Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PANCASILA SEBAGAI ETIKA POLITIK

OLEH :

Kelompok 4
KARLINA SARI (2314080009)
FITRI AFNAN (2314080015)

Dosen Pembimbing
RESVA INGRIZA,M.Pd

JURUSAN TADRIS FISIKA


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI IMAM BONJOL PADANG
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan karya ilmiah tentang
"Pancasila Sebagai Etika Politik”

Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
turut memberikan kontribusi dalam penyusunan karya ilmiah ini. Tentunya, tidak
akan bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.

Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari
penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam karya ilmiah ini. Oleh karena
itu, kami dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki karya ilmiah ini.

Kami berharap semoga karya ilmiah yang kami susun ini memberikan manfaat dan
juga inspirasi untuk pembaca.

Padang, 30 Agustus 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii


DARTAR ISI........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................ 1
1.2 RUMUSAN MASALAH ............................................................................................... 2
1.3 TUJUAN ................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 3
2.1 KONSEP DAN URGENSI PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA ................................... 3
2.2 ALASAN DINAMIKA PANCASILA SEBAGAI SISTEM POLITIK ....................................... 5
2.3 TANTANGAN PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA ................................................... 7
BAB III PENUTUP ................................................................................................. 8
3.1 KESIMPULAN ......................................................................................................... 8
3.2 SARAN..................................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 9

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pancasila memiliki peran yang sangat penting bagi masyarakat
berbangsa dan bernegara di Indonesia. Peran Pancasila sebagai dasar
negara serta menjadi pedoman hidup bagi bangsa indonesia itu sendiri.
Pancasila sebagai sistem etika bertujuan untuk mengembangkan dimensi
moral pada setiap individu sehingga dapat mewujudkan sikap yang baik
dalam berbangsa, bernegara, serta bermasyarakat.Secara umum dapat
dikatakan bahwa etika merupakan filsafat tentang situasi atau kondisi ideal
yang harus dimiliki atau dicapai manusia.
Pancasila sebagai suatu sistem filsafat pada hakikatnya merupakan suatu
nilai luhur merupakan sumber dari segala penjabaran norma, baik norma
moral, norma hukum ataupun norma kenegaraan lainnya.Norma-norma
tersebut meliputi :
1. Norma moral yaitu yang berkaitan dengan tingkah laku manusia
yang dapat diukur dari sudut baik maupun yang buruk.
2. Norma hukum yaitu suatu sistem peraturan perundang-undangan
yang berlaku di Indonesia.

Menurut Aristoteles, pengertian etika menjadi dua yaitu Terminius


Technikus dan Manner and Custom. Terminius Technikus merupakan
etika yang dipelajari sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari suatu
problema tindakan atau perbuatan manusia.
Sedangkan Manner and Custom merupakan suatu pembahasan etika
yang berhubungan atau berkaitan dengan tata cara dan adat kebiasaan yang
melekat dalam kodrat manusia atau in herent inhuman nature yang sangat
terkait dengan arti baik dan buruk suatu perilaku, tingkah laku atau
perbuatan manusia.
Etika Pancasila adalah cabang yang terkandung dalam sila Pancasila
digunakan untuk mengatur kehidupan masyarakat berbangsa, dan
bernegara di Indonesia.Dalam etika Pancasila dikemukakan nilai
ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan.

1
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Konsep dan Urgensi Pancasila sebagai Sistem Etika?
2. Apa Alasan Dinamika Pancasila Sebagai Sistem Politik?
3. Apa Tantangan Pancasila Sebagai Sistem Etika?

1.3 TUJUAN
1. Mengetahui dan memahami konsep dan urgensi pancasila sebagai
sistem etika
2. Mengetahui dan memahami alasan dinamika pancasila sebagai sistem
politik
3. Mengetahu dan memahami tantangan pancasila sebagai sitem etika.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 KONSEP DAN URGENSI PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA

Secara etimologis, kata etika berasal dari bahasa Yunani yaitu "Ethikos"
yangartinya berasal dari suatu kebiasaan. Etika berkaitan dengan nilai yang
baik maupun buruk perilaku manusia, dan kebiasaan seseorang melakukan hal
yang baik. Etikameliputi norma-norma yang berasal dari nurani setiap
manusia untuk kebaikan bersama dimana norma tersebut akan menjadi
pedoman atau aturan manusia dalam bertingkah laku.

Pancasila sebagai sistem etika berasal dari nilai- nilai yang jterkandung
dalamkelima sila di Pancasila mulai dari ketuhanan, ketuhanan menciptakan
nilai spiritual dan taat beribadah untuk mendekatkan diri kepada Tuhan, serta
toleransi kepada yang berbeda keyakinan. Pada nilai kemanusiaan
menciptakan kerjasama dan tolong menolong kepada orang lain

Nilai- nilai yang terkandung dalam Pancasila merupakan cita- cita


bangsa Indonesia, sehingga bangsa Indonesia harus mewujudkan dalam
kehidupan sehari- hari. Etika pancasila akan membetuk kepribadian dengan
nilai dan kebiasaan yang akan tumbuh dalam masyarakat Dalam etika
terdapat tiga aliran yaitu:

1. Aliran Deontologi yang menjelaskan tentang perilaku yang baik atau


buruk dan sesuai atau tidak dengan kewajiban yang harus dilakukan.
Menurut Immanuel Kant, kebaikan adalah ketika seseorang telah
melakukan sesuatu yang telah menjadi kewajibannya.
Standar moral dalam etika deontologi adalah sebuah kewajiban, kemauan
yang baik, ketekunan, dan kebebasan. Setiap tindakan dapat dianggap
baik jika dilakukan atas dasar kewajiban moral dan demi kewajiban moral
tersebut. Jika sebuah perbuatan dilandasi atas niat baik dan kerja keras
untuk melakukan perbuatan tersebut, dan perbuatan yang baik itu
didasarkan pada kebebasan dan otonominya tanpa ada pakasaan dari
orang lain.

2. Aliran Teleologi yang menjelaskankan bahwa berdasarkan tujuan atau


akibat perbuatan dapat mengetahui baik ataupun buruknya perilaku.

3
Dalam etika telologi terdapat dua golongan untuk menentukan apakah
sebuah perbuatan dapat dikatakan baik atau buruk, yaitu :

a. Egoisme Etis, memandang bahwa perilaku yang baik dinilai


memiliki konsekuensi yang baik bagi pelakunya. Setiap orang
dibenarkan secara moral dalam mengejar kebahagiaan mereka
sendiri dan dianggap salah atau buruk jika membiarkan dirinya
menderita atau terluka.

b. Unilitarianisme, memandang bahwa kualitas suatu tindakan


tergantung pada bagaimana tindakan tersebut dipengaruhi oleh
banyak orang. Sebuah tindakan dapat dikatakan baik apabila
membawa manfaat yang besar dan memberikan manfaat bagi orang
lain. Saat menentukan sebuah masalah, hal yang pertama harus
dilihat adalah mana yang memiliki tingkat kerugian paling kecil.

3. Aliran Keutamaan yang menjelaskan dalam diri seseorang terdapat


pengembangan kualitas moral. Etika ini tidak mempersoalkan hasil dari
suatu tindakan, tidak pula didasarkan pada penilaian moral pada
kewajiban hukum moral universal, tetapi pada perkembangan karakter
moral setiap individu. Orang tidak hanya melakukan perbuatan baik,
mereka juga dapat menjadi orang baik. Karakter moral ini juga dibangun
dengan meniru perbuatan baik yang dilakukan oleh tokoh – tokoh
ternama. Internalisasi ini dapat dibangun melalui cerita – cerita yang
mengandung nilai – bilai kebaikan agar dihayati dan dapat ditiru oleh
masyarakat.
Pancasila sangatlah penting sebagai sistem etika karena dapat menjadi
aturan untuk semua bangsa Indonesia sesuai dengan nilai- nilai Pancasila
sehingga terwujud cita-cita bangsa, dan memberikan kenyamanan serta
kesejahteraan bersama. Namun saat ini masih banyak sekali pelanggaran atau
kejahatan yang tidak sesuai dengannilai- nilai Pancasila seperti pejabat yang
korupsi, pelanggaran HAM, dll

4
2.2 ALASAN DINAMIKA PANCASILA SEBAGAI SISTEM POLITIK

Etika Pancasila adalah cabang filsafat yang dijabarkan dari sila-sila


Pancasila untuk mengatur perilaku kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara di Indonesia. Oleh karena itu, dalam etika Pancasila
terkandung nilai-nilai ketuhanan,kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan
keadilan. Kelima nilai tersebut membentuk perilaku manusia Indonesia
dalam semua aspek kehidupannya

Etika Pancasila itu lebih dekat pada pengertian etika keutamaan atau etika
kebajikan, meskipun corak kedua mainstream yang lain, deontologis dan
teleologis termuat pula di dalamnya. Namun, etika keutamaan lebih dominan
karena etika Pancasila tercermin dalam empat tabiat saleh, yaitu kebijaksanaan,
kesederhanaan, keteguhan, dan keadilan. Kebijaksanaan artinya
melaksanakan suatu tindakan yang didorong oleh kehendak yang tertuju
pada kebaikan serta atas dasar kesatuan akal – rasa – kehendakyang berupa
kepercayaan yang tertuju pada kenyataan mutlak (Tuhan) dengan
memeliharanilai-nilai hidup kemanusiaan dan nilai-nilai hidup religius.
Kesederhaaan artinya membatasi diri dalam arti tidak melampaui batas
dalam hal kenikmatan. Keteguhanartinya membatasi diri dalam arti tidak
melampaui batas dalam menghindari penderitaan.Keadilan artinya
memberikan sebagai rasa wajib kepada diri sendiri dan manusia lain,serta
terhadap Tuhan terkait dengan segala sesuatu yang telah menjadi haknya
(Mudhofir,2009: 386)

Etika Pancasila adalah etika yang mendasarkan penilaian baik dan buruk
pada nilai-nilai Pancasila, Pancasila sebagai sistem etika diperlukan dalam
kehidupan politik untuk mengatursistem penyelenggaraan negara.
Beberapa alasan mengapa Pancasila sebagai sistem etika itu diperlukan dalam
penyelenggaraan kehidupan bernegara di Indonesia, meliputi hal-hal sebagai
berikut:

1. Dekadensi moral yang melanda kehidupan masyarakat, terutama


generasi muda sehingga membahayakan kelangsungan hidup bernegara
Dekadensi moral itu terjadi ketika pengaruh globalisasi tidak sejalan
dengan nilai-nilaiPancasila, tetapi justru nilai-nilai dari luar berlaku
dominan.Contoh : penyalah gunaan narkoba, kebebasan tanpa batas,
rendahnya rasahormat kepada orang tua, menipisnya rasa kejujuran,
tawuran di kalangan para pelajar. Oleh karena itu, Pancasila sebagai
sistem etika diperlukan kehadirannyasejak dini, terutama dalam bentuk
pendidikan karakter di sekolah-sekolah.

5
2. Korupsi yang akan semakin merajalela karena para penyelenggara negara
tidak memiliki rambu-rambu normatif dalam menjalankan tugasnya.
Archie Bahm dalam Axiology of Science, menjelaskanbahwa baik dan
buruk merupakan dua hal yang terpisah. Namun, baik dan buruk itueksis
dalam kehidupan manusia, maksudnya godaan untuk melakukan
perbuatan buruk selalu muncul. Ketika seseorang menjadi pejabat dan
mempunyai peluang untuk melakukan tindakan buruk (korupsi), maka
hal tersebut dapat terjadi pada siapa saja.Oleh karena itu, simpulan
Archie Bahm,”Maksimalkan kebaikan, minimalkan keburukan” (Bahm,
1998: 58)
3. Kurangnya rasa perlu berkontribusi dalam pembangunan melalui
pembayaran pajak. Pancasila sebagaisistem etika akan dapat
mengarahkan wajib pajak untuk secara sadar memenuhikewajiban
perpajakannya dengan baik. Dengan kesadaran pajak yang tinggi
makaprogram pembangunan yang tertuang dalam APBN akan dapat
dijalankan dengansumber penerimaan dari sektor perpajakan.
4. Pelanggaran hak-hak asasi manusia (HAM) dalam kehidupan bernegara
di Indonesia ditandai dengan melemahnya penghargaan seseorang
terhadap hak pihak lain.contohnya seperti penganiayaan terhadap
pembantu rumah tangga (PRT), penelantaran anak-anak yatim oleh
pihak-pihak yang seharusnya melindungi, kekerasan dalam rumah
tangga (KDRT), dan lain-lain.oleh karena itu di perlukan penjabaran
sistem etikake dalam peraturan perundang-undangan tentang HAM
(Lihat Undang-Undang No. 39Tahun 1999 tentang HAM).
5. Kerusakan lingkungan yang berdampak terhadap berbagai aspek
kehidupan manusia,seperti kesehatan, kelancaran penerbangan, nasib
generasi yang akan datang, globalwarming, perubahan cuaca, dan lain
sebagainya. Contoh yang paling jelas adalah pembakaran hutan di Riau
sehingga menimbulkan kabut asap. Oleh karena itu, Pancasila sebagai
sistem etika perlu diterapkan ke dalam peraturan perundang-undangan
yang menindak tegas para pelaku pembakaran hutan, baik pribadi
maupun perusahaan yang terlibat.
6. Masih terjadinya aksi terorisme yang mengatasnamakan agama sehingga
dapat merusak semangat toleransi dalam kehidupan antar umat
beragama,

6
2.3 TANTANGAN PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA

Sejak terjadinya krisis multidimensi, muncul ancaman yang serius terhadap


persatuan dan kesatuan bangsa dan terjadinya kemunduran dalam pelaksanaan
etikapolitik, yang melatarbelakangi munculnya TAP MPR No. VI Tahun 2001
tentang etikakehidupan berbangsa.
Krisis multi dimensi mengakibatkan terjadinya konflik sosial yang
berkepanjangan , demonstrasi di mana-mana, munculnya keinginan rakyat
untukintegrasi bangsa, dan lain-lain. Hal ini akibat dari menurunnya sikap
sopan santun dan budi luhur dalam pergaulan sosial, menurunnya tingkat
kejujuran dan amanah dalam kehidupan berbangsa.

Pertama, Tantangan terhadap sistem etika Pancasila pada zaman Orde Lama
berupa sikap otoriter dalam pemerintahan sebagaimana yang tercermin
dalam penyelenggaraan negara yang menerapkan sistem demokrasi terpimpin.
Hal tersebut tidak sesuai dengan sistem etika Pancasila yang lebih
menonjolkan semangat musyawarah untuk mufakat.

Kedua, Tantangan terhadap sistem etika Pancasila pada zaman Orde


Baruterkait dengan masalah NKK (Nepotisme,Kolusi,dan Korupsi) yang
merugikan penyelenggaraan negara. Hal tersebut tidak sesuai dengan
keadilan sosial karena nepotisme, kolusi, dan korupsi hanya menguntungkan
segelintir orang atau kelompok tertentu.

Ketiga, Tantangan terhadap sistem etika Pancasila pada era Reformasi


berupa eforia kebebasan berpolitik sehingga mengabaikan norma-norma
moral. Misalnya,munculnya anarkisme yang memaksakan kehendak dengan
mengatasnamakan kebebasan berdemokrasi

7
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Pancasila sangat diperlukan sebagai system etika untuk memberikan pedoman dan
arahan agar setiap tindakan yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia berpedoman
pada sikap moral yang berlandaskan Pancasila. Setiap tindakan yang dilakukan oleh
masyarakat Indonesia sebagai cerminan dari pelaksanaan Pancasila. Pancasila
sebagai sistem etika dapat diamalkan dengan melaksanakan setiap pengamalan di
setiap butir Pancasila.upaya yag dapat di lakuan.
1. Memberikan landasan etik moral bagi seluruh komponen bangsa dan
menjalankan kehidupan kebangsaan dalam berbagai aspek.
2. Menentukan pokok-pokok etika kehidupan berbangsa, bernegara, dan
bermasyarakat
3. Menjadi kerangka acuan dalam mengevaluasi pelaksaan nilai-nilai
etika dan moral dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara

3.2 SARAN
Menyadari bahwa kami masih jauh dari kata sempurna, untuk ke
depannya kami sebagai penulis akan berusaha untuk membuat makalah
dengan lebih baik lagi. Demikianlah makalah ini kami buat, semoga
bermanfaat dan menambah pengetahuan pembaca sekalian. Kami mohon maaf
jika ada kesalahan ejaan dalam penulisan kata dan kalimat yang kurang jelas,
kurang dimengerti dan lugas. Dan kami juga mengharapkan saran dan kritik
dari pembaca sekalian demi kesempurnaan makalah ini.

8
DAFTAR PUSAKA

Bahm, Archie. J. 1998. My Axiology: The Science of Values. Albuquerque, New


Mexico: World Book.
Dirjen Dikti Kemendikbud RI. Materi Ajar Mata Kuliah Pancasila. 2013
Keraf, A. Sonny. 2002. Etika Lingkungan Hidup. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.
Kohlberg, Lawrence. 1995. Tahap – Tahap Perkembangan Moral. (Alih Bahasa
John de Santo dan Agus Cremers SVD). Yogyakarta: Kanisius.
Mubarak, Zakky. 2008. Buku Ajar II : Manusia, Akhlak, Budi Pekerti, dan
Masyarakat. Depok: Universitas Indonesia.
Sastrapratedja, Michael. 2002. Pendidikan Sebagai Humanisasi. Yogyakarta:
Penerbit Universitas Sanata Dharma.
Zubair, Achmad Charris. 1987. Kuliah Etika. Jakarta: Rajawali Pers.

Anda mungkin juga menyukai