BAB I
PENDAHULUAN
Konsep dasar yang melandasi kajian bidang iptek nano baru muncul
pada tahun 1959 melalui ide cemerlang tentang kemungkinan untuk
mengeksplorasi dan memanipulasi material pada skala atom dan
molekul secara individu (feynman, 1959). Jika cara tersebut digunakan
untuk menuliskan informasi, maka feynman membayangkan bahwa
ensiklopedia britanika (Encyclopedia Britannica) dapat ditulis secara
keseluruhan dengan hanya memerlukan ruang dengan luas sebesar
ujung penjepit. Selain itu, ia juga memperkirakan adanya peningkatan
kemampuan untuk menguji dan mengendalikan materi pada skala
nanometer. Pendapat feynman ini memperoleh tanggapan luas. Namun
karena keterbatasan alat untuk memferisikasi sifat dan
mengkarakterisasi hasil sintesis material berukuran annometer, maka
bidang penelitian ini belum begitu berkembang, hingga ditemukan STM
(Scanning Tunneling Microscope) oleh Binnig dan Rohrer pada tahun
1981. Penemuan ini menjadi pemacu peneliti untuk mengkaji fenomena
material di wilayah nanometer, karena alat STM mempunyai
kemampuan/untuk memferisikasi sifat, bentuk, ukuran dan morfologi
partikel pada material berukuran nano.
Iptek nano sekarang ini berlanjut pada suatu titik di mana peneliti
berkerja pada tataran manipulasi dan pengendalian atom-atom dan
molekul secara individu, baik molekul organik, molekul anorganik
maupun gabungan antara keduanya. Hal inilah yang kemudian menjadi
ciri khas yang membedakan iptek nano dengan bidang kajian riset yang
lain semacam bioteknologi maupun bidang lain yang lebih dahulu
mapan. Meskipun terkait dengan manipulasi molekul dan gugus
fungsional yang khas, rekayasa bioteknologi hanya terkait dengan
manipulasi molekul dan material yang berasal dari makhluk hidup,
-1-
-2-
-3-
-4-
-5-
-6-
-7-
-8-
BAB II
ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI (IPTEK) NANO
II.1. Sejarah
Munculnya kesadaran terhadap iptek nano diinspirasi dan didorong
oleh pemikiran futuristik dan juga penemuan peralatan pengujian dan
bahan-bahan. Pada tanggal 29 Desember 1959 dalam pertemuan
tahunan Masyarakat Fisika Amerika (American Physical Society) di
Caltech, Richard Phillips Feynman (Pemenang Hadiah Nobel Fisika
tahun 1965) dalam suatu perbincangan berjudul Theres plenty of
room at the bottom, memunculkan suatu isu yaitu permasalahan
memanipulasi dan mengontrol atom (ukuran 0,001 nm) dan molekul
(ukuran 0,1 nm) pada dimensi kecil (nanometer) . Di tahun 1981,
Scanning Tunneling Microscopy (STM) diciptakan oleh Heinrich Rohrer
dan Gerd Binnig (Pemenang Hadiah Nobel Fisika tahun 1986).
Beberapa tahun kemudian (1986), Gerg Binnig, Calfin F Quate, dan
Christoph Gerber menemukan Atomic Force Microscope (AFM). Melalui
peralatan STM dan AFM, para ilmuwan dapat melihat, memanipulasi,
dan mengontrol atom-atom secara individu di dimensi nano. Penemuan
bahan buckyball/fullerene dan carbon nanotube semakin mendorong
para ilmuwan untuk meneliti ilmu dan teknologi nano. Robert Curl,
Harold Kroto, dan Richard Smalley (Pemenang Hadiah Nobel Kimia
tahun 1996) menemukan buckyball/fullerene di tahun 1985.
Buckyball/fullerene tersusun oleh molekul-molekul karbon dalam
bentuk bola tak pejal dengan ukuran diameter bola 0,7 nm.
-9-
-10-
-11-
-12-
-13-
NanoArmor
NanoCoat For
Automotive NanoMedicine
-14-
-15-
Komposit
Komposit merupakan kombinasi dari satu atau lebih komponen
terpisah yang dirancanang untuk menunjukkan seluruh sifat-sifat
terbaik dari setiap komponennya. Nanomaterial semacam carbon
nanotube, serat karbon berukuran nano dan clay (lempung)
merupakan material yang banyak digunakan unutk penyususnan
komposit. Hasil yang diharapkan bukan hanya sifat-sifat mekanis,
namun meluas hingga sifat optik dan magnetik. Sekrang ini, serat
karbon berukuran nano telah diterapkan sebagai filter untuk
menguatkan ban kendaraan. Sedangkan clay terlah diterapkan secara
luas untuk pentingan menguatkan sifat polimer, misalnya : nilon, poli
etilen, poli akrilamida, polistiren, dan lain-lain. Komposit antara clay
dengan polimer-polimer tersebut umumnya disebut sebagai
nanokomposit yang diterapkan untuk pembuatan belt cover,
dashboard, cover handphone, bumper, flame retardant, dan lain-lain.
Material Sangat Keras dan Liat Untuk Pemotong
Alat pemotong yang terbuat dari material-material nanokristalin
semacam tungsten karbida, tantalum karbida dan titanium karbida
memiliki sifat yang lebih licin, tahan terhadap pengikisan dan lebih
tahan lama jika dibandingkan dengan alat sejenis dengan kristalin yang
lebih besar.
Pelapisan Permukaan
Pelapisan dengan ketebalan yang terkontrol pada tingkat atom atau
skala nano merupakan kegiatan yang umumnya dilakukan untuk
kepentingan pembuatan divais optoelektronik, katalis maupun aktivasi
permukaan dengan gugus funngsional tertentu. Penerapan pelapisan
oksida titanium dioksida teraktivasi pada kaca untuk mendapatkan
sifat permukaan yang mampu membersihkan diri sendiri (selfcleaning), anti bakteri dan mampu mendegradasi senyawa organik
-16-
satu
contoh
Pembuatan Cat
Performa cat dapat ditingkatkan melalui penambahan nanopartikel
yang akan membuat perubahan sifat cat, yaitu cat menjadi lebih ringan
karena lapisan tipis, memerlukan lebih sedikit pelarut dan juga
perubahan sifat yang lain. Pemakaian cat jenis ini umumnya digunakan
untuk kepentingan pengecatan pesawat, sehingga hasil akhir bobot
pesawat menjadi lebih ringan. Pengembangan cat dengan ketahanan
tinggi terhadap fouling dari air laut dan bebas dari timbal tributil (TBT)
dengan menggunakan nanopartikel merupakan peluang pembuatan cat
ramah lingkungan. Selain itu, permukaan untuk keperluan pelapisan
pipa industri dan keperluan rumah tangga serta pelapisan reaktor
proses di industri yang berujuan untuk menghemat energi, misal untuk
reaktor dengan pertukaran panas tinggi. Tantangan ke depan pada
pembuatan cat dengan penambahan nanopartikel adalah pembuatan
cat yang akan berubah warna karena perubahan temperatur atau
lingkungan kimia, atau cat yang dapat menurunkan absorpsi infra
merah sehingga menurunkan jumlah panas yang hilang.
Remediasi
Potensi penggunaan nanopartikel untuk bereaksi dengan polutan di
tanah dan air laut mengubahnya menjadi senyawa yang tidak
berbahaya merupakan satu bentuk pemanfaatan sifat nanopartikel
berupa kepemilikan luas area yang besar dan aktifitas adsorpsi. Oksida
logam nanopartikel semacam besi oksida dapat dimanfaatkan untuk
menyerap hidrokarbon terklorinasi menjadi spesies yang tidak terlalu
berbahaya. Penggunaan oksida logam ini diharapkan juga mampu
mengimobilisasi logam berat terlarut seperti timbal dan merkuri dari
larutan di lingkungan
-17-
-18-
-19-
-20-
-21-
-22-
-23-
BAB III
IPTEK NANO DI DUNIA
-24-
-25-
5.
6.
7.
2.
3.
-26-
Secara rinci distribusi pendanaan NNI untuk tahun fiskal 2009 dapat
dilihat pada Gambar 3.3.
-27-
-28-
Untuk kasus Amerika Serikat, dari 12.000 publikasi ilmiah yang terbit
di jurnal bergengsi seperti Science, Nature dan Proceeding of the
National Academies of Science kontribusi publikasi nanoteknologi
mencapai 70% pada tahun 2006, diikuti Jerman , Perancis dan Jepang
seperti pada Gambar 3.5 (Chen and Roco 2008).
-29-
-30-
Hal yang menarik terlihat adanya upaya proteksi paten yang sama
secara global ketika terlihat adanya peluang penerapan paten secara
mendunia. Gambar 3.8 memperlihatkan upaya agresif dari USA untuk
melindungi patennya secara internasional diikuti Jepang, Jerman dan
Korea dengan pangsa masing-masing 37,2%, 23,7%, 9,3% dan 7,3%.
Dalam hal ini China hanya mempunyai pangsa sekitar 1,3% saja dalam
upaya melindungi patennya di beberapa Negara.
-31-
8%
5%
25%
28%
Rusia
-32-
13%
3%
45%
39%
Europe Union-15
dan EFTA
Asia
Other
-33-
b. Kebijakan Dasar
Kebijakan dasar tentang Nanosains dan Nanoteknologi Negara Uni
Eropa tertuang dalam beberapa Dokumen Kunci sebagai berikut :
Komisi Komunikasi Nanosains dan Nanoteknologi
Strategy, COM(2004)338
Action Plan 2005-2009, COM(2005)243
1st Impelementation Report 2005-2007, COM(2007)505
Kesimpulan Konsil pada,
Strategy, 2605th Council Meeting, 24 September 2004
1st Impelementation Report, 2832nd Council Meeting, 23
November 2007
Resolusi Parlemen Eropa pada,
Action Plan 2005-2009, 28 September 2006
P6_TA(2006)0392
Pandangan Komite Sosial dan Ekonomi Eropa pada,
Strategy, OJ C 157, 28.6.2005, p.22
Action Plan 2005-2009, INT/277-CESE 582/2006
c. Strategi Penerapan
Uni Eropa dalam penerapan Nanoteknologi mempunyai pendekatan
seperti terlihat dalam Gambar 2.9.
-34-
-35-
-36-
-37-
-38-
Pada tahun 2000 anggaran total untuk riset dalam nanosains dan
nanoteknologi di Jepang berkisar 82,5 milyar Yen dan meningkat
menjadi sekitar 90,4 milyar Yen pada tahun 2003 dan akan terus
meningkat di tahun berikutnya hingga sekarang. Ini berarti bahwa
anggaran untuk riset nani di Jepang pda tahun itu mendekati anggaran
nasional untuk riset nani di USA. Pada tahun 2002 kementrian
Pendidikan, kebudayaan, Olehraga, Sains dan Teknologi (MEXT)
meluncurkan proyek yang dikenal sebagai Nano Virtual Laboratory
-39-
-40-
-41-
3.
4.
-42-
Arah pengembangan
Diantara tema-tema besar dalam nanosains dan nanoteknologi yang
dikembangkan di RRC, tema yang berkaitan dengan bahan-bahan nano
(nanomaterial) paling banyak mendapat perhatian (Bai, 2001; Bai,
2005). Bahan-bahan nano (nanomaterial). Contohnya adalah
nanomaterial carbon nanotubes (CNTs). Tabung-tabung karbon ini
berdiameter beberapa nanometer sehingga setara ukurannya dengan
kolekul-molekul DNA. Group riset yang dikomando oelh Sishen Xie di
Institut Fisika di Beijing telah menukan metode penumbuhan
nanotubes yang memiliki fitur-fitur penting dapat digunakan untuk
menentukan sifat-sifat dan potensi-potensi teknologis materialmaterial tersebut.
Arah lain pengembangan nanosains dan nanoteknologi adalah
pengembangan nanotembaga. Suatu group di bawah arahan Ke Lu di
Isntitut Riset Logam pada tahun 2002 menemukan sifat superplastis
dari nanotembaga, yakni sifat bahwa bahan tersebut dapat direntang
sampai panjangnya lebih dari 50 kali panjang bahan semula tanpa
putus. Pada tahun 2004, group ini menemukan gejala lain yang dimiliki
oleh nanotembaga berkaiatn dengan kekuatan bahan tersebut terhadap
tekanan.
Dalam hal bahan-bahan anorganik, Dongyuan Zhao dan rekanrekannya di Universitas Fudan telah menemukan sintesis umum untuk
-43-
15%
55%
10%
Nanobiology and
Medicine
Others
pengembanagn
nanosains
dan
-44-
-45-
BAB IV
IPTEK NANO DI INDONESIA
-46-
-47-
Gambar 4.2 Grafik produksi, konsumsi dan eksport mineral (sumber : ESDM)
-48-
Gambar 4.3 Peta Penyebaran Potensi Minyak Bumi Indonesia (sumber : ESDM)
Gambar 4.4 Peta Penyebaran Potensi Gas Alam Indonesia (sumber : ESDM)
-49-
Secara umum produksi minyak bumi dan gas alam dari unit pengolahan
dikonsumsi oleh pengguna dalam negeri dan sisanya dieksport. Pada
gambar 4.5 menjelaskan tentang data produksi, konsumsi, eksport dan
import minyak bumi. Besarnya ketergantungan minyak bumi nasional
membuat Indonesia harus menjaga stabilitas penggunaan BBM dengan
mengimport. Walupun demikian angka eksport minyak bumi masih
relatif lebih tinggi hingga tahun 2010. Semakin menurunnya produksi
minyak bumi Indonesia seperti ditunjukkan oleh tabel 4.2 mendorong
-50-
Gambar 4.5 Grafik Produksi, Konsumsi, Eksport, dan Import Minyak Bumi
(sumber : ESDM)
Gambar 4.6 Grafik Produksi dan Konsumsi Gas Alam (sumber : ESDM)
Besarnya potensi minyak bumi dan gas alam Indonesia hingga saat ini,
merupakan peluang berupa waktu yang relatif panjang bagi generasi
iptek Indonesia untuk mempersiapkan sumber energi alternatif demi
-51-
-52-
Gambar 4.8 Grafik Produksi dan Konsumsi Panas Bumi (sumber : ESDM)
Gambar 4.9 Grafik Produksi, Konsumsi, dan Eksport Batu Bara (sumber: ESDM)
Emisi CO2 hasil pembakaran batu bara menjadi salah satu penyebab
tidak digunakan batu bara sebagai sumber energi pembangkit listrik
-53-
-54-
-55-
Gambar 4.11 Grafik Produksi dan Konsumsi Tenaga air (Sumber : ESDM)
-56-
-57-
-58-
-59-
6. Potensi Perikanan
Sebagian besar wilayah Indonesia adalah perairan. Potensi biodiversiti
perairan laut sangat melimpah dan tetap terbarukan. Potensi perairan
laut yang banyak dikelola saat ini adalah perikanan. Tabel 4.7
menyajikan data produksi perikanan laut yang dijual di TPI dari tahun
2000 hingga 2009 dalam ton. Data ini tersaji dari hasil perikanan
masing-masing provinsi di Indonesia. hal ini menandakan bahwa
hampir sebagian besar provinsi Indonesia memiliki garis pantai dan
potensi perikanan.
Walaupun perairan laut menyimpan ketidakpastian, sehingga hasil
perikanan berdasarkan data tersebut tersaji fluktuatif. Namun hal ini
bukan berarti adalah alasan naik turunnya hasil perikanan. Penelitian
dan pengembangan teknologi penangkapan dan pengolahan hasil
perikanan perlu dilakukan terus menerus.
Teknologi penangkapan modern diperlukan untuk mendapatkan hasil
yang banyak namun tetap menjaga lingkungan laut dan etika perikanan
-60-
-61-
-62-
-63-
-64-
-65-
-66-
-67-
-68-
-69-
Penyempurnaan (finishing)
Aplikasi khusus
-70-
-71-
-72-
-73-
-74-
-75-
-76-
-77-
-78-
-79-
-80-
-81-
LIPI
BATAN
BPPT
LPND
MNI
Industries
General Society
Universities
High Schools
Mendiknas
-82-
-83-
BAB V
KONSEP MEMBANGUN GENERASI
IPTEK NANO
-84-
-85-
-86-
-87-
-88-
-89-
-90-
Fase
Pencapaian
Penguatan Posisi
generasi iptek nano
CNM sebagai basis
pembinaan pelajar
Penguatan
Pembentukan CNM
Penguatan
internal SAINT
2011
2012
2013
2014
2015
Misi
1. Menjadi sarana edukasi, aktualisasi, dan kontribusi berbasis iptek
nano bagi generasi muda Indonesia.
2. Menghidupkan budaya ilmiah bidang iptek nano di perguruan
tinggi.
3. Sebagai jaringan komunikasi antara pelajar Indonesia dengan
sesama pelajar, ilmuwan, praktisi, industriawan dan pemerintah
dalam bidang iptek nano di lingkup nasional maupun global.
Tugas
1. Menyediakan forum dan jejaring komunikasi club nano mahasiswa
atau kelompok studi iptek nano di tingkat nasional.
2. Menyediakan pusat informasi untuk pendidikan iptek nano pelajar.
3. Menjadi fasilitator kerjasama riset antara peneliti dan mahasiswa
serta memberikan kemudahan akses tugas akademik mahasiswa
seperti tugas akhir, kerja praktek, dll.
-91-
Peran
SAINT memiliki 3 peran penting kepada club nano mahasiswa, yaitu
menghimpun, memfasilitasi, dan sumber informasi (MMS)
Gambar 5.2 Tiga peran penting SAINT terhadap club nano mahasiswa
-92-
-93-
-94-
BAB VI
PANDUAN MEMBANGUN GENERASI
IPTEK NANO
-95-
Pembinaan
Penelitian
Produk
Pembinaan :
Menjalankan proses edukasi untuk pengurus dan anggota (intensive
class, diskusi, kunjungan ilmiah, dll)
Penelitian :
Melakukan penelitian, kajian, dan diskusi iptek nano (saintek,
pendidikan, hukum, isu politik, ekonomi dan bisnis)
-96-
C. Struktur Organisasi
Dalam menjalankan roda organisasinya, CNM memiliki perangkat
organisasi standar minimal yeng merupakan turunan dari konsep dasar
arahan organisasi. Struktur organisasi dapat dilihat di gambar 6.1.
-97-
-98-
Admin
Adalah mahasiswa yang memiliki skill administrasi, keuangan, dan
dipilih berdasarkan kesepakatan CNM.
Tugas dan wewenang :
1.
2.
3.
4.
5.
-99-
5.
5.
-100-
2.
3.
4.
5.
-101-
BAB VII
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
VII.1. Kesimpulan
1. Nanoteknologi akan merevolusi iptek dan industri dunia di abab 21
dan akan memberikan dampak sosial yang nyata.
2. Nanoteknologi bersifat ilmiah dan memiliki aplikasi luas untuk
menghasilkan produk kebutuhan manusia.
3. Hingga saat ini, semua negera maju dan berkembang sudah mulai
berlomba-lomba menggunakan nanoteknologi untuk kemajuan
negaranya.
4. Indonesia memiliki keunggulan komparatif SDA dan hal ini sudah
mulai disadari oleh pemerintah (roadmap nanoteknologi indonesia)
dan masyarakat (MNI).
5. Perlu membangun generasi iptek nano sebagai pendukung dan
penerima estafet pembanguan daya saing berbasis iptek nano.
6. Generasi muda indonesia perlu dibina dalam sarana SAINT di level
nasional dan nano club mahasiswa di level kampus.
VII.2. Rekomendasi
1. Perlu sinergisitas dan dukungan antara civitas akademik kampus,
pemerintah dan industriawan/pengusaha dalam membangun
generasi iptek nano.
2. Ilmuwan, praktisi dan pegiat iptek nano diharapkan banyak
menghasilkan referensi berupa buku, perangkat edukasi nano,
jurnal, artikel, dan sejenisnya sebagai referensi pembinaan generasi
iptek nano.
-102-
DAFTAR PUSTAKA
-103-
2014,
www.diknas.go.id, Maret 2011
Maclurcan, Donald C. Nanotechnology and Developing Countries Part 1
: What Possibilites? Journal of Nanotechnology Online Volume 1
September 2005.
Masyarakat Nano Indonesia (MNI) : Profil Organisasi, www.nano.or.id,
Maret 2011
Mongillo J. F. Nanotechnology 101 . London : Greenwood Press, 2007.
Nanotechnology Research Institute (AIST), Japan Nanotechnology
Strategy 2005, Summary on Japan 3rd S&T Basic Plan and METI
Nanotechnology Policy Committee Report, Asia Pacific Nanotech
Weekly, Vol.3. Article No.28 (2005).
National Science and Technology Council, The National Nanotechnology
Initiative: Strategic Plan (2007).
Noyan, E. C. M.,et al., 2003, Maping Exellence in Science and Technology
across Europe.
Nurul T.R., Nano-Edu : Pengenalan Nanoteknologi untuk Pelajar.
Jakarta : Penerbit LIPI Press, 2006.
Nurul T.R., Nanoteknologi : Penentu Daya Saing Bangsa. Jakarta :
Penerbit LIPI Press, 2005.
Nurul T.R. dan Etik M., Nanoteknologi : Meningkatkan Daya Saing
Bangsa Pada Bidang Pertanian dan Pangan. Tangerang : Penerbit
Nanotech Indonesia Press, 2006.
Report President Council of Advisors on Science and Technology (USA),
April 2008.
-104-
-105-
LAMPIRAN
Lampiran 1.
1. Kaderisasi Club Nano Mahasiswa
1.1 Konsep Kaderisasi
Kaderisasi adalah ruh organisasi. Dengan kaderisasi, maka organisasi
mampu menjaga regenerasi para anggotanya. Sumber daya manusia
(SDM) organisasi dibina melalui program-program kaderisasi.
Selanjutnya SDM tersebut akan mampu menggerakkan roda organisasi.
tanpa kaderisasi, maka organisasi tidak akan dapat mempertahankan
eksistensinya. Oleh karena pentingnya kaderisasi, maka Club Nano
Mahasiswa perlu dilengkapi dengan konsep kaderisasi yang terencana
dan terukur. Konsep dasar kaderisasi CNM dibagi menjadi dua, yaitu
konsep kaderisasi soft skill organisasi dan konsep kaderisasi ilmiah.
1.1.1 Konsep Kaderisasi Soft Skill
Kemampuan memimpin, berkomunikasi, mengatur, mengelola, dan
bekerja secara tim adalah soft skill yang perlu dimiliki oleh setiap
mahasiswa untuk menunjang rencana masa depannya. Dalam hal
pengelolaan organisasi, soft skill sangat diperlukan untuk menjalankan
organisasi secara profesional. Oleh karena itu, setiap perguruan tinggi
biasanya sudah memiliki konsep kaderisasi soft skill berdasarkan
kondisi masing-masing dan target kualitas lulusan yang ingin dicapai.
Dalam hal ini, CNM diberikan 2 pilihan pola kaderisasi soft skill.
Pertama adalah pola kaderisasi yang menginduk pada lembaga
mahasiswa yang sudah mapan (misal : BEM, Kelompok Studi,
Himpunan Mahsiswa, dan UKM). Kedua adalah pola kaderisasi mandiri,
artinya CNM sebagai lembaga mandiri (misal : UKM Universitas atau
Fakultas) membuat konsep kaderisasi soft skill dan melaksanakan
program kaderisasi sesuai dengan konsep tersebut. CNM cukup
-106-
-107-
-108-
-109-
5.
Tujuan CD :
1.
2.
-110-
-111-
[1]
[2]
[3]
[4]
[5]
-112-
[6]
[7]
[8]
[9]
[10]
[11]
[12]
[13]
[14]
[15]
[16] O. Shunri and F. David, Silicon Nanoelectronics, New York : CRC Press,
2006.
[17] P. Mario, Silica-Based Materials for Advance Chemical Applications,
Cambridge : RSC Press, 2009.
[18] Bharat Bhushan, Springer Handbook of Nanotechnology, Berlin : Springer,
-113-
[16]
[17]
[18]
[19]
[20]
[21] Dmitry V. Bavykin and Frank C. Walsh, Titanate and Titania Nanotubes :
Synthesis, Properties and Applications, Cambridge : RSC Publishing, 2010.
[22] Nanoforum Report, Nanotechnology in Agriculture and Food, may 2006.
[23] N. Claudio, Nanobiotechnology and Nanobioscience, Singapore : Pan
Stanford Pubslihing, 2009.
[24] B. Patrick et al., Nanoscience : Nanobiotechnology and Nanobiology, Berlin
: Springer, 2007.
[25] W. M. John and R. Ralph, Molecular Biology and Biotechnology, 5th Edition,
Cambridge : RSC Publishing, 2009.
[21]
[22]
[23]
-114-
[24]
[25]
[26]
[27]
[28]
[29]
[30]
[31]
[32]
[33]
[34]
[35]
-115-
[36]
[37]
[38]
[39]
[40]
[41]
[36] Nurul T. R., Nano di Alam, Tangerang Selatan : NanotechINDONESIA, 2009.
[37] Nurul T.R., Nano-Edu : Pengenalan Nanoteknologi untuk Pelajar. Jakarta :
Penerbit LIPI Press, 2006.
[38] Nurul T.R., Nanoteknologi : Penentu Daya Saing Bangsa. Jakarta :
Penerbit LIPI Press, 2005.
[39] Nurul T.R. dan Etik M., Nanoteknologi : Meningkatkan Daya Saing Bangsa
Pada Bidang Pertanian dan Pangan. Tangerang : Penerbit Nanotech
Indonesia Press, 2006.
[40] Atih S. H. dkk. Roadmap Pengembangan Teknologi Industri Berbasis
Nanoteknologi. Departemen Perindustrian Republik Indonesia, 2008.
[41] Yateman A. dkk., Iptek Nano di Indonesia : Terobosan, Peluang dan
Strategi. Yogyakarta : Diglossia Press, 2007.
-116-
Lampiran 2.
Track Record Kegiatan MNI
-117-
-118-
-119-
-120-
-121-
-122-