dengan ketebalan skala nanometer. Ketika
molekul kimia pada lapisan atas rusak tanpa sengaja oleh gaya luar,
titik yang hilang akan digantikan oleh molekul dari sumber
penyimpanan di dalam lapisan-lapisan nano. Kain dengan pelapisan
nano ini dapat dimanfaatkan untuk pakaian militer dan olahragawan.
Selanjutnya dengan nanoteknologi senyawa aktif dapat dilekatkan pada
permukaan kain atau bahkan di dalam kain pada saat produksi serat
selulosa dan serat sintetik. Senyawa aktif yang berupa nanokapsul
ketika terikat secara kimia pada kain atau serat, dapat berfungsi
sebagai pembawa untuk molekul gugus fungsional lainya seperti
parfum, agen obat, agen antibakteri dan lain-lain. Senyawa aktif ini
akan dilepaskan selama pemakaian ketika terjadi kontak langsung
dengan kulit. Ketika gesekan mengaktivasi pelepasan, fungsi ini akan
berkurang yang disebabkan lama pemakaian. Di masa mendatang,
dimungkinkan untuk mengisi ulang fungsionalitas ini melalui metode

-71-

Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia


pencucian di laundry. Tekstil beraroma dapat dibuat dengan
menambahkan nano-enkapsulasi partikel aroma pada permukaan kain
untuk kaus kaki, seprai dan pakaian dalam.
Fungsi lain dari nano-kapsul adalah dalam material berubah fasa
(Phase Change Material, PCM). PCM adalah material yang dapat
berubah dari cairan menjadi padatan dan sebaliknya dengan cara
melepas atau menyerap panas. Pakaian yang dilapisi dengan PCM dapat
digunakan untuk membantu pemakai beradaptasi dengan cuaca. Ketika
PCM bertambah ketat, akan lebih banyak udara yang melewati pakaian,
dan menjaga kesejukan. Sebaliknya, ketika pakaian lebih dingin, serat
berekspansi dan hanya sedikit udara yang dapat meliwati kain.
Perangkat keras yang dapat dikenakan (wearable hardware) dibuat
dengan melapisi polimer konduktif skala nano pada kain yang dapat
mengubah gaya mekanik menjadi sinyal elektrik. Jika pakaian dipakai
di kulit, maka pakaian akan memonitor fungsi tubuh dan sinyal vital
seperti ritme detak jantung. Sedangkan komposit yang diperkuat
nanotube menghasilkan serat kuat namun ringan dengan sifat
konduktivitas termal dan elektrik memberikan kemampuan elektronik
pada pakaian, memungkinkan aplikasi ponsel dan komputer namun
dengan sentuhan yang tidak berbeda dengan produk tekstil
konvensional.
5.

Roadmap pengembangan nanoteknologi untuk industri


tekstil Indonesia

Industri tekstil Indonesia merupakan industri prospektif dengan pasar


yang potensial di Indonesia. Namun industri tekstil masih menghadapi
berbagai macam kendala baik secara teknologi maupun faktor lain
seperti maraknya impor ilegal. Kondisi permesinan umumnya sudah
tergolong tua dengan metode produksi yang konvensional. Akan tetapi
ditengah permasalahan klasik yang membayangi, industri tekstil
Indonesia harus berani mengambil langkah visioner termasuk dengan
menerapkan nanoteknologi untuk meningkatkan daya saingnya.
Nanoteknologi pada Industri tekstil sudah mulai diaplikasikan meski
pengembangannya belum berjalan lama, terutama untuk meningkatkan

-72-

Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia


kualitas produk yang telah ada dipasaran. Penerapan nanoteknologi
dilakukan dalam tiga tahap, meliputi jangka pendek, menengah dan
panjang, sehingga diharapkan dapat memberi pengaruh yang signifikan
secara komersial. Berikut merupakan roadmap penerapan
nanoteknologi di industri tekstil :
Jangka pendek (1-5 tahun)
Pengembangan proses finishing fabric, seperti sifat anti air, anti
minyak, anti bau dan lain-lain.
Jangka menengah (5-10 tahun)
Aplikasi nanomaterial pada proses pewarnaan dan pembuatan serat
dapat terwarnai (dyeable fiber).
Aplikasi nanomaterial fungsional pada proses produksi serat untuk
menambahkan sifat tertentu: anti air, anti minyak, anti noda, anti
kusut dan pengatur kelembaban (breathable/humidity transport).
Jangka panjang (>20 tahun)
Pengembangan tekstil dengan kendali bau atau menangkap bau
Pengembangan pakaian dengan regulator temperatur.
Pengembangan material reflektif dan pelindung sinar UV.
Pengembangan nanokapsul dengan bahan perubah fasa.
Pengembangan tekstil dengan material cerdas baru.
Aplikasi material superior (misal CNT) pada tekstil.

-73-

Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia

Gambar 4.13 Roadmap pengembangan nanoteknologi untuk industri tekstil

C. Penerapan Nanoteknologi Di Industri Keramik


Penerapan nanoteknologi di industri keramik berawal dari kebutuhan
industri akan bahan nanokeramik yang dapat memberikan nilai tambah
pada produk akhir. Kebutuhan akan penguasaan teknologi maju bahan
keramik sebetulnya sudah disinggung pada Kebijakan Industri Nasional
(KIN), Beberapa permasalahan penting yang dihadapi dalam
pengembangan industri keramik nasional antara lain adalah :
a. Bahan glazur dan pigmen yang mempunyai nilai tinggi masih
diimpor;
b. Belum adanya fasilitas penyiapan (pemurnian dan pencampuran)
bahan baku;
c. Pasokan gas bumi tidak stabil dan harga jual dalam US Dollar.
Sasaran pengembangan dalam jangka menengah, antara lain
meningkatnya pertumbuhan ekspor untuk keramik berkualitas tinggi
sebesar 10 % per tahun dan tumbuhnya industri pemurnian bahan
baku dan pencampuran untuk keramik majudengan dukungan litbang.

-74-

Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia


Dalam jangka panjang sasarannya adalah meningkatkan kemampuan
bersaing untuk jenis-jenis keramik bernilai, termasuk fine ceramics.
Pokok-pokok rencana aksi jangka menengah yang akan dilaksanakan
dalam rangka mewujudkan sasaran tersebut diatas antara lain,
mempromosikan investasi untuk pemurnian bahan baku clay, feldspar,
pasir silica, pigment, dan glazur. Sementara itu, pokok-pokok rencana
aksi yang akan dilaksanakan dalam jangka panjang adalah
mengembangkan kemampuan Balai Besar Keramik di bidang fine
ceramics.
Berdasarkan data KIN tersebut, secara umum state of the art industri
keramik Indonesia masih pada taraf industri keramik konvensional.
Industri keramik tersebut dibangun berbasis pada SDA yang ada yaitu
feldspar, clay, pasir besi, pasir silika dan batu kapur sebagai penyusun
dasar bahan keramik yang akan diproduksi. Pemanfaatan teknologi
proses kimia lanjut untuk pemurnian belum dilakukan, mengingat
keterbatasan kemampuan litbang yang ada sehingga di dalam KIN
dibuat Rencana Jangka Panjang penguasaan teknologi Fine Keramik,
termasuk keramik kualitas tinggi.
Untuk memvalidasi kondisi terkini industri keramik nasional,
diperlukan suatu survei penerapan nanoteknologi di industri keramik.
Diharapkan dari hasil survei akan dapat dibuat suatu rancangan
roadmap penerapan nanoteknologi di industri keramik terkait
1. Survei Penerapan Nanoteknologi Di Industri Keramik Dan
Gelas
Industri keramik dan gelas yang dijadikan obyek survei adalah satu
perusahaan PMA produsen ubin keramik (ceramic tiles) berbasis
teknologi Italia dengan memanfaatkan teknologi digital printing untuk
menciptakan pola pada bahan ubin keramik. Semua bahan dasar
keramik memanfaatkan bahan baku lokal. Teknologi digital printing ini
dibantu dengan teknologi Laser untuk menciptakan patterning secara
presisi dalam orde mikrometer. Untuk memperoleh pola sesuai disain,
diperlukan pigmen yang memiliki presisi tinggi. Untuk itu digunakan
nanopartikel pigmen yang masih diimport dari perusahaan di Eropa.

-75-

Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia


Survei industri gelas dilakukan pada industri PMDN, yang
memproduksi kaca gelas. Di masa mendatang akan dibangun pabrik
yang memproduksi kaca gelas low emission untuk mengantisipasi
penghematan listrik di dalam bangunan yang menggunakan AC.
Teknologi yang digunakan diperkirakan memanfaatkan nanopartikel
keramik yang mampu bersifat sebagai penahan sinar UV atau
menyerap secara selektif gelombang optik dari sinar matahari.
Industri ketiga yang disurvei adalah produsen kaca film V-Kool.
Kelebihan kaca film ini adalah bersifat menyaring panjang gelombang
tertentu dari sinar UV sehingga ruang kendaraan/mobil dapat tetap
dingin selagi memanfaatkan AC. Hal ini juga mengurangi efek rumah
kaca secara umum.
Dari ketiga kasus tersebut diperoleh gambaran bahwa pemanfaatan
nanopartikel keramik paling tidak meliputi beberapa bidang aplikasi,
yaitu :
Untuk keperluan coating atau pelapisan pada keramik
lantai/dinding dengan memanfaatkannya juga sebagai pigmen yang
presisi
Untuk keperluan bahan komposit gelas sebagai penyaring sinar UV
agar diperoleh sifat low emission glass atau bahan gelas emisi
rendah.
Untuk keperluan kaca film superplastik yang mampu menyaring
sinar UV sehingga mampu sebagai lapisan retardasi dari gelombang
tertentu.
2. Roadmap Penerapan Nanoteknologi Pada Industri Keramik
Mengingat pentingnya potensi nanoteknologi di dalam proses nilai
tambah pada kegiatan industri maka diusulkan satu roadmap
penerapan nanoteknologi pada industri keramik (Gambar 4.14).
Pemanfaatan nanoteknologi di industri keramik diterapkan pada
beberapa jenis produk seperti, ubin keramik, gelas atau kaca
film,keramik lapisan pada otomotif, perangkat komponen elektronik,
perangkat kesehatan serta bahan kosmetika.

-76-

Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia

Gambar 4.14 Roadmap Pengembangan Nanoteknologi untuk Industri Keramik

Proses pertambahan nilai (value chain process) pada roadmap ini


melalui tahapan sebagai berikut :
bahan dasar -> teknologi proses antara -> nanomaterial (bahan
baku) -> teknologi fabrikasi_produk akhir
Dalam penguasaan teknologi fabrikasi, dalam roadmap ini dilalui tiga
fase, yaitu : Fase pertama (5 tahun pertama), Fase kedua (5 tahun
kedua) dan Fase ketiga (5 tahun terakhir).
Fase I :
Di dalam periode lima tahun pertama roadmap ini difokuskan pada
kegiatan penelitian industri pembuatan serta pemanfaatan bahan submikro berbasis Sumber Daya Alam keramik terpilih sehingga dapat
mencapai 70% dari seluruh kebutuhan. Proses sintesa memanfaatkan
teknologi proses yang dikuasai mencapai 30% dari kegiatan. Teknologi
fabrikasi pada tahap ini dapat didatangkan dari luar negeri untuk dapat
mengantisipasi persaingan global. Produk-produk yang diharapkan
meningkat daya saingnya adalah ubin keramik, gelas atau kaca emisi

-77-

Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia


rendah, keramik lapisan untuk otomotif, perangkat elektronik,
perangkat kesehatan dan bahan kosmetik.
Fase II :
Pada periode lima tahun kedua, kegiatan difokuskan untuk dapat
membuat bahan baku nanomaterial keramik dengan memanfaatkan
sumber daya alam 50% serta sintesa bahan baru 50%. Teknologi
fabrikasi pada tahap ini mulai memanfaatkan sumber daya teknologi
domestik 50% dari keperluan teknologi yang ada. Produk akhir yang
diharapkan sudah bersifat nanomaterial keramik cerdas secara
fungsional (smart nanomaterial).
Fase III :
Pada tahap lima tahun ketiga, kegiatan menitik-beratkan pada
pembuatan bahan dasar nanomaterial ramah lingkungan (econanomaterial) dengan memanfaatkan sumber daya alam 30% serta
sintesa bahan baru 70%. Teknologi fabrikasi pada tahap ini sudah
mengarah pada teknologi ramah lingkungan, seperti eco-spray coating
(teknologi pelapisan semprot ramah lingkungan). Produk akhir dari
kegiatan industri ini memanfaatkan bahan baru nanomaterial cerdas
yang ramah lingkungan (eco-smart nanomaterial).

IV.3. Pemasyarakatan Iptek Nano


A. Masyarakat Nano Indonesia (MNI)
Garda terdepan pengembangan iptek nano Indonesia saat ini banyak
diperankan oleh organisasi profesi ahli iptek nano Indonesia. Mereka
adalah ilmuwan-ilmuwan Indonesia yang banyak berkecimpung dan
mengkaji iptek nano dari tataran riset hingga penerapan di Industri.
Ogranisasi profesi ini dikenal dengan nama Masyarakat Nano Indonesia
(MNI).
Masyarakat Nano Indonesia sebelumnya bernama Masyarakat
Nanoteknologi Indonesia, dibentuk dengan harapan dapat menjadi
forum komunikasi para peneliti dan pelaku industri, baik yang berada

-78-

Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia


di pemerintahan, lembaga riset, universitas maupun dunia industri,
yang tertarik atau bergerak di bidang sains dan teknologi nano.
Dengan dilatar berlakangi hal tersebut, maka dilaksanakanlah
workshop nanoteknologi pertama (WNT-1) pada 24 januari 2005 di
Serpong, Tangerang, dilanjutkan dengan WNT-2 pada 28 april 2005.
Pada kesempatan tersebut dideklarasikan berdirinya Masyarakat
Nanoteknologi Indonesia (MNI) bertempat di Kantor Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia (LIPI), Jakarta.
Seiring berjalannya waktu pada tanggal 22 april 2009 berganti nama
menjadi Masyarakat Nano Indonesia dan sudah berbadan hukum sesuai
akte Notaris I Gede satria Budi, S.H., M.Kn dengan Surat Keputusan
Hukum dan Hak Asasi Manusia RI No. C-17.HT.03.01-Th.2006 Tanggal 9
Mei 2009.
Sejak didirikan tahun 2005 lalu, saat ini MNI telah berhasil
menghimpun lebih dari 150 tenaga ahli nanoteknologi di berbagai
bidang, membuka jaringan ke para pembuat kebijakan, Balai Riset
Departemen Perindustrian, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Departemen Pendidikan Nasional, Kementerian Riset dan Teknologi,
Organisasi Profesi, dan Perguruan Tinggi di Seluruh Indonesia.
Berbagai Nota Kesepahaman MoU Lembaga riset di PUSPIPTEK, MoU
dengan ITS, MoU dengan Departemen Metalurgi FTUI, dan MoU dengan
Rektor Universitas Diponegoro. MNI juga telah menyusun Roadmap
Industri Berbasis nanoteknologi bersama-sama dengan Departemen
Perindustrian. Di tingkat Internasional, MNI juga menjadi vocal point di
setiap Asian Nano Forum Summit.
B. Visi, Misi, dan Tugas MNI
Visi
Menjadikan Indonesia berkemampuan iptek yang berdaya saing secara
global melalui jejaring nanoteknologi.

-79-

Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia


Misi
1. Melakukan pelatihan, seminar, kerjasama di tingkat nasional
maupun internasional, dan kegiatan alin yang mendukung
pengembangan nanosains dan nanoteknologi di Indonesia
2. Mengoordinasi danmengomunikasikasi penelitian lintas institusi
keilmuan dalam bidang nano sehingga terjadi sinergisitas untuk
memajukan iptek yang berdaya saing melalui jejaring nano (nanonetwork)
3. Melakukan studi roadmap untuk penguasaan dan implementasi
nanosains dan nanoteknologi, juga untuk isu-isu strategis dalam
nanosains dan nanoteknologi, dan memberi masukkan/saran
kepada pemegang kepentingan terkait.
4. Kajian trend penelitian nano dunia untuk menjaga kesinambungan
informasi dalam hal iptek nano.
5. Meningkatkan sosialisasi dan membangun kesadaran akan
pentingnya penguasaan nanosains dan nanoteknologi dalam skala
yang lebih besar melalui diskusi dan kurikulum sekolah.
Tugas
1. Menyediakan forum dan jejaring untuk melakukan komunikasi dan
pertukaran ide di bidang nanoteknologi dengan mengadakan
workshop 3 kali dalam setahun, jurnal online, mailing list, dan lainlain
2. Menyediakan pusat informasi iptek nano malalui : www.nano.or.id.
3. Memberi bahan masukan kepada pemerintah dalam menyusun
roadmap nanoteknologi Indonesia
4. Membantu tumbuhnya industri berbasis nanosains dan
nanoteknologi
5. Menjadi koordinasi dalam melakukan kerjasama riset antara
lembaga riset dan industri swasta
6. Berkontribusi di dunia internasional melalui kerjasama riset
internasional, pelatihan staf, program pertukaran ahli, mengadakan
seminar, dan lain-lain.

-80-

Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia


C. Pendidikan Iptek Nano
Iptek Nano yang telah merubah paradigma dalam memandang IPTEK
perlu secepatnya disosialisasikan kepada masyarakat luas. Oleh karena
itu, paralel dengan tahapan-tahapan yang telah diuraikan di atas, perlu
dilakukan edukasi untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas sumber
daya manusia yang kelak akan menjadi pelaksana di lapangan. Materimateri pendidikan mengenai nanoteknologi selayaknya diperkenalkan
pada jenjang pendidikan dasar dan menengah dengan intensitas yang
bertambah pada level pendidikan tinggi. Beberapa negara maju sudah
ada yang memasukkan materi pengenalan nanoteknologi pada
pendidikan menengah.
Gambar 4.15 menunjukkan strategi pemasyarakatan nanoteknologi
dengan melibatkan seluruh elemen yang berkepentingan dalam
pengembangan nanoteknologi di Indonesia. Lembaga-lembaga riset
pemerintah yang dikoordinasikan oleh KNRT merupakan ujung tombak
riset nanoteknologi sekaligus berperan sebagai sumber informasi
nanoteknologi yang up to date di Indonesia. Sementara itu, universitas
yang utamanya bertugas sebagai penyebar dan pendidik nanoteknologi
memerlukan sumber-sumber informasi dan bahan-bahan pendidikan
nanoteknologi. Peran Masyarakat Nano Indonesia (MNI) adalah
mengkoordinasi dan mensinergikan setiap elemen-elemen tersebut
dengan membuat serangkaian program-program sehingga dapat
mengakselerasi tujuan dalam meng-edukasi masyarakat luas baik di
kalangan umum, industri dan sekolah.

-81-

Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia


KNRT

LIPI

BATAN

BPPT

LPND

MNI
Industries

(Indonesian Society for


Nanotechnology)

General Society

Universities

High Schools

Mendiknas

Gambar 4.15 Strategi pemasyarakatan nanoteknologi di Indonesia.

Beberapa program yang telah dilakukan (Lampiran 4.) adalah 1)


penyebaran informasi tentang perkembangan dan kegiatan
nanoteknologi di Indonesia (Newsletter, Indonesian Nanoletter dll), 2)
pembuatan buku dan alat peraga Nano-edu untuk pendidikan
nanoteknologi bagi pelajar bekerja sama dengan Pusat Penelitian
Fisika-LIPI 3) bimbingan penelitian mahasiswa tugas akhir, 4)
pemberian lecture di bidang nanoteknologi, 5) penyusunan buku-buku
nanoteknologi dan lain sebagainya. Yang terakhir diharapkan adanya
dukungan dari pihak pemerintah, dalam hal ini adalah KNRT dan
Mendiknas, dalam mengakselerasi perkembangan nanoteknologi di
Indonesia.

-82-

Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia

saya yakin Indonesia memiliki banyak SDM yang berpotensi.


Penguasaan iptek bukan hak prerogatif orang AS atau Eropa,
Tapi, seluruh umat manusia
(BJ Habibie)

-83-

Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia

BAB V
KONSEP MEMBANGUN GENERASI
IPTEK NANO

Membangun generasi iptek nano membutuhkan pemahaman terkait


dasar pembentukan dalam ruang lingkup kebijakan pemerintah,
realitas lapangan dan mempertemukannya dalam satu konsep yang
mampu menjawab realitas masa depan bangsa. Bab ini akan
menjelaskan tentang kebijakan pendidikan nasional, strategi
pendidikan, peran penting pemuda, realitas kebutuhan generasi iptek
menjawab daya saing, dan munculnya generasi iptek nano dalam
mengakselerasi kemajuan bangsa.
V.1. Kebijakan Pendidikan Nasional
Visi dan Misi Kementerian Pendidikan Nasional
Dalam rangka mewujudkan cita-cita mencerdaskan kehidupan bangsa
dan sejalan dengan visi pendidikan nasional, Kemendiknas mempunyai
visi 2025 untuk menghasilkan Insan Indonesia Cerdas dan Kompetitif
(Insan Kamil/Insan Paripurna). Yang dimaksud dengan insan Indonesia
cerdas adalah insan yang cerdas komprehensif, yaitu cerdas spiritual,
cerdas emosional, cerdas sosial, cerdas intelektual, dan cerdas
kinestetis.
Cita-cita Kemendiknas dalam pembangunan pendidikan nasional lebih
menekankan pada pendidikan transformatif, yaitu menjadikan
pendidikan sebagai motor penggerak perubahan dari masyarakat
berkembang menuju masyarakat maju. Pembentukan masyarakat maju
selalu diikuti oleh proses transformasi struktural, yang menandai suatu
perubahan dari masyarakat yang potensi kemanusiannya kurang

-84-

Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia


berkembang menuju masyarakat maju dan berkembang yang
mengaktualisasikan potensi kemanusiannya secara optimal. Bahkan,
pada era global sekarang, transformasi itu berjalan dengan sangat cepat
yang kemudian mengantarkan masyarakat Indonesia pada masyarakat
berbasis pengetahuan.
Strategi dan arah pembangunan pendidikan nasional
Strategi dan arah kebijakan pembangunan pendidikan tahun 20102014 dirumuskan berdasarkan pada RPJMN 2010--2014 dan evaluasi
capaian pembangunan pendidikan sampai tahun 2009 serta komitmen
pemerintah pada konvensi internasional mengenai pendidikan,
khususnya Konvensi Dakar tentang Pendidikan untuk Semua
(Education For All), Konvensi Hak Anak (Convention on the Right of
Child), Millenium Development Goals (MDGs), dan World Summit on
Sustainable Development.
Strategi IV tentang Perguruan Tinggi
Perluasan dan pemerataan akses pendidikan tinggi bermutu, berdaya
saing internasional, berkesetaraan gender, dan relevan dengan
kebutuhan bangsa dan negara dilaksanakan melalui:
a. Perluasan dan pemerataan akses pendidikan tinggi bermutu,
berdaya saing internasional, berkesetaraan gender, dan relevan
dengan kebutuhan bangsa dan negara yang meliputi pemerataan
dan perluasan akses prodi vokasi, profesi, dan akademik;
penyediaan dosen; penyediaan dan perluasan akses PT; penyediaan
penelitian dan pengabdian kepada masyarakat yang bermutu,
berdaya saing internasional, serta berkesetaraan gender dan
relevan dengan kebutuhan bangsa dan negara; dan
b. Ketersediaan data dan informasi berbasis riset, dan standar mutu
pendidikan tinggi, serta keterlaksanaan akreditasi pendidikan
tinggi.
Sumber : Rencana Strategi (Renstra) Kementerian Pendidikan Nasional 2010
2014 yang telah disahkan oleh Mendiknas.

-85-

Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia


Berdasarkan visi kemendiknas 2025, maka diperlukan stategi bagi
perguruan tinggi untuk menghasilkan insan Indonesia cerdas dan
kompetitf. Sehingga, perluasan dan pemerataan akses pendidikan tinggi
bermutu, berdaya saing internasional, berkesetaraan gender, dan
relevan dengan kebutuhan bangsa dan negara menjadi keniscayaan.
Diperkirakan pada tahun 2025, semua negara maju dan berkembang
sudah menjadikan iptek nano sebagai basis industri dalam membangun
perekonomian negara. Sehingga sangat relevan ketika mulai saat ini,
Perguruan Tinggi (PT) menjadikan iptek nano sebagai bagian dari
pengetahuan mahasiswa untuk menjawab tantangan daya saing
internasional demi kemajuan bangsa Indonesia.
V.2. Pemuda Sebagai Basis Kemajuan Bangsa
Sejarah mencatat bahwa pemuda Indonesia memiliki kontribusi
gemilang menuju Indonesia merdeka. Sumpah Pemuda merupakan
bukti otentik bahwa pada tanggal 28 oktober 1928 Bangsa Indonesia
dilahirkan, oleh karena itu seharusnya seluruh rakyat Indonesia
memperingati momentum 28 oktober sebagai hari lahirnya bangsa
Indonesia, proses kelahiran Bangsa Indonesia ini merupakan buah dari
perjuangan rakyat yang selama ratusan tahun tertindas dibawah
kekuasaan kaum kolonialis pada saat itu, kondisi ketertindasan inilah
yang kemudia mendorong para pemuda pada saat itu untuk
membulatkan tekad demi Mengangkat Harkat dan Martabat Hidup
Orang Indonesia Asli, tekad inilah yang menjadi komitmen perjuangan
rakyat Indonesia hingga berhasil mencapai kemerdekaannya 17 tahun
kemudian yaitu pada 17 Agustus 1945.
Bergulirnya waktu dan bergantinya generasi telah menciptakan
perubahan tatanan dunia yang selanjutnya mendorong setiap negara
untuk berlomba-lomba menjadi negara maju. Pemuda saat ini memiliki
tantangan baru dalam menciptakan sejarah perubahan seperti yang
telah dicontohkan oleh generasi terdahulu. Kemajuan masa depan
Indonesia adalah perjuangan pemuda saat ini. Sehingga pemerintah
mengalokasikan 20 % APBN untuk menunjang kualitas pendidikan dan

-86-

Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia


Tidak hanya itu, Pemerintah menterjemahkan dukungan mereka
kepada pemuda pada UU 40 tahun 2009.
Dalam Bab II Asas dan Tujuan pada pasal 3 UU 40 tahun 2009
disebutkan bahwa pembangunan kepemudaan bertujuan untuk
mewujudkan pemuda yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, cerdas, kreatif, inovatif, mandiri,
demokratis, bertanggungjawab, bedaya saing, serta memiliki jiwa
kepemimpinan, kewirausahaan, kepeloporan, dan kebangsaan
berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik
Indonesia tahun 1945 dalam kerangka Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
V.3. Berdaya saing dengan ekonomi berbasis pengetahuan (KBE)
Menurut definisi World Economy Forum (WEF) bahwa KBE atau
ekonomi berbasis pengatahuan adalah sistem ekonomi yang
menciptakan, mendesiminasi, dan menggunakan pengetahuan untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan daya saing. Ekonomi
berbasis pengetahuan akan memberikan kontribusi berupa
peningkatan nilai tambah dari komoditas yang dimiliki Indonesia.
Melimpahnya sumber daya alam saat ini belum secara optimal
menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk mengolah hasil
alam tersebut menjadi produk hilir yang ternyata memberikan harga
jual yang jauh lebih tinggi. Indonesia terkadang terjebak dengan
kondisi sumber daya alam yang melimpah, sehingga produk
eksportirnya masih dalam bentuk bahan mentah atau produk setengah
jadi. Belum optimal ke tahap pengaplikasian ilmu pengetahuan dan
teknologi untuk mengolah bahan tersebut menuju produk hilir.
Knowledge Based Economy (KBE) dapat muncul ketika dalam suatu
Negara tersebut sudah memiliki apa yang dinamakan masyarakat
berbasis pengetahuan (Knowledge Based Society). Prof Zuhal (2008)
dalam bukunya yang berjudul Kekuatan Daya Saing Indonesia,
Mempersiapkan Mayarakat Berbasis Pengetahuan, menyampaikan
tentang perlunya mempersiapkan masyarakat berbasis pengatahuan

-87-

Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia


(Knowledge Based Society) untuk mendorong munculnya ekonomi
berbasis pengetahuan.
Bangsa Indonesia perlu memberikan perhatian yang lebih khusus di
dalam pembentukan Knowledge Based Society (KBS). Masyarakat
berbasis pengetahuan sangat erat kaitannya dengan sumber daya
manusia (SDM) terdidik yang dimiliki oleh Indonesia. SDM terdidik ini
diharapkan mampu menularkan keahliannya kepada masyarakat dan
melibatkan mereka di dalam membangun ekonomi berbasis
pengetahuan.
SDM terdidik atau lebih tepatnya SDM Iptek lahir dari sistem
pendidikan yang terkelolah dengan baik. Kondisi yang dimiliki bangsa
ini, dalam hal membangun SDM. Indonesia masih kalah bersaing
dengan Negara lain. Human Development Report, United Nations
Development Programme (UNDP) melaporkan kondisi Indonesia tiga
tahun terakhir mengalami penurunan. Pada tahun 2009 menduduki
peringkat 111, padahal tahun 2008 dan 2007 berada di peringkat 109
dan 107. Kalah jauh dengan negara tetangga malaysia yang berada di
posisi 66 pada tahun 2009.
Menghadapi kondisi Indonesia yang kurang kompetitif tersebut, maka
generasi muda perlu memahami konsep KBS menuju KBE untuk
mendukung daya siang bangsa. Kedepan, Estafet kepemimpianan
Indonesia berada ditangan generasi muda. Mengapa pemuda ?. karena
pemuda identik dengan kaum intelektual yang kritis terhadap
permasalahan bangsa. Hadirnya pemuda sebagai bagian dari SDM Iptek
Indonesia diharapkan dapat memegang peranan penting sebagai agen
perubahan (Agent of change), generasi masa depan (Iron Stock) dan
sosial control (Social Control).
Untuk mempersiapkan generasi muda iptek, saya akan mengutip apa
yang disampaikan oleh B.J. Habibie selaku mantan MenRistek RI dan
sekaligus mantan Prisiden RI ke-3. Beliau menyebutkan ada tiga hal
utama yang harus diperhatikan dalam pendidikan iptek. Pertama
adalah memilih orang muda sesuai bakat atau potensi. Kedua,
melaksanakan pendidikan sesuai kebutuhan (misalnya kebutuhan

-88-

Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia


pembuatan kapal, bioteknologi, atau teknologi lainnya). Ketiga
memberikan kesempatan, dipimpin dengan baik serta dipelihara
konsistensinya. Kalimat terakhir yang juga disampaikan beliau adalah
saya yakin Indonesia memiliki banyak SDM yang berpotensi.
Penguasaan iptek bukan hak prerogatif orang AS atau Eropa, Tapi,
seluruh umat manusia.
V.4. Generasi Muda Iptek Nano
Pada beberapa bab sebelumnya telah menjelaskan tentang pentingya
iptek nano dalam menjawab daya saing bangsa. Iptek nano sangat luas
dalam penerapannya, sehingga bidang ilmu ini menyentuh lingkup ilmu
eksak hingga sosial. Oleh karena itu, pemahaman terhadap generasi
iptek nano tidak hanya sekedar wilayah riset laboratorium saja tetapi
juga perlu mempersiapkan generasi muda bidang ilmu sosial berbasis
iptek nano.
Dalam buku nanotechnology 101, John F Mongillo menyampaikan
bahwa many jobs will be needed to fill in the vacancies for
nanotechnology. The National Science Foundation (NSF) projects that
the nanotechnology job market in the United States will require over 2
million nanotechnology-savvy workers by 2014. The NSF therefore is
calling for children between the ages of 10 and 17 to be educated now
about the field that will define their job market as adults. Of the 2 million
nanotechnology-savvy workers required by 2014, 20 percent are expected
to be scientists, with the remaining 80 percent consisting of highly skilled
engineers, technicians, business leaders, and economists (Mongillo, JF,
2007).
Prediksi masa depan terhadap keterbutuhan generasi iptek nano dalam
membangun daya saing bangsa perlu dipersiapkan mulai sejak dini.
Pemuda perlu diberikan sarana pengembangan potensi iptek nano
selain juga tetap mengasah kompetensinya di bidang ilmu masingmasing (agrokompleks, sains dan teknologi, pendidikan, sosial dan
humaniora serta bidang kesehatan). Sehingga komplemen iptek nano
dalam bidang ilmu masing-masing dapat dijadikan katalisator dalam
mempercepat menjawab perubahan bangsa.

-89-

Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia


V.5. Student Association of Indonesia for Nanotechnology (SAINT)
Bab-bab sebelumnya telah menjelaskan tentang pentingnya
penguasaan iptek nano bagi generasi muda dalam mengakselerasi
kemajuan bangsa. Penguasaan iptek nano bagi generasi muda
merupakan salah satu misi dari MNI. Sehingga MNI memberikan
perhatian khusus untuk mengakselerasi perintisan club nano
mahasiswa (CNM) di kampus sebagai sarana pembinaan iptek nano
mahasiswa. Hingga saat ini, sudah ada beberapa club nano yang mulai
terbentuk di perguruan tinggi Indonesia.
SAINT merupakan himpunan mahasiswa Indonesia yang memiliki
ketertarikan pada bidang iptek nano. SAINT adalah kepanjangan
tangan Masyarakat Nano Indonesia (MNI) sebagai sub-organisasi untuk
mengurusi pengembangan iptek nano di kalangan mahasiswa.
Pembinaan iptek nano dikalangan mahasiswa diharapkan menjadi awal
pembinaan dan motor penggerak untuk pembinaan iptek nano di
jenjang pendidikan usia 10 hingga 17 tahun.
A. Visi, Misi dan Tugas
Visi 2015
Pada tahun 2015, SAINT mencita-citakan akan menghasilkan generasi
muda iptek indonesia yang memiliki daya saing global berbasis iptek
nano melalui jejaring SAINT.
Menghasilkan Generasi Muda Iptek Indonesia Yang Memiliki
Daya Saing Global Berbasis Iptek Nano Melalui Jejaring SAINT
Yang dimaksud dengan Generasi Iptek Indonesia berbasis iptek nano
adalah generasi muda yang memiliki karakter kompetensi iptek nano,
yaitu spiritualitas, emosional, intelektual, dan memiliki jiwa agent of
change (agen perubahan bangsa).
Selanjutnya SAINT menjabarkan visi ini kedalam Grand Design (GD) 5
tahun yang dibagi menjadi 5 fase seperti pada gambar 5.1.

-90-

Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia


Ekspansi keterlibatan
generasi iptek nano

Fase
Pencapaian

Penguatan Posisi
generasi iptek nano
CNM sebagai basis
pembinaan pelajar
Penguatan
Pembentukan CNM
Penguatan
internal SAINT

2011

2012

2013

2014

2015

Gambar 5.1 Fase pencapaian SAINT dalam menuju visi 2015

Misi
1. Menjadi sarana edukasi, aktualisasi, dan kontribusi berbasis iptek
nano bagi generasi muda Indonesia.
2. Menghidupkan budaya ilmiah bidang iptek nano di perguruan
tinggi.
3. Sebagai jaringan komunikasi antara pelajar Indonesia dengan
sesama pelajar, ilmuwan, praktisi, industriawan dan pemerintah
dalam bidang iptek nano di lingkup nasional maupun global.
Tugas
1. Menyediakan forum dan jejaring komunikasi club nano mahasiswa
atau kelompok studi iptek nano di tingkat nasional.
2. Menyediakan pusat informasi untuk pendidikan iptek nano pelajar.
3. Menjadi fasilitator kerjasama riset antara peneliti dan mahasiswa
serta memberikan kemudahan akses tugas akademik mahasiswa
seperti tugas akhir, kerja praktek, dll.

-91-

Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia


4. Partnership kelompok studi mahasiswa dalam melaksanakan
kegiatan seminar nasional, pelatihan, expo, dan kegiatan ilmiah
lainnya tentang iptek nano.
Program
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Konferensi SAINT nasional (KSN)


Nanocamp for Nanoclub (NFN)
Magang riset mahasiswa
Layanan informasi tugas akhir (TA) dan kerja praktek (KP)
mahasiswa
Pendidikan iptek nano berbasis e-learning
Web forum, milis, jejaring sosial (Media Komunikasi Nasional Iptek
Nano)
Pembuatan perangkat edukasi iptek nano (Alat peraga, buku, CD
Interaktif, dll)
Website SAINT sebagai pusat informasi dan layanan
Program-program lain yang mendukung pencapaian fase tahunan

Peran
SAINT memiliki 3 peran penting kepada club nano mahasiswa, yaitu
menghimpun, memfasilitasi, dan sumber informasi (MMS)

Gambar 5.2 Tiga peran penting SAINT terhadap club nano mahasiswa

-92-

Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia


Ruang Lingkup Kajian
Berdasarkan bab-bab sebelumnya telah dijelaskan tentang wilayah
kajian iptek nano mulai dari tataran riset laboratorium hingga implikasi
ekonomi di masyarakat. Kajian riset laboratorium diperlukan untuk
menghasikan produk baru nanoteknologi. Sedangkan kajian sosial juga
diperlukan untuk mengetahui tingkat pengaruh sebelum dan sesudah
produk tersebut diterapkan. Secara ringkas bidang kajian SAINT
dijelaskan pada gambar 5.3.

Gambar 5.3 Ruang lingkup kajian (cluster kajian) SAINT

-93-

Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia

Ada tiga hal utama yang harus diperhatikan dalam pendidikan


iptek. Pertama, adalah memilih orang muda sesuai bakat atau
potensi. Kedua, melaksanakan pendidikan sesuai kebutuhan
(misalnya kebutuhan pembuatan kapal, bioteknologi, atau
teknologi lainnya). Ketiga, memberikan kesempatan, dipimpin
dengan baik serta dipelihara konsistensinya
(BJ Habibie)

-94-

Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia

BAB VI
PANDUAN MEMBANGUN GENERASI
IPTEK NANO

Bekerjanya SAINT di level nasional perlu didukung oleh perangkat


pembinaan di level perguruan tinggi. Perangkat pembinaan tersebut
terangkum dalam kelompok studi mahasiswa yang disebut club nano
mahasiswa (CNM). Hadirnya CNM dalam kehidupan pendidikan
kampus diharapkan dapat menjadi komplemen sisi keilmuwan yang
saat ini sudah mapan. Demi mencapai tujuan tersebut dan mendukung
visi SAINT 2015 maka CNM perlu dilengkapi dengan perangkat
organisasi meliputi konsep, struktur, kaderisasi, dan perangkat
pengembangan.
Bab ini akan dikhususkan untuk mengupas perangkat organisasi.
Penjelasan berikut ini adalah bentuk dasar CNM. Sehingga dapat
dijadikan panduan dasar bagi mahasiswa yang memiliki ketertarikan
di bidang iptek nano untuk membuat sarana pembinaan berbasis
kelompok studi mahasiswa. Bentuk dasar ini bersifat menyesuaikan
dan dapat dikreasikan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan perguruan
tinggi masing-masing.
Club Nano Mahasiswa
A. Visi dan Misi
Visi
Menjadi sarana pembinaan iptek nano yang profesional, edukatif, dan
kontributif.

-95-

Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia


Misi
1.
2.
3.

Menjalankan aktivitas club nano dengan profesional


(terencana, terorganisir, tereksekusi, dan terevaluasi)
Menjalankan fungsi pembinaan bagi mahasiswa yang
tergabung dalam club nano.
Menghasilkan kegiatan dan produk yang bermanfaat bagi
masyarakat kampus dan di luar kampus.

B. Arahan Kerja dan Tugas


Hadirnya club nano bagi mahasiswa diharapkan dapat menjalankan
arahan kerja, yaitu pembinaan, penelitian dan produk (3P).

Pembinaan

Penelitian

Produk

Gambar 6.1 Arahan Kerja club nano mahasiswa (CNM)

Pembinaan :
Menjalankan proses edukasi untuk pengurus dan anggota (intensive
class, diskusi, kunjungan ilmiah, dll)
Penelitian :
Melakukan penelitian, kajian, dan diskusi iptek nano (saintek,
pendidikan, hukum, isu politik, ekonomi dan bisnis)

-96-

Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia


Produk :
menghasilkan produk ilmiah : paper, artikel, perangkat edukasi pelajar,
mengenalkan nanoteknologi ke pelajar, kegiatan kerjasama ilmiah
dengan lembaga lain, dll)
Tugas
1.
2.
3.
4.

Melakukan perencanaan, eksekusi, dan evaluasi programprogram club nano.


Menyediakan program pembinaan sesuai dengan kurikulum.
Melaksanakan kegiatan bidang iptek nano (contohnya : diskusi,
penelitian, seminar, pelatihan, expo, dll).
Menghasilkan produk bidang iptek nano (contohnya : buku,
artikel, buletin, perangkat edukasi, karya ilmiah, dll)

C. Struktur Organisasi
Dalam menjalankan roda organisasinya, CNM memiliki perangkat
organisasi standar minimal yeng merupakan turunan dari konsep dasar
arahan organisasi. Struktur organisasi dapat dilihat di gambar 6.1.

Gambar 6.1 Struktur organisasi Club Nano Mahasiswa

-97-

Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia


Keterangan :
SAINT
Adalah sub-organisasi MNI yang akan membantu pengembangan club
nano mahasiswa dengan menjalankan tiga peran penting, yaitu
menghimpun, memfasilitasi, dan sebagai sumber informasi.
Pada pelaksanaan teknis lapangan. SAINT akan berkoordinasi dengan
dewan konsultatif (DK) dan direktur CNM. Selanjutnya, semua
informasi, fasilitas, dan peluang dari SAINT akan ditindaklanjuti oleh
DK dan Direktur ke perangkat organisasi lainnya.
Dewan Pembina
Adalah kumpulan dosen-dosen yang memiliki ketertarikan bidang iptek
nano. Lebih baik jika DP berasal dari dosen-dosen yang memiliki
penelitian bidang iptek nano.
Peran dan wewenang DP adalah memberikan bimbingan kepada CNM
dalam menjalankan organisasi sesuai dengan konsep. DP juga berperan
menjadi pembicara pada beberpa kagiatan pembinaan CNM. DP
memiliki wewenang untuk memberikan masukan ide, peluang
kerjasama, dan informasi.
Pada pelaksanaan teknis lapangan, DP akan berkoordinasi dengan DK
dan Direktur. Hasil dari koordinasi kemudian akan dijadikan masukan
untuk merencanakan, memperbaiki dan mengembangkan organisasi.
Dewan Konsultatif
Adalah kumpulan beberapa orang mahasiswa senior yang memiliki
pemahaman tentang pengelolaan organisasi. Lebih baik jika memiliki
pengetahuan tentang ipetk nano.
Peran dan wewenang DK adalah memberikan bimbingan organisasi. DK
juga diperbolehkan memberikan pembinaan awal terkait iptek nano.
DK memiliki wewenang untuk memberikan masukan ide, peluang
kerjasana dan informasi.

-98-

Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia


Pada pelaksanaan teknis lapangan, DK akan berkoordinasi dengan
SAINT, DP, dan Direktur. Sehingga DK tidak menjalankan teknis
organisasi secara langsung.
Direktur
Adalah mahasiswa yang memiliki skill kepemimpinan, memahami
organisasi, dan dipilih berdasarkan kesepakatan anggota CNM.
Tugas dan wewenang :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Memimpin CNM sesuai konsep dan arahan organisasi.


Bertanggungjawab dan bertindak terhadap jalannya organisasi
sesuai dengan garis kebijakan organisasi.
Mengarahkan dan mengawasi pelaksanaan program CNM.
Bersama dengan bidang networking dalam membangun
hubungan eksternal organisasi.
Melakukan koordinasi dengan SAINT, DK, dan DP.
Dan peran lain yang disepakati CNM.

Admin
Adalah mahasiswa yang memiliki skill administrasi, keuangan, dan
dipilih berdasarkan kesepakatan CNM.
Tugas dan wewenang :
1.
2.
3.
4.
5.

Mengadakan, mencatat, dan mengarsip surat menyurat.


Mengadakan, mencatat, dan mengarsip data dan dokumen
yang berkaitan dengan organisasi.
Menyimpan dan memlihara arsip-arsip penting.
Mengelola sekretariat, baik dari segi perencanaan pengadaan,
pemakaian, dan pemeliharaan.
Mendokumentasikan aset-aset vital CNM guna pembentukan
dokumentasi terpusat.

-99-

Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia


Human Resource and Development (HRD)
Adalah sekelompok mahasiswa yang dikelola oleh seorang kepala
departemen untuk menjalankan arahan kaderisasi CNM (lampiran 1.)
Tugas dan wewenang kepala departemen :
1.
2.
3.
4.

5.

Memastikan berjalannya arahan kaderisasi (lampiran 1.).


Melakukan pengawasan kuantitas dan kualitas anggota CNM
(akreditasi).
Bertanggungjawab kepada direktur CNM dalam menjalankan
arahan departemen.
Berkoordinasi dengan admin tentang hal-hal yang
berhubungan dengan administrasi departemen sebagai
pendukung keberlangsungan aktivitas departemen.
Berkoordinasi dengan direktur, DP dan DK dalam memutuskan
kenaikan jenjang anggota CNM.

Riset dan Produk (RePro)


Adalah sekelompok mahasiswa yang dikelola oleh seorang kepala
departemen untuk menjalankan arahan kerja CNM dalam bidang
penelitian dan produk.
Tugas dan wewenang kepala departemen :
1.
2.
3.
4.

5.

Memastikan berjalannya arahan kerja CNM dalam bidang


penelitian dan produ.
Memimpin pelaksanaan dan pengawasan program Repro.
Bertanggungjawab kepada direktur CNM dalam menjalankan
arahan departemen.
Berkoordinasi dengan admin tentang hal-hal yang
berhubungan dengan administrasi departemen sebagai
pendukung keberlangsungan aktivitas departemen.
Berkoordinasi dengan perangkat terkait untuk mendukung
arahan departemen.

-100-

Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia


Networking
Adalah sekelompok mahasiswa yang dikelola oleh seorang kepala
departemen untuk menjalankan perluasan jaringan (Public Relation)
dan pencitraan organisasi (Media).
Tugas dan wewenang kepala departemen :
1.

2.
3.
4.

5.

Memastikan berjalannya arahan departemen dalam


memperluas jaringan (public relation) dan pencitraan
organisasi (Media)
Memimpin pelaksanaan dan pengawasan program networking.
Bertanggungjawab kepada direktur CNM dalam menjalankan
arahan departemen.
Berkoordinasi dengan admin tentang hal-hal yang
berhubungan dengan administrasi departemen sebagai
pendukung keberlangsungan aktivitas departemen.
Berkoordinasi dengan perangkat terkait untuk mendukung
arahan departemen.

-101-

Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia

BAB VII
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

VII.1. Kesimpulan
1. Nanoteknologi akan merevolusi iptek dan industri dunia di abab 21
dan akan memberikan dampak sosial yang nyata.
2. Nanoteknologi bersifat ilmiah dan memiliki aplikasi luas untuk
menghasilkan produk kebutuhan manusia.
3. Hingga saat ini, semua negera maju dan berkembang sudah mulai
berlomba-lomba menggunakan nanoteknologi untuk kemajuan
negaranya.
4. Indonesia memiliki keunggulan komparatif SDA dan hal ini sudah
mulai disadari oleh pemerintah (roadmap nanoteknologi indonesia)
dan masyarakat (MNI).
5. Perlu membangun generasi iptek nano sebagai pendukung dan
penerima estafet pembanguan daya saing berbasis iptek nano.
6. Generasi muda indonesia perlu dibina dalam sarana SAINT di level
nasional dan nano club mahasiswa di level kampus.
VII.2. Rekomendasi
1. Perlu sinergisitas dan dukungan antara civitas akademik kampus,
pemerintah dan industriawan/pengusaha dalam membangun
generasi iptek nano.
2. Ilmuwan, praktisi dan pegiat iptek nano diharapkan banyak
menghasilkan referensi berupa buku, perangkat edukasi nano,
jurnal, artikel, dan sejenisnya sebagai referensi pembinaan generasi
iptek nano.

-102-

Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia

DAFTAR PUSTAKA

Atih S. H. dkk. Roadmap Pengembangan Teknologi Industri Berbasis


Nanoteknologi. Departemen Perindustrian Republik Indonesia,
2008.
Bai, C., Journal of nanoparticle Research 3 (2001) 251-256
Bai, C., Science 309 (2005) 61-63
Biro Pusat Statistik : Pertambangan, www.bps.do.id, Maret 2011
Biro Pusat Statistik : Kehutanan, www.bps.do.id, Maret 2011
Biro Pusat Statistik : Perkebunan, www.bps.do.id, Maret 2011
Biro Pusat Statistik : Peternakan, www.bps.do.id, Maret 2011
Biro Pusat Statistik : Perikanan, www.bps.do.id, Maret 2011
Government Funding, Companies And Applications In Nanotechnology
Worldwide
2007,
Technology
Transfer
Centre
www.nano.org.uk/reports.htm
Gu, H., dan Schulte, J., Scientific Development and industrial Application
of Nanotechnology in China, dalam Schulte J. (editor), 2005,
Nnaotechnology : Global Strategies, Industry Trends and
Applications, John Wiley % Sons, New York.
Hullmann, A., dalam Proceeding of the First International Symposium
on Occupational Health Implications of Nanomaterials held in
Derbyshire, UK, 12-14 October 2004. 22-28.
Johnstone, B., Nature 371 (1994) 276-277
Kawai, Tomoji. Nanotechnology, Tokyo : Ohmsha publisher, 2002.

-103-

Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia


Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral : Datawarehouse,
www.esdm.go.id, Maret 2011
Kementerian Pendidikan Nasional : Rencana Strategi (Renstra)
Kementerian
Pendidikan
Nasional
2010

2014,
www.diknas.go.id, Maret 2011
Maclurcan, Donald C. Nanotechnology and Developing Countries Part 1
: What Possibilites? Journal of Nanotechnology Online Volume 1
September 2005.
Masyarakat Nano Indonesia (MNI) : Profil Organisasi, www.nano.or.id,
Maret 2011
Mongillo J. F. Nanotechnology 101 . London : Greenwood Press, 2007.
Nanotechnology Research Institute (AIST), Japan Nanotechnology
Strategy 2005, Summary on Japan 3rd S&T Basic Plan and METI
Nanotechnology Policy Committee Report, Asia Pacific Nanotech
Weekly, Vol.3. Article No.28 (2005).
National Science and Technology Council, The National Nanotechnology
Initiative: Strategic Plan (2007).
Noyan, E. C. M.,et al., 2003, Maping Exellence in Science and Technology
across Europe.
Nurul T.R., Nano-Edu : Pengenalan Nanoteknologi untuk Pelajar.
Jakarta : Penerbit LIPI Press, 2006.
Nurul T.R., Nanoteknologi : Penentu Daya Saing Bangsa. Jakarta :
Penerbit LIPI Press, 2005.
Nurul T.R. dan Etik M., Nanoteknologi : Meningkatkan Daya Saing
Bangsa Pada Bidang Pertanian dan Pangan. Tangerang : Penerbit
Nanotech Indonesia Press, 2006.
Report President Council of Advisors on Science and Technology (USA),
April 2008.

-104-

Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia


Saxl. O., Nanotechnology in Europe, dalam Schulte J. (editor), 2005,
Nanotechnology : Global Strategis, Industry Trends and
Applications, John Wiley & Sons, New York
Steve Brown, Research Needs For Future Development of EHS
Nanomaterial Standards and Practices, International Council of
Nanotechnology, International NanoEHS Research Needs
Assessment (2007).
The National Nanotechnology Initiative, Strategy for NanotechnologyRelated Environment, Health and Safety Research, www.nano-gov,
Pebruari 2008.
The National Nanotechnology Initiative : Strategic Plan, www.nano.gov
December 2007.
Tomellini, R., Overview of European-Level Initiative in Nnaoscience and
Nanotechnology, European Commission, 2005.
Wikipedia : Sumpah Pemuda, www.wikipedia.org, Maret 2011
Yateman A. dkk., Iptek Nano di Indonesia : Terobosan, Peluang dan
Strategi. Yogyakarta : Diglossia Press, 2007.
Zuhal, Kekuatan Daya Saing Indonesia, Mempersiapkan Masyarakat
Berbasis Pengetahuan. Jakarta : Penerbit Buku Kompas, 2008.

-105-

Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia

LAMPIRAN
Lampiran 1.
1. Kaderisasi Club Nano Mahasiswa
1.1 Konsep Kaderisasi
Kaderisasi adalah ruh organisasi. Dengan kaderisasi, maka organisasi
mampu menjaga regenerasi para anggotanya. Sumber daya manusia
(SDM) organisasi dibina melalui program-program kaderisasi.
Selanjutnya SDM tersebut akan mampu menggerakkan roda organisasi.
tanpa kaderisasi, maka organisasi tidak akan dapat mempertahankan
eksistensinya. Oleh karena pentingnya kaderisasi, maka Club Nano
Mahasiswa perlu dilengkapi dengan konsep kaderisasi yang terencana
dan terukur. Konsep dasar kaderisasi CNM dibagi menjadi dua, yaitu
konsep kaderisasi soft skill organisasi dan konsep kaderisasi ilmiah.
1.1.1 Konsep Kaderisasi Soft Skill
Kemampuan memimpin, berkomunikasi, mengatur, mengelola, dan
bekerja secara tim adalah soft skill yang perlu dimiliki oleh setiap
mahasiswa untuk menunjang rencana masa depannya. Dalam hal
pengelolaan organisasi, soft skill sangat diperlukan untuk menjalankan
organisasi secara profesional. Oleh karena itu, setiap perguruan tinggi
biasanya sudah memiliki konsep kaderisasi soft skill berdasarkan
kondisi masing-masing dan target kualitas lulusan yang ingin dicapai.
Dalam hal ini, CNM diberikan 2 pilihan pola kaderisasi soft skill.
Pertama adalah pola kaderisasi yang menginduk pada lembaga
mahasiswa yang sudah mapan (misal : BEM, Kelompok Studi,
Himpunan Mahsiswa, dan UKM). Kedua adalah pola kaderisasi mandiri,
artinya CNM sebagai lembaga mandiri (misal : UKM Universitas atau
Fakultas) membuat konsep kaderisasi soft skill dan melaksanakan
program kaderisasi sesuai dengan konsep tersebut. CNM cukup

-106-

Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia


mengadopsi konsep yang sudah ada dan menyesuaikan dengan kondisi
SDMnya.
1.1.2 Konsep Kaderisasi Ilmiah
Konsep kaderisasi ilmiah adalah karakter organisasi yang menjadi
pembeda dengan organisasi lain. Konsep ini menjadi penunjang untuk
meningkatkan kompetensi pengurus dalam bidang iptek nano. Alur
kaderisasi dapat dijelaskan melalui alur pada gambar L.1.
Alur Kaderisasi

Gambar Alur kaderisasi CNM

-107-

Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia


Penjelasan :
Opening Event
Adalah acara pembuka bagi mahasiswa baru atau anggota baru yang
tertarik bidang iptek nano.
Tujuan Program :
1.
2.
3.

Memberikan ketertarikan kepada mahasiswa baru terhadap


bidang iptek nano.
Memberikan wacana awal iptek nano di Dunia dan Indonesia.
Mengetahui rencana masa depan peserta terhadap bidang
iptek nano.

Pilihan Materi Program :


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Nanoteknologi : Cara baru mengelola SDA Indonesia.


Nanoteknologi : Teknologi Masa Depan Yang Akan Merubah
Dunia.
Menjelajah Luasnya Penerapan Nanoteknologi.
Iptek Nano : Berfikir Kecil, Berdampak Besar.
Wajah Baru Teknologi Dunia dengan Nanoteknologi.
Bersama Nanoteknologi Menuju Greentechnology.
Mengapa Kita Harus Peduli dengan Nanoteknologi, dan
Materi-materi menarik lainnya.

Intensive Class (IC)


Adalah program kaderisasi berupa kelas-kelas intensive seperti
perkuliahan. Akan tetapi kondisi ini dapat divariasikan dengan kegiatan
di luar ruangan. IC dilaksananakan secara periodik sesuai dengan
kurikulum dan tujuan kompetensi yang ingin dicapai.
Tujuan program :
1. Memberikan pemahaman terkait sejarah, pengertian, dan
bidang displin ilmu apa saja yang terlibat dalam iptek nano.
2. Memberikan pemahaman terkait metode rekayasa iptek nano.
3. Memberikan pemahaman terkait aplikasi nanoteknologi.

-108-

Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia


4.
5.

Memberikan pemahaman terkait implikasi nanoteknologi


terhadap perekonomian dunia dan Indonesia
Memberikan pemahaman terkait kebijakan nasional dan
internasional terhadap iptek nano.

Cluster Discussion (CD)


Adalah program kaderisasi berupa diskusi berkelompok yang
membahas 1 topik khusus. CD juga bisa berupa kelas-kelas dengan
mengundang peneliti yang memiliki spesialisasi bidang iptek nano.
(misal : Peneliti TiO2, Peneliti ZnO, Peneliti Kebijakan pemerintah
terkait iptek nano, atau bidang lain)
CD dibagi menjadi 5 cluster diskusi, yaitu :
1. Research
Cluster ini beranggotakan mahasiswa berbasis ilmu sains/eksak.
Mereka dibagi kedalam 5 kelompok riset, yaitu
1. NanoMaterial
2. NanoKimia
3. NanoEnergi
4. NanoBioteknologi
5. NanoDevice
Tujuan dari adanya cluster ini adalah untuk sarana diskusi dalam
bidang penelitian laboratorium.
2. Isu dan kebijakan
Cluster ini beranggotaan mahasiswa ilmu sosial, politik, sosiologi,
dan ilmu lain yang berhubungan dengan kehidupan masyarakat.
Tujuan dari adanya cluster ini adalah untuk sarana diskusi
mahasiswa tentang iptek nano dikaitkan dengan kebijkan
pemerintah dalam merencanakan pengembanagn iptek nano dan
juga dampak ke depan terhadap masyarakat.
3. Hukum
Cluster ini beranggotakan mahasiswa ilmu hukum. Tujuan dari
adanya cluster ini adalah untuk sarana diskusi mahasiswa tentang
iptek nano dikaitkan dengan bidang hukum.

-109-

Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia


4.

5.

Ekonomi dan Bisnis


Cluster ini beranggotakan mahasiswa ilmu ekonomi, bisnis, dan
ilmu lain yang berkaitan dengan prospek nanoteknologi dalam
bidang ekonomi. Tujuan dari adanya cluster ini adalah untuk
sarana diskusi mahasiswa tentang iptek nano dikaitkan dengan
aspek ekonomi
Edukasi
Cluster ini beranggotakan mahasiswa ilmu pendidikan, bahasa, dan
ilmu lain yang berkaitan dengan metode mendidik pelajar untuk
memahami iptek nano. Tujuan dari adanya cluster ini adalah untuk
sarana diskusi mahasiswa tentang iptek nano dikaitkan dengan
bidang pendidikan pelajar.

Tujuan CD :
1.
2.

Menjadi sarana mahasiswa untuk memperdalam salah satu


bidang iptek nano.
Sebagai sarana diskusi untuk menghasilkan produk bidang
iptek nano.

Indeks Kompetensi Kader (IKK)


Level kader berdasarkan alur kaderisasi CNM adalah Nanotechnologist
1 (N1), Nanotechnologist 2 (N2) dan Nanotechnologist 3 (N3). Setiap
level memiliki IKK masing-masing, dijelaskan pada tabel L.1 berikut ini

-110-

Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia

-111-

Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia


Referensi Buku
[1] John F. Mongillo, nanotechnology 101, London : Greenwood Press, 2007.
[2] Oded Shoseyov and Ilan Levy, Nanobiotechnology : Bioinspired Devices and
Material of the Future, New Jersey : Humana Press, 2008.
[3] S. Kathleen et al, nanotechnology and the environment, Boca Raton : CRD
Press, 2009.
[4] B. Richard and B. Earl, Nanoetchnology for Dummies, Canada : Wiley
Publishing, Inc., 2005.
[5] R.E. Hester and R.M. Harrison, Nanotechnology: Consequences for Human
Health and the Environment, Cambridge : RSC Publishing, 2007.

[1]

[2]

[3]

[4]

[5]

[6] W. Linda and A. Wade, Nanotechnology Demystified, New York : Mc Graw


Hill, 2007.
[7] H. J. Sung and I. F. Cheng, Nanotechnology for Environmental Remediation,
New York : Springer, 2006
[8] G. M. Javier, Nanotechnology for the Energy Challenge, Weinheim : WILEYVCH, 2009.
[9] Schmid et al., Nanotechnology : Assessment and Perspectives, Berlin :
Springer, 2006.
[10] Ratner Mark and Ratner Daniel, Nanotechnology : A Gentle Introduction To
The Next Big Idea.

-112-

Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia

[6]

[7]

[8]

[9]

[10]

[11] W. R. Fahrner, Nanotechnology and Nanoelectronics : Material, Device,


Measurement Techniques, Berlin : Springer, 2005.
[12] Anonime, Nanotechnology Application Guide, Accelrys, 2004.
[13] Minoli Daniel, Nanotechology Applications to Telecommunications and
Networking, New Jersey : John Wiley, Inc. 2006.
[14] K. Kristen and K Christopher, Nanotechnology : Content and Context, Rice
University, 2005.
[15] G. Ali Mansoori, Principles of Nanotechnology : Molecular Based Study of
Condensed Mater in Small Systems

[11]

[12]

[13]

[14]

[15]

[16] O. Shunri and F. David, Silicon Nanoelectronics, New York : CRC Press,
2006.
[17] P. Mario, Silica-Based Materials for Advance Chemical Applications,
Cambridge : RSC Press, 2009.
[18] Bharat Bhushan, Springer Handbook of Nanotechnology, Berlin : Springer,

-113-

Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia


2004.
[19] Rolando, The Physical Chemistry of Materials : Energy and Environment
Application, New York : CRC Press, 2010.
[20] C. M. John et al., The Handbook of Nanotechnology : Business, Policy, and
Intellectual Property Law, New Jersey : John Wiley, Inc., 2005.

[16]

[17]

[18]

[19]

[20]

[21] Dmitry V. Bavykin and Frank C. Walsh, Titanate and Titania Nanotubes :
Synthesis, Properties and Applications, Cambridge : RSC Publishing, 2010.
[22] Nanoforum Report, Nanotechnology in Agriculture and Food, may 2006.
[23] N. Claudio, Nanobiotechnology and Nanobioscience, Singapore : Pan
Stanford Pubslihing, 2009.
[24] B. Patrick et al., Nanoscience : Nanobiotechnology and Nanobiology, Berlin
: Springer, 2007.
[25] W. M. John and R. Ralph, Molecular Biology and Biotechnology, 5th Edition,
Cambridge : RSC Publishing, 2009.

[21]

[22]

[23]

-114-

[24]

[25]

Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia


[26] Charles P. Poole, Jr. And Frank J. Owens, Introduction to Nanotechnology,
New Jersey : John Wiley, 2003.
[27] Nan You and L. W. Zhong, Handbook of Microscopy for Nanotechnology,
New York : Kluwer Academic Publishers, 2005.
[28] V. N. Robert, Nanotechnology and the Environment, New York : Nova
Science Publishers, 2010.
[29] H. G. Vicki, Nanoscience and Nanotechnology : Environment and Health
Impacts, New Jersey : John Wiley, Inc., 2008.
[30] A. S. James et al., Dekker Encyclopedia of Nanoscience and
Nanotechnology, New York : Marcel Dekker, 2004.

[26]

[27]

[28]

[29]

[30]

[31]

[32]

[33]

[34]

[35]

[31] A. G. Bartosz, Chemistry in Motion : Reaction-Diffusion Systems for Micro


and Nanotechnology, New Jersey : Jhon Wiley, Inc. 2009.
[32] T. Chakraborty, Nanoscience and Technology : Charge Migration in DNA,
Perspective from Physics, Chemistry, and Biology, Berlin : Springer, 2007.
[33] Anke Krueger, Carbon Materials and Nanotechnology, Weinheim : WILEYVCH, 2010.

-115-

Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia


[34] R. Jeremy, Applied Nanotechnology, Burlington : Elsevier, 2009.
[35] V. L. Mironov, Perangkat Nanoteknologi : Pengetahuan Dasar Mikroskopi
Proba Pemindai (SPM), Jakarta : Wahana Petra Nusa, 2006.

[36]

[37]

[38]

[39]

[40]

[41]
[36] Nurul T. R., Nano di Alam, Tangerang Selatan : NanotechINDONESIA, 2009.
[37] Nurul T.R., Nano-Edu : Pengenalan Nanoteknologi untuk Pelajar. Jakarta :
Penerbit LIPI Press, 2006.
[38] Nurul T.R., Nanoteknologi : Penentu Daya Saing Bangsa. Jakarta :
Penerbit LIPI Press, 2005.
[39] Nurul T.R. dan Etik M., Nanoteknologi : Meningkatkan Daya Saing Bangsa
Pada Bidang Pertanian dan Pangan. Tangerang : Penerbit Nanotech
Indonesia Press, 2006.
[40] Atih S. H. dkk. Roadmap Pengembangan Teknologi Industri Berbasis
Nanoteknologi. Departemen Perindustrian Republik Indonesia, 2008.
[41] Yateman A. dkk., Iptek Nano di Indonesia : Terobosan, Peluang dan
Strategi. Yogyakarta : Diglossia Press, 2007.

-116-

Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia

Lampiran 2.
Track Record Kegiatan MNI

-117-

Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia

-118-

Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia

-119-

Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia

-120-

Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia

-121-

Membangun Generasi Iptek Nano Indonesia

-122-

Anda mungkin juga menyukai