Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH PANCASILA

“Pancasila Sebagai Sistem Etika dan Implementasi Dalam Kehidupan Islami


Warga Muhammadiyah”

DOSEN PENGAMPU :
Dedek Helida Pitra, M. Sc

DISUSUN OLEH KELOMPOK 7 :

1. Ariska Dwi Lestari (221186206106)


2. Dayang (221186206132)
3. Nora Hervina (221186206116)
4. Viona Cahyani (221186206136)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MUARA BUNGO
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas rahmat Allah SWT, berkat rahmat serta karunia-nya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Pancasila sebagai sistem etika dan implementasi
dalam kehidupan islami warga muhammadiyah”.

Makalah ini dibuat dengan tujuan memenuhi tugas dari bapak Dedek Helida Pitra, M. Sc
pada Program Studi PGSD. Selain itu penyusunan makalah ini bertujuan menambah
wawasan kepada pembaca tentang Pancasila Sebagai Sistem Etika Dan Implementasi
dalam Kehidupan Islami Warga Muhammadiyah.

Kami menyampaikan ucapan terimakasih kepada Bapak Dedek Helida Pitra, M. Sc


Selaku Dosen pengampu mata kuliah pancasila. Berkat tugas yang diberikan ini, dapat
menambah wawasan kami berkaitan dengan topik yang diberikan. Kami juga
mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu
dalam proses penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisa masih terdapat banyak
kesalahan. Oleh karena itu kami mohon maaf atas kesalahan dan kekurangan yang
pembaca temukan dalam makalah ini. Kami mengharapkan adanya kritik dan saran dari
pembaca apabila menemukan kesalahan dalam makalah ini .

Muara Bungo, 19 November 2022

Kelompok 7

i
ii
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN................................................................................... 1

A. Latar Belakang .......................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................................. 2

C. Tujuan Penulisan ............................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... 3

PANCASILA SEBAGAI SISITEM ETIKA DAN IMPLEMENTASI DALAM


KEHIDUPAN ISLAMI WARGA MUHAMMADIYAH .................................... 3

A. Konsep Pancasila sebagai Sistem Etika ............................................................ 3

a. Kajian Tentang Konsep Dasar Etika ........................................................ 3

b. Kajian Tentang Sistem Etika Pancasila ......................................................... 7

c. Urgensi Pancasila sebagai Sistem Etika ......................................................... 8

B. Etika Pancasila Sebagai Salah Satu Solusi Permasalahan Bangsa .................. 10

a. Analisis Etika Pancasila sebagai Solusi Problem Bangsa ............................ 10

b. Analisis Implementasi Pancasila Sebagai Sistem Etika Dalam


Kehidupan Islami Warga Muhammadiyah................................................... 18

BAB III PENUTUP .......................................................................................... 24

A. Kesimpulan ............................................................................................. 24

B. Saran ....................................................................................................... 25

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 26

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pancasila menjadi pedoman peraturan bangsa indonesia, selain itu ialah sistem
hipotesis yang dirangkai untuk menaruh tuntutan serta pedoman pada
masyarakat negara indonesia dalam berpandangan dan kepribadian. Maksudnya,
manusia dituntut untuk mampu meningkatkan dimensi moralitas pada dirinya,
sehingga memiliki kompetensi untuk menunjukkan sikap pengabdian dalam
kehidupan sebagai warga negara indonesia. Dengan harapan menjadi masyarakat
ilmiah-akademik pada akhirnya mampu mengambil keputusan yang
komprehensif dengan menggunakan pertimbangan moralitas.

Menurut Yudhyarta (2020) etika pancasila secara nirmatif bisa membentuk suatu
tumpuan atas perbuatan benar, dan secara aturan dapat membentuk sudut
pandang tinjauan atas nilai dan kebiasaan yang bertumbuh pada warga negara.

Menurut Putranto (2007) Etika pancasila berperan menjadi prinsip, haluan dan
kriteria perilaku manusia indonesia pada segala aspek kehidupan termasuk pada
administrasi negara indonesia. Dengan begitu, manusia dapat meningkatkan
budi pekerti yang Pancasilais melalui beragam kepribadian yang positif,
misalnya disiplin, jujur, mandiri, dan bertanggung jawab.

1
2

B. Rumusan Masalah

1. Apa saja Konsep Pancasila sebagai Sistem Etikan ?

2. Mengapa diperlukannya Pancasila sebagi Sistem Etika ?

3. Apa saja Urgensi Pancasila sebagai Sistem Etika ?

4. Bagaimana Analisis Etika Pancasila sebagai Solusi Problem Bangsa ?

5. Bagaimana Implementasi Pancasila sebagai Sistem Etika dalam


Kehidupan Islami Warga Muhammadiyah ?

C. Tujuan Penulisan

Tujuannya yaitu untuk menjelaskan, memaparkan,


menginformasikan, menganalisis, dan mendeskripsikan apa saja yang
menjadi rumusan masalah dalam makalah ini dan juga memberikan
wawasan kepada para pembaca dalam hal pemahaman ilmu
Pancasila sebagai Sistem Etika serta menyelesaikan salah satu tugas
dari perkuliahan kami.
BAB II
PEMBAHASAN

PANCASILA SEBAGAI SISITEM ETIKA DAN


IMPLEMENTASI DALAM KEHIDUPAN ISLAMI WARGA
MUHAMMADIYAH

A. Konsep Pancasila sebagai Sistem Etika

a. Kajian Tentang Konsep Dasar Etika

1. Pengertian Etika

Nurwandi, Paristiyanti, dkk (2016:173-182), Pernahkah Anda


mendengar istilah “etika”? Kalaupun Anda pernah mendengar istilah
tersebut, tahukah Anda apa artinya? Istilah “etika” berasal dari bahasa
Yunani, “Ethos” yang artinya tempat tinggal yang biasa, padang
rumput, kandang, kebiasaan, adat, watak, perasaan, sikap, dan cara
berpikir. Secara etimologis, etika berarti ilmu tentang segala sesuatu
yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan. Dalam arti ini,
etika berkaitan dengan kebiasaan hidup yang baik, tata cara hidup yang
baik, baik padadiri seseorang maupun masyarakat. Kebiasaan hidup yang
baik ini dianut dan diwariskan dari satu generasi ke generasi yang lain.
Dalam artian ini, etika sama maknanya dengan moral. Etika dalam arti
yang luas ialah ilmu yang membahas tentang kriteria baik dan buruk
(Bertens, 1997: 4--6). Etika pada umumnya dimengerti sebagai
pemikiran filosofis mengenai segala sesuatu yang dianggap baik atau
buruk dalam perilaku manusia. Keseluruhan perilaku manusia dengan
norma dan prinsip-prinsip yang mengaturnya itu kerap kali disebut
moralitas atau etika (Sastrapratedja, 2002: 81).

3
4

Etika selalu terkait dengan masalah nilai sehingga perbincangan


tentang etika, pada umumnya membicarakan tentang masalah nilai
(baik atau buruk). Apakah yang Anda ketahui tentang nilai? Frondizi
menerangkan bahwa nilai merupakan kualitas yang tidak real karena
nilai itu tidak ada untuk dirinya sendiri, nilai membutuhkan
pengemban untuk berada (2001:7). Misalnya, nilai kejujuran melekat
pada sikap dan kepribadian seseorang. Istilah nilai mengandung
penggunaan yang kompleks dan bervariasi. Lacey menjelaskan bahwa
paling tidak ada enam pengertian nilai dalam penggunaan secara umum,
yaitu sebagai berikut:

1. Sesuatu yang fundamental yang dicari orang sepanjang


hidupnya.
2. Suatu kualitas atau tindakan yang berharga, kebaikan, makna
atau pemenuhan karakter untuk kehidupan seseorang. 176.
3. Suatu kualitas atau tindakan sebagian membentuk identitas
seseorang sebagai pengevaluasian diri, penginterpretasian diri, dan
pembentukan diri.
4. Suatu kriteria fundamental bagi seseorang untuk memilih sesuatu
yang baik di antara berbagai kemungkinan tindakan.
5. Suatu standar yang fundamental yang dipegang oleh seseorang
ketika bertingkah laku bagi dirinya dan orang lain.
6. Suatu ”objek nilai”, suatu hubungan yang tepat dengansesuatu
yang sekaligus membentuk hidup yang berharga dengan
identitas kepribadian seseorang. Objek nilai mencakup karya
seni, teori ilmiah, teknologi, objek yang disucikan, budaya,
tradisi, lembaga, orang lain, dan alam itu sendiri. (Lacey, 1999:
23).
5

Dengan demikian, nilai sebagaimana pengertian butir kelima (5),


yaitu sebagai standar fundamental yang menjadi pegangan bagi
seseorang dalam bertindak, merupakan kriteria yang penting untuk
mengukur karakter seseorang. Nilai sebagai standar fundamental ini
pula yang diterapkan seseorang dalam pergaulannya dengan orang lain
sehingga perbuatannya dapat dikategorikan etis atau tidak.

Namun, tahukah Anda bahwa dalam bahasa pergaulan orang acap


kali mencampuradukkan istilah “etika” dan “etiket”? Padahal,
keduanya mengandung perbedaan makna yang hakiki. Etika berarti
moral, sedangkan etiket lebih mengacu pada pengertian sopan santun,
adat istiadat. Jika dilihat dari asal usul katanya, etika berasal dari kata
“ethos”, sedangkan etiket berasal dari kata “etiquette”. Keduanya
memang mengatur perilaku manusia secara normatif.tetapi Etika lebih
mengacu ke filsafat moral yang merupakan kajian kritis tentang baik
dan buruk, sedangkan etiket mengacu kepada cara yang tepat, yang
diharapkan, serta ditentukan dalam suatu komunitas tertentu. Contoh,
mencuri termasuk pelanggaran moral, tidak penting apakah dia
mencuri dengan tangan kanan atau tangan kiri. Etiket, misalnya
terkait dengan tata cara berperilaku dalam pergaulan, seperti makan
dengan tangan kanan dianggap lebih sopan atau beretiket (Bertens,
1997: 9).

2. Aliran-aliran Etika

Ada beberapa aliran etika yang dikenal dalam bidang filsafat,


meliputi etika keutamaan, teleologis, deontologis. Etika keutamaan atau
etika kebajikan adalah teori yang mempelajari keutamaan (virtue),
artinya mempelajari tentang perbuatan
6

manusia itu baik atau buruk. Etika kebajikan ini mengarahkan


perhatiannya kepada keberadaan manusia, lebih menekankan pada What
should I be?, atau “saya harus menjadi orang yang bagaimana?”.
Beberapa watak yang terkandung dalam nilaikeutamaan adalah baik
hati, ksatriya, belas kasih, terus terang, bersahabat, murah hati,
bernalar, percaya diri, penguasaan diri, sadar, suka bekerja bersama,
berani, santun, jujur, terampil, adil, setia, ugahari (bersahaja), disiplin,
mandiri, bijaksana, peduli, dantoleran (Mudhofir, 2009: 216--219).
Orang yang memelihara metabolisme tubuh untuk mendapatkan
kesehatan yang primajuga dapat dikatakan sebagai bentuk penguasaan
diri dan disiplin, sebagaimana nasihat Hippocrates berikut ini.

“All parts of the body which have a function, if use moderation


and exercise in labours in which each is accustomed, become thereby
healthy, well-developed and age slowly, but if unused and left idle
they become liable to disease, defective growth, and age quickly”

Etika teleologis adalah teori yang menyatakan bahwa hasil dari


tindakan moral menentukan nilai tindakan atau kebenaran tindakan dan
dilawankan dengan kewajiban. Seseorang yang mungkin berniat
sangat baik atau mengikuti asas-asas moral yang tertinggi, akan
tetapi hasil tindakan moral itu berbahaya atau jelek, maka tindakan
tersebut dinilai secara moral sebagai tindakan yang tidak etis. Etika
teleologis ini menganggap nilai moral dari suatu tindakan dinilai
berdasarkan pada efektivitas tindakan tersebut dalam mencapai
tujuannya. Etika teleologis ini juga menganggap bahwa di dalamnya
kebenaran dan kesalahan suatu tindakan dinilai berdasarkan tujuan
akhir yang diinginkan
7

(Mudhofir, 2009: 214). Aliran-aliran etika teleologis, meliputi


eudaemonisme, hedonisme, utilitarianisme.

Etika deontologis adalah teori etis yang bersangkutan dengan


kewajiban moral sebagai hal yang benar dan bukannya
membicarakan tujuan atau akibat. Kewajiban moral bertalian dengan
kewajiban yang seharusnya, kebenaran moral atau kelayakan,
kepatutan. Kewajiban moral mengandung kemestian untuk melakukan
tindakan. Pertimbangan tentang kewajiban moral lebih diutamakan
daripada pertimbangan tentang nilai moral. Konsepkonsep nilai moral
(yang baik) dapat didefinisikan berdasarkan pada kewajiban moral atau
kelayakan rasional yang tidak dapat diturunkan dalam arti tidak dapat
dianalisis (Mudhofir, 2009: 141).

b. Kajian Tentang Sistem Etika Pancasila

Setelah Anda mendapat gambaran tentang pengertian etika dan


aliran etika, maka selanjutnya perlu dirumuskan pengertian etika
Pancasila, dan aliran yang lebih sesuai dengan etika Pancasila. Etika
Pancasila adalah cabang filsafat yang dijabarkan dari sila-sila Pancasila
untuk mengatur perilaku kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara di Indonesia. Oleh karena itu, dalam etika Pancasila terkandung
nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan
keadilan. Kelima nilai tersebut membentuk perilaku manusia Indonesia
dalam semua aspek kehidupannya. Sila ketuhanan mengandung dimensi
moral berupa nilai spiritualitas yang mendekatkan diri manusia kepada
Sang Pencipta, ketaatan kepada nilai agama yang dianutnya. Sila
kemanusiaan mengandung dimensi humanus, artinya menjadikan manusia
lebih manusiawi, yaitu upaya meningkatkan kualitas
8

kemanusiaan dalam pergaulan antar sesama. Sila persatuan mengandung


dimensi nilai solidaritas, rasa kebersamaan (mitsein), cinta tanah air. Sila
kerakyatan mengandung dimensi nilai berupa sikap menghargai orang lain,
mau mendengar pendapat orang lain, tidak memaksakan kehendak kepada
orang lain. Sila keadilan mengandung dimensi nilai mau peduli atas
nasib orang lain, kesediaan membantu kesulitan orang lain.

Etika Pancasila itu lebih dekat pada pengertian etika keutamaan atau
etika kebajikan, meskipun corak kedua mainstream yang lain, deontologis
dan teleologis termuat pula di dalamnya. Namun, etika keutamaan lebih
dominan karena etika Pancasila tercermin dalam empat tabiat saleh,
yaitu kebijaksanaan, kesederhanaan, keteguhan, dan keadilan.
Kebijaksanaan artinya melaksanakan suatu tindakan yang didorong oleh
kehendak yang tertuju pada kebaikan serta atas dasar kesatuan akal –
rasa – kehendak yang berupa kepercayaan yang tertuju pada kenyataan
mutlak (Tuhan) dengan memelihara nilai-nilai hidup kemanusiaan dan nilai-
nilai hidup religius. Kesederhaaan artinya membatasi diri dalam arti tidak
melampaui batas dalam hal kenikmatan. Keteguhan artinya membatasi
diri dalam arti tidak melampaui batas dalam menghindari penderitaan.
Keadilan artinya memberikan sebagai rasa wajib kepada diri sendiri dan
manusia lain,serta terhadap Tuhan terkait dengan segala sesuatu yang
telah menjadi haknya (Mudhofir, 2009: 386).

c. Urgensi Pancasila sebagai Sistem Etika

Pentingnya Pancasila sebagai sistem etika terkait dengan problem


yang dihadapi bangsa Indonesia sebagai berikut. Pertama, banyaknya
kasus korupsi yang melanda negara Indonesia sehingga
9

dapat melemahkan sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara. Kedua,


masih terjadinya aksi terorisme yang mengatasnamakan agama sehingga
dapat merusak semangat toleransi dalam kehidupan antar umat beragama,
dan meluluhlantakkan semangat persatuan atau mengancam disintegrasi
bangsa. Ketiga, masih terjadinya pelanggaran hak asasi manusia (HAM)
dalam kehidupan bernegara, seperti: kasus penyerbuan Lembaga
Pemasyarakatan Cebongan Yogyakarta, pada tahun 2013 yang lalu.
Keempat, kesenjangan antara kelompok masyarakat kaya dan miskin
masih menandai kehidupan masyarakat Indonesia. Kelima,
ketidakadilan hukum yang masih mewarnai proses peradilan di Indonesia,
seperti putusan bebas bersyarat atas pengedar narkoba asal Australia
Schapell Corby. Keenam, banyaknya orang kaya yang tidak bersedia
182 membayar pajak dengan benar, seperti kasus penggelapan pajak oleh
perusahaan, kasus panama papers yang menghindari atau mengurangi
pembayaran pajak. Kesemuanya itu memperlihatkan pentingnya dan
mendesaknya peran dan kedudukan Pancasila sebagai sistem etika karena
dapat menjadi tuntunan atau sebagai Leading Principle bagi warga negara
untuk berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.

Etika Pancasila diperlukan dalam kehidupan bermasyarakat,


berbangsa, dan bernegara sebab berisikan tuntunan nilai-nilai moralyang
hidup. Namun, diperlukan kajian kritis-rasional terhadap nilai-nilai moral
yang hidup tersebut agar tidak terjebak ke dalampandangan yang bersifat
mitos. Misalnya, korupsi terjadi lantaran seorang pejabat diberi hadiah oleh
seseorang yang memerlukan bantuan atau jasa si pejabat agar urusannya
lancar. Si pejabat menerima hadiah tanpa memikirkan alasan orang
tersebut memberikan hadiah. Demikian pula halnya dengan
masyarakat
10

yang menerima sesuatu dalam konteks politik sehingga dapat


dikategorikan sebagai bentuk suap.

B. Etika Pancasila Sebagai Salah Satu Solusi Permasalahan Bangsa

a. Analisis Etika Pancasila sebagai Solusi Problem Bangsa

1. Pengertian Pancasila

N, Susila Wati (2020:626-629), Pancasila sebagai dasar negara sering


juga disebut dengan dasar falsafah negara. Pancasila dipergunakan
sebagai dasar untuk mengatur pemerintahan negara. Dengan kata lain
Pancasila digunakan sebagai dasar untuk mengatur seluruh
penyelenggaraan negara. Pengertian Pancasila sebagai dasar negara seperti
dimaksud dalam bunyi Pembukaan UUD 1945 Alinea IV (4) yang
secara jelas menyatakan sebagai berikut: “Kemudian dari pada itu
untuk dapat membentuk suatu pemerintahan negara Indonesia yang
melindungi segenap bangsa Indonesia serta seluruh tumpah darah
Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa, serta ikut dalam melaksanakan ketertiban dunia
yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi serta keadilan sosial
maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalamsuatu
Undang-Undang suatu Dasar Negara Indonesia yang berbentuk dalam
suatu susunan negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat
dengan berdasarkan kepada KetuhananYang Maha Esa, Kemanusiaan
yang adil serta beradab, PersatuanIndonesia, serta Kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan, serta untuk mewujudkan suatu Keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.”
11

Sebagai dasar negara, Pancasila dipergunakan untuk dapat


mengatur seluruh tatanan kehidupan bangsa serta negara Indonesia.
Hal ini mengandung arti bahwa segala sesuatu yang berhubungan
dengan pelaksanaan sistem ketatanegaraan Negara Kesatuan Republik
Indonesia harus berdasarkan Pancasila.

2. Faktor Penyebab Problem Bangsa

Kemiskinan
Hampir di setiap sudut ditemukan pemukiman kumuh. Ada sekitar
30 juta rakyat Indonesia yang hidup sangat miskin. Penyebab utama
kemiskinan adalah ledakan penduduk yang tidak disertai dengan
peningkatan kualitas penduduk tersebut ditambah lagi dengan kebutuhan
hidup yang makin kompleks dan mahal.

Korupsi
Negara kita pada dasarnya memiliki kekayaan atau dana yang cukup
untuk mensejahterkan rakyatnya namun dikarenakan negara ini
dikerumuni oleh para koruptor sehingga uang negara terbuang sia-sia dan
mengakibatkan kesengsaraan bagi rakyat. Kurangnya efek jera menjadi
penyebab utama korupsi ini.

Penegakan Hukum yang Lemah


Negara Indonesia adalah negara hukum, tapi kenapa hanya rakyat
kecil yang dihukum? Penyebabnya karena hukum di Indonesia masih
bisa dipermainkan. Orang kaya masih bisa terbebas dari jeratan hukum.
Jangan dulu melihat kasus-kasus hukum yang besar, kita masih bisa
melihat di sekitar kita. Terutama saat ditilang polisi. Apa yang biasanya
dilakukan? Tentu saja menyuap polisi tersebut. Kalau terus saja
dibiarkan begini, hancurlah Indonesia.
12

Kasus Pendidikan Yang Rendah


Sistem pendidikan di Indonesia bisa dikatakan sangat buruk. Biaya
sekolah yang semakin mahal tidak sebanding dengan hasil yang
didapatkan. Memang siswa selalu lulus dengan nilai sangat baik, tetapi
angka tersebut hanya di atas kertas. Buktinya kualitaspenduduk
Indonesia masih sangat rendah dibandingkan di negara lain. Tak heran
kita selalu mendatangkan tenaga ahli dari luar negeri sementara kita
selalu mengirim tenaga kerja ke luar negeri sebagai buruh atau
pembantu.

Pengelolaan Sumber Daya Alam yang Buruk


Sampai sekarang kita tidak bisa mencapai swasembada beras. Akibat
kesejahteraan petani tidak pernah diperhatikan, banyak dari mereka
yang menjual lahan pertaniannya dan dialih fungsikan menjadi
perumahan. Kita juga tidak pernah menikmati hasil bumi kita yang
melimpah secara utuh. Justru pihak asing yang mengelola dan
mengambil hasil pertambangan kita, sedangkan kita hanya mendapatkan
pemasukan dari pajak dan upah buruh.

Kasus SARA yang Merajalela


Indonesia adalah negara yang memiliki suku bangsa dan agama
yang beragam. Di sekitar kita mungkin kehidupan antara umat
beragaman sudah rukun. Tetapi di beberapa tempat masih saja ada kasus
yang menyangkut SARA seperti perusakan tempat ibadah, terorisme,
pertikaian antar suku, dan saling ejek antar agama di dunia maya. Jika
masalah ini dibiarkan terjadi, maka akan terjadi disintegrasi bangsa
dan sangat berbahaya bagi kedaulatan bangsa.
13

Kesenjangan Sosial
Ini sudah biasa terjadi di negara kita dimana orang kaya akantetap
kaya, sedangkan orang miskin tetaplah miskin walau sekeras apapun dia
bekerja. Tidak hanya itu mereka yang kaya tidak merasa puas apalagi
bersyukur akan harta yang mereka miliki. Begitu pula dengan orang-
orang yang berada di kalangan bawah merasa susah menjalankan hidup
akhirnya mereka melakukan hal- hal yang seharusnya mereka tidak
lakukan yang mengakibatkan marak kriminalitas di Indonesia.

Kemacetan
Di beberapa kota besar di Indonesia, kemacetan sudah menjadihal
yang lumrah. Kemacetan disebabkan oleh penggunaan kendaraan
bermotor yang meningkat dan banyak orang yang lebih memilih
menggunakan kendaraan bermotor ketimbang bersepeda walaupun jarak
tempuhnya cukup dekat.

Pengangguran
Angka pengangguran di Indonesia cukup tinggi. Bahkan orang-
orang pengangguran kebanyakan sudah sarjana. Pengangguran menjadi
penyebab utama kemiskinan. Kurangnyalapangan pekerjaan menjadi
salah satu penyebab terjadinya pengangguran. Bila ditemukan solusi
yang tepat, bukan tidak mugkin seorang pengangguran menjadi
pengusaha yang sukses.

Banyak Daerah yang Kurang Diperhatikan

Banyak sekali terdapat daerah tertinggal di negara ini terutama di


kawasan dekat perbatasan negara dan bagian timur Indonesia.
Pembangunan cenderung berpusat di sekitar pulau Jawa, Sumatera, dan
Bali saja. Mungkin karena hanya daerah tersebut yang paling
potensial. Tetapi sebaiknya pemerintah
14

memperhatikan daerah lain. Siapa tahu daerah yang kurang


diperhatikan tersebut sebenarnya sangat berpotensi bagi pembangunan
negara.

3. Solusi Untuk Mengatasi Problem Bangsa

Adil dalam membagi kekuasaan


Sesungguhnya yang namanya politik bagi-bagi kekuasaan itu adalah
tidak ada. Ini sama saja dengan kebiasaan bagi-bagi jatahsumber daya
yang sudah tersedia. Inilah yang terjadi ketika kekuasaan berada di
tangan manusia alhasil akan termakan oleh sifat keserakahan yang sesat
dan tidak terkendali. Karena itu, ada baiknya jikalau kekuasaan
dikembalikan kepada masyarakat luas sehingga sekiranya ada ancaman
yang datang maka semuanya akan pasang badan membela NKRI.

Pemerataan pendapatan
Merupakan solusi jangka pendek atas situasi yang terjadi saat ini. Jika
perolehan uang tidak disetarakan maka masing-masing orang akan
berusaha lebih gesit untuk menerjang lalu mendahului sesamanya agar
bisa merebut lebih banyak uang dari tangan pelanggan. Lagi pula
pembagian keuangan yang tidak adil akan memicu ledakan pergerakan
masyarakat pada profesi terntentu dimana semuanya itu terjadi demi
hidup yang lebih kaya raya.

Pemerataan pendidikan

Perolehan pendidikan tidak hanya terpusat di kotakota melainkan


juga di daerah-daerah terpencil. Ini tidak hanya fokus pada sarana dan
prasarana yang tersedia melainkan lebih kepada kemampuan intelektual
dan emosional tenaga pengajar yang ada. Sehingga para guru tidak hanya
mengajar dengan kata-katanya di depan kelas melainkan juga menjadi
contoh yang baik bagi para
15

siswa-siswinya. Pemerataan skill tenaga pengajar adalah jalan cepat


demi kesetaraan pendidikan di seluruh negeri.

Pemerataan pengetahuan dan wawasan


Merupakan jalan keluar bagi permasalahan yang dihadapi oleh
Indonesia yang sifatnya jangka panjang. Perolehan iniberhubungan
erat dengan keterbukaan informasi dari pihak pemerintah dan swasta.
Tanpa keterbukaan informasi mustahil terjadi pertumbuhan,
perkembangan dan kemajuan dibidang ilmu pengetahuan juga wawasan.
Oleh karena itu, ada baiknya jikalau semua pihak disuguhkan dengan
informasi yang benar. Bukan sesuatu yang merupakan hasil rekayasa
untuk mendatangkan keuntungan bagi pihak tertentu.

Pemerataan kesehatan
Salah satu syarat pertama agar seseorang menjadi bahagia adalah
memiliki fisik yang sehat dan prima. Tanpa tubuh yang sehat maka
tidak ada pula hari-hari yang menyenangkan dengan aktivitas yang padat
bersama keluarga, sahabat, handai tolan, rekan kerja dan lain
sebagainya. Kesetaraan di bidang kesehatan dapat dicapai dengan
memberikan informasi yang benar tentang cara hidup sehat dan panjang
umur.

Pemerataan pekerjaan

Merupakan solusi jangka menengah demi kesetaraan bagi seluruh


rakyat Indonesia. Setiap masyarakat yang berumur 25 tahun berhak
mendapatkan pekerjaan yang layak sesuai dengan bakat yang dimiliki.
Oleh karena itu, jika setiap orang bekerja sesuai bakatnya dalam
kreativitas berkelompok sehingga waktunya tidak habis terbuang
dalam hal yang sia-sia.

Pemerataan keamanan (rasa aman)


16

Ketika semua orang sudah sejahtera, tidak ada lagi silat lidahdan
pasang badan untuk mengambil sesuatu dari orang lain secara tidak sah,
sebab semua sudah dapat jatah yang mensejahterakan. Orang-orang yang
telah sejahtera akan berpikir dua kali untuk meninggalkan keadaan
seperti itu hanya demi sesuap nasi atau sekedar cara anak bersikap
dengan sesamanya.

4. Strategi Pemahaman dan Penerapan Pancasila dalam MengatasiProblem


untuk Mencapai Tujuan Nasional Bangsa Indonesia

Sila Pertama: Ketuhanan Yang Maha Esa

Secara garis besar mengandung makna bahwa Negara melindungi


setiap pemeluk agama untuk menjalankan ibadahnya sesuai dengan ajaran
agamanya. Tidak memaksakan suatu agama atau kepercayaannya kepada
orang lain. Menjamin berkembangdan tumbuh suburnya kehidupan
beragama. Dan bertoleransi dalam beragama, yakni saling
menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama
dan kepercayaan masing-masing.

Sila Kedua: Kemanusiaan yang Adil dan Beradab

Mengandung makna bahwa setiap warga Negara mendapatkan


perlakuan yang sama di mata hukum, karena Indonesia berdasarkan
atas Negara hukum. mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan
persamaan kewajiban antara sesama manusia. Menempatkan manusia
sesuai dengan hakikatnya sebagai makhlukTuhan. Menjunjung tinggi
nilai kemanusiaan. Bertingkah laku sesuai dengan adab dan norma yang
berlaku di masyarakat.

Sila Ketiga: Persatuan Indonesia


17

Mengandung makna bahwa seluruh penduduk yang mendiamiseluruh


pulau yang ada di Indonesia ini merupakan saudara, tanpa pernah
membedakan suku, agama ras bahkan adat istiadat atau kebudayaan.
Penduduk Indonesia adalah satu yakni satu bangsa Indonesia. cinta
terhadap bangsa dan tanah air. Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa
Indonesia. Rela berkorban demi bangsa dan negara. Menumbuhkan rasa
senasib dan sepenanggungan.

Sila Keempat: Kerakyatan Yang dipimpin oleh Hikmat


Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan

Mengandung maksud bahwa setiap pengambilan keputusan


hendaknya dilakukan dengan jalan musyawarah untuk mufakat, bukan
hanya mementingkan segelintir golongan saja yang padaakhirnya hanya
akan menimbulkan anarkisme. Tidak memaksakan kehendak kepada
orang lain. Melakukan musyawarah, artinya mengusahakan putusan
bersama secara bulat, baru sesudah itu diadakan tindakan bersama.
Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat.

Sila Kelima: Keadilan Sosial Bagi Seluruh rakyat Indonesia

Mengandung maksud bahwa setiap penduduk Indonesia berhak


mendapatkan penghidupan yang layak sesuai dengan amanat UUD 1945
dalam setiap lini kehidupan. Mengandung arti bersikap adil terhadap
sesama, menghormati dan menghargai hak-hak orang lain. Kemakmuran
yang merata bagi seluruh rakyat. Seluruh kekayaan alam dan isinya
dipergunakan bagi kepentingan bersama menurut potensi masing-masing.
Segala usaha diarahkan kepada potensi rakyat, memupuk perwatakan dan
peningkatan kualitas rakyat, sehingga kesejahteraan tercapai secara
merata.
18

b. Analisis Implementasi Pancasila Sebagai Sistem Etika Dalam Kehidupan


Islami Warga Muhammadiyah

1. Pancasila

Pengertian Pancasila menurut Ir.Soekarno Pancasila adalah kekokohan


masyarakat Indonesia dari nenek moyang turun kepada anak cucu
lamanya tertanam gagu oleh kultur barat. Denganbegitu, Pancasila
bukan hanya menjadi prinsip negara, akan tetapi menjadi pemikiran bagi
bangsa Indonesia.

Sedangkan Muhammad Yamin menyebutkan Pancasila bersumber


dari kata “Panca” yang berarti lima sedangkan “Sila” yang berarti dasar,
dominasiperilaku yang fundamental dan benar. Dengan begitu Pancasila
ialah lima dasar yang menyimpan panduansertapengaturan mengenai
budi pekerti yang fundamental dan benar.

Berbeda dengan Notonegoro menuturkan Pancasila ialah dasar


pemikiran negeri Indonesia, oleh sebab itu dapat disebutkan bahwa
Pansasila ialah dasar pemikiransertaajaran negara yang dijadikan tumpuan
dapat memebentuk pendirian hidup bangsa Indonesia,sebagai dasar negara,
karakter negara, perhimpunan dan kepaduan.

Dari pernyataan yang telah dijelaskan maka dapat disimpulkan bahwa


Pancasila adalah pengantar falsafah bangsa Indonesia. Selain itu
Pancasila sebagai pedoman kaidah petunjukperilaku yang baik dan
pemersatu pengetahuan hidup bangsa Indonesia. Selain itu Pancasila
sebagai sistem etika harus dipatuhi oleh seluruh rakyat Indonesia.

Nilai-nilai yang tercantum pada Pancasila :


19

1. Nilai Dasar yaitu nilai yang berkarakter transendental serta tidak


mampu di cermati oleh pemahaman manusia, tetapi pada kesaksiannya
nilai berurusan dengan perilaku manusia.
2. Nilai Instrumen yaitu nilai yang sebagai panduan perwujudan dari
nilai dasar. Isi nya belum bisakasatmata sepenuhnya apabila
tidakbisa menyusun serta mengukur atau kedudukan yang jelas.
3. Nilai Praktis, ialah penjelasan nilai sebelumnya dalam gerakan yang
lebih berwujud maka begitu nilai ini ialah perwujudan secara kasat
mata dari nilai sebelumnya.

Etika Pancasila merupakan cabang ilmu filsafat yang diuraikan


menurut nilai sila Pancasila untuk mengelola budi pekerti kehidupan
perilaku bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di Indonesia. Menurut
Dwi Yanto (2017) nilai sila Pancasila dalam dasarnya bukanlah
merupakan suatu panduan pribadi yang berkepribadian berpegang teguh
pada norma ataupun pragmatis tetapi merupakan suatu sistem nilai etika
yang wajib dibariskan seterusnya dalam norma etika, moral, dan
hukum dalamkehidupan kenegaraan dan kebangsaan (dalam Putri,
Fania Sulistisni, dkk.2021:178).

2. Sistem

Putri, Fania Sulistisni, dkk (2021:178-179), Sistem merupakan makna


kepaduan yang mencakup materi serta benda yang dipertemukan untuk
memudahkan aliran berita dan elemen untuk sampai suatu tujuan. Sistem
nilai pada Pancasila merupakan suatu kepaduan nilai yang terdapat pada
Pancasila yang silih bertautan antara yang lainnya, tidak dapat
dibedakan ataupun dibedakan
20

tempat lantaran saling bertautan antara yang lainnya. Nilai yang akan
dijelaskan ialah :

Pertama, Nilai Ketuhanan: Suatu perilaku dapat dinilai baik jika


tidak berbenturan dengan kaidah, nilai serta hukum Pencipta. Pikiran
begitu secara pragmatis mampu secara kebenaran bahwa setiap perilaku
yang meninggalkan kaidah, nilai, serta aturan Tuhan, apapun kaitannya
dengan koneksi kasih sayang antar sesama, maka membuat masalah
muncul serta terjadinya pertengkaran. Dari nilai ini lah dapat
disimpulkan yaitu agamis, toleransi, ketaatan, seraspiritualitas.

Kedua, Nilai Kemanusiaan: Suatu perilaku dinilai benar jika serasi


sesuai nilai humanisme. Asas pokok pada nilai manusiawi Pancasila
merupakan kesamarataan serta ketata susilaan. Karena itu, suatu perilaku
dinilai baik jika serasi dengan nilai manusiawi yang didasarkan pada
konsep kesamarataan dan katata susilaan. Dari nilai manusiawi tersebut
dapat melaksanakan kemanusiawian misalnya kerja sama, saling tolong
menolong, dan penghargaan.

Ketiga, Nilai Persatuan: Suatu perilaku dinilai benar jika mampu


mempertahankan perhimpunan serta kepaduan. Sikap mementingkan diri
dan egoisme ini lah contoh perilaku yang tidak baik. Dapat dilihat dari
kegiatan sehari-hari. Akan tetapi apabila perilaku tersebut dapat
membelah perhimpunan serta kepaduan maka berdasarkan pengetahuan
etika Pancasila ini merupakan perilaku tidak baik. Nilai persatuan
menggambarkan rela berkorban, bangga terhadap negara, serta
kepentingan keselamatan.
21

Keempat, Nilai Kerakyatan: berhubungan dengan kedaulatan dan


tercantum nilai lain yakni nilai hikmat atau kebijaksanaan serta
permusyawaratan. Pengkajian yang sangat baik contohnya dalam
kejadian penghilangan tujuh kata dalam sila pertama Piagam Jakarta.
Dari nilai kerakyatan ini menggambarkan nilai mengutamakan
kepentingan Bersama serta adanya kesejajaran.

Kelima, Nilai Keadilan: Sila ini lebih mengarah dalamkedudukan


sosial. Sesuatu perilaku dapat dinilai baik jika serasi dengan asas-asas
kesamarataan warga negara. Keadilan mengumpamakan sesama
sebagai kolega yang benar dan kesamarataan dengan orang lain. Dapat
digambarkan perilaku yang luhur memperlihatkan sikap serta kekeluargaan
dan gotong royong.

Melihat nilai sila yang tercantum pada Pancasila diatas, dengan


demikian Pancasila menjadi sistem etika yang sangat teguh pendirian,
karena nilai yang ada bersifat keabsahan, realistsis dan penerapan. Nilai-
nilai Pancasila ialah nilai yang seharusnya tertanam pada cita-cita dan
tujuan warga negara Indonesia yang wajib di raih dalam asas kehidupan.
Nilai-nilai Pancasila jika betul- betul dipelajari, dihayati dan dilakukan
dalam kehidupan sehari- hari, maka mampu menurunkan angka kasus
korupsi.

3. Etika

Etika sendiri dilihat dari etimologi bahasanya yaitu bersumber dari kata
“ethos” bersasal dari Bahasa Yunani dimana memiliki arti adat, karakter
ataupun kepribadian. Etika ialah bidang yang menuturkan tentang
bagaimana dan mengapa kita menerapkan suatu ajaran tertentu (bisa
jadi terhadap norma-norma) serta
22

bagaimana masyarakat berprilaku serta melaksanakan kewajibandengan


beragam ajaran moral.

Sejalan dengan pemikiran Rafsel Tas’adi (2016) bahwa Etika ialah


personalitas perseorangan. Dalam hal ini dapat diambil makna bahwa
orang yang beretika merupakan orang yang memilki kepribadian baik
dan memiliki kesadaran manusia sebagai pribadi yang beretika.

Menurut Maidiantius Tanyid (2014) Etika pada hakikatnya


meninjau asas moral secara kritis, pada pengertian lain etika
mengandung arti sebuah cabang ilmu yang melibatkan perilaku manusia
dalam kolerasinya dengan yang benar dan salah.

Selain itu Aristoteles mengatakan istilah “ethica” yang


mendapatkan dua arti yakni etika meliputi kesanggupan dangabungan
patokan, dimana dalam bahasa Latin dikenal dengan istilah Mores yang
artinya sopan santun/bersikap, perilaku (lahir, perilaku), kemudian Mores
menggambarkan bahwa etika merupakan Moralitas yang mempunyai arti
kesediaan jiwa akankesusilaan. Kedua arti etika itu ialah sebagai berikut
:
a. Etika Umum digunakan untuk memperlihatkan asas-asas yang
berdasar untuk setiap warga negara.
b. Etika Khusus disini mempelajari asas-asas yang pada dalamnya
terdapat hubungan dan beragam aspek aktivitas manusia,
baik sebagai perseorangan maupun kelompok.

Menurut Emmi Kholilah Harahap (2018) Etika baru saja menjadi


bidang bila kesempatan bermoral yaitu prinsip dan nilai tentang yang
dianggap benar serta salah yang masuk baru saja
23

dalam diri manusia dan sering kali tanpa diketahui oleh manusia telah
menjadi acuan pemikiran bagi suatu penelitian terstrukturdan lengkap.
Pemaparan Pancasila sebagai sistem etika menurut Sri Soeprapto (2013)
Etika Pancasila ialah Etika keunggulan yang tersusun dari nilai, asas,
dan keutamaan budi pekerti bagi warga negara. Nilai sila ketuhanan,
kemanusiaan, persatuan, dan kerakyatan, serta keadilan terwujud oleh
pembelajaran dari keterangan sepanjang sejarah kebangsaan Indonesia
yang Panjang ini (dalam Putri, Fania Sulistisni, dkk.2021:179-180).
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pernyataan yang telah dijelaskan maka dapat disimpulkan bahwa
Pancasila adalah pengantar falsafah bangsa Indonesia. Selain itu Pancasila
sebagai pedoman kaidah petunjuk perilaku yang baik dan pemersatu
pengetahuan hidup bangsa Indonesia. Selain itu Pancasila sebagai sistem etika
harus dipatuhi oleh seluruh rakyat Indonesia.

Pancasila menjadi sistem etika yang sangat teguh pendirian, karena nilai yang
ada bersifat keabsahan, realistsis dan penerapan. Nilai-nilaiPancasila ialah nilai
yang seharusnya tertanam pada cita-cita dan tujuan warga negara Indonesia yang
wajib di raih dalam asas kehidupan. Nilai- nilai Pancasila jika betul-betul
dipelajari, dihayati dan dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, maka mampu
menurunkan angka kasus korupsi.

Negara kita adalah negara yang memiliki Pancasila dengan kelima silanya
yang mengandung makna-makna dari setiap cerminan kehidupan rakyat
Indonesia. Namun seiring dengan pertumbuhan bangsa ini muncul berbagai
masalah didalamnya. Kesepuluh masalah ini tidak mencakup seluruh problem
dalam negara Indonesia sebab masih banyak lagi masalahselain kemiskinan,
korupsi, penegakan hukum yang lemah, kualitas pendidikan yang lemah,
pengelolaan sumber daya alam yang buruk, kasus SARA yang merajalela,
kesenjangan sosial, kemacetan, pengang-guran,dan banyak daerah yang kurang
diperhatikan.

Pancasila dan etika ialah dua gambaran yang tidak boleh disisihkan lantaran
isinya ialah suatu sistem yang menciptakan suatu kepaduan yang utuh serta
bertautan antara dengan lainnya yang dijadikan panduan dalam kehidupan
bermasyarakat. Implementasi Pancasila sebagai sistem

24
25

etika mampu terbentuk jika pemerintah serta masyarakat bisa melaksanakan


nilai serta sila yang terdapat pada Pancasila dengan mementingkan asas
kesamarataan warga negara.

B. Saran
Menyadari bahwa kami masih jauh dari kata sempurna, untuk ke
depannya kami sebagai penulis akan berusaha untuk membuat makalah dengan
lebih baik lagi. Demikianlah makalah ini kami buat, semoga bermanfaat dan
menambah pengetahuan pembaca sekalian. Kami mohon maaf jika ada
kesalahan ejaan dalam penulisan kata dan kalimat yang kurang jelas, kurang
dimengerti dan lugas. Dan kami juga mengharapkan saran dan kritik dari pembaca
sekalian demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Bertens, K. 1997. Etika. Jakarta: Pen. Gramedia.

Harahap, E. K. (2018). “Pancasila Berkehidupan Dalam Etika Kebangsaan”.


Nizham Journal of Islamic Studies, 6(1), 130-142.

Lacey Hugh. 1999. Is Science Value Free? London: Rautledge.

M. Sastrapratedja. 2002. Etika Dan Hukum: Relevansi Teori Hkm Kodrat


Th.Aquinas. kanisius. Yogyakarta: Penerbitan Universitas Sanata
Dharma.

Mudhofir, Ali. 2009. Kamus Etika. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

N, Susilawati. “Pancasila Sebagai Solusi Problem Bangsa.” Jurnal Ilmiah Universitas


Batanghari Jambi, 20(2), Juli 2020, 626-629, ISSN 1411-
8939 (Online), ISSN 2549-4236 (Print), 626-629. Diakses pada jum’at, 11
November 2022 (11.00).

Nurwardani, Paristiyanti, dkk. 2016. Pendidikan Pancasila Untuk Perguruan Tinggi.


Jakarta : Diretorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementrian
Riset Teknoligi dan Pendidikan Tinggi

Putranto, S. S. 2007. Etika Pancasila: Aktualisasinya dalam administrasinegara


Indonesia. (Doctoral dissertation, Universitas Gadjah Mada).

Putri, Fania Sulistiani, dkk. “Implementasi Pancasila Sebagai Sistem Etika.”Jurnal


Of Education, Psychology and Counseling, Volume 3 Nomor 1 (2021) ISSN
Online : 2716-4446, 178-180. Diakses pada jum’at, 11
November 2022 (14.15).

Tanyid, Maidiantius. 2014. “Etika dalam pendidikan: Kajian etis tentang krisis moral
berdampak pada pendidikan”. Jurnal Jaffray, 12(2), 235-250.

26
27

Tas’adi, R. A. F. S. E. L. 2016. Pentingnya Etika Dalam Pendidikan. Ta'dib,17(2),


189-198.

Yanto, D. (2017). Etika Politik Pancasila. Ittihad Jurnal Kopertais WilayahXI


Kalimantan Volume 15 No.27

Yudhyarta, D. Y. (2020). Pemberdayaan Etika Pancasila dalam Konteks Kehidupan


Kampus. Al-Liqo: Jurnal Pendidikan Islam, 5(01), 43-63.

Anda mungkin juga menyukai