Anda di halaman 1dari 18

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT berkat Rahmat dan karunia-
Nya makalah tentang “Pancasila Sebagai Sistem Filsafat” ini dapat diselesaikan
dengan lancar.

Kami mengucapkan terima kasih kepada teman- teman yang terlibat dalam
penulisan makalah ini dan tidak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih
kepada Bapak Dosen yang telah membimbing kami dalam penyusunan makalah
ini. Makalah ini merupakan kajian beberapa aspek tentang pancasila sebagai
filsafat.

Kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan dan


penyusunan makalah ini, kritik dan saran sangat kami harapkan demi kebaikan
dimasa datang.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................1

DAFTAR ISI............................................................................................................2

BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................3

A. Latar Belakang..............................................................................................3

B. Tujuan...........................................................................................................3

BAB 2 LANDASAN TEORI...................................................................................4

A. Pengertian Filsafat.........................................................................................4

B. Rumusan Kesatuan Sila-sila Pancasila Sebagai Suatu Sistem......................7

1. Susunan Kesatuan Sila-Sila Pancasila yang Bersifat Organis...................7

2. Susunan Pancasila Yang Bersifat Hierarkis dan Berbentuk Piramidal.....8

B. Rumusan Hubungan Kesatuan Sila-Sila Pancasila yang Saling Mengisi dan


Saling Mengkualifikasi.......................................................................................11

C. Nilai-nilai Pancasila Berwujud dan Bersifat Filosofis................................12

D. Nilai-nilai Pancasila Menjadi Dasar dan Arah Keseimbangan Antara Hak


dan Kewajiban Asasi Manusia...........................................................................13

BAB 3 STUDI KASUS..........................................................................................15

BAB 4 PEMBAHASAN........................................................................................17

BAB 5 PENUTUP.................................................................................................22

A. Saran............................................................................................................22

B. Kesimpulan.................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................24
BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebagai sistem filsafat di Indonesia, tentu saja Pancasila
memegang peranan yang sangat penting bagi paradigma dan arah hidup
bangsa Indonesia baik sebagai pedoman dalam memperjuangkan
kemerdekaan, juga sebagai alat pemersatu dalam kehidupan berbangsa,
serta sebagai pandangan hidup untuk kehidupan manusia Indonesia sehari-
hari.
Pancasila sebagai filsafat negara indonesia yang harus diketahui
oleh seluruh warga negara Indonesia agar menghormati, menghargai,
menjaga dan menjalankan nilai- nilai yang terkandung didalamnya, bukan
hanya sebagai nilai tertulis atau nilai simbolik semata, melainkan dijadikan
sebagai acuan bentuk menjalankan proses kehidupan berbangsa dan
bernegara.

B. Tujuan
Tujuan dari penulis makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui pengertian tentang filsafat.
2. Untuk mengetahui rumusan kesatuan sila-sila pancasila sebagai
suatu sistem.
3. Untuk mengetahui nilai-nilai pancasila berwujud dan bersifat
filosofis.
Untuk mengetahui nilai-nilai pancasila menjadi dasar dan arah keseimbangan
anatara hak dan kewajiban asasi manusia.
BAB 2 LANDASAN TEORI

A. Pengertian Filsafat
1. Pengertian Filsafat
Secara etimologis istilah ”filsafat“ atau dalam bahasa Inggrisnya
“philosophi” adalah berasal dari bahsa Yunani “philosophia” yang
secara lazim diterjemahkan sebagai “cinta kearifan” kata philosophia
tersebut berakar pada kata “philos” (pilia, cinta) dan “sophia”
(kearifan). Berdasarkan pengertian bahasa tersebut filsafat berarti
cinta kearifan. Kata kearifan bisa juga berarti “wisdom” atau
kebijaksanaan sehingga filsafat bisa juga berarti cinta kebijaksanaan.
Berdasarkan makna kata tersebut maka mempelajari filsafat berarti
merupakan upaya manusia untuk mencari kebijaksanaan hidup yang
nantinya bisa menjadi konsep kebijakan hidup yang bermanfaat bagi
peradaban manusia. Seorang ahli pikir disebut filosof, kata ini mula-
mula dipakai oleh Herakleitos.

2. Pengertian Pancasila
Pancasila merupakan salah satu filsafat yang merupakan hasil dari
pencerminan nilai nilai luhur dan budaya bangsa indonesia yang
terkandung 5 isi di dalamnya, yaitu satu, ketuhanan yang maha esa,
dua, kemanusiaan yang adil dan beradab, tiga, persatuan indonesia,
keempat, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebikjasanaan dan
permusayawaratan perwakilan, kelima, keadilan bagi seluruh rakyat
indonesia.

3. Pengertian pancasila sebagai filsafat Indonesia


Pancasila adalah dasar Filsafat Negara Republik Indonesia yang
secara resmi disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 dan
tercantum dalam UUD 1945, diundangkan dalam Berita Negara
Republik Indonesia tahun II No. 7 bersama dengan UUD 1945.
Pancasila dari bahasa Sanskerta yaitu “panca”(lima) dan “syila”
(dasar). Pertama kali digunakan sebagai nama 5 Dasar Negara pada 1
juni 1945 oleh ir Soekarno.

Bangsa Indonesia sudah ada sejak zaman Sriwijaya dan zaman


Majapahit dalam satu kesatuan. Namun, dengan datangnya bangsa-
bangsa barat persatuan dan kesatuan itu dipecah oleh mereka dalam
rangka menguasai daerah Indonesia yang kaya raya ini. pada awalnya
perjuangan dilakukan secara perang, karena dengan cara tersebut
gagal maka bangsa Indonesia menggunakan cara politik. Di awali
dengan suatu badan yang diberi nama BPUPKI. Badan ini diresmikan
tanggal 28 Mei 1945 oleh pemerintah Jepang.

Tanggal 29 Mei 1945 Mr. Muhammad Yamin mengutarakan


prinsip dasar Negar Pada tanggal 1 Juni 1945, Ir. Soekarno berpidato
membahas dasar negara. aDan pada tanggal 18 Agustus 1945
ditetapkan undang-undang dasar yang diberi nama Undang-Undang
Dasar 1945. Sekaligus dalam pembukaan Undang-Undang Dasar sila-
sila Pancasila ditetapkan. Jadi, Pancasila sebagai filsafat bangsa
Indonesia ditetapkan bersamaan dengan ditetapkannya Undang-
Undang Dasar 1945, dan menjadi ideologi bangsa Indonesia. Arti
Pancasila sebagai dasar filsafat negara adalah sama dan mutlak bagi
seluruh tumpah darah Indonesia.

4. Fungsi Filsafat Pancasila


Filsafat Pancasila mampu memberikan dan mencari kebenaran
yang substansi tentang hakikat negara, ide negara, dan tujuan negara.
Dasar Negara kita ada lima dasar dimana setap silanya berkaitan
dengan sila yang lain dan merupakan satu kesatuan yang utuh, tidak
terbagi dan tidak terpisahkan. Saling memberikan arah dan sebagai
dasar kepada sila yang lainnya. Tujuan negara akan selalu kita
temukan dalam setiap konstitusi negara bersangkutan. Karenanya
tidak selalu sama dan bahkan ada kecenderungan perbedaan yang jauh
sekali antara tujuan disatu negara dengan negara lain. Bagi Indonesia
secara fundamental tujuan itu ialah Pancasila dan sekaligus menjadi
dasar berdirinya negara ini.

5. Pancasila Sebagai Sistem Filsafat


Pancasila merupakan suatu sistem filsafat. Dalam sistem itu
masing-masing silanya saling kait mengkait merupakan satu kesatuan
yang menyeluruh. Di dalam Pancasila tercakup filsafat hidup dan cita-
cita luhur bangsa Indonesia tentang hubunagan manusia dengan
Tuhan, hubungan manusia dengan sesama manusia, hubungan
manusia dengan lingkungannya. Menurut Driyakarya, Pancasila
memperoleh dasarnya pada eksistensi manusia sebagai manusia, lepas
dari keadaan hidupnya yang tertentu. Pancasila merupakan filsafat
tentang kodrat manusia. Dalam pancasila tersimpul hal-hal yang asasi
tentang manusia. Oleh karena itu pokok-pokok Pancasila bersifat
universal.

6. Pandangan Integralistik dalam Filsafat Pancasila


Pancasila yang bulat dan utuh yang bersifat majemuk tunggal itu menjadi dasar
hidup bersama bangsa Indonesia yang bersifat majemuk tunggal pula. Dalam
kenyataannya, bangsa Indonesia itu terdiri dari berbagai suku bangsa, adat
istiadat, kebudayaan dan agama yang berbeda. Dan diantara perbedaan yang ada
sebenarnya juga terdapat kesamaan. Secara hakiki, bangsa Indonesia yang
memiliki perbedaan-perbedaan itu juga memiliki kesamaan,.bangsa Indonesia
berasal dari keturunan nenek moyang yang sama, jadi dapat dikatakan memiliki
kesatuan darah. Dapat diungkapkan pula bahwa bangsa Indonesia yang
memilikiperbedaan itu juga mempunyai kesamaan sejarah dan nasib kehidupan.
Secara bersama bangsa Indonesia pernah dijajah, berjuang melawan penjajahan,
merdeka dari penjajahan. Dan yang lebih penting lagi adalah bahwa setelah
merdek, bangsa Indonesia mempunyai kesamaan tekat yaitu mengurus
kepentingannya sendiri dalam bentuk Negara yang merdeka, bersatu, berdaulat,
adil dan makmur. Kesadaran akan perbedaan dan kesamaan inilah yang
menumbuhkan niat, kehendak (karsa dan Wollen) untuk selalu menuju kepada
persatuan dan kesatuan bangsa atau yang lebih dikenal dengan wawasan “ bhineka
tunggal ika “.

B. Rumusan Kesatuan Sila-sila Pancasila Sebagai Suatu Sistem


Pancasila yang terdiri atas lima sila pada hakikatnya merupakan
suatu filsafat. Pengertian sistem filsafat adalah suatu kesatuan bagian-
bagian yang saling berhubungan, saling bekerja sama untuk tujuan tertentu
secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang utuh. Sistem lazimnya
memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1. Suatu kesatuan bagian-bagian.


2. Bagian-bagian tersebut mempunyai fungsi sendiri-sendiri.
3. Saling berhubungan dan saling ketergantungan.
4. Keseluruhannya dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan tertentu
(tujuan sistem).
5. Terjadi dalam suatu lingkungan yang kompleks.

Pancasila yang terdiri atas bagian-bagian yaitu sila-sila pancasila


setiap sila pada hakikatnya merupakan suatu asas sendiri, fungsi sendiri-
sendiri namun secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang
sistematis.

1. Susunan Kesatuan Sila-Sila Pancasila yang Bersifat Organis


Isi sila-sila Pancasila pada hakikatnya merupakan suatu kesatuan.
Dasar filsafat Negara Indonesia terdiri atas lima sila yang masing-
masing merupakan suatu asas peradaban. Namun demikian sila-sila
pancasila itu merupakan suatu kesatuan dan keutuhan yaitu setiap sila
merupakan unsur (bagian yang mutlak) dari Pancasila. Maka
Pancasila merupakan suatu kesatuan yang majemuk tunggal.
Konsekwensinya setiap sila tidak dapat berdiri sendiri terlepas dari
sila-sila lainnya serta diantara sila yang satu dengan sila yang lainnya
tidak saling bertentangan.

Kesatuan sila-sila Pancasila yang bersifat organis tersebut pada


hakikatnya secara filosofis bersumber pada hakikat dasar ontologis
manusia sebagai pendukung dari inti substansi manusia. Isi dari sila-
sila Pancasila yaitu hakikat manusia yang Mono pluralis yang
memiliki unsur-unsur susunan kodrat jasmani dan rohani. Sifat kodrat
yaitu sebagai makhluk sosial sekaligus makhluk individu dan
kedudukan kodrat sebagai pribadi yang berdiri sendiri serta sebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Unsur-unsur hakikat manusia
tersebut merupakan suatu kesatuan yang bersifat organis dan
harmonis. Setiap unsur memiliki fungsinya masing-masing dan saling
berhubungan atau inter dependensi ketergantungan antara satu dengan
yang lain. Oleh karena sila-sila Pancasila merupakan penjelmaan
hakikat manusia Mono Pluralis yang merupakan kesatuan organis
akan sila-sila Pancasila juga memiliki kesatuan yang bersifat organis
pula.

2. Susunan Pancasila Yang Bersifat Hierarkis dan Berbentuk Piramidal

Susunan pancasila adalah hierarkis dan berbentuk piramidal.


Pengertian matematis piramidal digunakan untuk menggambarkan
hubungan hierarki sila-sila pancasila dalam urutan-urutan luas
(kuantitas) dan juga dalam hal isi sifatnya (kualitas). Kalau dilihat dari
intinya urutan-urutan lima sila menunjukkan suatu rangkaian
pengkhususan dari sila-sila di mukanya.

Jika urutan-urutan lima sila dianggap mempunyai maksud


demikian maka diantara lima sila ada hubungan yang mengikat antara
yang satu dengan yang lainnya sehingga Pancasila merupakan suatu
keseluruhan yang bulat dan utuh dengan kemajemukannya. Andai kata
urutan-urutan itu di pandang sebagai tidak mutlak maka di antara satu
sila dengan yang lainnya tidak ada hubungan dan sangkut pautnya,
maka pancasila itu menjadi terpecah-pecah. Oleh karena itu tidak
dapat di pergunakan sebagai asas kerohanian negara. Setiap sila dapat
di artikan bermacam-macam maksud dan penafsirannya sehingga
sama saja dengan tidak adanya pancasila.

Kesatuan sila-sila pancasila yang memiliki susunan hierarkis


pyramidal ini maka sila Ketuhanan Yang Maha Esa menjadi basis dari
sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia,
Kerakyatan Yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan dan keadilan bagi seluruh rakyat
Indonesia. Sebaiknya Ketuhanan Yang Maha Esa serta berkeadilan
sosial sehingga didalam setiap sila senantiasa terkandung sila-sila
lainnya. Secara ontologis hakikat sila-sila pancasila mendasarkan pada
landasan sila-sila pancasila yaitu : Tuhan, manusia, satu, rakyat, dan
adil.

Berdasarkan hakikat yang terkandung dalam sila-sila pancasila dan


pancasila sebagai dasar filsafat negara, maka segala hal yang berkaitan
dengan sila dan hakikat negara harus sesuai dengan landasan sila-sila
pancasila. Hal ini berarti hakikat dan inti sila-sila pancasila adalah
sebagai berikut : sila pertama ketuhanan adalah sifat-sifat dan keadaan
negara harus sesuai dengan hakikat tuhan, sila kedua kemanusiaan
adalah sifat-sifat dan keadaan negara yang harus sesuai dengan
hakikat manusia, sila ketiga persatuan adalah sifat-sifat dan keadaan
negara yang harus sesuai dengan hakikat satu, sila keempat kerakyatan
sifat-sifat dan keadaan negara yang harus sesuai dengan hakikat
rakyat, sila kelima keadilan adalah sifat-sifat dan keadaan negara yang
harus sesuai dengan hakikat adil.

Kemanusiaan yang dimaksud adalah kesesuaian antara hakikat


nilai-nilai sila-sila pancasila dalam negara, dalam pengertian
kesesuaian sebab dan akibat. Makna kesesuaian tersebut adalah
sebagai berikut, bahwa hakikat manusia sebagai makhluk Tuhan Yang
Maha Esa (sebagai sebab) (hakikat sila I dan II) yang membentuk
persatuan mendirikan negara dan persatuan manusia dalam suatu
wilayah disebut rakyat (hakikat sila III dan IV), yang ingin
mewujudkan suatu tujuan bersama yaitu keadilan dalam suatu
persekutuan hidup masyarakat negara (keadilan sosial) (hakikat sila
V) demikianlah maka secara konsisten negara haruslah sesuai dengan
hakikat pancasila.

1) Sila Pertama : Ketuhanan Yang Maha Esa adalah meliputi dan


menjiwai sila-sila, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan
Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat dalam
permusyawaratan/perwakilan, serta keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.
2) Sila Kedua : Kemanusiaan yang Adil dan Beradab adalah diliputi
oleh sila Ketuhanan Yang Maha Esa, meliputi dan menjiwai
persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat dalam
permusyawaratan/perwakilan, serta keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.
3) Sila Ketiga : Persatuan Indonesia adalah diliputi dan dijiwai oleh
sila Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan
beradab, meliputi dan menjiwai sila kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat dalam permusyawaratan/perwakilan, serta keadilan sosial
begi seluruh rakyat Indonesia.
4) Sila Keempat : Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat dalam
permusyawaratan/perwakilan adalah diliputi dan dijiwai sila-sila
Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab,
persatuan Indonesia, serta meliputi dan menjiwai sila keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
5) Sila Kelima : Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia adalah
diliputi dan dijiwai oleh sila-sila Ketuhanan Yang Maha Esa,
kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, serta
meliputi dan menjiwai sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
dalam permusyawaratan/perwakilan.

B. Rumusan Hubungan Kesatuan Sila-Sila Pancasila yang Saling Mengisi


dan Saling Mengkualifikasi
Kesatuan sila-sila pancasila yang majemuk tunggal, hierarkis
pyramidal juga memiliki sifat saling mengisi dan saling mengkualifikasi.
Hal ini dimaksudkan bahwa dalam setiap sila terkandung nilai keempat
sila lainnya, atau dengan kata lain dalam setiap sila senantiasa dikualifikasi
oleh keempat sila lainnya. Adapun rumusan kesatuan sila-sila pancasila
yang saling mengisi dan saling mengkualifikasi tersebut adalah sebagai
berikut :

1) Sila Ketuhanan Yang Maha Esa, adalah berkemanusiaan yang adil


dan beradab, berpesatuan Indonesia, berkerakyatan yang dipimpin
oleh hikmat dalam permusyawaratan/perwakilan dan berkeadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
2) Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, adalah berketuhanan
yang maha esa, berpesatuan Indonesia, berkerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat dalam permusyawaratan/perwakilan dan
berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
3) Sila Persatuan Indonesia, adalah berketuhanan yang maha esa,
berkemanusiaan yang adil dan beradab, berkerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat dalam permusyawaratan/perwakilan dan
berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Sila Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmat dalam Permusyawaratan/Perwakilan,


adalah berketuhanan yang maha esa, berkemanusiaan yang adil dan beradab,
berpersatuan Indonesia, dan berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

4) Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia, adalah


berketuhanan yang maha esa, berkemanusiaan yang adil dan
beradab, berpesatuan Indonesia, dan berkerakyatan yang dipimpin
oleh Hikmat dalam permusyawaratan/perwakilan.

C. Nilai-nilai Pancasila Berwujud dan Bersifat Filosofis

Pendekatan filsafat Pancasila adalah ilmu pengetahuan yang mendalam


tentang Pancasila. Untuk mendapatkan pengertian yang mendalam, kita
harus mengetahui sila-sila Pancasila tersebut. Dari setiap sila, kita mencari
intinya. Setelah kita mengetahui hakikat tersebut, selanjutnya kita mencari
inti dan pokok-pokok yang terkandung di dalamnya, yaitu sebagai berikut :

1) Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa berarti bahwa nilai-nilai


yang terkandung dalam Pancasila itu dijadikan sebagai tuntutan dan
pegangan dalam mengatur sikap dan tingkah laku manusia Indonesia,
dalam hubungannya dengan Tuhan, masyarakat, dan alam semesta.
2) Pancasila sebagai dasar negara berarti bahwa nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila itu dijadikan dasar dan pedoman dalam
mengatur tata kehidupan bernegara, seperti yang diatur oleh UUD 1945.
3) Filsafat Pancasila yang abstrak tercermin dalam Pembukaan UUD
1945, yang merupakan uraian terinci dari Proklamasi Kemerdekaan 17
Agustus 1945.
4) Pancasila yang dirumuskan dalam Pembukaan UUD 1945 merupakan
suatu kebulatan yang utuh.
5) Jiwa pancasila yang abstrak setelah tercetus menjadi Proklamsi
Kemerdekaan 17 Agustus 1945, tercermin dalam pokok-pokok yang
terkandung dalam Pembukaan UUD 1945.
6) Berdasarkan penjelasan autentik, Undang-undang Dasar 1945
menciptakan pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam Pembukaan
UUD 1945 pada pasal-pasalnya.
7) Kesatuan tafsir sila-sila Pancasila harus bersumber dan berdasarkan
pada Pembukaan dan Batang Tubuh UUD 1945.
8) Nilai-nilai yang hidup dan berkembang dalam masyarakat Indonesia
yang belum tertampung dalam pembukaan dalam pembukaan UUD
1945 perlu diselidiki untuk memperkuat dan memperkaya nilai-nilai
Pancasila yang terkandung dalam Pembukaan dan Batang Tubuh
UUD1945.

Pasal-pasal dalam Batang Tubuh UUD 1945 melahirkan pokok-pokok


pikiran yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 sebagai
perwujudan dari jiwa Pancasila.

Secara filosofis, nilai Pancasila merupakan pandangan hidup yang diakui


oleh bangsa Indonesia. Dengan demikian, Pancasila dijadikan sebagai
pedoman bertingkah laku dan berbuat dalam segala bidang kehidupan,
yang meliputi bidang ekonomi, politik, sosial budaya, serta pertahanan dan
keamanan. 
D. Nilai-nilai Pancasila Menjadi Dasar dan Arah Keseimbangan Antara Hak
dan Kewajiban Asasi Manusia
Apabila memahami nilai-nilai dari sila-sila Pancasila akan
terkandung beberapa hubungan manusia yang melahirkan keseimbangan
antara hak dan kewajiban antara hubugan tersebut ,yaitu sebagai berikut :

1) Hubungan Vertikal
Hubungan vertikal adalah hubungan manusia dengan Tuhan Yang
Maha Kuasa,sebagai penjelmaan dari nilai-nilai ketuhanan YME.

2) Hubungan Horizontal
Hubungan horizontal adalah hubungan manusia dengan sesamanya
baik dalam fungsinya sebagai warga masyarakat ,warga bangsa, dan
warga Negara.

3) Hubungan Alamiah
Hubungan alamiah adalah hubungan manusia dengan alam sekitar
yang meliputi hewan,tumbuh-tumbuhan ,dan alam dengan segala
kekayaan.
Pancasila adalah suatu pandangan hidup atau ideology yang
mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan masyarakat
atau bangsanya, dan manusia dengan alam lingkungan.

Pancasila bukan termasuk aliran filsafat yang ada dan bukan


merupakan simplifikasi ataupun paduan dari berbagai aliran filsafat yang
ada,melainkan aliran dan sistem filsafat tersendiri yaitu filsafat
sosiobudaya. Filsafat sosiobudaya adalah filsafat yang hidup,tumbuh dan
berkembang sesuai perkembangan dam pertumbuhan bangsa Indonesia.
BAB 3 PENUTUP

A. Kesimpulan
Filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengan
mendalami mengenai Ketuhanan, alam semesta, dan manusia sehingga
dapat menghasilkan pengetahuan tentang hakikat sejarah yang dapat
dicapai akal manusia serta menempatkan sikap manusia yang seharusnya
setelah mendapatkan ilmu.

B. Saran
Para pelaku merupakan kegagalan fungsi di dalam keluarga maupun
di dalam sekolah. Di lihat dari rusaknya moral serta perilaku akan
kebiasaan tentang mabuk-mabukan dan menonton film dewasa. Sebagai
orang tua tidak hanya memberi materi untuk anak – anaknya tapi juga
memberikan pembekalan ilmu agama. Karena orang tua mempunyai
kewajiban memelihara bukan hanya membesarkan anak – anak mereka
tapi tanggung jawab mendidik supaya paham. Selain itu, penanaman nilai
– nilai pancasila sangatlah perlu, dengan ditanamkan nilai – nilai
pancasila maka seseorang akan terarah hidupnya baik jasmani maupun
rohani. Karena, nilai – nilai pancasila sudah mencangkup semua aspek
kehidupan. Dengan menanamkan nilai pancasila sejak dini maka seseorang
akan terhindar dari sifat – sifat yang buruk. Selain dalam keluarga, pihak
sekolah juga sangat penting. Penanaman nilai – nilai pancasila di
lingkungan sekolah bisa melalui pembelajaran Pkn. Pembelajaran Pkn saja
belum cukup, pihak sekolah harus memastikan perilaku – perilaku para
siswa apakah para siswa tersebut sudah menerapkan nilai – nilai pancasila
dengan benar. Sehingga, jika hal – hal diatas diterapkan oleh pihak
sekolah, maka para siswa akan menjadi makhluk yang baik. Penerapan
nilai pancasila juga penting dilakukan di lingkungan masyarakat, jika nilai
– nilai tersebut diterapkan disemua lingkungan maka tidak akan terjadi
masalah maupun kasus seperti diatas.
DAFTAR PUSTAKA

Ayu, dkk. 2014. Pancasila Sebagai Sistem Filsafat. Riau: Universitas Islam
Negeri Sultan Syarif Kasim.
Kaelan,MS.DR,2004, Pendidikan Pancasila,edisi 8, penerbit paradigma,
Yogyakarta.
Soemasdi Hartati, 1992, Pendidikan tentang filsafat pancasila, Andi offset,
Yogyakarta
Wrewksohardjo Prof.Drs.Sunarjo, 2000, Ilmu Pancasila yuridis kenegaraan ilmu
filsafat Pancasila, Pnerbit Andi, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai