Anda di halaman 1dari 14

TUGAS MATA KULIAH PANCASILA

DOSEN PENGAMPU ACHMAD YUSRON, M.M.


MAKALAH PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

DISUSUN OLEH :
DICKY WAHYUDI
NIM. 2014140137
EMILIA RAHMAN
NIM. 2014140125

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKA RAYA


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
JURUSAN EKONOMI ISLAM
PROGRAM STUDI AKUNTANSI SYARIAH
TAHUN 1442 H / 2020 M
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Assalaamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji dan syukur dengan tulus dipanjatkan kehadirat Allah Swt. karena berkat
rahmat, taufik, dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Asbabun
Nuzul ini.

Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi besar
Muhammad Saw. beserta keluarga dan sahabatnya hingga akhir zaman, dengan diiringi
upaya meneladani akhlaknya yang mulia.

Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas kelompok Pancasila dan
diharapkan kepada pembaca dapat memahami dan memperluas ilmu tentang Pancasila
Sebagai Sistem Filsafat yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber.
Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu. Dalam
penyusunan makalah ini kami sadar bahwa masih ada kekurangan dan kekeliruan, maka
dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga makalah
ini bermanfaat khususnya bagi kami sendiri dan umumnya bagi seluruh pembaca. Aamiin.

Wassalaamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Palangka Raya, 24 Maret 2021

Penulis

Page | 2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ 2


DAFTAR ISI....................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 4
A. LATAR BELAKANG ............................................................................................ 4
B. PERUMUSAN MASALAH ................................................................................... 5
C. TUJUAN PEMBAHASAN..................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................... 6
A. PENGERTIAN FILSAFAT .................................................................................... 6
B. RUMUSAN SILA-SILA PANCASILA SEBAGAI SUATU SISTEM ................. 7
C. PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT ..................................................... 9
D. INTISARI SILA-SILA PANCASILA .................................................................. 10
BAB III PENUTUP .......................................................................................................... 13
A. KESIMPULAN ..................................................................................................... 13
B. SARAN ................................................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 14

Page | 3
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Perkembangan masyarakat dunia yang semakin cepat secara langsung
ataupun tidak langsung mengakibatkan perubahan besar pada berbagai
bangsa di dunia. Gelombang besar kekuatan internasional dan transnasional
melalui globalisasi telah mengancam, bahkan menguasai eksistensi negara-
negara kebangsaan, termasuk Indonesia. Akibat yang langsung terlihat
adalah terjadinya pergeseran nilai-nilai dalam kehidupan kebangsaan karena
adanya perbenturan.

Kepentingan antara nasionalisme dan internasionalisme. Permasalahan


kebangsaan dan kenegaraan di Indonesia menjadi semakin kompleks dan
rumit manakala ancaman internasional yang terjadi di satu sisi, pada sisi
yang lain muncul masalah internal, yaitu maraknya tuntutan rakyat, yang
secara objektif mengalami suatu kehidupan yang jauh dari kesejahteraan dan
keadilan sosial. Paradoks antara kekuasaan global dengan kekuasaan
nasional ditambah konflik internal seperti hal di atas, mengakibatkan suatu
tarik menarik kepentingan secara langsung mengancam jati diri bangsa.
Nilai-nilai baru yang masuk, baik secara subjektif atau objektif, serta
terjadinya pergeseran nilai di tengah masyarakat yang pada akhirnya
mengancam prinsip-prinsip hidup berbangsa masyarakat Indonesia. Prinsip
dasar yang telah ditemukan oleh peletak dasar (the founding fathers) negara
Indonesia yang kemudian diabstraksikan menjadi suatu prinsip dasar filsafat
bernegara, yaitu pancasila. Dengan kata lain, jati diri bangsa selalu bertolak
ukur pada nilai-nilai pancasila sebagai filsafat bangsa. Pancasila yang terdiri
atas lima sila pada hakikatnya merupakan sistem filsafat. Pemahaman
demikian memerlukan pengkajian lebih lanjut menyangkut aspek ontologi,
epistemologi, dan aksiologi dari kelima sila pancasila.

Page | 4
B. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya antara
lain.

1. Apa pengertian filsafat ?.


2. Bagaimana rumusan sila-sila pancasila sebagai suatu sistem ?.
3. Bagaimana pancasila sebagai sistem filsafat ?.
4. Bagaimana intisari sila-sila pancasila ?.

C. TUJUAN PEMBAHASAN
Tujuan pembahasannya berdasarkan rumusan masalah di atas yaitu.

1. Mengetahui pengertian filsafat.


2. Mengetahui rumusan sila-sila pancasila sebagai suatu sistem.
3. Mengetahui pancasila sebagai sistem filsafat.
4. Mengetahui intisari sila-sila pancasila.

Page | 5
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN FILSAFAT
Secara bahasa, kata filsafat berasal dari bahasa Yunani, yakni
“philein” yang artinya “cinta” dan “sophos” yang artinya “hikmah”,
“kebijaksanaan”, atau “wisdom”. Jadi secara harfiah filsafat mengandung
makna cinta kebijaksanaan. Hal ini sesuai dengan sejarah timbulnya ilmu
pengetahuan yang sebelumnya di bawah naungan filsafat. Namun demikian,
jika kita membahas pengertian filsafat dalam hubungannya dengan lingkup
kebahasaannya, maka mencakup banyak bidang bahasan antara lain tentang
manusia, alam, pengetahuan, etika, logika, dan lain sebagainya. Seiring
dengan perkembangan ilmu pengetahuan, maka muncul pula filsafat yang
berkaitan dengan bidang-bidang ilmu tertentu antara lain politik, sosial,
hukum, bahasa, ilmu pengetahuan, agama, dan bidang lainnya.1

Berfilsafat berarti berpikir sedalam-dalamnya (merenung) terhadap


sesuatu secara metodik, sistematik, menyeluruh, dan universal untuk
mencari hakikat sesuatu. Dengan kata lain, filsafat adalah ilmu yang paling
umum yang mengandung usaha mencari kebijaksanaan dan cinta akan
kebijakan.

Pada umumnya pengertian filsafat memiliki arti proses, produk, ilmu,


pandangan hidup, teoritis, dan praktis. Pancasila dapat digolongkan sebagai
filsafat dalam arti produk, pandangan hidup, dan praktis. Hal itu berarti
pancasila memiliki fungsi atau peranan sebagai pedoman dan pegangan
dalam sikap, tingkah laki, atau perbuatan dalam kehidupan sehari-hari serta
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara bagi bangsa
Indonesia.

1
Harun Nasution. Filsafat dan Mistisme dalam Islam. (Bulan Bintang: Jakarta, 1973). Hlm. 4.

Page | 6
B. RUMUSAN SILA-SILA PANCASILA SEBAGAI SUATU SISTEM
Pancasila yang terdiri atas lima sila pada hakikatnya merupakan suatu
sistem filsafat. Pengertian sistem adalah suatu kesatuan bagian-bagian yaitu
saling berhubungan, saling bekerja sama untuk suatu tujuan tertentu dan
secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang utuh. Setiap sila
pancasila pada hakikatnya merupakan suatu fungsi tersendiri namun secara
keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang sistematis.

1. Susunan sila-sila pancasila yang bersifat organis


Isi sila-sila pancasila adalah suatu kesatuan dasar filsafat
negara yang masing-masing silanya merupakan suatu asas
kehidupan. Kesatuan sila-sila pancasila yang bersifat organis
secara filosofis bersumber pada hakikat dasar antologis manusia
sebagai pendukung dari inti, isi dari sila-sila pancasila yaitu
manusia “monopluralis” yang memiliki unsur-unsur, susunan
kodrat jasmani dan rohani, sifat kodrat individu makhluk sosial,
dan kedudukan kodrat sebagai pribadi berdiri sendiri makhluk
Tuhan Yang Maha Esa.
2. Dasar epistemologi sila-sila pancasila
Pancasila sebagai suatu sistem filsafat juga merupakan
suatu sistem pengetahuan. Sebagai suatu ideologi maka
pancasila memiliki tiga unsur pokok agar dapat menarik
loyalitas dari pendukungnya, yaitu :
 Logos yaitu rasionalitas atau penalaran.
 Pathos yaitu penghayatan.
 Ethos yaitu kesusilaan.
Dasar epistemologi pancasila pada hakikatnya tidak dapat
dipisahkan dengan dasar ontologinya. Pancasila sebagai ideologi
bersumber pada nilai-nilai dasarnya yaitu filsafat Indonesia.

Page | 7
3. Dasar aksiologis sila-sila pancasila
Sila-sila sebagai suatu sistem filsafat juga memiliki suatu
kesatuan dasar aksiologinya sehingga nilai-nilai yang
terkandung dalam pancasila pada hakikatnya juga merupakan
suatu kesatuan. Terdapat berbagai macam teori tentang nilai dan
hal ini sangat tergantung pada titik tolak dan sudut pandangnya
masing-masing dalam menentukan pengertian nilai dan
hirarkinya. Misalnya kalangan materialis memandang bahwa
hakikat nilai yang tertinggi adalah nilai material, kalangan
hedonis berpandangan bahwa nilai tertinggi adalah nilai
kenikmatan. Namun dari berbagai macam pandangan tentang
nilai dapat kita kelompokkan pada kedua macam sudut pandang
yaitu bahwa sesuatu itu bernilai karena berkaitan dengan subjek
pemberian nilai yaitu manusia. Hal ini bersifat subjektif namun
juga terdapat pandangan bahwa pada hakikatnya sesuatu itu
memang pada dirinya sendiri memang bernilai, ini merupakan
pandangan dari paham objektivitisme.
4. Nilai-nilai pancasila sebagai suatu sistem
Isi arti sila-sila pancasila dapat dibedakan atas hakikat
yang umum universal yang merupakan substansi sila-sila
pancasila, sebagai pedoman pelaksanaan dan penyelenggaraan
negara yaitu sebagai dasar negara yang bersifat umum kolektif
serta realisasi pengamalan pancasila yang bersifat khusus dan
konkrit. Nilai-nilai yang terkandung dalam masing-masing sila
merupakan cita-cita harapan dan dambaan bangsa Indonesia
yang akan diwujudkan. Sejak dahulu cita-cita tersebut telah
didambakan oleh bangsa Indonesia agar terwujud dalam suatu
masyarakat yang gemah rifah loh junawi, tentram karta raharja.

Page | 8
Dengan penuh harapan diupayakan terealisasi dalam sikap
tingkah laku dan perbuatan setiap manusia.2

C. PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT


1. Pancasila sebagai jati diri bangsa Indonesia
Kedudukan dan fungsi pancasila harus dipahami sesuai
dengan konteksnya, misalnya pancasila sebagai pandangan
hidup, sebagai dasar filsafat negara, dan sebagai ideologi
bangsa. Seluruh kedudukan dan fungsi pancasila itu bukanlah
berdiri secara sendiri-sendiri namun jika dikelompokkan maka
akan kembali pada dua kedudukan dan fungsi pancasila yaitu
sebagai dasar filsafat negara dan pandangan hidup bangsa
Indonesia. Pancasila pada hakikatnya adalah sistem nilai (value
system) yang merupakan kristalisasi nilai-nilai luhur kebudayaan
bangsa Indonesia sepanjang sejarah, yang berakar dari unsur-
unsur kebudayaan luar yang sesuai sehingga secara
keseluruhannya terpadu menjadi kebudayaan bangsa Indonesia.
Hal itu bisa dilihat dari proses terjadinya pancasila yaitu melalui
suatu proses yang disebut kausa materialisme karena nilai-nilai
dalam pancasila sudah ada dan hidup sejak lama yang tercermin
dalam kehidupan sehari-hari.
2. Susunan kesatuan sila-sila pancasila yang bersifat hirarkis dan
berbentuk piramidal
Kesatuan yang bersifat hirarkis dan berbentuk piramidal
memiliki pengertian yang sangat matematis yang digunakan
untuk menggambarkan hubungan sila-sila pancasila dalam hal
urut-urutan luas (kuantitas) dan juga dalam hal isi sifatnya.
Dengan demikian, dasar susunan sila-sila pancasila mempunyai
ikatan yang kuat pada setiap silanya.

2
Soenaryo Poespowardoyo. Filsafat Pancasila. (Gramedia: Jakarta, 1989).

Page | 9
Secara ontologi hakikat pancasila mendasarkan setiap
silanya pada landasan, yaitu Tuhan, manusia, satu, rakyat, dan
adil. Dengan demikian, maka sila pertama adalah sifat dan
keadaan negara harus sesuai dengan hakikat Tuhan. Sila kedua
adalah sifat dan keadaan negara harus sesuai dengan hakikat
manusia. Sisa ketiga adalah sifat dan keadaan negara harus satu.
Sila keempat adalah sifat dan keadaan negara harus sesuai
dengan hakikat rakyat. Terakhir sila kelima adalah sifat dan
keadaan negara harus sesuai dengan hakikat adil.
3. Fungsi utama filsafat pancasila bagi bangsa dan negara
Indonesia
Filsafat pancasila sebagai pandangan hidup bangsa
Indonesia adalah kristalisasi dari nilai-nilai yang dimiliki bangsa
itu sendiri, yang diyakini kebenarannya dan menimbulkan tekad
pada bangsa itu untuk mewujudkannya menjadi negara
sejahtera. Dari hal tersebut maka fungsi dan peranan pancasila
meliputi :
 Sebagai jiwa bangsa.
 Sebagai kepribadian bangsa.
 Sebagai dasar negara.
 Sebagai segala sumber hukum.
 Sebagai perjanjian luhur.
 Sebagai pandangan hidup yang mempersatukan
bangsa.
 Sebagai cita-cita dan tujuan bangsa.
 Sebagai moral pembangunan dan pengamalan.

D. INTISARI SILA-SILA PANCASILA


Sebagai suatu dasar filsafat negara, sila-sila pancasila merupakan
suatu sistem nilai. Dalam setiap sila terkandung nilai-nilai atau inti yang

Page | 10
memiliki perbedaan antara satu dengan lainnya yang merupakan suatu
kesatuan yang sistematis. Adapun nilai-nilai atau inti yang terkandung
dalam setiap sila adalah sebagai berikut.

1. Sila Pertama
Sila pertama ini nilai-nilainya meliputi dan menjiwai
keempat sila lainnya. Dalam sila “Ketuhanan” ini terkandung
nilai bahwa negara yang didirikan adalah sebagai
pengejawantahan tujuan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang
Maha Esa.
2. Sila Kedua
Sila kedua ini didasari dan dijiwai oleh keempat sila
lainnya. Sila “Kemanusiaan” sebagai dasar fundamental dalam
kehidupan bernegara, berbangsa, dan bermasyarakat. Nilai
kemanusiaan ini bersumber pada filosofis antropologis bahwa
hakikat manusia adalah susunan kodrat rohani (jiwa) dan raga,
sifat kodrat individu dan makhluk sosial, dan kedudukan kodrat
makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
3. Sila Ketiga
Nilai yang terkandung dalam sila “Persatuan” tidak dapat
dipisahkan dengan keempat sila lainnya karena didasari dan
dijiwai oleh keempat sila tersebut. Dalam sila ini terkandung
nilai penjelmaan sifat kodrat manusia monodualis yaitu sebagai
makhluk individu dan sosial. Negara adalah suatu persekutuan
hidup bersama diantara elemen-elemen yang membentuk negara
berupa suku, ras, kelompok, golongan, maupun agama. Oleh
karena itu perbedaan membentuk suatu negara yang beraneka
ragam tetapi tetap satu, mengikatkan diri dalam suatu kesatuan
yang dilukiskan dalam suatu sloka Bhinneka Tunggal Ika.
Perbedaan bukan untuk diruncingkan menjadi konflik dan
permusuhan melainkan diarahkan pada suatu sintesa yang saling

Page | 11
menguntungkan yaitu persatuan dalam kehidupan bersama
untuk mewujudkan tujuan bersama.
4. Sila Keempat
Nilai filosofis yang terkandung dalam sila “Kerakyatan”
ini adalah hakikat rakyat merupakan sekelompok makhluk yang
bersatu dan bertujuan mewujudkan harkat dan martabat manusia
dalam suatu wilayah negara. Negara adalah dari, oleh, dan untuk
rakyat. Oleh karena itu rakyat merupakan asal mula kekuasaan
negara sehingga dalam sila ini terkandung nilai demokrasi yang
secara mutlak harus dilaksanakan dalam hidup negara.
5. Sila Kelima
Nilai yang terkandung dalam sila “Keadilan” ini yaitu
tentang keadilan yang merata bagi setiap rakyat di Indonesia
dalam berbagai bidang.3

3
Asep Sulaiman. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. (Fadillah Press: Bandung, 2014).
Hlm. 34-37.

Page | 12
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa berfilsafat
yakni berpikir secara mendalam dan bersungguh-sungguh. Lalu pancasila
sebagai sistem filsafat adalah suatu kesatuan yang bagiannya saling
berhubungan dan bekerjasama antara sila satu dengan lainnya untuk tujuan
tertentu serta keseluruhan merupakan kesatuan yang utuh yang mempunyai
beberapa intisari pancasila, nilai, dan landasan yang mendasar.

B. SARAN
Dengan disusunnya makalah ini penulis berharap pembaca dapat
mengetahui secara umum tentang kajian pancasila sebagai sistem filsafat.
Untuk lebih lengkapnya pembaca dapat mempelajari dan mengkaji dari
berbagai sumber lainnya karena penulis hanya membahas secara umum
tentang pancasila sebagai sistem filsafat.

Page | 13
DAFTAR PUSTAKA

Nasution, Harun. 1973. Filsafat dan Mistisme dalam Islam. (Bulan


Bintang: Jakarta).

Poespowardoyo, Soenaryo. 1989. Filsafat Pancasila. (Gramedia:


Jakarta).

Sulaiman, Asep. 2014. Pendidikan Pancasila dan


Kewarganegaraan. (Fadillah Press: Bandung).

Page | 14

Anda mungkin juga menyukai