Anda di halaman 1dari 9

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGY

DAN DASAR NEGARA


Disusun untuk memenuhi tugas:
Mata kuliah : Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan
Dosen Pengampu : Mahbubi, M.H.

Disusun oleh :
Mohammad Hizbi Whathony

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)
AL –MUJTAMA’
PAMEKASAN
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT. Atas berkat rahmatNya berupa nikmat iman dan

kesehatan ini akhirnya penulis bisa menyelesaikan makalah bertema pancasila. Tidak lupa shalawat

serta salam terurah limpahkan bagi Baginda Nabi Muhammad SAW yang syafaatnya akan kita

nantikan kelak.

Dengan kerendahan hati, penulis memohon maaf apabila ada ketidak sesuaian kalimat dan

kesalahan. Meskipun demikian, penulis terbuka pada kritikan dan saran dari pembaca demi

kesempurnaan makalah.

Pamekasan ,15 September 2023

Penulis

x
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................x
DAFTAR ISI ......................................................................................................................xI
BAB 1 PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT.................................................................1
A. PENGERTIAN FILSAFAT................................................................................................1
B. PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT.......................................................................2

BAB 2 PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGY DAN DASAR NEGARA....................................................3


A. PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA..................................................................3
B. PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA ......................................................................4

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................6

xI
BAB 1
PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

A. PENGERTIAN FILSAFAT

Secara etimologi istilah “filsafat” berasal dari bahasa Yunani “philein” yang artinya “cinta”
dan “sophos” yang artinya “hikmah” atau “kebijaksanaan” atau “wisdom” (Notonagoro 1974:
43). Jadi, secara harfiah istilah filsafat mengandung makna cinta kebijaksanaan. Sedangkan
dalam wacana ilmu pengetahuan, pengertian filsafat sangat sederhana dan mudah difahami.
Filsafat adalah satu bidang ilmu yang senantiasa ada dan menyertai kehidupan manusia.
Manusia dalam kehidupannya pasti memilih pandangan hidup yang dianggap paling benar,
paling baik, dan membawa kesejahteraan dalam kehidupannya. Pilihan pandangan hidup
itulah yang disebut filsafat.

Begitupun dengan bangsa-bangsa di dunia yang dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara senantiasa memiliki suatu pandangan, filsafat, serta pegangan hidup agar tidak
terombang-ambing dalam kancah pergaulan masyarakat internasional. Setiap bangsa
memiliki ciri khas serta pandangan hidup yang berbeda dengan bangsa lain. Negara
komunisme dan liberalisme meletakkan dasar filsafat negaranya pada suatu konsep ideologi
tertentu, misalnya komunisme mendasarkan ideologinya pada suatu konsep pemikiran Karl
Marx. Berbeda dengan bangsa-bangsa lain, bangsa Indonesia mendasarkan pandangan
hidupnya dalam bermasyarakat. Berbangsa, dan bernegara pada suatu asas kultural yang
dimiliki dan melekat pada bangsa itu sendiri.

Nilai-nilai kenegaraan dan kemasyarakatan yang terkandung dalam silasila Pancasila bukan
hanya merupakan suatu hasil konscptual sescorang saja melainkan merupakan hasil karya
besar bangsa Indonesia sendiri, yang diangkat dari nilai-nilai kultural yang dimiliki oleh
bangsa Indonesia sendiri melalui proses refleksi filosofi para pendiri negara, seperti
Sockarno, M. Yamin, M. Hatta. Soepomo. Serta para tokoh pendiri negara lainnya.

Melalui perjalanan sejarah yang sangat panjang. Hingga pada akhirnya bangsa ini menjadikan
Pancasila sebagai dasar filsafat negara yang secara resmi disahkan oleh Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada tanggal 18 Agustus 1945 dan tercantum dalam
Pembukaan UUD 1945. Serta diundangkan dalam Berita Republik Indonesia Tahun II No. 7
bersama-sama dengan batang tubuh UUD 1945.

B. PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

Nilai-nilai esensial Pancasila yang terdiri atas lima sila pada hakikatnya merupakan sistem
filsafat. Sistem adalah suatu kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan. Saling bekerja
sama untuk satu tujuan tertentu dan secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang
utuh. Sistem lazimnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

1. Suatu kesatuan bagian-bagian.

1
2. Saling berhubungan, saling ketergantungan.

3. Kescmuanya dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan bersama (tujuan sistem)

4. Terjadi dalam suatu lingkungan yang kompleks (Katusoff O, Louis, 2004: 22).

Merujuk ciri-ciri dari sistem terscbut, Pancasila terdiri atas suatu kesatuan bagian-bagian,
yaitu sila-sila Pancasila. Susunan Pancasila adalah hierarkis dan mempunyai bentuk
piramidal. Pengertian matematika piramidal digunakan untuk menggambarkan hubungan
hierarki sila-sila dari Pancasila dalam urut-urutan luas (kuantitas) dan sifat-sifatnya (kualitas).

Sila-sila Pancasila merupakan sistem filsafat yang pada hakikatnya merupakan suatu
kesatuan organis. Antara sila-sila Pancasila saling berkaitan, saling berhubungan, bahkan
saling mengualifikasi. Sila yang satu senantiasa dikualifikasi olch sila-sila lainnya. Dengan ini
maka Pancasila pada hakikatnya merupakan sistem, dalam pengertian bahwa bagian-bagian
sila-silanya saling berhubungan secara erat sehingga membentuk suatu struktur yang
menyeluruh. Pancasila sebagai suatu sistem juga dapat dipahami dari pemikiran dasar yang
terkandung dalam Pancasila, yaitu pemikiran tentang manusia dalam hubungannya dengan
Tuhan yang Maha Esa, dengan dirinya sendiri, dengan sesama manusia, dengan masyarakat
bangsa yang nilainilainya telah dimiliki olch bangsa Indonesia. Pancasila scbagai suatu sistem
filsafat akan memberikan ciri-ciri khas yang tidak terdapat pada sistem filsafat lainnya.

2
BAB 2

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGY DAN DASAR NEGARA

A. PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA

Secara harfiah, Pancasila terdiri dari dua kata, yaitu panca yang berarti lima dan sila yang berarti
aturan yang melatarbelakangi perilaku seseorang atau sebuah bangsa, kelakuan atau perbuatan
sesuai dengan adab dan moral yang dijadikan sebagai dasar. Oleh karena itu, Pancasila berarti
rangkaian lima aturan tentang dasar-dasar atau prinsip-prinsip petunjuk perilaku dan perbuatan
masyarakat bangsa Indonesia. Kelima sila tersebut kemudian dijadikan sebagai pandangan
hidup, keyakinan cita-cita (ideologi) bangsa Indoncsia guna memecahkan berbagai persoalan
yang dihadapi olch bangsa Indonesia ke depan (Subagyo, 2003: 5—9).

Pancasila yang merupakan hasil pemikiran bangsa Indonesia, telah dijadikan sebagai idcologi,
pandangan hidup, keyakinan dan cita-cita bangsa dan negara dalam menjalankan kehidupan
bersama seluruh masyarakat Indonesia menuju kehidupan masa depan yang lebih baik.
Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa dan negara Indonesia, bermula dari perumusan
pandangan hidup masyarakat, kemudian dituangkan dan dikembangkan menjadi pandangan
hidup bangsa dan negara. Pandangan hidup seperti ini dapat disebut sebagai ideologi, yang
kemudian dirumuskan menjadi idcologi bangsa dan negara Indonesia. Pancasila sebagai
pandangan hidup bangsa dan negara kemudian dapat diproyeksikan kembali menjadi
pandangan hidup masyarakat, serta tercermin dalam sikap hidup pribadi masing-masing
warganya (Darmodihardjo, 1978: 35).

Pancasila sebagai ideologi atau pandangan hidup bangsa Indonesia merupakan hasil
perenungan mendalam mengenai masa depan kehidupan yang dicita-citakan, serta prinsip
hidup sesuai dengan cita-cita masa depan bangsa Indoncsia. Suatu pandangan hidup pasti
mengandung isi tentang konsep-konsep dasar mengenai masa depan dan cita-cita yang
diharapkan, serta cara mencapainya secara prinsipiil. Pancasila merupakan pandangan hidup
yang harus dijadikan sebagai pedoman dalam melakukan gerakangerakan dalam hidup. karena
secara historis Pancasila merupakan kristalisasi nilai yang telah lama ada dan hidup serta
berkembang dalam akar pribadi dan budaya bangsa Indonesia.

Pancasila sebagai ideologi, dituntut tetap pada jati dirinya, baik ke dalam (segi intrinsik) maupun
keluar (segi ekstrinsik). Ke dalam berarti Pancasila harus (4) konsisten, (2) koheren, dan (3)
koresponden. Ke luar berarti Pancasila harus menjadi penyalur dan penyaring kepentingan, baik
horizontal maupun vertikal.

Pancasila harus “konsisten” artinya sesuai, harmonis, dan berhubungan secara logis. antara sila
satu dengan sila lainnya, begitu juga dengan pasalpasal dalam UUD 1945. Misalnya, sila kesatu
(Ketuhanan Yang Maha Esa) mempunyai hubungan logis dengan Pasal 29 (Agama) dalam UUD
1945, sila kedua (Kemanusiaan yang adil dan beradab) memiliki hubungan dengan
kemerdekaan, sila ketiga (Persatuan Indonesia) berhubungan dengan Pasal 18 dalam UUD 1945
(pemerintah daerah).

3
Pancasila harus koheren, artinya satu sila harus terkait dengan sila yang lain. Sila kemanusiaan
tidak boleh lepas dari sila ketuhanan. Sila persatuan tidak boleh lepas dari sila kemanusiaan dan
seterusnya. Oleh karena itu, susunan pancasila adalah hierarkis dan mempunyai bentuk piramid.
Urutan dalam lima sila menunjukkan suatu rangkaian kesatuan yang bulat (Notonegoro, 1974:
32).

Pancasila harus koresponden, artinya cocok antara teori dengan praktik. Seorang pancasilais
tidak bisa menjadi scorang pembunuh, karcna pembunuhan itu tidak sesuai dengan
kemanusiaan. Inkorespondensi terbesar terjadi pada pra-1965, ketika penguasa kita menyetujui
PKI yang nyatanyata anti Tuhan. Padahal dalam Pancasila kita mengakui adanya Ketuhanan Yang
Maha Esa dan Persatuan Indonesia. Korespondensi menuntut supaya kenyataan politik ditata
kembali sehingga ada sesuaian antara kenyataan dengan ideologi (Kuntowijoyo, 1997: 67).

Selain itu, Pancasila sebagai ideologi diharapkan dapat mempersatukan seluruh penduduk
bangsa Indonesia secara politis, serta dapat mewakili dan menyaring berbagai kepentingan,
mengandung pluralisme agama dan dapat menjamin kebebasan beragama. Meskipun ada pihak
yang tidak setuju dengan pancasila sebagai ideologi. tetapi sampai sekarang Pancasila masih
tetap sebagai ideologi negara. Fungsi Pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara adalah
sebagai sarana pemersatu antara berbagai kelompok, suku, ras, dan antar golongan dalam
seluruh wilayah Nusantara Indonesia.

Selain itu, Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia memiliki dimensi idealisme nasional,
yakni suatu hal yang harus dituju dalam kehidupan rakyat/ bangsa Indonesia. Scbagai idcalisme
nasional maka Pancasila berfungsi sebagai pendidik dan penuntun arah menuju terbentuknya
manusia Indonesia yang pancasilais, yaitu manusia yang dihayati, dijiwai, dan bermoral
Pancasila. Seorang yang pancasilais sesungguhnya merupakan cita-cita nasional bangsa
Indonesia.

Visi bangsa Indonesia adalah terwujudnya masyarakat Indonesia yag damai, demokratis,
berkeadilan, berdaya saing, maju, dan sejahtera dalam wadah negara kesatuan Republik
Indonesia yang didukung oleh manusia Indonesia yang sehat, mandiri, beriman, bertagwa,
berakhlak mulia, cinta tanah air, berkesadaran hukum dan lingkungan, menguasai ilmu
pengetahuan dan teknologi. memiliki etos kerja yang tinggi, dan berdisiplin.

Adapun misi bangsa Indonesia adalah: (a) pengamalan Pancasila secara konsisten dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara: (b) peningkatan pengamalan ajaran
agama dalam kehidupan sehari-hari untuk mewujudkan kualitas kemanusiaan dan ketagwaan
kepada Tuhan Yang Maha Esa dalam kehidupan dan eratnya persaudaraan umat beragama yang
berakhlak mulia, toleransi, rukun, dan damai.

B. PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA

Selain Pancasila sebagai ideologi, Pancasila juga sebagai dasar negara Republik Indonesia. Hal
tersebut telah disepakati sejak bangsa Indonesia memproklamasikan diri sebagai negara
merdeka pada 17 Agustus 1945. Semua pengaturan penyelenggaraan kehidupan kenegaraan
bagi bangsa Indonesia harus mengacu pada Pancasila. Di samping itu, Pancasila juga dikatakan
sebagai sumber dari segala sumber hukum di Indonesia. Ini berarti bahwa berbagai upaya
pengembangan tata kehidupan kenegaraan yang berkaitan dengan norma dan aturan hukum
apa pun dalam kehidupan berbangsa harus berdasarkan Pancasila.

4
Rumusan Pancasila sebagai dasar negara RI yang sah telah tercantum dalam Pembukaan UUD
1945 pada alenia keempat yang memuat kalimat, “Maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan
Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yang berbentuk dalam
suatu

susunan Negara Republik Indonesia. yang berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada
Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, dan
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan,
serta dengan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.”

Catatan sejarah dalam rumusan alinea keempat juga dapat diperoleh pengertian bahwa
Pancasila mendasari UUD 1945. Pancasila sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD
1945, selanjutnya dituangkan dalam wujud berbagai aturan dasar, seperti yang terdapat dalam
Batang Tubuh UUD 1945 dalam bentuk pasal-pasalnya, yang kemudian djabarkan lagi ke dalam
berbagai Ketetapan MPR serta peraturan perundang-undangan lainnya secara tertulis.
Sementara itu, yang tidak tertulis terpelihara dalam konveksi alau kebiasaan kewarganegaraan
dan ketatanegaraan. Terkait dengan hal tersebut, Pancasila mempunyai sifat mengikat dan
keharusan, atau bersifat imperatif, artinya sebagai norma hukum yang tidak boleh dilanggar atau
dikesampingkan.

Selain itu, pembentukan Peraturan Perundangan juga dipertegas dalam UU No. 10 Tahun 2004
yang menyatakan bahwa Pancasila merupakan sumber dari segala sumber hukum. Sementara
UUD 1945 merupakan hukum dasar dalam peraturan perundangan. Ini artinya, peraturan
perundangan yang berada di bawah Pancasila dan UUD 1945 tidak boleh bertentangan dengan
kedua sumber hukum tersebut.

Pancasila disebut sebagai sumber dari segala sumber hukum karena Pancasila melahirkan dan
menjadi landasan sumber-sumber hukum sebagaimana disebutkan di atas. Scbagai Dasar
Negara, Pancasila dituntut untuk bersifat statis dan dinamis. Statis karena Pancasila harus relatif
tetap, tidak berubah. Dinamis karena Pancasila telah mendorong pengembangan ide-ide dan
konsep-konsep pembangunan.

Dengan demikian. seluruh dinamika kehidupan kenegaraan, kebangsaan, dan kemasyarakatan di


Indonesia lahir atas dorongan Pancasila dan di dasarkan pula kepadanya. Secara teoretis, jika
ketetapan tersebut digunakan sebagai acuan atau rujukan dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara maka reformasi tidak mungkin menyimpang dari nilai ketuhanan, kemanusiaa,
persatuan. kerakyatan, serta keadilan.

5
DAFTAR PUSTAKA

Pendidikan pancasila dan kewarganegaraan (PPKn). Anis Sri Wahyuni, Jakarta: Bumi Aksara. 2019.

Pendidikan kewarganegaraan untuk perguruan tinggi. Direktorat jenderal pembelajaran dan


kemahasiswaan cetakan I. Jakarta: RISTEKDIKTI, 2016.

Pendidikan kewarganegaraan untuk perguruan tinggi. Prof. Dr. H. Kaelan, M.S. Yogyakarta:
Paradigma. 2016.

Pendidikan pancasila. Prof. Dr. H. Kaelan, M.S. Yogyakarta: paradigma. 2016

Anda mungkin juga menyukai