Anda di halaman 1dari 21

TUGAS MAKALAH

“PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA POLITIK


DAN EDIOLOGI NEGARA”

Disusun Sebagai Tugas Kelompok Pada Mata Kuliah Pancasila


Kelas Daring 1 B Semester 1
Dosen Pengampu :
ARIS SETIAWAN, M.H

DISUSUN OLEH:
SOLAMUN SOLIHIN
AISYA HANUN NADIA
PARIADI HARTONO
TAUFIK HIDAYAH
ARMAN RICHAL MAULANA
RINALDI

PRODI
HUKUM KELUARGA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM (IAI) AN-NUR LAMPUNG
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, senantiasa kita ucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang hingga
saat ini masih memberikan kita nikmat iman dan kesehatan, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah tentang “Pancasila Sebagai Sistem Etika Politik dan Ediologi Negara”
tujuan penulisan makalah ini untuk memenuhi tugas mahasiswa pada mata kuliah Pancasila

Penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Aris Setiawan, M.H Dosen Pengampu
pada Mata Kuliah Pancasila yang telah mempercayakan tugas ini kepada penulis, sehingga
sangat membantu penulis untuk memperdalam pengetahuan pada mata kuliah yang sedang
diikuti.

Tak lupa penulis juga mengucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada setiap pihak
yang telah mendukung serta membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat waktu.

Tidak ada gading yang tak retak, penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini
masih jauh dari kata sempurna serta terdapat kesalahan yang penulis yakini diluar batas
kemampuan penulis. Maka dari itu penulis dengan senang hati menerima keritik dan saran yang
membangun demi kesempurnaan dari makalah ini sehingga dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Jati Agung, 07 Oktober 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………….i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………...ii

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………….1
A.LATAR BELAKANG………………………………………………………………..1
B.RUMUSAN MASALAH……………………………………………………………..1
C.TUJUAN MAKALAH………………………………………………………………..1

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………..2
A.PENGERTIAN ETIKA……………………………………………………………….2
B.Pengertian Nilai, Norma, dan Moral…………………………………………………..2
1.Pengertian Nilai…………………………………………………………………..2
2.Pengertian Norma…………………………………………………………………4
3.Pengertian Moral………………………………………………………………….4
4.Pengertian Hierarkhi Nilai………………………………………………………..4
5.Hubungan antara Nilai Norma dan Politik……………………………………….4
C.Pengertian Etika Politik dan Politik…………………………………………………...5
1.Pengertian Etika Politik……………………………………………………..7
2.Pengertian Politik…………………………………………………………..7
3.Pancasila sebagai Sistem Etika………………………………………………..8
4.Lima Prinsip Dasar Etika Politik Pancasla……………………………………..9
5.Pancasila sebagai Etika Politik…………………………………………………12
D.Pengertian Ideologi Negara…………………………………………………………….13
1.Pengertian Ideologi Negara…………………………………………………13
2.Pancasila sebagai Ideologi Terbuka……………………………………….14
3.Kelebihan Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka……………………………….15
4.Kelemahan Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka…………………………..……15
5.Sikap Positif terhadap Ideologi Negara…………………………………………..15

BAB III PENUTUP……………………………………………………………………17

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………..18

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Berkenaan Pancasila sebagai Sistem Etika, kita menyadari bahwa nilai..nilai yang
terkandung dalam Pancasila merupakan satu kesatuan antara untaian sila dengan sila
lainnya. Setiap sila mengandung makna dan nilai tersendiri. Masalah etika merupakan masalah
yang makin mendapat perhatian di dunia, bahwa citacita Pancasila untuk membangun Indonesia
dari berbagai aspek. Selain sebagai sebuah ideologi. Pancasila juga memperhatikan nilai, norma,
etika, moral bangsa Indonesia.
Etika tidak lah cukup didefinisikan atau digeneralisir dari masalah keramahan dan
kesantunan saja. Masih banyak lagi permasalahan yang berkaitan dengan etika. Cakupan etika
sangatlah luas. Pancasila sebagai sistem etika, maka nilai..nilai yang terkandung dalam Pancasila
diaplikasikan ke dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sebagai wujud etika sesungguhnya.

B.Rumusan Masalah

Apa yang dimaksud dengan Etika?


Apa pengertian dari Etika Pancasila?
Apa makna yang terkandung dalam nilai-nilai Etis Pancasila?
Bagaimana solusi Pancasila sebagai sistem nilai dalam kehidupan berbangsa dan bernegara?
Apakah yang dimaksud dengan Pancasila sebagai Ideologi Terbuka?

C.Tujuan

Untuk mengetahui tentang Pancasila sebagai sistem etika.


Untuk mengungkap informasi tentang solusi Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara di Indonesia dan ideologi Negara.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Etika

Secara etimologis (asal kata), etika berasal dari bahasa Yunani, ethos, yang artinya watak
kesusilaan atau adat. Istilah ini identik dengan moral yang berasal dari bahasa Latin, mos yang
jamaknya mores, yang juga berarti adat atau cara hidup. Meskipun kata etika dan moral memiliki
kesamaan arti, dalam pemakaian sehari.hari dua kata ini digunakan secara berbeda. Moral atau
moralitas digunakan untuk perbuatan yang sedang dinilai, sedangkan etika digunakan untuk
mengkaji sistem nilai yang ada. Dalam bahasa Arab, padanan kata etika adalah akhlak yang
merupakan kata jamak khuluk yang berarti perangai, tingkah laku atau tabiat.

Etika termasuk kelompok filsafat praktis dan dibagi menjadi dua kelompok yaitu etika
umum dan etika khusus. Etika merupakan suatu pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran-
ajaran dan pandangan..pandangan moral. Etika adalah suatu ilmu yang membahas tentang
bagaimana dan mengapa kita mengikuti suatu ajaran moral tertentu, atau bagaiman kita harus
mengambil sikap bertanggung jawab berhadapan dengan berbagai ajaran moral (Suseno, 1987).
Etika umum mempertanyakan prinsip.prinsip yang berlaku bagi setiap tindakan manusia,
sedangkan etika khusus membahas prinsip.prinsip itu dalam hubungannya dengan berbagai
aspek kehidupan manusia, baik sebagai individu (etika individual) maupun mahluk sosial (etika
sosial).
Etika berkaitan dengan berbagai masalah nilai karena etika pada pokoknya membicarakan
Masalah.masalah yang berkaitan dengan predikat nilai “susila” dan “tidak susila”, “baik” dan
“buruk”. Sebagai bahasan khusus etika membicarakan sifat.sifat yang menyebabkan orang dapat
disebut susila atau bijak. Sebenarnya etika lebih banyak bersangkutan dengan prinsip.prinsip
dasar pembenaran dalam hubungan dengan tingkah laku manusia (Kattsoff, 1986).
Etika termasuk salah satu cabang filsafat yang mempunyai kedudukan tersendiri. Etika
membahas yang harus dilakukan oleh seseorang karenanya berhubungan dengan yang harus dan
tidak harus atau boleh dilakukan oleh manusia dalam kehidupannya. Nilai dan norma etis banyak
juga berasal dari agama, sehingga setiap orang yang beragama akan berusaha menjadikan agama
sebagai pedoman nilai dan norma etis dalam kehidupan pribadi dan sosialnya.

B. Pengertian Nilai, Norma, dan Moral

1. Pengertian Nilai
Nilai (value) adalah kemampuan yang dipercayai yang ada pada suatu benda untuk
memuaskan manusia. Sifat dari suatu benda yang menyebabkan menarik minat seseorang atau
2
kelompok.Jadi nilai itu pada hakikatnya adalah sifat dan kualitas yang melekat pada suatu obyek
nya. Dengan demikian,maka nilai itu adalah suatu kenyataan yang tersembunyi dibalik
kenyataan-kenyataan lainnya.
Menilai berarti menimbang, suatu kegiatan manusia untuk menghubungkan sesuatu
dengan sesuatu yang lain kemudian untuk selanjutnya diambil keputusan. Keputusan itu adalah
suatu nilai yang dapat menyatakan berguna atau tidak berguna, benar atau tidak benar, baik atau
tidak baik, dan seterusnya.Penilaian itu pastilah berhubungan dengan unsur indrawi manusia
sebagai subjek penilai, yaitu unsur jasmani, rohani, akal, rasa, karsa dan kepercayaan.
Nilai adalah sesuatu yang berharga, berguna, indah, memperkaya batin dan
menyadarkan manusia akan harkat, martabatnya. Nilai bersumber pada budi yang berfungsi
mendorong dan mengarahkan sikap dan perilaku manusia. Nilai sebagai suatu sistem
(sistem nilai) merupakan salah satu wujud kebudayaan, disamping sistem sosial dan karya.
Cita_cita, gagasan, konsep dan ide tentang sesuatu adalah wujud kebudayaan sebagai sistem nilai
.
Oleh karena itu, nilai dapat dihayati atau dipersepsikan dalam konteks kebudayaan,
atau sebagai wujud kebudayaan yang abstrak. Manusia dalam memilih nilai_nilai menempuh ber
bagai cara yang dapat dibedakan menurut tujuannya, pertimbangannya, penalarannya, dan
kenyataannya. Nilai sosial berorientasi kepada hubungan antarmanusia dan menekankan pada
segi_segi kemanusiaan yang luhur, sedangkan nilai politik berpusat pada kekuasaan serta
pengaruh yang terdapat dalam kehidupan masyarakat maupun politik.
Dalam kaitannya dengan derivasi atau penjabarannya maka nilai_nilai dapat dikelom
pokkan menjadi tiga macam yaitu:

1. Nilai Dasar
Walaupun nilai memiliki sifat abstrak artinya tidak dapat diamati melalui indra manu
sia, maupun dengan realisasinya nilai berkaitan dengan tingkah laku atau segala aspek kehidupan
manusia yang bersifat nyata (praksis) namun demikian setiap nilai memiliki nilai dasar (dalam
bahasa ilmiahnya disebut dasar onotologis), yaitu merupakan hakikat, esensi, intisari atau makna
yang terdalam dari nilai_nilai tersebut. Nilai dasar ini bersifat universal karena menyangkut
hakikat kenyataan objektif segala sesuatu misalnya hakikat tuhan, manusia atau segala sesuatu
lainnya.
2. Nilai Instrumental
Nilai instrumental adalah manivestasi dari nilai dasar, dan ini berupa pasal_pasal
UUD 1945, perundang-undangan, ketetapan-ketetapan, dan peraturan-peraturan lainnya
yang berfungsi menjadi pedoman, kaidah, petunjuk kepada masyarakat untuk mentaatinya.

3
3. Nilai Praksis
Nilai praksis merupakan penjabaran dari instrumental dan nilai praksis ini berkaitan l
angsung dengan kehidupan nyata yaitu suatu kehidupan yang penuh diwarnai oleh pertimbangan
-pertimbangantertentu

2. Pengertian Norma
Norma adalah petunjuk tingkah laku yang harus dijalankan dalam kehidupan sehari-
hari berdasarkan motivasi tertentu.Norma sesungguhnya perwujudkan martabat manusia sebagai
makhluk budaya, sosial, moral dan religi.Norma merupakan suatu kesadaran dan sikap luhur yan
g dikehendaki oleh tata nilai untuk dipatuhi. Oleh sebab itu, norma dalam perwujudannya dapat
berupa norma agama, norma filsafat, norma kesusilaan, norma hukum, dan norma sosial.

Norma memiliki kekuatan untuk dapat dipatuhi, yang dikenal dengan sanksi, misalnya:
a. Norma agama, dengan sanksinya dari Tuhan
b. Norma kesusilaan, dengan sanksinya rasa malu dan menyesal terhadap diri sendiri,
c. Norma kesopanan, dengan sanksinya berupa mengucilkan dalam pergaulan masyarakat,
d. Norma hukum, dengan sanksinya berupa penjara atau kurungan atau denda yang dipaksakan
oleh alat Negara.

3. Pengertian Moral
Moral berasal dari kata mos (mores) yang artinya kesusilaan, tabiat, kelakuan.Moral
adalah ajaran tentang hal yang baik dan buruk, yang menyangkut tingkah laku dan perbuatan ma
nusia. Seorang yang taat kepada aturan-aturan, kaidah-kaidah dan norma yang berlaku dalam ma
syarakatnya ,dianggap sesuai dan bertindak benar secara moral. Jika sebaliknya terjadi, pribadi it
u dianggao tidak bermoral. Moral dalam perwujudannya dapat berupa peraturan, prinsip-prinsip
yang benar, baik, terpuji, dan mulia.Nilai, norma dan moral secara bersama mengatur kehidupan
masyarakat dalam berbagai aspeknya.

4. Pengertian Hierarkhi Nilai


Hierarkhi nilai sangat tergantung pada titik tolak dan sudut pandang individu–
masyarakat terhadap sesuatu obyek.Misalnya kalangan materialis memandang bahwa nilai tertin
ggi adalah nilai meterial. Max Scheler menyatakan bahwa nilai-nilai yang ada tidak sama
tingginya dan luhurnya. Menurutnya nilai- nilai dapat dikelompokan dalam empat tingkatan
yaitu :

1.Nilai kenikmatan adalah nilai- nilai yang berkaitan dengan indra yang memunculkan rasa
senang, menderita atau tidak enak,
2. Nilai kehidupan yaitu nilai- nilai penting bagi kehidupan yakni : jasmani, kesehatan
serta kesejahteraan umum,
3. Nilai kejiwaan adalah nilai- nilai yang berkaitan dengan kebenaran, keindahan dan
pengetahuan murni,
4. Nilai kerohanian yaitu tingkatan ini terdapatlah modalitas nilai dari yang suci.

Dengan demikian nilai- nilai lain secara lengkap dan harmonis, baik nilai matrial,
nilai vital, nilai kebenaran, nilai keindahan, nilai kebaikan atau nilai moral, maupun nilai
kesucian yang sistematika- hierarkis, yang dimulai dari sila Ketuhanan yang Maha Esa sebagai
‘dasar’ sampai dengan sila Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia sebagai ‘tujuan’.

5. Hubungan antara Nilai, Norma dan Moral


Keterkaitan nilai, norma dan moral merupakan suatu kenyataan yang seharusnya
tetap terpelihara di setiap waktu pada hidup dan kehidupan manusia. Keterkaitan itu mutlak
digaris bawahi bila seorang individu, masyarakat, bangsa dan negara menghendaki fondasi yang
kuat tumbuh dan berkembang.
Sebagaimana tersebut di atas maka nilai akan berguna menuntun sikap dan tingkah
laku manusia bila dikongkritkan dan diformulakan menjadi lebih obyektif sehingga memudahkan
manusia untuk menjabarkannya dalam aktivitas sehari-hari.
Dalam kaitannya dengan moral maka aktivitas turunan dari nilai dan norma akan
memperoleh integritas dan martabat manusia. Derajat kepribadian itu amat ditentukan oleh moral
itas yang mengawalnya.Sementara itu, hubungan antara moral dan etika kadang- kadang atau
seringkali disejajarkan arti dan maknanya. Namun demikian, etika dalam pengertiannya tidak
berwenang menentukan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan seseorang. Wewenang itu
dipandang berada di tangan pihak yang memberikan ajaran moral.

C. Pengertian Etika Politik Dan Politik

1. Pengertian Etika Politik


Etika politik bangsa Indonesia dibangun melalui karakteristik masyarakat yang berdasarkan Panc
asila sehingga amat diperlukan untuk menampung tindakan-tindakan yang tidak diatur dalam atu
ran secara legal formal.Karena itu,etika politik lebih bersifatkonvensi dan berupa aturan-
aturan moral. Akibat luasnya cakupan etika politik itulah maka
seringkali keberadaannya bersifat sangat longgar, dan mudah diabaikan tanpa rasa malu dan
bersalah.
5
Ditunjang dengan alam kompetisi untuk meraih jabatan (kekuasaan) dan akses ekonomis (uang)
yang begitu kuat, rasa malu dan merasa bersalah bisa dengan mudah diabaikan.
Akibatnya ada dua hal:
(a) pudarnya nilai-nilai etis yang sudah ada, dan
(b) tidak berkembangnya nilai-nilai tersebut sesuai dengan moralitas publik.
Pokok permasalahan etika politik adalah legitimasi kekuasaan yang dirumuskan
dengan pertanyaan dengan moral apa seseorang atau sekelompok orang memegang dan
menggunakan kekuasaan yang mereka miliki? Betapapun besarnya kekuasaan seseorang, dia
harus berhadapan dengan tuntutan untuk mempertanggungjawabkannya. secara etika politik,
seorang penguasa yang sesungguhnya adalah keluhuran budinya.

Sejak abad ke-17 filsafat mengembangkan pokok-pokok etika politik seperti:


a. Perpisahan antara kekuasaan gereja dan kekuasaan Negara
b. Kebebasan berpikir dan beragama
c. Pembagian kekuasaan
d. Kedaulatan rakyat
e. Negara hokum demokratis
f. Hak-hak asasi manusia
g. Keadilan social

Etika politik tidak diatur dalam hukum tertulis secara lengkap akan tetapi melalui moralitas yang
bersumber pada hati nurani, rasa malu kepada masyarakat dan rasa takut kepada Tuhan yang
Maha Esa.Dalam kehidupan politik bangsa Indonesia banyak suara masyarakat yang menuntut di
bentuknya dewan kehormatan pada institusi kenegaraan dan kemasyarakatan dengan harapan
etika politik dapat terwujud dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Terwujudnya etika
politik dengan baik dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sangat ditentukan oleh kejujuran
dan keikhlasan hati nurani dari masing- masing warga negara yang telah memiliki hak
politiknya untuk melaksanakan ajaran moral dan norma-norma aturan berpolitik dalam negara.
Fungsi etika politik dalam masyarakat terbatas pada penyediaan alat- alat untuk
mempertanyakan serta menjelaskan legitimasi politik secara bertanggung jawab. Jadi, tidak
berdasarkan emosi, prasangka, dan apiori, melainkan secara rasional,objektif, dan argumentasi.
Tugas etika politik adalah subsidier : membantu agar pembahasan masalah-maslah
ideologis dapat dijalankan secara obyektif, artinya berdasarkan argumen- argumen yang dapat
dipahami dan ditanggapi oleh semua yang mengerti permasalahan. Etika politik tidak dapat
mengkhotbahi para politikus, tetapidapat memberikan patokan-patokan orientasi dan pegangan-
pegangan normative bagi mereka yang memang mau menilai kualias tatanan dan kehidupan
politik dengan tolak ukur martabat manusia ( Franz Magins-Suseno.1986. 2-3 ).
6
Pancasila merupakan dasar negara dan sekaligus ideologi,oleh sebab itu nilai-nilai
yang tersurat maupun yang tersirat harus dijadikan landasan + tujuan mengelola kehidupan
negara,bangsa,masyarakat. Dengan kata lain nilai- nilai pancasila wajib dijadikan norma
moral dalam menyelenggarakan negara menuju cita- cita seperti tercantum dalam pembukaan

UUD 1945. Politik disatu sisi berarti kekuasaan dan disisi lain berarti kebijaksanaan (policy).

2. Pengertian Politik
Pengertian ‘politik’ berasal dari kosakata ‘politics’, yang memiliki makna bermacam-macam
kegiatan dalam suatu sistem politik atau ‘ negara’, yang menyangkut proses penentuan tujuan-
tujuan dari sistem itu dan diikuti dengan pelaksanaan tujuan itu.Pengertian politik secara sempit,
yaitu bidang politik lebih banyak berkaitan dengan para pelaksana pemerintahan negara, lembaga
-lembaga tinggi negara, kalangan aktivis politik serta para pejabat serta birokrat dalam
pelaksanaan dan penyelengaraan negara. Pengertian politik yang lebih luas, yaitu menyangkut
seluruh unsur yang membentuk suatu persekutuan hidup yang disebut masyarakat negara.
Tujuan politik, antara lain :
–membentuk suatu masyarakat yang baik dan teratur /good society (Aristoteles)
–mengembangkan kehidupan orang lain (Paul Wellstone)

3. Dimensi Politis Manusia


a. Dimensi Politis Kehidupan Manusia
Dalam Kehidupan manusia secara alamiah, jaminan atas kebebasan manusia baik
sebagai individu maupun makhluk sosial sulit untuk dapat dilaksanakan, karena terjadinya
perbenturan kepentingan di antara mereka sehingga terdapat suatu kemungkinan terjadinya
anarkisme dalam masyarakat. Dalam hubungan inilah manusia memerlukan suatu masyarakat
hukum yang mampu menjamin hak-haknya, dan masyarakat itulah yang disebut negara.

Oleh karena itu pendekatan etika politik senantiasa berkaitan dengan sikap-sikap
moral dalam hubungannya dengan kehidupan masyarakat secara keseluruhan. Sebuah keputusan
bersifat politis manakala diambil dengan memperhatikan kepentingan masyarakat sebagai suatu
keseluruhan.Dengan demikian dimensi politis manusia dapat ditentukan sebagai suatu kesadaran
manusia akan dirinya sendiri sebagi anggota masyarakat sebagai suatu keseluruhan yang menent
ukan kerangka kehidupannya dan ditentukan kembali oleh tindakan-tindakannya.
Dimensi Politik kehidupan Manusia Dalam kehidupan manusia jaminan atas kebebas
an manusia baik sebagai makhluk individu maupun sosial sulit untuk dilaksanakan, karena terjad
inya benturan kepentingan diantara mereka sehingga terdapat suatu kemungkinan terjadinya anaa
rkisme dalam masyarakat.
7
Etika ini dimaksudkan untuk mewujudkan pemerintah yang bersih, efisien, dan efektif serta
menumbuhkan suasana politik yang demokratis yang bercirikan keterbukaan, tanggung jawab,
tanggap akan aspirasi rakyat, menghargai perbedaan, jujur dalam bersaing, bersedia menerima
pendapat yang benar, serta menjunjung tinggi hak asasi manusia. Pejabat diamanatkan memiliki
kepedulian yang tinggi dalam melayani masyarakat, siap mundur bila terlalu melanggar kaidah
dan nilai ataupun dianggap tidak mampu memenuhi amanat masyarakat, bangsa, dan negara.
Jika timbul masalah potensial yang bisa menimbulkan permusuhan dan pertentangan harus
diselesaikan secara musyawarah sesuai dengan nilai- nilai luhur agama dan budaya, dengan
menjunjung tinggi perbedaan sebagai suatu yang manusiawi dan alamiah. Etika politik
diharapkan mampu mensiptakan keharmonisan untuk mencapai kemajuan bangsa dan negara
dengan mendahulukan kepentingan bersama melebihi kepentingan pribadi, golongan dan
primodal lainnya.
Etika politik mengandung misi untuk bersifat sportif, berjiwa besar, rendah hati, dan selalu siap
untuk mundur dari jabatan bila terbukti melakukan kesalahan dan kebijakannya bertentangan
dengan hukum dan keadilan masyarakat.Etika ini diwujudkan dalam sikap yang jujur, tata krama
politik yang toleran, tidak berpura- pura, tidak manipulatif, tidak melakukan kebohongan politik,
dan tidak melakukan tindakkan tak terpuji lainnya.

4. Pancasila Sebagai Sistem Etika


Pada dasarnya, tidak seorangpun bangsa Indonesia dapat melepaskan diri dari kelima
sila pancasila tanpa menyalahi kemanusiaan.Kedudukan pancasila merupakan sistem etika. Artin
ya, manusia Indonesia harus dapat membedakan antara uang halal dan yang haram, antara yang
boleh dan tidak boleh, walaupun dapat dilakukan.
Pancasila merupakan sebuah sistem etika yang dapat diartikan pancasila menjadi
pedoman moral langsung objektif dalam kehidupan yang menunjukkan kearah mana gerak
perjalanan, bagaimana manusia Indonesia harus hidup, dan mengatur perbuatan dalam kehidupan
Sebagai suatu sistem etika, pancasila memberi pandangan dan prinsip tentang harkat
kemanusiaan serta kultur yang dapat dijamin berhadapan dengan pemerintahan modern.
Pancasila dikaitkan dengan sistem etika maka akan memberi jawaban mengenai
kehidupan yang dicita- citakan, sebab di dalamnya terkandung prinsip terdalam dan gagasan
mengenai wujud kehidupan yang dianggap baik. Selain itu, Pancasila memberi jawaban
bagaimana seharusnya manusia Indonesia bertanggungjawab dan berkewajiban sebagai makhluk
pribadi, makhluk sosial, dan makhluk Tuhan Yang Maha Esa dalam kehidupan bernegara, selain
etika kelompok bagaimana dengan sesama warga negara. Dalam hidup berkelompok, selain etika
kelompok bagaimana warga negara Indonesia bergaul dalam hidupnya, akan muncul etika yang
berkaitan dengan kerja atau profesi, seperti etika guru/ dosen Indonesia, etika jurnalistik dll.
8
Uraian tersebut menunjukkan bahwa Pancasila pun memiliki sistem etika seperti yang telah diura
ikan, yaitu memiliki etika yang bersifat umum dan khusus; mengatur etika individual dan sosial,
serta mengembangkan etika yang berkaitan dengan lingkungan dan kerja atau profesi.
Pancasila sebagai etika politik bagi bangsa dan negara Indonesia adalah etika yang di
jiwai oleh Falsafah negara Pancasila yang meliputi:
1. Etika yang berjiwa Ketuhanan Yang Maha Esa, mengandung makna percaya akan adanya
Tuhan Yang Maha Esa, patuh pada perintah Tuhan dan menjauhi Larangan-Nya.
2. Etika yang berperikemanusiaan, mengandung makna menilai harkat kemanusiaan tetap lebih
tinggi dari nilai kebendaan, tidak membenarkan adanya rasialisme, dan sikap membeda-
bedakan manusia.
3. Etika yang dijiwai oleh rasa Kesatuan Nasional, mengandung makna sifat bangsa Indonesia
yang Bhineka Tunggal Ika dan bangsa yang cinta persatuan.
4. Etika yang berjiwa demokrasi, mengandung makna lambang persaudaraan manusia, sama-
sama berhak akan kemerdekaan dan memperoleh kemerdekaan
5. Etika yang berjiwa keadilaan sosial, mengandung makna manifestasi dari kehidupan
masyarakat yang dilandasi oleh jiwa kemanusiaan, jiwa yang cinta kepada persatuan, jiwa yang
bersifat demokrasi, dan semangat mau bekarja keras.
Rumusan pancasila yang otentik dimuat dalam pembukaan UUD1945 alenea empat.
Dalam penjelasan UUD 1945 yang disusun oleh PPKI ditegaskan bahwa pokok-pokok pikiran
yang termuat dalam pembukaan ada empat yaitu: (persatuan, keadilan, kerakyatan dan ketuhanan
menurut kemanusiaan yang adil dan beradab), dijabarkan kedalam pancasila pasal-pasal batang
tubuh UUD 1945.
Menurut tap MPRS NO.XX/MPRS/1966 dikatakan bahwa pancasila merupakan
sumber dari segala sumber hukum. Sebagai sumber segala sumber, pancasila merupakan satu-
satunya sumber nilai yang berlaku ditanah air. Dari satu sumber tersebut diharapkan mengalir
dan memancar nilai- nilai ketuhanan, kemanusiaan, kerakyatan dan keadilan yang menjiwai
setiap kebijakan yang dibuat oleh penguasa. Hakikat pancasila pada dasarnya merupakan
satu sila yaitu gotong royong atau cinta kasih dimana sila tersebut melekat pada setiap insan,
maka nilai- nilai pancasila identik dengan kodrat manusia. Oleh sebab itu penyelenggaraan
negara yang dilakukan oleh pemerintah tidak boleh bertentangan dengan harkat dan martabat
manusia, terutama manusia yang tinggal diwilayah Nusantara.

5. Lima Prinsip Dasar Etika Politik Pancasila

Kalau membicarakan Pancasila sebagai etika politik maka ia mempunyai lima prinsip
. Berikut ini lima dasar etika politik.
9
a) Pluralisme
Pluralisme adalah kesediaan untuk menerima pluralitas, artinya, untuk hidup dengan
positif, damai, toleran, dan biasa/normal bersama warga masyarakat yang berbeda pandangan
hidup, agama, budaya, adat.Pluralisme mengimplikasikan pengakuan terhadap kebebasan
beragama, kebebasan berpikir, kebebasan mencari informasi, toleransi. Pluralisme memerlukan
kematangan kepribadian seseorang dan sekelompok orang.

b) Hak Asasi Manusia


Jaminan hak- hak asasi manusia adalah bukti Kemanusian yang adil dan beradab.
Mengapa? Karena hak_hak asasi manusia menyatakan bagaimana manusia wajib diperlakukan
dan wajib tidak diperlakukan. Jadi bagaimana manusia harus diperlakukan agar sesuai dengan
martabatnya sebagai manusia. Karena itu, Hak- hak asasi manusia adalah baik mutlak maupun
kontekstual dalam pengertian sebagai berikut.
Mutlak karena manusia memilikinya bukan karena pemberian Negara, masyarakat, melainkan
karena ia manusia, jadi dari tangan Sang Pencipta.
Kontekstual karena baru mempunyai fungsi dan karena itu mulai disadari, di ambang modernitas
di mana manusia tidak lagi dilindungi oleh adat/tradisi, dan seblaiknya diancam oleh Negara
modern.

c) Solidaritas Bangsa
Solidaritas bermakna manusia tidak hanya hidup demi diri sendiri, melainkan juga demi orang
lain, bahwa kita bersatu senasib sepenanggungan. Manusia hanya hidup menurut harkatnya
apabila tidak hanya bagi dirinya sendiri, melainkan menyumbang sesuatu pada hidup manusia-
manusia lain. Sosialitas manusia berkembnag secara melingkar: keluarga, kampong, kelompok
etnis, kelompok agama, kebangsaan, solidaritas sebagai manusia. Maka di sini termasuk rasa
kebangsaan. Manusia menjadi seimbang apabila semua lingkaran kesosialan itu dihayati dalam
kaitan dan keterbatasan masing-masing.

d) Demokrasi
Prinsip “kedaulatan rakyat” menyatakan bahwa tak ada manusia, atau sebuah elit, atau sekelomp
ok ideology, atau sekelompok pendeta/pastor/ulama berhak untuk menentukan dan memaksakan
(menuntut dengan pakai ancaman) bagaimana orang lain harus atau boleh hidup.Demokrasi
berdasarkan kesadaran bahwa mereka yang dipimpin berhak menentukan siapa yang memimpin
mereka dan kemana mereka mau dipimpin. Demokrasi adalah “kedaulatan rakyat” jadi
demokrasi memerlukan sebuah sistem penerjemah kehendak masyarakat ke dalam tindakan
politik. Demokrasi hanya dapat berjalan baik atas dua dasar:
10
Pengakuan dan jaminan terhadap HAM; perlindungan terhadap HAM menjadi prinsip mayoritas
tidak menjadi kediktatoran mayoritas.
Kekuasaan dijalankan atas dasar, dan dalam ketaatan terhadap hukum (Negara hukum demokratis).
Maka kepastian hukum merupakan unsur hakiki dalam demokrasi (karena mencegah pemerintah
yang sewenang-wenang).
e) Keadilan Sosial
Keadilan merupakan norma moral paling dasar dalam kehidupan masyarakat. Maksud baik apa
pun kandas apabila melanggar keadilan. Moralitas masyarakat mulai dengan penolakan terhadap
ketidakadilan. Keadilan sosial mencegah bahwa masyarakat pecah ke dalam dua bagian; bagian
atas yang maju terus dan bagian bawah yang paling-paling bisa survive di hari berikut.
Berdasarkan uaraian di atas, tantangan etika politik paling serius di Indonesia sekarang adalah:
1. Kemiskinan, ketidakpedulian dan kekerasan sosial.
2. Ekstremisme ideologis yang anti pluralism, pertama- tama ekstremisme agama dimana mereka
yang merasa tahu kehendak Tuhan merasa berhak juga memaksakan pendapat mereka pada
masyarakat.
3. Korupsi
Secara harafiah korupsi diartikan sebagai kebusukan, keburukan, kebejatan,
ketidakjujuran, dapat disuap, tidak bermoral, penyimpangan dari kesucian (Tim Penulis Buku
Pendidikan anti korupsi. Kasus korupsi yang terjadi di Indonesia semakin menunjukkan
ekskalasi yang begitu tinggi. Oleh karenanya, penyelesaian korupsi harus diselesaikan melalui
beragam cara/pendekatan, yang dalam hal ini saya menggunakan istilah pendekatan eksternal
maupun internal. Pendekatan eksternal yang dimaksud adalah adanya unsur dari luar diri
manusia yang memiliki kekuatan ‘memaksa’ orang untuk tidak korupsi. Kekuatan eksternal
tersebut misalnya hukum, budaya dan watak masyarakat. Dengan penegakan hukum yang kuat,
baik dari aspek peraturan maupun aparat penegak hokum, akan mengeliminir terjadinya korupsi.
Demikian pula terciptanya budaya dan watak masyarakat yang anti korupsi juga menjadikan
seseorang enggan untuk melakukan korupsi. Adapun kekuatan internal adalah kekuatan yang
muncul dari dalam diri individu dan mendapat penguatan melalui pendidikan dan pembiasaan.
Pendidikan yang kuat terutama dari keluarga sangat penting untuk menanamkan jiwa anti
korupsi, diperkuat dengan pendidikan formal di sekolah maupun non-formal di luar sekolah.
Maksud dari membangun kesadaran moral anti korupsi berdasar Pancasila adalah
membangun mentalitas melalui penguatan eksternal dan internal tersebut dalam diri masyarakat.
Di perguruan tinggi penguatan tersebut dapat dilakukan melalui pendidikan kepribadian
termasuk di dalamnya pendidikan Pancasila.

11
Melihat realitas di kelas bahwa mata kuliah Pendidikan Pancasila sering dikenal sebagai
mata kuliah yang membosankan, maka dua hal pokok yang harus dibenahi adalah materi dan
metode pembelajaran. Materi harus selalu up to date dan metode pembelajaran juga harus
inovatif menggunakan metode- metode pembelajaran yang dikembangkan. Pembelajaran
tidak hanya kognitif, namun harus menyentuh aspek afektif dan konatif.
Nilai-nilai Pancasila apabila betul- betul dipahami, dihayati dan diamalkan tentu
mampu menurunkan angka korupsi. Penanaman satu sila saja, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa,
apabila bangsa Indonesia menyadari jati dirinya sebagai makhluk Tuhan, tentu tidak akan
mudah menjatuhkan martabat dirinya ke dalam kehinaan dengan melakukan korupsi. Perbuatan
korupsi terjadi karena hilangnya kontrol diri dan ketidakmampuan untuk menahan diri melakuka
n kejahatan. Kebahagiaan material dianggap segala- galanya dibanding kebahagiaan spiritual
yang lebih agung, mendalam dan jangka panjang. Keinginan mendapatkan kekayaan dan
kedudukan secara cepat menjadikannya nilai-nilai agama dikesampingkan.

6. Pancasila sebagai Etika Politik


Sejauh ini, sudah terbukti bahwa Pancasila menjadi pusat perhatian di dalam berbagai
warna politik yang dapat kita amati.makna ideologi melekat pada pancasila. Sebagai suatu sistem
kepercayaan, Pancasila hanya bisa bermakna jika nilai-nilainya tercermin di dalam tingkah laku
abdi Negara dan warga masyarakat secara keseluruhan. Idealnya, Pancasila hadir di dalam prakte
k kekuasaan Negara, menjiwai setiap kebijakan pemerintah, menjadi landasan di dalam berbagai
interaksi politik, serta menyemangati hubungan ekonomi, sosila, dan budaya bangsa Indonesia.
Dalam praktik pemerintahan, pengamalan nilai-nilai Pancasila seharusnya menjadi la
ndasan etis. Pancasila sepatutnya hadir sebagai suatu sistem yang mewakili kepribadian bangsa.
Pemerintah yang berdasarka Demokrasi Pancasila sepantasnya menjadi acuan yang jelas bagi se
mua WNI dalam berbagai tingkatan dan ruang lingkup politik.
Melihat semua kemungkinan itu, sangat wajar jika pada tataran analisis lebih lanjut P
ancasila sebagai etika politik perlu ditegaskan sebagai tolak ukur untuk menilai keberhasilan ban
gsa membangun sebuah system pemerintahan yang memihak kepada kepentingan rakyat.
Berdasarkan etika politik bangsa Indonesia, dapat dipahami bahwa sila pertama adala
h dasar etika politik yang bersifat rohaniah, dan atas dasar itu dibangun hubungan etika politik ba
ngsa Indonesia dalam empat fondasi gerak dan aktivitas politik yang mempertimbangkan nilai Pa
ncasila.Dengan dasar-dasar ini sebagi pimpinan dan pegangan pemerintah Negara pada hakikatn
ya tidak boleh menyimpang dari jalan lurus untuk mencapai kebahagiaaan rakyat. Dengan bimbi
ngan dasar yang tinggi dan murni akan dilaksanakan tugas yang tidak ringan.
12
Namun realita yang terjadi dewasa ini menunjukkan bahwa penerapan pancasila
sebagai etika politik sudah mulai terkikis. Salah satu contoh kecilnya adalah curi start dalam
berkampanye. Sampai ke tindakan korupsi yang sudah menjadi tontonan kita sehari-hari di tv.
D .PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA
1. Pengertian Ideologi Negara
Istilah Ideologi berasal dari kata "idea" yang berarti gagasan, konsep, pengertian dasar, cita-
cita. Dan "logos" yang berarti ilmu. Dalam arti luas, Ideologi dipergunakan untuk segala
kelompok cita-cita, nila-nilai dasar, dan keyakinan-keyakinan yang mau dijunjung tinggi sebagai
pedoman normatif. Dalam arti sempit Ideologi adalah gagasan-gagasan atau teori yang
menyeluruh tentang makna hidup dan nilai- nilai yang mau menentukan dengan mutlak
bagaimana manusia harus hidup dengan bertindak. Atau, Ideologi adalah cara hidup atau tingkah
laku atau hasil pemikiran yang menunjukkan sifat- sifat tertentu pada seorang individu atau
suatu kelas atau pola pemikiran mengenai pengembangan pergerakan atau kebudayaan.
Ideologi negara dibedakan menjadi dua yaitu, ideologi terbuka dan ideologi tertutup.
Ideologi terbuka, merupakan suatu pemikiran yang terbuka. Ciri-cirinya: bahwa nilai-nilai dan
cita- citanya tidak dapat dipaksakan dari luar, melainkan digali dan diambil dari moral, budaya
masyarakat itu sendiri; dasarnya bukan keyakinan ideologis sekelompok orang, melainkan hasil
musyawarah dari konsensus masyarakat tersebut; nilai- nilai itu sifatnya dasar, secara garis
besar saja sehingga tidak langsung operasional.
Ciri-ciri ideologi terbuka:
a. Merupakan kekayaan rohani, moral, dan budaya masyarakat (falsafah). Jadi, bukan keyakinan
ideologis sekelompok orang melainkan kesepakatan masyarakat.
b. Tidak diciptakan oleh negara, tetapi ditemukan dalam masyarakat sendiri, ia adalah milik seluruh
rakyat, dan bisa digali dan ditemukan dalam kehidupan mereka.
c. Isinya tidak langsung operasional. Sehingga, setiap generasi baru dapat dan perlu menggali
kembali falsafah tersebut dan kembali mencari implikasinya dalam situasi kekinian mereka.
d. Tidak pernah memperkosa kebebasan dan tanggung jawab masyarakat, melainkan menginspirasi
masyarakat untuk berusaha hidup bertanggung jawab sesuai dengan falsafah itu.Menghargai
pluralitas, sehingga dapat diterima warga masyarakat yang berasal dari berbagai latar belakang
budaya dan agama.
Bertolak dari ciri- ciri diatas, bisa dikatakan bahwa Pancasila memenuhi semua
persyaratan sebagai ideologi terbuka. Hal ini dijelaskan, pertama, Pancasila adalah pandangan
hidup yang berakar pada kesadaran masyarakat Indonesia. Kedua, Isi Pancasila tidak langsung
operasional artinya kelima nilai dasar Pancasila itu berfungsi sebagai acuan dan dapat ditafsirkan
untuk mencari implikasinya dalam kehidupan nyata. Ketiga, Pancasila bukan ideologi yang
memperkosa kebebasan dan tanggung jawab masyarakat.
13

Keempat, Pancasila juga bukan ideologi totaliter dan kelima, Pancasila menghargai pluralitas.
Idiologi Tertutup adalah idiologi yang bersifat mutlak dimana nilai-nilainya ditentukan
oleh negara atau kelompok masyarakat, dan nilai-nilai yang terkandung di didalamnya bersifat in
stan.
Ciri-cirinya :
a. Cita-cita sebuah kelompok bukan cita – cita yang hidup di masyarakat.
b. Dipaksakan kepada masyarakat.
c. Bersifat totaliter menguasai semua bidang kehidupan masyarakat.
d. Tidak ada keanekaragaman baik pandangan maupaun budaya, dll
e. Rakyat dituntut memiliki kesetiaan total pada idiologi tersebut.
f. Isi idiologi mutlak, kongkrit, nyata, keras dan total.

2. Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka


Pancasila sebagai ideologi terbuka adalah Pancasila merupakan ideologi yang
mampu menyesuaikan diri dengan perkembagan jaman tanpa pengubahan nilai dasar
nya. Gagasan mengenai pancasila sebagai ideologi terbuka mulai berkembang sejak tahun 1985.
T Selain itu, Pancasila memang memiliki syarat sebagai ideologi terbuka,sebab:
1. Memiliki nilai dasar yang bersumber pada masyarakat atau realita bangsa Indonesia seperti
2. Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan dan Keadilan. Atau nilai-nilainya tidak
dipaksakan dari luar atau bukan pemberian negara.
3. Memiliki nilai instrumental untuk melaksanakan nilai dasar, seperti UUD 45,UU, Peraturan-
peraturan, Ketetapan MPR, DPR, dll
4. Memiliki nilai praksis yang merupakan penjabaran nilai instrumental. Nilai Praksis terkandung
dalam kenyataan sehari- hari yaitu bagaimana cara kita melaksanakan nilai pancasila dalam
hidup sehari-hari, seperti toleransi gotong-royong, musyawarah, dll.
Tetapi semangatnya sudah tumbuh sejak Pancasila itu sendiri ditetapkan sebagai dasar
Negara.Indonesia menganut ideologi terbuka karena Indonesia menggunakan sistem
pemerintahan demokrasi yang didalamnya membebaskan setiap masyarakat untuk pendapat
dan melaksanakan sesuatu sesuai keinginannya masing-masing.
Maka dari itu, ideologi Pancasila sebagai ideologi terbuka adalah yang paling tepat digunakan
Indonesia.
Sebuah negara memerlukan ideologi untuk menjalankan setiap pemerintahan yang ada
pada negara tersebut. Dan pancasila merupakan ideologi yang dimiliki oleh bangsa Indonesia.
Pancasila berasal dari bangsa Indonesia sendiri dan tentu saja tidak ada negara lain yang
memiliki ideologi yang sama dengan negara Indonesia. Pancasila dijadikan cita-cita bagi rakyat
14
dan keseluruhan bangsa Indonesia dan juga menjadi tujuan hidup berbangsa dan bernegara
Indonesia.
3. Kelebihan Pancasila sebagai Ideologi Terbuka
Pancasila mengakui dan melindungi baik hak-hak individu maupun hak masyarakat baik di bidang
ekonomi maupun politik.
Pancasila mengakui hak hak milik pribadi dan hak hak umum tapi komunis menyerahkan semua
yang dimiliki individu pada negara.
Pancasila bukan hanya mengembangkan demokrasi politik semata seperti dalam ideologi liberal-
kapitalis,tetap juga demokrasi ekonomi dengan asas kekeluargaan.
Pancasila memberikan kebebasan individu dalam kerangka kepentingan social.
Pancasila dilandasi nilai ketuhanan tetapi komunisme mengagung-agungkan material dan kurang
menghiraukan aspek immaterial religi.
Pancasila mengakui secara selaras baik kolektivisme maupun individualism, sedangkan
kapitalisme mengakui individualisme dan komunisme hanya mengakui kolektivisme.
Memiliki sikap-sikap posotif yang dimiliki ideologi-ideologi lain yang ada di dunia.
Membela rakyat.
Peran serta negara tidak membuat rakyat menderita (seharusnya)
Seluruh komponen masyarakat saling memiliki keterikatan.

4. Kelemahan Ideologi Terbuka


Pancasila akan berkembang kalau segenap komponen masyarakat proaktif, terus menerus
mengadakan penbafsiran terhadap Pancasila sesuai keadaan, bila masyarakat pasif maka Pancasila
akan menjadi idiologi tertutup, relevansinya akan hilang.
Karena terbuka untuk ditafsirkan oleh setiap orang maka tidak menutup kemungkinan Pancasila
akan ditafsirkan menurut keinginan atau kepentingan.
Terlalu ditinggi-tinggikan (berlebihan)
5. Sikap Positif terhadap ideologi negara
Seluruh komponen bangsa harus berusaha bersikap dan berperilaku positif yang sesuai dengan
Nilai- nilai Pancasila. Walaupun dengan segala problem yang sedang dihadapi bangsa
Indonesia saat ini, seluruh warga negara wajib melestarikan Pancasila.Terutama kemurnian nilai
dasar Pancasila.

Di jaman globalisasi ini, bersikap cerdas terhadap gempuran budaya asing adalah salah satu
usaha untuk melestarikan Pancasila. Jika warga negara kurang bijak dalam menghadapi
globalisasi, maka bisa saja akan mengotori kemurnian Pancasila.

15

Ideologi yang bersumber dari suatu pandangan hidup suatu masyarakat atau bangsa
merupakan suatu ideologi yang baik atau sempurna, jika tumbuh melaui kurun waktu yang
panjang. Ideologi yang baik itu ideologi yang terbuka bagi pandangan filsafat. Jadi
pancasila itu tidak hanya sebagai pandangan hidup dan ideologi bangsa, melainkan sebagai
filsafat bangsa. Jelaslah bahwa pacasila itu berhubungan antara sumber dengan pertumbuhan
dalam filsafat dan ideologi negara.

16

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pancasila merupakan hasil kompromi nasional dan pernyataan resmi bahwa bangsa
Indonesia menempatkan kedudukan setiap warga negara secara sama, tanpa membedakan antar
a penganut agama mayoritas maupun minoritas. Selain itu juga tidak membedakan unsur lain sep
erti gender, budaya, dan daerah.
Keberadaan Pancasila merupakan oase bangsa ini untuk tetap mempertahankan keutu
han Negara Kesatuan Indonesia Raya. Semangat Pancasila yang menyakini bahwa keutuhan berb
angsa dan bernegara merupakan harga mati yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Namun, Pancasila
juga memiliki keluasan makna yang dalam jika dikaji dengan mendalam dan komprehensif.
Berkenaan Pancasila sebagai Sistem Etika, kita menyadari bahwa nilai-nilai yang ter
kandung dalam Pancasila merupakan satu kesatuan antara untaian sila dengan sila lainnya. Setiap
sila mengandung makna dan nilai tersendiri.

B. Saran
Pancasila hendaknya disosialisasikan secara mendalam sehingga dalam kehidupan be
rmasyarakat dalam berbagai segi terwujud dengan adanya kesianambungan usaha pemerintah unt
uk mewujudkan masyarakat adil dan makmur dengan kepastian masyarakat untuk mengikuti dan
mentaati peraturan yang ditetapkan, karena kekuatan politik suatu negara ditentukan oleh kondisi
pemerintah yang absolut dengan adanya dukungan rakyat sebagai bagian terpenting dari terbentu
knya suatu negara.

17

DAFTAR PUSTAKA

Kaelan, 2004. Pendidikan Pancasila. Paradigma: Yogyakarta


Fauzi, Ahmad. 2003. Pancasila (Tujuan Dari Konteks Sejarah, Filsafat, Ideologi Nasional Dan
Ketatanegaraan Republik Indonesia). PT Danar Wijaya-Univesitas Brawijaya: Malang
Santoso, D. 2013. Materi Ajar Mata Kuliah Pendidikan Pancasila. Direktorat Jendral
Pendidikan Tinggi Dapertemen Pendidikan Nasional Kementrian Pendidikan dan kebudayaan
Republik Indonesia.

18

Anda mungkin juga menyukai