Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

PANCASILA
SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

Dosen Pengampu
Bambang Irawan,M.Pd

Oleh:
Mery Jayanti (2323290012)
Citra Ayu Maharani (2323290011)

TADRIS BAHASA INDONESIA


FAKULTAS TARBIYAH DAN TADRIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FATMAWATI SUKARNO
BENGKULU
TA.2023
KATA PENGANTAR

Bismillaahirrahmaanirrohiim,
Puji syukur Kehadirat Allah Tuhan Yang Maha Esa atas petunjuk, rahmat,
dan hidayah-Nya penyusun dapat menyelesaikan tugas ini tanpa ada halangan
apapun sesuai dengan waktu yang telah di tentukan.
Makalah ini di susun dalam rangka memenuhi tugas terstruktur pada mata
kuliah Ulumul Qur’an. Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat penyusun
harapkan.
Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi penyusun dan
umumnya bagi para pembaca. Aamiin.

ii
DAFTAR ISI

COVER.....................................................................................................................
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................2
A.Latar Belakang..............................................................................................2
B.Rumusan Masalah.........................................................................................3
C.Tujuan............................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................4
A.Definisi Filsafat.............................................................................................4
B.Rumusan Sila-Sila Pancasila Sebagai Suatu Sistem.....................................8
C.Pancasila sebagai sestem filsafat.................................................................10
D.Inti Sila-Sila Pancasila................................................................................16

BAB III PENUTUP..............................................................................................20


A.Simpulan.....................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................21

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan masyarakat dunia yang semakin cepat secara langsung
ataupun tidak langsung mengakibatkan perubahan besar pada berbagai
bangsa di dunia. Gelombang besar kekuatan internasional dan transnasional
melalui globalisasi telah mengancam, bahkan menguasai eksistensi negara-
negara kebangsaan, termasuk Indonesia. Akibat yang langsung terlihat
adalah terjadinya pergeseran nilai-nilai dalam kehidupan kebangsaan karena
adanya perbenturan.
Kepentingan antara nasionalisme dan internasionalisme. Permasalahan
kebangsaan dan kenegaraan di Indonesia menjadi semakin kompleks dan
rumit manakala ancaman internasional yang terjadi di satu sisi, pada sisi
yang lain muncul masalah internal, yaitu maraknya tuntutan rakyat, yang
secara objektif mengalami suatu kehidupan yang jauh dari kesejahteraan dan
keadilan social Paradoks antara kekuasaan global dengan kekuasaan
nasional ditambahkomplik internal seperti gambaran di atas, mengakibatkan
suatu tarik menarik kepentingan yang secara langsung mengancam jati diri
bangsa. Nilai-nilai baru yang masuk, baik secara sujektif maupun objektif,
serta terjadinya pergeseran nilai di tengah masyarakat yang pada akhirnya
mengancam-prinsip-prinsip hidup berbangsa masyarakat Indonesia. Prinsip
dasar yang telah ditemukan oleh peletak dasar (The founding fathers)
Negara Indonesia yang kemudian diabstraksikan menjadi suatu prinsip dasar
filsafat bernegara, itulah pancasila
Dengan pemahaman demikian, maka pancasila sebagai filsafat hidup
bangsa Indonesia saat ini mengalami ancaman dengan munculnya nilai nilai
baru dari luar dan pergeseran nilai-nilai yang terjadi secara ilmiah harus
disadari bahwa suatu masyarakat suatu bangsa, senantiasa memiliki suatu
pandangan hidup atau filsafat hidup masing-masing, yang berbeda dengan
bangsa lain didunia. Inilah yang disebut sebagai local genius
(kecerdasan/kreatifitas lokal) dan sekaligus sebagai local wisdom (kearifan

2
local) bangsa. Dengan demikian, bangsa Indonesia tidak mungkin memiliki
kesamaan pandangan hidup dan filsafat hidup dengan bangsa lain.
Ketika para pendiri Negara Indonesia menyiapkan berdirinya Negara
Indonesia merdeka, mereka sadar sepenuhnya untuk menjawab suatu
pertanyaan yang fundamental “di atas dasar apakah Negara Indonesia
merdeka ini didirikan?” jawaban atas pertanyaan mendasar ini akan selalu
menjadi dasar dan tolak ukur utama bangsa ini meng-Indonesia. Dengan
kata lain, jati diri bangsa selalu bertolak ukur pada nilai-nilai pancasila
sebagai filsafat bangsa. Pancasila yang terdiri atas lima sila pada hakikatnya
merupakan sistim filsafat. Pemahaman demikian memerlukan pengkajian
lebih lanjut menyangkut aspek ontology, epistemology, dan aksiologi dari
kelima sila pancasila.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang yang telah di jelaskan maka dapat
dibuat perumusan masalah sebagai berikut:
a. Apa pengertian filsafat?
b. Bagaimana rumusan sila-sila Pancasila sebagai suatu sistem?
c. Bagaimana pancasila sebagai sestem filsafat?
d. Bagaimana intisari sila-sila pancasila?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan diatas, tujuan penulisan ini adalah untuk:
a. Mengetahui pengertian pancasila
b. Mengetahui rumusan sila-sila Pancasila sebagai suatu sistem
c. Mengetahui pancasila sebagai sestem filsafat
d. Mengetahui intisari sila-sila pancasila

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Filsafat
Secara etimologis filsafat berasal dari bahasa Yunani, yakni “philein”
yang artunya “cinta” dan “Sophos” yang artinya “hikmah”,
“kebijaksanaan” atau “wisdom”. Jadi secara harfiah “filsafat” mengandung
makna cinta kebijaksanaan. Dan nampaknya hal ini sesuai dengan sejarah
timbulnya ilmu pengetahuan yang sebelumnya dibawah naungan filsafat.
Namun demikian jika kita membahasa pengertian filsafat dalam hubungannya
dengan lingkup bahasannya maka mencakup banyak bidang bahasan antara
lain tentang manusia, alam, pengetahuan, etika, logika dan lain sebagainya.
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, maka muncul pula filsafat
yang berkaitan dengan bidang-bidang ilmu tertentu antara lain filsafat politik,
social, hukum, bahasa, ilmu pengetahuan, agam dan bidang-bidang ilmu
lainnya.1
Berfilsafat berarti berpikir sedalam-dalamnya (merenung) terhadap
sesuatu secara metodik, sistematik, menyeluruh dan universal untuk mencari
hakikat sesuatu. Dengan kata lain, filsafat adalah ilmu yang paling umum
yang mengandung us aha mencari kebijaksanaan dan cinta akan kebijakan.
Kata filsafat untukpertama kali digunakan oleh Phythagoras (582
- 496 SM). Dia adalah seorang ahli piker dan pelopor matematika yang
menganggap bahwa intisari dan hakikat dari semesta ini adalah bilangan.
Namun demikian, banyaknya pengertian filsafat sebagaimana yang diketahui
sekarang ini adalah sebanyak tafsiran para filsuf itu sendiri. Ada tiga hal yang
mendorong manusia untuk berfilsafat, yaitu:
a. Keheranan, sebagian f ilsuf berpendapat bahwa adanya kata heran
merupakan asal dari filsafat. Rasa heran itu akan mendorong untuk
menyelidiki.
b. Kesangsian, merupakan sumber utama bagi pemikiran manusia yang
akan menuntun pada kesadaran. Sikap ini sangat berguna untuk

1
Harus Nasution, Filsafat dan Mistisme dalam Islam. Bulan Bintang, Jakarta, 1973. Hal 4.

4
menemukan titik pangkal yang kemudian tidak disangsikan lagi.
c. Kesadaran akan keterbatasan, manusia mulai berfilsafat jika ia
menyadari bahwa dirinya sangat kecil dan lemah terutama bila
dibandingkan dengan alam sekelilingnya, Kemudian muncul kesadaran
akan keterbatasan bahwa di luar yang terbatas pasti ada sesuatu yang
tidak terbatas.
Pada umumnya terdapat dua pengertian filsafat yaitu filsafat dalam arti
proses dan filsafat dalam arti produk. Selain itu ada pengertian lain, yaitu
filsafat sebagai ilmu dan filsafat sebagai pandangan hidup. Di samping itu,
dikenal pula filsafat dalam arti teoritis dan filsafat dalam arti praktis.
Pancasila dapat digolongkan sebagai filsafat dalam arti produk,
filsafat sebagai pandangan hidup, dan filsafat dalam arti praktis. Hal itu
berarti Pancasila mempunyai fungsi dan peranan sebagai pedoman dan
pegangan dalam sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam kehidupan sehari-
hari dan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara bagi
bangsa Indonesia dimanapun mereka berada.
1. Obyek Filsafat
Filsafat merupakan kegiatan pemikiran yang tinggi dan murni (tidak
terikat langsung dengan suatu obyek). yang mendalam dan daya pikir
subyek manusia dalam memahami segala sesuatu untuk mencari
kebenaran. Berpikir aktif dalam mencari kebenaran adalah potensi
dan fungsi kepribadian manusia. Ajaran filsafat merupakan hasil
pemikiran yang sedalam-dalamnya tentang kesemestaan, secara
mendasar (fundamental dan hakiki). Filsafat sebagai hasil pemikiran
pemikir (filsuf) rnerupakan suatu ajaran atau sistem nilai, baik
berwujud pandangan hidup (filsafat hidup) maupun sebagai
ideologi yang dianut suatu masyarakat atau bangsa dan negara.
Filsafat dernikian, telah tumbuh dan berkembang menjadi suatu
tata nilai yang melernbaga sebagai suatu paham (isme) seperti
kapitalisme, komunisrne, fasisrne dan sebagainya yang cukup
mempengaruhi kehidupan bangsa dan negara modem.

5
Filsafat sebagai kegiatan olah pikir manusia menyelidik
obyek yang tidak terbatas yang ditinjau dari dari sudut isi atau
substansinya dapat dibedakan menjadi:
a. Obyek material filsafat: yaitu obyek pembahasan filsafat yang
mencakup segala sesuatu baik yang bersifat material kongkrit seperti
manusia, alarn, benda. Binatang dan lain-lain, maupun sesuatu yang
bersifat abstrak spiritual seperti nilai-nilai, ide-ide, ideologi, moral,
pandangan hidup dan lain sebagainya.
b. Obyek formal filsafat: cara memandang seorang peneliti terhadap objek
material tersebut.
Suatu obyek material tertentu dapat ditinjau dari berbagai sudut
pandang yang berbeda. Oleh karena itu, terdapat berbagai macam sudut
pandang filsafat yang merupakan cabang-cabang filsafat. Adapun cabang-
cabang filsafat yang pokok adalah:
a. Metafisika, yang membahas tentang hal-hal yang bereksistensi
di balik fisis yang meliputi bidang: ontologi (membicarakan teori
sifat dasar dan ragam kenyataan), kosmologi (membicarakan
tentang teori umum mengenai proses kenyataan, dan antropologi
b. Epistemologi, adalah pikiran-pikiran dengan hakikat
pengetahuan atau kebenaran.
c. Metodologi, adalah ilmu yang membicarakan cara/jalan untuk
memperoleh pengetahuan.
d. Logika, adalah membicarakan tentang aturan-aturan berpikir agar
dapat mengambil kesimpulan yang benar.
e. Etika, membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan tingkah laku
manusia tentang baik-buruk.
f. Estetika, membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan hakikat
keindahan-kejelekan.

6
2. Aliran-Aliran Filsafat
Aliran-aliran utama filsafat yang ada sejak dahulu hingga
sekarang adalah sebagai berikut:
a. Aliran Materialisme, aliran ini mengajarkan bahwa hakikat realitas
kesemestaan, termasuk mahluk hidup dan manusia ialah materi.
Semua realitas itu ditentukan oleh materi (misalnya benda ekonomi,
makanan) dan terika pada hukum alam, yaitu hukum sebab-akibat
(hukum kausalitas) yang bersifat objektif.
b. Aliran Idealisme/Spiritualisme. Aliran ini mengajarkan bahwa ide dan
spirit manusia yang menentuka hidup dan pengertian manusia. Subjek
manusia sadar atas realitas dirinya dan kesemestaan karena ada akal
budi dan kesadaran rohani manusia yang tidak sadar atau mati sarna
sekali tidak menyadari dirinya apalagi realitas kesemestaan. Jadi
hakikat diri dan kenyataan kesemestaan ialah akal budi (ide dan
spirit).
c. Aliran Realisme, aliran ini menggambarkan bahwa kedua aliran di
atas adalah bertentangan, tidak sesuai dengan kenyataan (tidak
realistis). Sesungguhnya, realitas kesemestaan, terutama kehidupan
bukanlah benda (materi) sernata-mata. Kehidupan seperti tampak pada
tumbuh- tumbuhan, hewan, dan manusia mereka hidup berkembang
biak, kemudian tua dan akhirnya mati. Pastilah realitas demikian
lebih daripada sekadar ma teri. Oleh karenanya, realitas adalah
panduan benda (materi dan jasmaniah) dengan yang non materi
(spiritual, jiwa, dan rohaniah).Khusus pada manusia tampak dalam
gejala daya pikir, cipta, dan budi. Jadi menurut aliran ini, realitas
merupakan sintesis antara jasmaniah-rohaniah, materi dan nonmateri.

7
3. Manfaat Mempelajari Filsafat
a. Memperoleh kebenaran yang hakiki
b. Melatih kemampuan berfikir logis
c. Melatih berpikir dan bertindak bijaksana
d. Melatih berpikir rasional dan komprehensif
e. Menyeimbangkan antara pertimbangan dan tindakan sehingga
diperoleh keselarasan hidup
f. Menghasilkan tindakan yang bijaksana

B. Rumusan Sila-Sila Pancasila Sebagai Suatu Sistem


Pancasila yang terdiri atas lima sila pada hakekatnya merupakan suatu
sistem filsafat. Pengertian sistem adalah suatu kesatuan bagian-bagian yaitu
saling berhubungan, saling bekerja sama untuk suatu tujuan tertentu dan
secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang utuh. Sistem lazimnya
memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Suatu kesatuan bagian-bagian.
b. Bagian-bagian tersebut mempunyai fungsi sendiri-sendiri.
c. Saling berhubungan dan saling ketergantungan.
d. Keseluruhannya dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
e. Terjadi dalam suatu lingkungan yag kompleks.
Pancasila yang terdiri atas bagian-bagian yaitu sila-sila Pancasila setiap
sila pada hakekatnya merupakan suatu azas sendiri, fungsi sendiri-sendiri
namun secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang sistematis.
1. Susunan sila-sila pancasila yang bersifat organis
Isi sila-sila Pancasila pada hakikatnya merupakan suatu kesatuan
Dasar Filsafat negara berdasarkan lima sila yang masing-masing
merupakan suatu azas kehidupan. Kesatuan sila-sila Pancasila yang
bersifat organis tersebut pada hakikatnya secara filosofis bersumber pada
hakikat dasar antologis manusia sebagai pendukung dari inti, isi dari sila-
sila Pancasila yaitu hakikat manusia “monopluralis” yang memiliki unsur-
unsur, susunan kodrat jasmani dan rohani, “sifat kodrat” individu-makhluk

8
sosial, dan “kedudukan kodrat” sebagai pribadi berdiri sendiri-makhluk
Tuhan Yang Maha Esa.
2. Dasar epistemologi sila-sila Pancasila
Pancasila sebagai suatu sistem filsafat pada hakikatnya juga
merupakan suatu sistem pengetahuan. Sebagai suatu ideologi maka
Pancasila memiliki tiga unsur pokok agar dapat menarik loyalitas dari
pendukungnya yaitu: 1) Logos yaitu rasionalitas atau penalaran, 2) Pathos
yaitu penghayatan, dan 3) Ethos yaitu kesusilaan. Dasar epitemologis
Pancasila pada hakikatnya tidak dapat dipisahkan dengan dasar
ontologisnya. Pancasila sebagai ideologi bersumber pada nilai-nilai
dasarnya yaitu filsafat Pancasila. Oleh karena itu dasar epistemologi tidak
dapat dipisahkan dengan konsep dasarnya tentang hakikat manusia. Kalau
manusia merupakan basis ontologis dari Pancasila maka dengan demikian
mempunyai implikasi terhadap bangunan epistemologi , yaitu bangunan
epistemologi yang ditempatkan dalam bangunan filsafat manusia.
3. Dasar aksiologis sila-sila Pancasila
Sila-sila sebagai suatu sistem filsafat juga memiliki satu kesatuan
dasar aksiologisnya sehingga nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila
pada hakikatnya juga merupakan suatu kesatuan. Terdapat berbagai
macam teori tentang nilai dan hal ini sangat tergantung pada titik tolak dan
sudut pandangnya masing-masing dalam menentukan tentang pengertian
nilai dan hirarkinya. Misalnya kalangan materialis memandang bahwa
hakikat nilai yang tertinggi adalah nilai material, kalangan hedonis
berpandangan bahwa nilai tertinggi adalah nilai kenikmatan. Namun dari
berbagai macam pandangan tentang nilai dapat kita kelompokkan pada
kedua macam sudut pandang yaitu bahwa sesuatu itu bernilai karena
berkaitan dengan subjek pemberian nilai yaitu manusia. Hal ini bersifat
subjektif namun juga terdapat pandangan bahwa pada hakikatnya sesuatu
itu memang pada dirinya sendiri memang bernilai, ini merupakan
pandangan dari paham objektivisme.

9
4. Nilai-nilai Pancasila sebagai suatu sistem.
Isi arti sila-sila Pancasila pada hakikatnya dapat dibedakan atas
hakikat Pancasila yang umum universal yang merupakan substansi sila-sila
Pancasila, sebagai pedoman pelaksanaan dan penyelenggaraan negara
yaitu sebagai dasar negara yang bersifat umum kolektif serta realisasi
pengalaman Pancasila yang bersifat khusus dan konkrit. Nilai-nilai yang
terkandung dalam sila satu sampai dengan lingkungan merupakan cita-cita
harapan dan dambaan bangssa Indonesia yang akan diwujudkannya. Sejak
dahulu cita-cita tersebut telah didambakan oleh bangssa Indonesia agar
terwujud dalam suatu masyarakat yang gemah rifah loh junawi, tentram
karta raharja. Dengan penuh harapan diupayakan terealisasi dalam sikap
tingkah laku dan perbuatan setiap manusia.

C. Pancasila sebagai sestem filsafat


a. Pancasila Sebagai Jati diri Bangsa Indonesia
Kedudukan dan fungsi Pancasila harus dipahami sesuai
dengan konteksnya, misalnya Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa
Indonesia, sebagai dasar filsafat negara Republik Indonesia, sebagai
ideologi bangsa dan negara Indonesia. Seluruh kedudukan dan fungsi
Pancasila itu bukanlah berdiri secara sendiri-sendiri namun bilamana
dikelompokan maka akan kembali pada dua kedudukan dan fungsi
Pancasila yaitu sebagai dasar filsafat negara dan pandangan hidup bangsa
Indonesia.Pancasila pada hakikatnya adalah sistem nilai (value system)
yang merupakan kristalisasi nilai-nilai luhur kebudayaan bangsa
Indonesia sepanjang sejarah, yang berakar dari unsur-unsur kebudayaan
luar yang sesuai sehingga secara keseluruhannya terpadu menjadi
kebudayaan bangsa Indonesia. Hal itu bisa dilihat dari proses terjadinya
Pancasila yaitu melalui suatu proses yang disebut kausa
materialisme karena nilai-nilai dalam Pancasila sudah ada dan hidup
sejak jaman dulu yang tercermin dalam kehidupan sehari-hari.
Pandangan yang diyakini kebenarannya itu menimbulkan tekad bagi

10
bangsa Indonesia untuk mewujudkan dalam sikap dan tingkah laku serta
perbuatannya. Di sisi lain, pandangan itu menjadi motor penggerak bagi
tindakan dan perbuatan dalam mencapai tujuannya. Dari pandangan
inilah maka dapat diketahui cita-cita yang ingin dicapai bangsa, gagasan
kejiwaan apa saja yang akan coba diwujudkan dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Satu pertanyaan yang sangat
fundamental disadari sepenuhnya oleh para pendiri negara Republik
Indonesia adalah :”di atas dasar apakah Negara Indonesia didirikan”
ketika mereka bersidang untuk pertama kali di lembaga BPUPKI.
Mereka menyadari bahwa makna hidup bagi bangsa Indonesia
harusditemukan dalam budaya dan peradaban bangsa Indonesia sendiri
yang merupakan perwujudan dan pengejawantahan nilai- nilai yang
dimiliki, diyakini dan dihayati kebenarannya oleh masyarakat sepanjang
masa dalam sejarah perkembangan dan pertumbuhan bangsa sejak
lahirnya.
Nilai-nilai itu adalah buah hasil pikiran-pikiran dan gagasan-
gagasan dasar bangsa Indonesia tentang kehidupan yang
dianggap baik. Mereka menciptakan tata nilai yang mendukung tata
kehidupan sosial dan tata kehidupan kerohanian bangsa yang memberi
corak, watak dan ciri masyarakat dan bangsa Indonesia yang
membedakannya dengan masyarakat dan bangsa lainnya. Kenyataan
yang demikian itu merupakan suatu kenyataan objektif yang merupakan
jatidiri bangsa Indonesia.
Jadi nilai-nilai Pancasila itu diungkapkan dan dirumuskan dari
sumber nilai utama yaitu :
a. Nilai-nilai yang bersifat fundamental, universal, mutlak, dan
abadi dari Tuhan Yang Maha Esa yang tercermin dalam inti
kesamaan ajaranajaran agama dalam kitab suci
b. Nilai-nilai yang bersifat kolektif nasional yang merupakan
intisari dari nilai-nilai yang luhur budaya masyarkat (inti
kesatuan adat- istiadat yang baik) yang tersebar di seluruh

11
nusantara.
b. Rumusan Kesatuan Sila-Sila Pancasila Sebagai Suatu Sistem
Pancasila yang terdiri atas lima sila pada hakikatnya
merupakan suatu sistem filsafat. Pengertian sistem adalah suatu kesatuan
bagian-bagian yang saling berhubungan, saling bekerjasama untuk satu
tujuan tertentu dan secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang
utuh. Lazimnya sistem memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Suatu kesatuan bagian-bagian
b. Bagian-bagian tersebut mempunyai fungsi sendiri-sendiri
c. Saling berhubungan dan saling ketergantungan
d. Kesemuanya dimaksudkan untuk mencapai suatu
tujuan bersama (tujuan sistem)
e. Terjadi dalam suatu lingkungan yang kompleks.
Pada hakikatnya setiap sila Pancasila merupakan suatu asas
sendirisendiri, fungsi sendiri-sendiri namun demikian secara keseluruhan
adalah suatu kesatuan yang sistematis dengan tujuan (bersama) suatu
masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila

c. Susunan Kesatuan Sila-Sila Pancasila Yang Bersifat Organis


Isi sila-sila Pancasila pada hakikatnya merupakan suatu
kesatuan peradaban, dalam arti, setiap sila merupakan unsur (bagian yang
mutlak) dari kesatuan Pancasila. Oleh karena itu, Pancasila merupakan
suatu kesatuan yang majemuk tunggal, dengan akibat setiap sila tidak
dapat berdiri sendiri-sendiri terlepas dari sila-sila lainnya. Di samping
itu, di antara sila satu dan lainnya tidak saling bertentangan. Kesatuan
si;a-sila yang bersifat organis tersebut pada hakikatnya secara filisofis
bersumber pada hakikat dasar ontologis manusia sebagai pendukungdari
inti, isi dari sila-sila Pancasila yaitu hakikat manusia ”monopluralis”
yang memiliki unsur-unsur susunan kodrat jasmani-rohani, sifat kodrat
individu-mahluk sosial, dan kedudukan kodrat sebagai pribadi berdiri
sendiri-mahluk Tuhan Yang Maha Esa. Unsur-unsur itu merupakan

12
suatu kesatuan yang bersifat organis harmonis.
d. Susunan Kesatuan Yang Bersifat Hirarkhis Dan Berbentuk Piramida
Hirarkhis dan piramidal mempunyai pengertian yang sangat
matematis yang digunakan untuk menggambarkan hubungan sila-sila
Pancasila dalam hal urut-urutan luas (kuantiítas) dan juga dalam hal isi
sifatnya. Susunan sila-sila Pancasila menunjukkan suatu rangkaian
tingkatan luas dan isi sifatnya dari silasila sebelumnya atau diatasnya.
Dengan demikian, dasar susunan sila-sila Pancasila mempunyai
ikatan yang kuat pada setiap silanya sehingga secara keseluruhan
Pancasila merupakan suatu keseluruhan yang bulat. Oleh karena itu, sila
pertama yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa menjadi basis dari sila-sila
Pancasila berikutnya.
Secara ontologis hakikat Pancasila mendasarkan setiap
silanya pada landasan, yaitu : Tuhan, Manusia, Satu, Rakyat, dan Adil.
Oleh karena itu, hakikat itu harus selalu berkaitan dengan sifat dan
hakikat negara Indonesia. Dengan demikian maka, sila pertama adalah
sifat dan keadaaan negara harus sesuai dengan hakikat Tuhan; sila kedua
sifat dan keadaan negara harus sesuai dengan hakikat manusia; sila ketiga
sifat dan keadaan negara harus satu; silakeempat adalah sifat dan keadaan
negara harus sesuai dengan hakikat rakyat; dan sila kelima adalah sifat
dan keadaan negara harus sesuai dengan hakikat adil. Contoh rumusan
Pancasila yang bersifat hirarkis dan berbentuk pyramidal adalah : sila
pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa adalah meliputi dan menjiwai sila-
sila kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan-
perwakilan serta keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

e. Rumusan Hubungan Kesatuan Sila-Sila Pancasila Yang Saling Mengisi


Dan Saling Mengkualifikasi
Kesatuan sila-sila Pancasila yang majemuk tunggal, hirarkhis
pyramidal juga memiliki sifat saling mengisi dan salng mengkualifikasi.

13
Hal itu dimaksudkan bahwa setiap sila terkandung nilai keempat sila
lainnya, dengan kata lain, dalam setiap sila Pancasila senantiasa
dikualifikasi oleh keempat sila lainnya. Contoh rumusan kesatuan sila-
sila Pancasila yang mengisi dan saling mengkualifikasi adalah sebagai
berikut : sila Ketuhanan Yang Maha Esa adalah berkemanusiaan yang
adil dan beradab, berpersatuan Indonesia, berkerakyatan yang dipimpin
oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan dan
berkeadilansosial bagi seluruh rakyat Indonesia

f. Pancasila Sebagai Ilmu


Filsafat seabagai induk ilmu pengetahuan. Pengetahuan dimulai dari
rasa ingin tahu, kepastian pancasila sebagai system filsafat. Pancasila
sebagai system filsafat adalah pengungkapan. Filsafat sebagai ilmu atau
metode dan filsafat sebagai pandangan hidup hakikat pancasila sebagai
suatu system pengetahuan. Pancasila sebagai system filsafat pada syarat-
syarat filsafat sebagai ilmu adalah pengetahuan hidup “atau filsafat
Negara republic Indonesia yang berdasarkan uud-45 dan pancasila.
Filsafat ilmu adalah dua kata yang saling terkait, baik secara
substansial maupun historis karena kelahiran ilmu tidak lepas dari
peranan filsafat, sebaiknya perkembangan ilmu memperkuat keberadaan
filsafat. Kelahiran filsafat di Yunani menunjukkan pola pemikiran bangsa
Yunani dari pandangan mitologi akhirnya lenyap dan pada gilirannya
rasiolah yang dominan.
Perubahan dari pola pikir mite-mite kerasio membawa implikasi
yang tidak kecil. Alam dengan segala gejalanya, yang selama itu ditakuti
kemudian didekati dan bahkan bisa dikuasai. Perubahan yang mendasar
adalah ditemukannya hukum-hukum alam dan teori-teori ilmiah yang
menjelaskan perubahan yang terjadi, baik alam semesta maupun pada
manusia sendiri.
Filsafat mengambil peran penting karena dalam filsafat kita bias
menjumpai pandangan-pandangan tentang apa saja (kompleksitas,

14
mendiskusikan dan menguji kesahihan dan akuntabilitas pemikiran serta
gagasan-gagasan yang bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan
intelektual (Bagir, 2005). Menurut kamus Webster New World
Dictionary, kata scienceberasal dari kata latin, scire yang artinya
mengetahui. Secara bahasa science berarti “keadaan atau fakta
mengetahui dan sering diambil dalam arti pengetahuan (knowledge) yang
dikontraskan melalui intuisi atau kepercayaan. Namun kata ini
mengalami perkembangan dan perubahan makna sehingga berarti
pengetahuan yang sistematis yang berasal dari 11 observasi, kajian, dan
percobaan-percobaan yang dilakukan untuk menetukan sifat dasar atau
prinsip apa yang dikaji. Sedangkan dalam bahasa Arab, ilmu (ilm)
berasal dari kata alima yang artinya mengetahui. Jadi ilmu secara harfiah
tidak terlalu berbeda dengan science yang berasal dari kata scire. Namun
ilmu memiliki ruang lingkup yang berbeda dengan science (sains).
Filsafat ilmu adalah bagian dari filsafat pengetahuan atau sering juga
disebut epistimologi. Epistimologi berasal dari bahasa Yunani
yakni episcmc yang berarti knowledge, pengetahuan dan logos yang
berarti teori. Istilah ini pertama kali dipopulerkan oleh J.F. Ferier tahun
1854 yang membuat dua cabang filsafat yakni epistemology dan
ontology, ontology.

g. Fungsi Utama Filsafat Pancasila Bagi Bangsa dan Negara Indonesia


Keberadaan Pancasila telah terbukti mampu mempersatukan Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dari perpecahan. Dengan konsep
Bhinneka Tunggal Ika, Pancasila menjadi nilai rujukan kebersamaan
atas beragam budaya dan etnis dari Sabang sampai Merauke. Dari
kenyataan inilah maka fungsi dan peranan Pancasila meliputi:
a. Pancasila sebagai jiwa bangsa Indonesia
b. Pancasila sebagai kepribadian bangsa Indonesia
c. Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia
d. Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum di Indonesia

15
e. Pancasila sebagai perjanjian luhur Indonesia
f. Pancasila sebagai pandangan hidup yang mempersatukan
bangsa Indonesia
g. Pancasila sebagai cita-cita dan tujuan bangsa Indonesia
h. Pancasila sebagai moral pembangunan
i. Pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila
Filsafat Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia
adalah kristalisasi dari nilai-nilai yang dimiliki bangsa itu sendiri, yang
diyakini kebenarannya dan menimbulkan tekad pada bangsa itu untuk
mewujudkannya menjadi negara yang sejahtera (Wellfare State).

D. Inti Sila-Sila Pancasila


Sebagai suatu dasar filsafat Negara maka sila-sila pancasila merupakan
suatu sistem nilai. Oleh karena itu sila-sila pancasila itu pada hakikatnya
merupakan suatu kesatuan. Meskipun dalam setiap sila terkandung nilai-nilai
yang memiliki perbedaan antara satu dengan lainnya, namun kesemuanya itu
tidak lain merupakan suatu kesatuan yang sistematis. Oleh karena itu
meskipun dalam uraian berikut ini menjelaskan nilai-nilai yang terkandung
dalam setiap sila, namun kesemuanya itu tidak dapat di lepaskan
keterkaitannya dengan yang lainnya. Adapun nilai-nilai yang terkandung di
dalam setiap sila adalah sebagai berikut:
a. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
Sila ketuhanan Yang Maha Esa ini nilai-nilainya meliputi dan
menjiwai keempat sila yang lainnya. Dalam sila Ketuhana Yang Maha
Esa terkadung nilai bahwa Negara yang didirikan adalah sebagai
pengejawantahan tujuan manusia sebagai makhluk tuhan yang maha esa.
Oleh karena itu segala hal yang berkaitan dengan pelaksanaan dan
penyelenggaran Negara bahkan moral Negara, moral penyelenggaraan
Negara, politik Negara, pemerintahan Negara, hukum dan peraturan
perundang-undangan Negara, kebebasan dan hak asasi warga Negara harus
di jiwai nilai-nilai ketuhanan yang maha esa.

16
b. Sila Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab
Sila kemanusiaan yang adil dan beradab secara sistematis di dasari
dan di jiwai oleh sila ketuhanan yang maha esa, serta mendasari dan
menjiwai ketiga sila berikutnya. Sila kemanusia sebagai dasasr
fundamental dalam kehidupan kenegaraan, kebangsaan, dan
kemasyarakatan. Nilai kemanusiaan ini bersumber pada dasar filosofis
antropologis bahwa hakikat manusia adalah susunan kodrat rohani (jiwa)
dan raga, sifat kodrat individu dan makhluk sosial, kedudukan kodrat
makhluk pribadi berdiri sediri dan sebagai makhluk tuhan yang maha esa.
c. Persatuan Indonesia
Nilai yang terkandung dalam sila persatuan Indonesia tidak dapat di
pisahkan dengan keempat sila yang lainnya karena seluruh sila
merupakan suatu kesatuan yang bersifat sistematis. Sila persatuan
Indonesia didasari dan dijiwai oleh sila ketuhan yang maha esa dan
kemanusiaan yang adil dan beradab serra mendasari dan di jiwai sila kerak
Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam
Permusyawaratan/Perwakilan dan keadilan social bagi seluruh rakyat
Indonesia.
Dalam sila persatuan Indonesia terkandung nilai bahwa Negara adalah
sebagai penjelmaan sifat kodrat manusia monodualis yaitu sebagai
makhluk individu dan makhluk social. Negara adalah merupakan suatu
persekutuan hidup bersama diantara elemen-elemen yang membentuk
Negara yang berupa, suku, ras, kelompok, golongan maupun kelompok
agama. Oleh karena itu perbedaan merupakan kodrat manusia dan juga
merupakan ciri khas elemen- elemen yang membentuk Negara.
Konsekuensinya Negara adalah beraneka ragam tetapi satu, mengikatkan
diri dalam suatu kesatuan yang di lukiskan dalam suatu sloka Bhinneka
Tunggal Ika. Perbedaan bukannya untuk diruncingan menjadi konflik dan
permusuhan melainkan di arahkan pada suatu sintesa yang saling
menguntungkan yaitu persatuan dalam kehidupan bersama untuk

17
mewujudkan tujuan bersama.
Nilai persatuan Indonesia di dasari dan di jiwai oleh sila ketuhan yang
maha esa dan kemanusiaan yang adil dan beradab. Hal ini terkandung nilai
bahwa nasionalisme Indonesia adalah nasionalisme religious. Yaitu
nasionalisme yang bermodal ketuhanan yang maha esa, nasionalisme yang
humanistik yang menjungjung tinggi harkat dan martabat manusia sebagai
makhluk tuhan. Oleh karena itu nilai-nilai nasionalisme ini harus tercermin
dalam segala aspek penyelenggaraan Negara termasuk dalam era reformasi
dewasa ini. Proses reformasi tanpa mendasarkan pada moral ketuhanan,
kemanusiaan dan memegang teguh persatuan dan kesatuan, maka bukan
tidak mungkin akan membawa kehancuran bagi bangsa Indonesia sepeti
halnya telah terbukti pada bangsa lain misalnya Yugoslavia, Srilanka dan
lain sebagainya.
d. Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam
Permusyawaratan/Perwakilan
Nilai yang terkandung dalam sila Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh
Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan/Perwakilan didasari oleh
sila Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab
serta Persatuan Indonsia, dan mendasari serta menjiwai sila Keadilan
Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indoneisa.
Nilai filosopis yang terkandung di dalamnya adalah bahwa hakikat
Negara adalah sebagai penjelmaan sifat kudrot manusia sebagai makhluk
individu dan makhluk social. Hakikat rakyat adalah merupakan
sekelompok manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, yang
bersatu dan bertujuan mewujudkan harkat dan martabat manusia dalam
suatu wilayah Negara. Negara adalah dari oleh dan untuk rakyat, oleh
karena itu rakyat adalah merupakan asal mula kekuasaan Negara. Sehingga
dalam sila kerakyatan tekandung nilai demokrasi yang secara mutlak harus
dilaksanakan dalam hidup Negara.

18
e. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Nilai yang terkandung dalam Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat
Indonesia di dasari dan di jiwai oleh sila Ketuhanan yang Maha Esa,
Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan
Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam
Permusyawaratan/Perwakilan.2

2
Asep Sulaiman, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraa, Fadillah Press, Bandung 2014,
Halaman 34-37

19
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa Berfilsafat
adalah berpikir secara mendalam dan sungguh-sungguh. Sedangkan Pancasila
sebagai sistem filsafat adalah suatu kesatuan bagian-bagian yang saling
berhubungan, saling bekerjasama antara sila yang satu dengan sila yang lain
untuk tujuan tertentu dan secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang
utuh yang mempunyai beberapa inti sila, nilai dan landasan yang mendasar.

20
DAFTAR PUSTAKA
Notonagoro. 1974. Pancasila Dasar Filsafat Negara. Jakarta: Cetakan Ke-4,
Pantjuran Tudjuh.

Poespowardoyo, Soenaryo. 1989. Filsafat Pancasila. Jakarta: Gramedia


Darmodiharjo, Darji. 1978. Pokok-pokok Filsafat Hukum, Jakarta: PT.
Gramedia.

Kartohadiprojo, Soediman. 1970. Beberapa Pikiran Sekitar Pancasila, Bandung;


Alumni.

Sulaiman, Asep, 2014, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Bandung;


Fadillah Press

21

Anda mungkin juga menyukai