DISUSUN OLEH:
SOLAMUN SOLIHIN
AISYA HANUN NADIA
PARIADI HARTONO
TAUFIK HIDAYAH
ARMAN RICHAL MAULANA
RINALDI
PRODI
HUKUM KELUARGA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM (IAI) AN-NUR LAMPUNG
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, senantiasa kita ucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang hingga
saat ini masih memberikan kita nikmat iman dan kesehatan, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah tentang “Pancasila Sebagai Sistem Etika Politik dan Ediologi Negara”
tujuan penulisan makalah ini untuk memenuhi tugas mahasiswa pada mata kuliah Pancasila
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Aris Setiawan, M.H Dosen Pengampu
pada Mata Kuliah Pancasila yang telah mempercayakan tugas ini kepada penulis, sehingga
sangat membantu penulis untuk memperdalam pengetahuan pada mata kuliah yang sedang
diikuti.
Tak lupa penulis juga mengucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada setiap pihak
yang telah mendukung serta membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat waktu.
Tidak ada gading yang tak retak, penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini
masih jauh dari kata sempurna serta terdapat kesalahan yang penulis yakini diluar batas
kemampuan penulis. Maka dari itu penulis dengan senang hati menerima keritik dan saran yang
membangun demi kesempurnaan dari makalah ini sehingga dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………….i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………...ii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………….1
A.LATAR BELAKANG………………………………………………………………..1
B.RUMUSAN MASALAH……………………………………………………………..1
C.TUJUAN MAKALAH………………………………………………………………..1
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………..2
A.PENGERTIAN ETIKA……………………………………………………………….2
B.Pengertian Nilai, Norma, dan Moral…………………………………………………..2
1.Pengertian Nilai…………………………………………………………………..2
2.Pengertian Norma…………………………………………………………………4
3.Pengertian Moral………………………………………………………………….4
4.Pengertian Hierarkhi Nilai………………………………………………………..4
5.Hubungan antara Nilai Norma dan Politik……………………………………….4
C.Pengertian Etika Politik dan Politik…………………………………………………...5
1.Pengertian Etika Politik……………………………………………………..7
2.Pengertian Politik…………………………………………………………..7
3.Pancasila sebagai Sistem Etika………………………………………………..8
4.Lima Prinsip Dasar Etika Politik Pancasla……………………………………..9
5.Pancasila sebagai Etika Politik…………………………………………………12
D.Pengertian Ideologi Negara…………………………………………………………….13
1.Pengertian Ideologi Negara…………………………………………………13
2.Pancasila sebagai Ideologi Terbuka……………………………………….14
3.Kelebihan Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka……………………………….15
4.Kelemahan Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka…………………………..……15
5.Sikap Positif terhadap Ideologi Negara…………………………………………..15
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………..18
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Berkenaan Pancasila sebagai Sistem Etika, kita menyadari bahwa nilai..nilai yang
terkandung dalam Pancasila merupakan satu kesatuan antara untaian sila dengan sila
lainnya. Setiap sila mengandung makna dan nilai tersendiri. Masalah etika merupakan masalah
yang makin mendapat perhatian di dunia, bahwa citacita Pancasila untuk membangun Indonesia
dari berbagai aspek. Selain sebagai sebuah ideologi. Pancasila juga memperhatikan nilai, norma,
etika, moral bangsa Indonesia.
Etika tidak lah cukup didefinisikan atau digeneralisir dari masalah keramahan dan
kesantunan saja. Masih banyak lagi permasalahan yang berkaitan dengan etika. Cakupan etika
sangatlah luas. Pancasila sebagai sistem etika, maka nilai..nilai yang terkandung dalam Pancasila
diaplikasikan ke dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sebagai wujud etika sesungguhnya.
B.Rumusan Masalah
C.Tujuan
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Etika
Secara etimologis (asal kata), etika berasal dari bahasa Yunani, ethos, yang artinya watak
kesusilaan atau adat. Istilah ini identik dengan moral yang berasal dari bahasa Latin, mos yang
jamaknya mores, yang juga berarti adat atau cara hidup. Meskipun kata etika dan moral memiliki
kesamaan arti, dalam pemakaian sehari.hari dua kata ini digunakan secara berbeda. Moral atau
moralitas digunakan untuk perbuatan yang sedang dinilai, sedangkan etika digunakan untuk
mengkaji sistem nilai yang ada. Dalam bahasa Arab, padanan kata etika adalah akhlak yang
merupakan kata jamak khuluk yang berarti perangai, tingkah laku atau tabiat.
Etika termasuk kelompok filsafat praktis dan dibagi menjadi dua kelompok yaitu etika
umum dan etika khusus. Etika merupakan suatu pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran-
ajaran dan pandangan..pandangan moral. Etika adalah suatu ilmu yang membahas tentang
bagaimana dan mengapa kita mengikuti suatu ajaran moral tertentu, atau bagaiman kita harus
mengambil sikap bertanggung jawab berhadapan dengan berbagai ajaran moral (Suseno, 1987).
Etika umum mempertanyakan prinsip.prinsip yang berlaku bagi setiap tindakan manusia,
sedangkan etika khusus membahas prinsip.prinsip itu dalam hubungannya dengan berbagai
aspek kehidupan manusia, baik sebagai individu (etika individual) maupun mahluk sosial (etika
sosial).
Etika berkaitan dengan berbagai masalah nilai karena etika pada pokoknya membicarakan
Masalah.masalah yang berkaitan dengan predikat nilai “susila” dan “tidak susila”, “baik” dan
“buruk”. Sebagai bahasan khusus etika membicarakan sifat.sifat yang menyebabkan orang dapat
disebut susila atau bijak. Sebenarnya etika lebih banyak bersangkutan dengan prinsip.prinsip
dasar pembenaran dalam hubungan dengan tingkah laku manusia (Kattsoff, 1986).
Etika termasuk salah satu cabang filsafat yang mempunyai kedudukan tersendiri. Etika
membahas yang harus dilakukan oleh seseorang karenanya berhubungan dengan yang harus dan
tidak harus atau boleh dilakukan oleh manusia dalam kehidupannya. Nilai dan norma etis banyak
juga berasal dari agama, sehingga setiap orang yang beragama akan berusaha menjadikan agama
sebagai pedoman nilai dan norma etis dalam kehidupan pribadi dan sosialnya.
1. Pengertian Nilai
Nilai (value) adalah kemampuan yang dipercayai yang ada pada suatu benda untuk
memuaskan manusia. Sifat dari suatu benda yang menyebabkan menarik minat seseorang atau
2
kelompok.Jadi nilai itu pada hakikatnya adalah sifat dan kualitas yang melekat pada suatu obyek
nya. Dengan demikian,maka nilai itu adalah suatu kenyataan yang tersembunyi dibalik
kenyataan-kenyataan lainnya.
Menilai berarti menimbang, suatu kegiatan manusia untuk menghubungkan sesuatu
dengan sesuatu yang lain kemudian untuk selanjutnya diambil keputusan. Keputusan itu adalah
suatu nilai yang dapat menyatakan berguna atau tidak berguna, benar atau tidak benar, baik atau
tidak baik, dan seterusnya.Penilaian itu pastilah berhubungan dengan unsur indrawi manusia
sebagai subjek penilai, yaitu unsur jasmani, rohani, akal, rasa, karsa dan kepercayaan.
Nilai adalah sesuatu yang berharga, berguna, indah, memperkaya batin dan
menyadarkan manusia akan harkat, martabatnya. Nilai bersumber pada budi yang berfungsi
mendorong dan mengarahkan sikap dan perilaku manusia. Nilai sebagai suatu sistem
(sistem nilai) merupakan salah satu wujud kebudayaan, disamping sistem sosial dan karya.
Cita_cita, gagasan, konsep dan ide tentang sesuatu adalah wujud kebudayaan sebagai sistem nilai
.
Oleh karena itu, nilai dapat dihayati atau dipersepsikan dalam konteks kebudayaan,
atau sebagai wujud kebudayaan yang abstrak. Manusia dalam memilih nilai_nilai menempuh ber
bagai cara yang dapat dibedakan menurut tujuannya, pertimbangannya, penalarannya, dan
kenyataannya. Nilai sosial berorientasi kepada hubungan antarmanusia dan menekankan pada
segi_segi kemanusiaan yang luhur, sedangkan nilai politik berpusat pada kekuasaan serta
pengaruh yang terdapat dalam kehidupan masyarakat maupun politik.
Dalam kaitannya dengan derivasi atau penjabarannya maka nilai_nilai dapat dikelom
pokkan menjadi tiga macam yaitu:
1. Nilai Dasar
Walaupun nilai memiliki sifat abstrak artinya tidak dapat diamati melalui indra manu
sia, maupun dengan realisasinya nilai berkaitan dengan tingkah laku atau segala aspek kehidupan
manusia yang bersifat nyata (praksis) namun demikian setiap nilai memiliki nilai dasar (dalam
bahasa ilmiahnya disebut dasar onotologis), yaitu merupakan hakikat, esensi, intisari atau makna
yang terdalam dari nilai_nilai tersebut. Nilai dasar ini bersifat universal karena menyangkut
hakikat kenyataan objektif segala sesuatu misalnya hakikat tuhan, manusia atau segala sesuatu
lainnya.
2. Nilai Instrumental
Nilai instrumental adalah manivestasi dari nilai dasar, dan ini berupa pasal_pasal
UUD 1945, perundang-undangan, ketetapan-ketetapan, dan peraturan-peraturan lainnya
yang berfungsi menjadi pedoman, kaidah, petunjuk kepada masyarakat untuk mentaatinya.
3
3. Nilai Praksis
Nilai praksis merupakan penjabaran dari instrumental dan nilai praksis ini berkaitan l
angsung dengan kehidupan nyata yaitu suatu kehidupan yang penuh diwarnai oleh pertimbangan
-pertimbangantertentu
2. Pengertian Norma
Norma adalah petunjuk tingkah laku yang harus dijalankan dalam kehidupan sehari-
hari berdasarkan motivasi tertentu.Norma sesungguhnya perwujudkan martabat manusia sebagai
makhluk budaya, sosial, moral dan religi.Norma merupakan suatu kesadaran dan sikap luhur yan
g dikehendaki oleh tata nilai untuk dipatuhi. Oleh sebab itu, norma dalam perwujudannya dapat
berupa norma agama, norma filsafat, norma kesusilaan, norma hukum, dan norma sosial.
Norma memiliki kekuatan untuk dapat dipatuhi, yang dikenal dengan sanksi, misalnya:
a. Norma agama, dengan sanksinya dari Tuhan
b. Norma kesusilaan, dengan sanksinya rasa malu dan menyesal terhadap diri sendiri,
c. Norma kesopanan, dengan sanksinya berupa mengucilkan dalam pergaulan masyarakat,
d. Norma hukum, dengan sanksinya berupa penjara atau kurungan atau denda yang dipaksakan
oleh alat Negara.
3. Pengertian Moral
Moral berasal dari kata mos (mores) yang artinya kesusilaan, tabiat, kelakuan.Moral
adalah ajaran tentang hal yang baik dan buruk, yang menyangkut tingkah laku dan perbuatan ma
nusia. Seorang yang taat kepada aturan-aturan, kaidah-kaidah dan norma yang berlaku dalam ma
syarakatnya ,dianggap sesuai dan bertindak benar secara moral. Jika sebaliknya terjadi, pribadi it
u dianggao tidak bermoral. Moral dalam perwujudannya dapat berupa peraturan, prinsip-prinsip
yang benar, baik, terpuji, dan mulia.Nilai, norma dan moral secara bersama mengatur kehidupan
masyarakat dalam berbagai aspeknya.
1.Nilai kenikmatan adalah nilai- nilai yang berkaitan dengan indra yang memunculkan rasa
senang, menderita atau tidak enak,
2. Nilai kehidupan yaitu nilai- nilai penting bagi kehidupan yakni : jasmani, kesehatan
serta kesejahteraan umum,
3. Nilai kejiwaan adalah nilai- nilai yang berkaitan dengan kebenaran, keindahan dan
pengetahuan murni,
4. Nilai kerohanian yaitu tingkatan ini terdapatlah modalitas nilai dari yang suci.
Dengan demikian nilai- nilai lain secara lengkap dan harmonis, baik nilai matrial,
nilai vital, nilai kebenaran, nilai keindahan, nilai kebaikan atau nilai moral, maupun nilai
kesucian yang sistematika- hierarkis, yang dimulai dari sila Ketuhanan yang Maha Esa sebagai
‘dasar’ sampai dengan sila Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia sebagai ‘tujuan’.
Etika politik tidak diatur dalam hukum tertulis secara lengkap akan tetapi melalui moralitas yang
bersumber pada hati nurani, rasa malu kepada masyarakat dan rasa takut kepada Tuhan yang
Maha Esa.Dalam kehidupan politik bangsa Indonesia banyak suara masyarakat yang menuntut di
bentuknya dewan kehormatan pada institusi kenegaraan dan kemasyarakatan dengan harapan
etika politik dapat terwujud dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Terwujudnya etika
politik dengan baik dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sangat ditentukan oleh kejujuran
dan keikhlasan hati nurani dari masing- masing warga negara yang telah memiliki hak
politiknya untuk melaksanakan ajaran moral dan norma-norma aturan berpolitik dalam negara.
Fungsi etika politik dalam masyarakat terbatas pada penyediaan alat- alat untuk
mempertanyakan serta menjelaskan legitimasi politik secara bertanggung jawab. Jadi, tidak
berdasarkan emosi, prasangka, dan apiori, melainkan secara rasional,objektif, dan argumentasi.
Tugas etika politik adalah subsidier : membantu agar pembahasan masalah-maslah
ideologis dapat dijalankan secara obyektif, artinya berdasarkan argumen- argumen yang dapat
dipahami dan ditanggapi oleh semua yang mengerti permasalahan. Etika politik tidak dapat
mengkhotbahi para politikus, tetapidapat memberikan patokan-patokan orientasi dan pegangan-
pegangan normative bagi mereka yang memang mau menilai kualias tatanan dan kehidupan
politik dengan tolak ukur martabat manusia ( Franz Magins-Suseno.1986. 2-3 ).
6
Pancasila merupakan dasar negara dan sekaligus ideologi,oleh sebab itu nilai-nilai
yang tersurat maupun yang tersirat harus dijadikan landasan + tujuan mengelola kehidupan
negara,bangsa,masyarakat. Dengan kata lain nilai- nilai pancasila wajib dijadikan norma
moral dalam menyelenggarakan negara menuju cita- cita seperti tercantum dalam pembukaan
UUD 1945. Politik disatu sisi berarti kekuasaan dan disisi lain berarti kebijaksanaan (policy).
2. Pengertian Politik
Pengertian ‘politik’ berasal dari kosakata ‘politics’, yang memiliki makna bermacam-macam
kegiatan dalam suatu sistem politik atau ‘ negara’, yang menyangkut proses penentuan tujuan-
tujuan dari sistem itu dan diikuti dengan pelaksanaan tujuan itu.Pengertian politik secara sempit,
yaitu bidang politik lebih banyak berkaitan dengan para pelaksana pemerintahan negara, lembaga
-lembaga tinggi negara, kalangan aktivis politik serta para pejabat serta birokrat dalam
pelaksanaan dan penyelengaraan negara. Pengertian politik yang lebih luas, yaitu menyangkut
seluruh unsur yang membentuk suatu persekutuan hidup yang disebut masyarakat negara.
Tujuan politik, antara lain :
–membentuk suatu masyarakat yang baik dan teratur /good society (Aristoteles)
–mengembangkan kehidupan orang lain (Paul Wellstone)
Oleh karena itu pendekatan etika politik senantiasa berkaitan dengan sikap-sikap
moral dalam hubungannya dengan kehidupan masyarakat secara keseluruhan. Sebuah keputusan
bersifat politis manakala diambil dengan memperhatikan kepentingan masyarakat sebagai suatu
keseluruhan.Dengan demikian dimensi politis manusia dapat ditentukan sebagai suatu kesadaran
manusia akan dirinya sendiri sebagi anggota masyarakat sebagai suatu keseluruhan yang menent
ukan kerangka kehidupannya dan ditentukan kembali oleh tindakan-tindakannya.
Dimensi Politik kehidupan Manusia Dalam kehidupan manusia jaminan atas kebebas
an manusia baik sebagai makhluk individu maupun sosial sulit untuk dilaksanakan, karena terjad
inya benturan kepentingan diantara mereka sehingga terdapat suatu kemungkinan terjadinya anaa
rkisme dalam masyarakat.
7
Etika ini dimaksudkan untuk mewujudkan pemerintah yang bersih, efisien, dan efektif serta
menumbuhkan suasana politik yang demokratis yang bercirikan keterbukaan, tanggung jawab,
tanggap akan aspirasi rakyat, menghargai perbedaan, jujur dalam bersaing, bersedia menerima
pendapat yang benar, serta menjunjung tinggi hak asasi manusia. Pejabat diamanatkan memiliki
kepedulian yang tinggi dalam melayani masyarakat, siap mundur bila terlalu melanggar kaidah
dan nilai ataupun dianggap tidak mampu memenuhi amanat masyarakat, bangsa, dan negara.
Jika timbul masalah potensial yang bisa menimbulkan permusuhan dan pertentangan harus
diselesaikan secara musyawarah sesuai dengan nilai- nilai luhur agama dan budaya, dengan
menjunjung tinggi perbedaan sebagai suatu yang manusiawi dan alamiah. Etika politik
diharapkan mampu mensiptakan keharmonisan untuk mencapai kemajuan bangsa dan negara
dengan mendahulukan kepentingan bersama melebihi kepentingan pribadi, golongan dan
primodal lainnya.
Etika politik mengandung misi untuk bersifat sportif, berjiwa besar, rendah hati, dan selalu siap
untuk mundur dari jabatan bila terbukti melakukan kesalahan dan kebijakannya bertentangan
dengan hukum dan keadilan masyarakat.Etika ini diwujudkan dalam sikap yang jujur, tata krama
politik yang toleran, tidak berpura- pura, tidak manipulatif, tidak melakukan kebohongan politik,
dan tidak melakukan tindakkan tak terpuji lainnya.
Kalau membicarakan Pancasila sebagai etika politik maka ia mempunyai lima prinsip
. Berikut ini lima dasar etika politik.
9
a) Pluralisme
Pluralisme adalah kesediaan untuk menerima pluralitas, artinya, untuk hidup dengan
positif, damai, toleran, dan biasa/normal bersama warga masyarakat yang berbeda pandangan
hidup, agama, budaya, adat.Pluralisme mengimplikasikan pengakuan terhadap kebebasan
beragama, kebebasan berpikir, kebebasan mencari informasi, toleransi. Pluralisme memerlukan
kematangan kepribadian seseorang dan sekelompok orang.
c) Solidaritas Bangsa
Solidaritas bermakna manusia tidak hanya hidup demi diri sendiri, melainkan juga demi orang
lain, bahwa kita bersatu senasib sepenanggungan. Manusia hanya hidup menurut harkatnya
apabila tidak hanya bagi dirinya sendiri, melainkan menyumbang sesuatu pada hidup manusia-
manusia lain. Sosialitas manusia berkembnag secara melingkar: keluarga, kampong, kelompok
etnis, kelompok agama, kebangsaan, solidaritas sebagai manusia. Maka di sini termasuk rasa
kebangsaan. Manusia menjadi seimbang apabila semua lingkaran kesosialan itu dihayati dalam
kaitan dan keterbatasan masing-masing.
d) Demokrasi
Prinsip “kedaulatan rakyat” menyatakan bahwa tak ada manusia, atau sebuah elit, atau sekelomp
ok ideology, atau sekelompok pendeta/pastor/ulama berhak untuk menentukan dan memaksakan
(menuntut dengan pakai ancaman) bagaimana orang lain harus atau boleh hidup.Demokrasi
berdasarkan kesadaran bahwa mereka yang dipimpin berhak menentukan siapa yang memimpin
mereka dan kemana mereka mau dipimpin. Demokrasi adalah “kedaulatan rakyat” jadi
demokrasi memerlukan sebuah sistem penerjemah kehendak masyarakat ke dalam tindakan
politik. Demokrasi hanya dapat berjalan baik atas dua dasar:
10
Pengakuan dan jaminan terhadap HAM; perlindungan terhadap HAM menjadi prinsip mayoritas
tidak menjadi kediktatoran mayoritas.
Kekuasaan dijalankan atas dasar, dan dalam ketaatan terhadap hukum (Negara hukum demokratis).
Maka kepastian hukum merupakan unsur hakiki dalam demokrasi (karena mencegah pemerintah
yang sewenang-wenang).
e) Keadilan Sosial
Keadilan merupakan norma moral paling dasar dalam kehidupan masyarakat. Maksud baik apa
pun kandas apabila melanggar keadilan. Moralitas masyarakat mulai dengan penolakan terhadap
ketidakadilan. Keadilan sosial mencegah bahwa masyarakat pecah ke dalam dua bagian; bagian
atas yang maju terus dan bagian bawah yang paling-paling bisa survive di hari berikut.
Berdasarkan uaraian di atas, tantangan etika politik paling serius di Indonesia sekarang adalah:
1. Kemiskinan, ketidakpedulian dan kekerasan sosial.
2. Ekstremisme ideologis yang anti pluralism, pertama- tama ekstremisme agama dimana mereka
yang merasa tahu kehendak Tuhan merasa berhak juga memaksakan pendapat mereka pada
masyarakat.
3. Korupsi
Secara harafiah korupsi diartikan sebagai kebusukan, keburukan, kebejatan,
ketidakjujuran, dapat disuap, tidak bermoral, penyimpangan dari kesucian (Tim Penulis Buku
Pendidikan anti korupsi. Kasus korupsi yang terjadi di Indonesia semakin menunjukkan
ekskalasi yang begitu tinggi. Oleh karenanya, penyelesaian korupsi harus diselesaikan melalui
beragam cara/pendekatan, yang dalam hal ini saya menggunakan istilah pendekatan eksternal
maupun internal. Pendekatan eksternal yang dimaksud adalah adanya unsur dari luar diri
manusia yang memiliki kekuatan ‘memaksa’ orang untuk tidak korupsi. Kekuatan eksternal
tersebut misalnya hukum, budaya dan watak masyarakat. Dengan penegakan hukum yang kuat,
baik dari aspek peraturan maupun aparat penegak hokum, akan mengeliminir terjadinya korupsi.
Demikian pula terciptanya budaya dan watak masyarakat yang anti korupsi juga menjadikan
seseorang enggan untuk melakukan korupsi. Adapun kekuatan internal adalah kekuatan yang
muncul dari dalam diri individu dan mendapat penguatan melalui pendidikan dan pembiasaan.
Pendidikan yang kuat terutama dari keluarga sangat penting untuk menanamkan jiwa anti
korupsi, diperkuat dengan pendidikan formal di sekolah maupun non-formal di luar sekolah.
Maksud dari membangun kesadaran moral anti korupsi berdasar Pancasila adalah
membangun mentalitas melalui penguatan eksternal dan internal tersebut dalam diri masyarakat.
Di perguruan tinggi penguatan tersebut dapat dilakukan melalui pendidikan kepribadian
termasuk di dalamnya pendidikan Pancasila.
11
Melihat realitas di kelas bahwa mata kuliah Pendidikan Pancasila sering dikenal sebagai
mata kuliah yang membosankan, maka dua hal pokok yang harus dibenahi adalah materi dan
metode pembelajaran. Materi harus selalu up to date dan metode pembelajaran juga harus
inovatif menggunakan metode- metode pembelajaran yang dikembangkan. Pembelajaran
tidak hanya kognitif, namun harus menyentuh aspek afektif dan konatif.
Nilai-nilai Pancasila apabila betul- betul dipahami, dihayati dan diamalkan tentu
mampu menurunkan angka korupsi. Penanaman satu sila saja, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa,
apabila bangsa Indonesia menyadari jati dirinya sebagai makhluk Tuhan, tentu tidak akan
mudah menjatuhkan martabat dirinya ke dalam kehinaan dengan melakukan korupsi. Perbuatan
korupsi terjadi karena hilangnya kontrol diri dan ketidakmampuan untuk menahan diri melakuka
n kejahatan. Kebahagiaan material dianggap segala- galanya dibanding kebahagiaan spiritual
yang lebih agung, mendalam dan jangka panjang. Keinginan mendapatkan kekayaan dan
kedudukan secara cepat menjadikannya nilai-nilai agama dikesampingkan.
Keempat, Pancasila juga bukan ideologi totaliter dan kelima, Pancasila menghargai pluralitas.
Idiologi Tertutup adalah idiologi yang bersifat mutlak dimana nilai-nilainya ditentukan
oleh negara atau kelompok masyarakat, dan nilai-nilai yang terkandung di didalamnya bersifat in
stan.
Ciri-cirinya :
a. Cita-cita sebuah kelompok bukan cita – cita yang hidup di masyarakat.
b. Dipaksakan kepada masyarakat.
c. Bersifat totaliter menguasai semua bidang kehidupan masyarakat.
d. Tidak ada keanekaragaman baik pandangan maupaun budaya, dll
e. Rakyat dituntut memiliki kesetiaan total pada idiologi tersebut.
f. Isi idiologi mutlak, kongkrit, nyata, keras dan total.
Di jaman globalisasi ini, bersikap cerdas terhadap gempuran budaya asing adalah salah satu
usaha untuk melestarikan Pancasila. Jika warga negara kurang bijak dalam menghadapi
globalisasi, maka bisa saja akan mengotori kemurnian Pancasila.
15
Ideologi yang bersumber dari suatu pandangan hidup suatu masyarakat atau bangsa
merupakan suatu ideologi yang baik atau sempurna, jika tumbuh melaui kurun waktu yang
panjang. Ideologi yang baik itu ideologi yang terbuka bagi pandangan filsafat. Jadi
pancasila itu tidak hanya sebagai pandangan hidup dan ideologi bangsa, melainkan sebagai
filsafat bangsa. Jelaslah bahwa pacasila itu berhubungan antara sumber dengan pertumbuhan
dalam filsafat dan ideologi negara.
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pancasila merupakan hasil kompromi nasional dan pernyataan resmi bahwa bangsa
Indonesia menempatkan kedudukan setiap warga negara secara sama, tanpa membedakan antar
a penganut agama mayoritas maupun minoritas. Selain itu juga tidak membedakan unsur lain sep
erti gender, budaya, dan daerah.
Keberadaan Pancasila merupakan oase bangsa ini untuk tetap mempertahankan keutu
han Negara Kesatuan Indonesia Raya. Semangat Pancasila yang menyakini bahwa keutuhan berb
angsa dan bernegara merupakan harga mati yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Namun, Pancasila
juga memiliki keluasan makna yang dalam jika dikaji dengan mendalam dan komprehensif.
Berkenaan Pancasila sebagai Sistem Etika, kita menyadari bahwa nilai-nilai yang ter
kandung dalam Pancasila merupakan satu kesatuan antara untaian sila dengan sila lainnya. Setiap
sila mengandung makna dan nilai tersendiri.
B. Saran
Pancasila hendaknya disosialisasikan secara mendalam sehingga dalam kehidupan be
rmasyarakat dalam berbagai segi terwujud dengan adanya kesianambungan usaha pemerintah unt
uk mewujudkan masyarakat adil dan makmur dengan kepastian masyarakat untuk mengikuti dan
mentaati peraturan yang ditetapkan, karena kekuatan politik suatu negara ditentukan oleh kondisi
pemerintah yang absolut dengan adanya dukungan rakyat sebagai bagian terpenting dari terbentu
knya suatu negara.
17
DAFTAR PUSTAKA
18