Anda di halaman 1dari 17

PANCASILA SEBAGAI ETIKA POLITIK DAN

IDEOLOGI NEGARA
MAKALAH
PENDIDIKAN PANCASILA

Dibuat Oleh Kelompok 6

Alviani Elizabeth Mulia Sari P07224320075

Dhifa Putri Rahmadanti P07224320080

Vika Rosalina Putri Sri Sentosa P07224320110

Dosen :

Drs.Warman,S.Psi

SARJANA TERAPAN KEBIDANAN+PROFESI BIDAN

POLTEKKES KEMENKES KALIMANTAN TIMUR

2020/2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya akhirnya
kami dari pihak penyusun dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Pendidikan
Kewarganegaraan dengan membahas “PANCASILA SEBAGAI ETIKA
POLITIK DAN IDEOLOGI NEGARA” dalam bentuk makalah. Makalah ini
disusun guna memenuhi tugas yang diberikan oleh Bapak Dosen sebagai bahan
pertimbangan nilai.

Dalam penyusunan makalah ini, tidak lupa pula kami mengucapkan


banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu khususnya dari
rekan-rekan sekelompok kami sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan
baik, walaupun ada beberapa hambatan yang kami alami dalam penyusunan
makalah ini. Namun, berkat motivasi yang disertai kerja keras dan bantuan dari
berbagai pihak akhirnya dapat teratasi.

Semoga makalah ini, dapat bermanfaat dan menjadi sumber pengetahuan


bagi pembaca. Dan apabila dalam pembuatan makalah ini terdapat kekurangan
kiranya pembaca dapat memakluminya. Akhir kata dengan kerendahan hati, kritik
dan saran sangat kami harapkan demi penyempurnaan makalah ini. Sekian dan
terima kasih.

Samarinda, 28 Agustus 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul..................................................................................................

Kata pengantar.................................................................................................. i

Daftar Isi...........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1

1.1 Latar Belakang...........................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah......................................................................................1
1.3 Tujuan dan Manfaat...................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................3

2.1 Pengantar (Pengertian Etika).....................................................................5


2.2 Pengertian Nilai,Norma,dan Moral...........................................................5
A. Pengertian Nilai..............................................................................6
B. Hierarki Politik...............................................................................9
2.3 Hubungan Nilai,Norma,dan Moral............................................................9
2.4 Etika Politik...............................................................................................10
A. Pengertian Politik..........................................................................10
B. Dimensi Politis Manusia................................................................10
C. Nilai-Nilai Pancasila Sebagai Sumber Etika Politik......................12

BAB III PENUTUP..........................................................................................15

3.1 Kesimpulan................................................................................................15
3.2 Saran..........................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................16

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berkenaan Pancasila sebagai Sistem Etika, kita menyadari bahwa nilai-nilai


yang terkandung dalam Pancasila merupakan satu kesatuan antara untaian sila
dengan sila lainnya. Setiap sila mengandung makna dan nilai tersendiri. Masalah
etika merupakan masalah yang makin mendapat perhatian di dunia, bahwa cita-
cita Pancasila untuk membangun Indonesia dari berbagai aspek. Selain sebagai
sebuah ideologi. Pancasila juga memperhatikan nilai, norma, etika, moral bangsa
Indonesia.

Etika tidak lah cukup didefinisikan atau digeneralisir dari masalah keramahan
dan kesantunan saja. Masih banyak lagi permasalahan yang berkaitan dengan
etika. Cakupan etika sangatlah luas. Pancasila sebagai sistem etika, maka nilai-
nilai yang terkandung dalam Pancasila diaplikasikan ke dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara sebagai wujud etika sesungguhnya.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah makalah “PANCASILA SEBAGAI ETIKA POLITIK


DAN IDEOLOGI NEGARA” sebagai berikut.
1. Apa yang dimaksud dengan Etika ?
2. Jelaskan Pengertian dan Hierarki Nilai Norma Moral ?
3. Apakah pengertian dari politik sebagai Etika Politik?
4. Jelaskan dimensi politis manusia?
5. Bagaimanakah nilai-nilai Pancasila sebagai sumber Etika Politik?

1.3 Tujuan dan Manfaat

Tujuan dan manfaat makalah “PANCASILA SEBAGAI ETIKA POLITIK


DAN IDEOLOGI NEGARA” sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui tentang Pancasila sebagai sistem etika.

4
2. Untuk mengungkap informasi tentang solusi Pancasila dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara di Indonesia dan ideologi negaraUntuk
mengetahui  definisi Etika.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Etika

Secara etimologis (asal kata), etika berasal dari bahasa Yunani, ethos, yang
artinya watak kesusilaan atau adat. Istilah ini identik dengan moral yang berasal
dari bahasa Latin, mos yang jamaknya mores, yang juga berarti adat atau cara
hidup. Meskipun kata etika dan moral memiliki kesamaan arti, dalam pemakaian
sehari-hari dua kata ini digunakan secara berbeda. Moral atau moralitas digunakan
untuk perbuatan yang sedang dinilai, sedangkan etika digunakan untuk mengkaji
sistem nilai yang ada. Dalam bahasa Arab, padanan kata etika adalah akhlak yang
merupakan kata jamak khuluk yang berarti perangai, tingkah laku atau tabiat.

Etika termasuk kelompok filsafat praktis dan dibagi menjadi dua kelompok
yaitu etika umum dan etika khusus. Etika merupakan suatu pemikiran kritis dan
mendasar tentang ajaran-ajaran dan pandangan-pandangan moral. Etika adalah
suatu ilmu yang membahas tentang bagaimana dan mengapa kita mengikuti suatu
ajaran moral tertentu, atau bagaiman kita harus mengambil sikap bertanggung
jawab berhadapan dengan berbagai ajaran moral (Suseno, 1987). Etika umum
mempertanyakan prinsip-prinsip yang berlaku bagi setiap tindakan manusia,
sedangkan etika khusus membahas prinsip-prinsip itu dalam hubungannya dengan
berbagai aspek kehidupan manusia, baik sebagai individu (etika individual)
maupun mahluk sosial (etika sosial).

Etika berkaitan dengan berbagai masalah nilai karena etika pada pokoknya
membicarakan masalah-masalah yang berkaitan dengan predikat nilai “susila” dan
“tidak susila”, “baik” dan “buruk”. Sebagai bahasan khusus etika membicarakan
sifat-sifat yang menyebabkan orang dapat disebut susila atau bijak. Sebenarnya

6
etika lebih banyak bersangkutan dengan prinsip-prinsip dasar pembenaran dalam
hubungan dengan tingkah laku manusia (Kattsoff, 1986).
Etika termasuk salah satu cabang filsafat yang mempunyai kedudukan
tersendiri. Etika membahas yang harus dilakukan oleh seseorang karenanya
berhubungan dengan yang harus dan tidak harus atau boleh dilakukan oleh
manusia dalam kehidupannya. Nilai dan norma etis banyak juga berasal dari
agama, sehingga setiap orang yang beragama akan berusaha menjadikan agama
sebagai pedoman nilai dan norma etis dalam kehidupan pribadi dan sosialnya.

2.2 Pengertian Nilai, Norma, dan Moral

a. Pengertian Nilai

Nilai (value) adalah kemampuan yang dipercayai yang ada pada suatu
benda untuk memuaskan manusia. Sifat dari suatu benda yang menyebabkan
menarik minat seseorang atau kelompok.Jadi nilai itu pada hakikatnya adalah sifat
dan kualitas yang melekat pada suatu obyeknya. Dengan demikian,maka nilai itu
adalah suatu kenyataan yang tersembunyi dibalik kenyataan-kenyataan lainnya.

Menilai berarti menimbang, suatu kegiatan manusia untuk


menghubungkan sesuatu dengan sesuatu yang lain kemudian untuk selanjutnya
diambil keputusan. Keputusan itu adalah suatu nilai yang dapat menyatakan
berguna atau tidak berguna, benar atau tidak benar, baik atau tidak baik, dan
seterusnya.Penilaian itu pastilah berhubungan dengan unsur indrawi manusia
sebagai subjek penilai, yaitu unsur jasmani, rohani, akal, rasa, karsa dan
kepercayaan.

Nilai adalah sesuatu yang berharga, berguna, indah, memperkaya batin dan
menyadarkan manusia akan harkat dan martabatnya. Nilai bersumber pada budi
yang berfungsi mendorong dan mengarahkan sikap dan perilaku manusia. Nilai
sebagai suatu sistem (sistem nilai) merupakan salah satu wujud kebudayaan,
disamping sistem sosial dan karya.Cita-cita, gagasan, konsep dan ide tentang
sesuatu adalah wujud kebudayaan sebagai sistem nilai.

7
Oleh karena itu, nilai dapat dihayati atau dipersepsikan dalam konteks
kebudayaan, atau sebagai wujud kebudayaan yang abstrak. Manusia dalam
memilih nilai-nilai menempuh berbagai cara yang dapat dibedakan menurut
tujuannya, pertimbangannya, penalarannya, dan kenyataannya. Nilai sosial
berorientasi kepada hubungan antarmanusia dan menekankan pada segi-segi
kemanusiaan yang luhur, sedangkan nilai politik berpusat pada kekuasaan serta
pengaruh yang terdapat dalam kehidupan masyarakat maupun politik.

Dalam kaitannya dengan derivasi atau penjabarannya maka nilai-nilai dapat


dikelompokkan menjadi tiga macam yaitu:

1. Nilai Dasar

Walaupun nilai memiliki sifat abstrak artinya tidak dapat diamati melalui
indra manusia, maupun dengan realisasinya nilai berkaitan dengan tingkah laku
atau segala aspek kehidupan manusia yang bersifat nyata (praksis) namun
demikian setiap nilai memiliki nilai dasar (dalam bahasa ilmiahnya disebut dasar
onotologis), yaitu merupakan hakikat, esensi, intisari atau makna yang terdalam
dari nilai-nilai tersebut. Nilai dasar ini bersifat universal karena menyangkut
hakikat kenyataan objektif segala sesuatu misalnya hakikat tuhan, manusia atau
segala sesuatu lainnya.

2. Nilai Instrumental

Nilai instrumental adalah manivestasi dari nilai dasar, dan ini berupa
pasal-pasal UUD 1945, perundang-undangan, ketetapan-ketetapan, dan peraturan-
peraturan lainnya yang berfungsi menjadi pedoman, kaidah, petunjuk kepada
masyarakat untuk mentaatinya.

3. Nilai Praksis

Nilai praksis merupakan penjabaran dari instrumental dan nilai praksis ini
berkaitan langsung dengan kehidupan nyata yaitu suatu kehidupan yang penuh
diwarnai oleh pertimbangan-pertimbangantertentu

8
b. Pengertian Norma

Norma adalah petunjuk tingkah laku yang harus dijalankan dalam


kehidupan sehari-hari berdasarkan motivasi tertentu.Norma sesungguhnya
perwujudkan martabat manusia sebagai makhluk budaya, sosial, moral dan
religi.Norma merupakan suatu kesadaran dan sikap luhur yang dikehendaki oleh
tata nilai untuk dipatuhi. Oleh sebab itu, norma dalam perwujudannya dapat
berupa norma agama, norma filsafat, norma kesusilaan, norma hukum, dan norma
sosial.

Norma memiliki kekuatan untuk dapat dipatuhi, yang dikenal dengan sanksi,
misalnya:

a). Norma agama, dengan sanksinya dari Tuhan


b). Norma kesusilaan, dengan sanksinya rasa malu dan menyesal terhadap diri
sendiri,
c). Norma kesopanan, dengan sanksinya berupa mengucilkan dalam
pergaulan masyarakat,
d). Norma hukum, dengan sanksinya berupa penjara atau kurungan atau denda
yang dipaksakan oleh alat Negara.

C. Pengertian Moral

Moral berasal dari kata mos (mores) yang artinya kesusilaan, tabiat,
kelakuan.Moral adalah ajaran tentang hal yang baik dan buruk, yang menyangkut
tingkah laku dan perbuatan manusia. Seorang yang taat kepada aturan-aturan,
kaidah-kaidah dan norma yang berlaku dalam masyarakat dianggap sesuai dan
bertindak benar secara moral. Jika sebaliknya terjadi, pribadi itu dianggap tidak
bermoral. Moral dalam perwujudannya dapat berupa peraturan, prinsip-prinsip
yang benar, baik, terpuji, dan mulia.Nilai, norma dan moral secara bersama
mengatur kehidupan masyarakat dalam berbagai aspeknya.

9
B. Hierarkhi Nilai
Hierarkhi nilai sangat tergantung pada titik tolak dan sudut pandang
individu–masyarakat terhadap sesuatu obyek.Misalnya kalangan materialis
memandang bahwa nilai tertinggi adalah nilai meterial. Max Scheler menyatakan
bahwa nilai-nilai yang ada tidak sama tingginya dan luhurnya. Menurutnya. nilai-
nilai dapat dikelompokan dalam empat tingkatan yaitu :

1. Nilai kenikmatan adalah nilai-nilai yang berkaitan dengan indra yang


memunculkan rasa senang, menderita atau tidak enak,
2. Nilai kehidupan yaitu nilai-nilai penting bagi kehidupan yakni : jasmani,
kesehatan serta kesejahteraan umum,
3. Nilai kejiwaan adalah nilai-nilai yang berkaitan dengan kebenaran,
keindahan dan pengetahuan murni,
4. Nilai kerohanian yaitu tingkatan ini terdapatlah modalitas nilai dari yang
suci.

Dengan demikian nilai – nilai lain secara lengkap dan harmonis, baik nilai
matrial, nilai vital, nilai kebenaran, nilai keindahan, nilai kebaikan atau nilai
moral, maupun nili kesucian yang sistematika-hierarkis, yang dimulai dari sila
Ketuhanan yang Maha Esa sebagai ‘dasar’ sampai dengan sila Keadilan Sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia sebagai ‘tujuan’.

2.3 Hubungan Nilai,Normal,dan Moral


Keterkaitan nilai, norma dan moral merupakan suatu kenyataan yang
seharusnya tetap terpelihara di setiap waktu pada hidup dan kehidupan manusia.
Keterkaitan itu mutlak digaris bawahi bila seorang individu, masyarakat, bangsa
dan negara menghendaki fondasi yang kuat tumbuh dan berkembang.
Sebagaimana tersebut di atas maka nilai akan berguna menuntun sikap dan
tingkah laku manusia bila dikongkritkan dan diformulakan menjadi lebih obyektif
sehingga memudahkan manusia untuk menjabarkannya dalam aktivitas sehari-
hari.

10
Dalam kaitannya dengan moral maka aktivitas turunan dari nilai dan norma
akan memperoleh integritas dan martabat manusia. Derajat kepribadian itu amat
ditentukan oleh moralitas yang mengawalnya.Sementara itu, hubungan antara
moral dan etika kadang-kadang atau seringkali disejajarkan arti dan maknanya.
Namun demikian, etika dalam pengertiannya tidak berwenang menentukan apa
yang boleh dan tidak boleh dilakukan seseorang. Wewenang itu dipandang berada
di tangan pihak yang memberikan ajaran moral.

2.4 Etika Politik


A. Pengertian Politik
Pengertian ‘politik’ berasal dari kosakata ‘politics’, yang memiliki makna
bermacam – macam kegiatan dalam suatu sistem politik atau ‘ negara’, yang
menyangkut proses penentuan tujuan – tujuan dari sistem itu dan diikuti dengan
pelaksanaan tujuan itu.Pengertian politik secara sempit, yaitu bidang politik lebih
banyak berkaitan dengan para pelaksana pemerintahan negara, lembaga – lembaga
tinggi negara, kalangan aktivis politik serta para pejabat serta birokrat dalam
pelaksanaan dan penyelengaraan negara.Pengertian politik yang lebih luas, yaitu
menyangkut seluruh unsur yang membentuk suatu persekutuan hidup yang
disebut masyarakat negara.
Tujuan politik, antara lain :
1. membentuk suatu masyarakat yang baik dan teratur /good society
(Aristoteles)
2. mengembangkan kehidupan orang lain (Paul Wellstone)

B. Dimensi Politis Manusia


Dalam Kehidupan manusia secara alamiah, jaminan atas kebebasan
manusia baik sebagai individu maupun makhluk sosial sulit untuk dapat
dilaksanakan, karena terjadinya perbenturan kepentingan di antara mereka
sehingga terdapat suatu kemungkinan terjadinya anarkisme dalam masyarakat.
Dalam hubungan inilah manusia memerlukan suatu masyarakat hukum yang
mampu menjamin hak-haknya, dan masyarakat itulah yang disebut negara.

11
Oleh karena itu pendekatan etika politik senantiasa berkaitan dengan
sikap-sikap moral dalam hubungannya dengan kehidupan masyarakat secara
keseluruhan. Sebuah keputusan bersifat politis manakala diambil dengan
memperhatikan kepentingan masyarakat sebagai suatu keseluruhan.Dengan
demikian dimensi politis manusia dapat ditentukan sebagai suatu kesadaran
manusia akan dirinya sendiri sebagi anggota masyarakat sebagai suatu
keseluruhan yang menentukan kerangka kehidupannya dan ditentukan kembali
oleh tindakan-tindakannya.
Dimensi Politik kehidupan Manusia Dalam kehidupan manusia jaminan
atas kebebasan manusia baik sebagai makhluk individu maupun sosial sulit untuk
dilaksanakan, karena terjadinya benturan kepentingan diantara mereka sehingga
terdapat suatu kemungkinan terjadinya anaarkisme dalam masyarakat.
Etika ini dimaksudkan untuk mewujudkan pemerintah yang bersih, efisien,
dan efektif serta menumbuhkan suasana politik yang demokratis yang bercirikan
keterbukaan, tanggung jawab, tanggap akan aspirasi rakyat, menghargai
perbedaan, jujur dalam bersaing, bersedia menerima pendapat yang benar, serta
menjunjung tinggi hak asasi manusia. Pejabat diamanatkan memiliki kepedulian
yang tinggi dalam melayani masyarakat, siap mundur bila terlalu melanggar
kaidah dan nilai ataupun dianggap tidak mampu memenuhi amanat masyarakat,
bangsa, dan negara.
Jika timbul masalah potensial yang bisa menimbulkan permusuhan dan
pertentangan harus diselesaikan secara musyawarah sesuai dengan nilai-nilai
luhur agama dan budaya, dengan menjunjung tinggi perbedaan sebagai suatu yang
manusiawi dan alamiah. Etika politik diharapkan mampu mensiptakan
keharmonisan untuk mencapai kemajuan bangsa dan negara dengan
mendahulukan kepentingan bersama melebihi kepentingan pribadi, golongan dan
primodal lainnya.
Etika politik mengandung misi untuk bersifat sportif, berjiwa besar, rendah
hati, dan selalu siap untuk mundur dari jabatan bila terbukti melakukan kesalahan
dan kebijakannya bertentangan dengan hukum dan keadilan masyarakat.Etika ini
diwujudkan dalam sikap yang jujur, tata krama politik yang toleran, tidak berpura-

12
pura, tidak manipulatif, tidak melakukan kebohongan politik, dan tidak
melakukan tindakkan tak terpuji lainnya.
C. Nilai-Nilai Pancasila Sebagai Sumber Etika Politik
Pada dasarnya, tidak seorangpun bangsa Indonesia dapat melepaskan diri
dari kelima sila pancasila tanpa menyalahi kemanusiaan.Kedudukan pancasila
merupakan sistem etika. Artinya, manusia Indonesia harus dapat membedakan
antara uang halal dan yang haram, antara yang boleh dan tidak boleh, walaupun
dapat dilakukan.
Pancasila merupakan sebuah sistem etika yang dapat diartikan pancasila
menjadi pedoman moral langsung objektif dalam kehidupan yang menunjukkan
kearah mana gerak perjalanan, bagaimana manusia Indonesia harus hidup, dan
mengatur perbuatan dalam kehidupan. Sebagai suatu sistem etika, pancasila
memberi pandangan dan prinsip tentang harkat kemanusiaan serta kultur yang
dapat dijamin berhadapan dengan pemerintahan modern.
Pancasila dikaitkan dengan sistem etika maka akan memberi jawaban
mengenai kehidupan yang dicita-citakan, sebab di dalamnya terkandung prinsip
terdalam dan gagasan mengenai wujud kehidupan yang dianggap baik. Selain itu,
Pancasila memberi jawaban bagaimana seharusnya manusia Indonesia
bertanggungjawab dan berkewajiban sebagai makhluk pribadi, makhluk sosial,
dan makhluk Tuhan Yang Maha Esa dalam kehidupan bernegara, selain etika
kelompok bagaimana dengan sesama warga negara.
Dalam hidup berkelompok, selain etika kelompok bagaimana warga
negara Indonesia bergaul dalam hidupnya, akan muncul etika yang berkaitan
dengan kerja atau profesi, seperti etika guru/ dosen Indonesia, etika jurnalistik/
wartawan Indonesia, dan sebagainya.
Uraian tersebut menunjukkan bahwa Pancasila pun memiliki sistem etika
seperti yang telah diuraikan, yaitu memiliki etika yang bersifat umum dan khusus;
mengatur etika individual dan sosial, serta mengembangkan etika yang berkaitan
dengan lingkungan dan kerja atau profesi.
Pancasila sebagai etika politik bagi bangsa dan negara Indonesia adalah etika yang
dijiwai oleh Falsafah negara Pancasila yang meliputi:

13
1. Etika yang berjiwa Ketuhanan Yang Maha Esa, mengandung makna
percaya akan adanya Tuhan Yang Maha Esa, patuh pada perintah Tuhan
dan menjauhi Larangan-Nya.
2. Etika yang berperikemanusiaan, mengandung makna menilai harkat
kemanusiaan tetap lebih tinggi dari nilai kebendaan, tidak membenarkan
adanya rasialisme, dan sikap membeda-bedakan manusia.
3. Etika yang dijiwai oleh rasa Kesatuan Nasional, mengandung makna sifat
bangsa Indonesia yanh Bhineka Tunggal Ika dan bangsa yang cinta
persatuan.
4. Etika yang berjiwa demokrasi, mengandung makna lambang persaudaraan
manusia, sama-sama berhak akan kemerdekaan dan memperoleh
kemerdekaan
5. Etika yang berjiwa keadilaan sosial, mengandung makna manifestasi dari
kehidupan masyarakat yang dilandasi oleh jiwa kemanusiaan, jiwa yang
cinta kepada persatuan, jiwa yang bersifat demokrasi, dan semangat mau
bekarja keras.
Rumusan pancasila yang otentik dimuat dalam pembukaan UUD1945 alenea
empat. Dalam penjelasan UUD 1945 yang disusun oleh PPKI ditegaskan bahwa
pokok-pokok pikiran yang termuat dalam pembukaan ada empat yaitu:
(persatuan, keadilan, kerakyatan dan ketuhanan menurut kemanusiaan yang adil
dan beradab), dijabarkan kedalam pancasila pasal-pasal batang tubuh UUD 1945.
Menurut tap MPRS NO.XX/MPRS/1966 dikatakan bahwa pancasila
merupakan sumber dari segala sumber hukum. Sebagai sumber segala sumber,
pancasila merupakan satu-satunya sumber nilai yang berlaku ditanah air. Dari satu
sumber tersebut diharapkan mengalir dan memancar nilai-nilai ketuhanan,
kemanusiaan, kerakyatan dan keadilan yang menjiwai setiap kebijakan yang
dibuat oleh penguasa.
Hakikat pancasila pada dasarnya merupakan satu sila yaitu gotong royong
atau cinta kasih dimana sila tersebut melekat pada setiap insan, maka nilai-nilai
pancasila identik dengan kodrat manusia. Oleh sebab itu penyelenggaraan negara

14
yang dilakukan oleh pemerintah tidak boleh bertentangan dengan harkat dan
martabat manusia, terutama manusia yang tinggal diwilayah Nusantara.
Sebagai suatu sistem kepercayaan, Pancasila hanya bisa bermakna jika nilai-
nilainya tercermin di dalam tingkah laku abdi Negara dan warga masyarakat
secara keseluruhan. Idealnya, Pancasila hadir di dalam praktek kekuasaan Negara,
menjiwai setiap kebijakan pemerintah, menjadi landasan di dalam berbagai
interaksi politik, serta menyemangati hubungan ekonomi, sosila, dan budaya
bangsa Indonesia.
Dalam praktik pemerintahan, pengamalan nilai-nilai Pancasila seharusnya
menjadi landasan etis. Pancasila sepatutnya hadir sebagai suatu sistem yang
mewakili kepribadian bangsa. Pemerintah yang berdasarka Demokrasi Pancasila
sepantasnya menjadi acuan yang jelas bagi semua WNI dalam berbagai tingkatan
dan ruang lingkup politik.
Berdasarkan etika politik bangsa Indonesia, dapat dipahami bahwa sila
pertama adalah dasar etika politik yang bersifat rohaniah, dan atas dasar itu
dibangun hubungan etika politik bangsa Indonesia dalam empat fondasi gerak dan
aktivitas politik yang mempertimbangkan nilai Pancasila.Dengan dasar-dasar ini
sebagai pimpinan dan pegangan pemerintah Negara pada hakikatnya tidak boleh
menyimpang dari jalan lurus untuk mencapai kebahagiaaan rakyat. Dengan
bimbingan dasar yang tinggi dan murni akan dilaksanakan tugas yang tidak
ringan.
Namun realita yang terjadi dewasa ini menunjukkan bahwa penerapan
pancasila sebagai etika politik sudah mulai terkikis. Salah satu contoh kecilnya
adalah curi start dalam berkampanye. Sampai ke tindakan korupsi yang sudah
menjadi tontonan kita sehari-hari di tv.

15
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Pancasila merupakan hasil kompromi nasional dan pernyataan resmi


bahwa bangsa Indonesia menempatkan kedudukan setiap warga negara
secara sama, tanpa membedakan antara penganut agama mayoritas maupun
minoritas. Selain itu juga tidak membedakan unsur lain seperti gender,
budaya, dan daerah.
Keberadaan Pancasila merupakan Fase bangsa ini untuk tetap
mempertahankan keutuhan Negara Kesatuan Indonesia Raya. Semangat
Pancasila yang menyakini bahwa keutuhan berbangsa dan bernegara
merupakan harga mati yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Namun, Pancasila
juga memiliki keluasan makna yang dalam jika dikaji dengan mendalam dan
komprehensif.
Berkenaan Pancasila sebagai Sistem Etika, kita menyadari bahwa
nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila merupakan satu kesatuan antara
untaian sila dengan sila lainnya. Setiap sila mengandung makna dan nilai
tersendiri.

3.2 Saran

Pancasila hendaknya disosialisasikan secara mendalam sehingga dalam


kehidupan bermasyarakat dalam berbagai segi terwujud dengan adanya
kesianambungan usaha pemerintah untuk mewujudkan masyarakat adil dan
makmur dengan kepastian masyarakat untuk mengikuti dan mentaati peraturan
yang ditetapkan, karena kekuatan politik suatu negara ditentukan oleh kondisi
pemerintah yang bermutu dengan adanya dukungan rakyat sebagai bagian
terpenting dari terbentuknya suatu negara.

16
DAFTAR PUSTAKA
http://saharasahata.blogspot.com/2014/09/pancasila-sebagai-sistem-etika-
politik.html

http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jd/article

http://dwirahma-ramley.blogspot.com/2016/11/pancasila-sebagai-etika-politik-
dan.html

http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jd/article/download/2544/2150

http://journal.umpo.ac.id/index.php/JPK/article/download/2125/1451

17

Anda mungkin juga menyukai