Anda di halaman 1dari 9

TUGAS MATA KULIAH PANCASILA

LAPORAN INDIVIDU TENTANG PANCASILA SEBAGAI


SISTEM ETIKA

Disusun Oleh:
Rahmadina Safa Khairunnisa
(052111133120)
Kelas Pancasila D-2.2

FAKULTAS FARMASI
S1 FARMASI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2021
DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................3
1.1 Latar Belakang................................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................................3
1.3 Tujuan.............................................................................................................................3
1.4 Manfaat...........................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................4
2.1 Konsep Pancasila sebagai Sistem Etika..........................................................................4
2.2 Pancasila Diperlukan sebagai Sistem Etika....................................................................5
2.3 Pancasila sebagai Sistem Etika Dilihat dari Sumber Historis, Sosiologis, dan Politis...6
2.4 Dinamika dan Tantangan Pancasila sebagai Sistem Etika..............................................7
BAB III PENUTUP....................................................................................................................8
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................9

BAB I
PENDAHULUAN

2
1.1 Latar Belakang
Pancasila selain menjadi dasar negara juga menjadi way of life atau jalan hidup dan
menjadi panduan bagi warga negara Indonesia dalam bersikap dan berperilaku. Sebagai
sistem etika, Pancasila menjadi moral guidance yang diimplementasikan dalam
kehidupan setiap individu. Setiap nilai dari kelima sila Pancasila mengatur kehidupan
warga negara Indonesia dari berbagai aspek, salah satunya etika. Warga negara Indonesia
hendaknya berperilaku dan memiliki etika sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.
Pancasila memiliki peran sebagai prinsip, panduan, dan kriteria untuk setiap perilaku
manusia di Indonesia. Hal ini berarti setiap warga negara harus memahami dan menjiwai
setiap nilai dari kelima sila Pancasila untuk kemudian diwujudkan dalam bentuk nyata
sebagai perilaku dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
1.2 Rumusan Masalah
a. Bagaimanakah konsep Pancasila sebagai sistem etika?
b. Mengapa Pancasila diperlukan sebagai sistem etika?
c. Bagaimanakah Pancasila sebagai sistem etika jika dilihat dari sumber historis,
sosiologis, dan politis?
d. Bagaimanakah dinamika Pancasila sebagai sistem etika dan apa saja tantangan yang
dihadapi?
1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui konsep Pancasila sebagai sistem etika.
b. Untuk mengetahui alasan Pancasila diperlukan sebagai sistem etika.
c. Untuk mengetahui Pancasila sebagai sistem etika jika dilihat dari sumber historis,
sosiologis, dan politisnya.
d. Untuk mengetahui dinamika dan tantangan yang dihadapi Pancasila sebagai sistem
etika.
1.4 Manfaat
Dengan disusunnya laporan ini, diharapkan pembaca menjadi mengetahui konsep
Pancasila sebagai sistem etika. Selain itu pembaca diharapkan mengetahui sumber
historis, sosiologis, dan politis dari Pancasila sebagai sistem etika. Pembaca juga
diharapkan dapat mengambil sikap yang tepat setelah mengetahui dinamika Pancasila
sebagai sistem etika.

3
BAB II
PEMBAHASAN

1. 2.1 Konsep Pancasila sebagai Sistem Etika


a. Pengertian Etika
Etika berasal dari bahasa Yunani berasal dari kata “Ethos” yang memiliki arti
tempat tinggal yang biasa, padang rumput, kendang, kebiasaan, adat, watak, perasaan,
sikap, dan cara berpikir. Secara etimologis, etika adalah ilmu tentang adat kebiasaan.
Menurut Bertens (1997), dalam artian luas etika dalah kriteria baik dan buruk. Lalu
menurut Sastrapratedja (2002) etika atau moralitas adalah keseluruhan perilaku
manusia dengan norma dan prinsip yang mengaturnya.
Pada umumnya etika membicarakan tentang nial baik dan buruk dari sesuatu.
Menurut Frondizi (2001) nilai adalah kualitas yang tidak real karena nilai
membutuhkan pengemban untuk ada. Sementara itu, Lacey mengartikan nilai secara
umum menjadi enam, yaitu:
1. Sesuatu fundamental yang dicari individu seumur hidupnya.
2. Kualitas atau tindakan yang berharga dan bermakna untuk kehidupan seseorang.
3. Kualitas atau tindakan yang membentuk identitas diri seseorang.
4. Kriteria fundamental bagi seseorang untuk memilih yang terbaik dari berbagai
kemungkinan.
5. Standar yang fundamental bagi seseorang dalam bertingkah laku.
6. Suatu objek nilai (karya seni, teori ilmiah, teknologi, objek yang disucikan,
budaya, tradisi, Lembaga, orang lain, dan alam itu sendiri), suatu hubungan
dengan hidup yang berkaitan identitas kepribadian seseorang.
Kemudian ada aliran etika dalam bidang filsafat. Terdapat tiga aliran etika yang
umum, yaitu etika keutamaan, etika teologis, dan etika deontologis.
1. Etika keutamaan berorientasi pada keutamaan atau kebajikan. Berwatak disiplin,
jujur, murah hati. Moralitasnya berdasarkan pada agama yang menganut etika
keutamaan.
2. Etika teologis berorientasi pada konsekuensi atau akibat. Kebenaran dan
kesalahan pada etika ini berdasarkan pada tujuan akhir yang ingin dicapai. Aliran
pada etika ini memiliki orientasi pada konsekuensi atau hasil.

4
3. Etika deontologis berkaitan dengan kewajiban atau keharusan. Berrtumpu pada
kelayakan, kepatutan, dan kepantasan. Merupakan pandangan etika yang
mementingkan kewajiban seperti pemikiran Immanuel Kant yang terkenal dengan
sikap berbuat baik tanpa pamrih.
b. Pancasila sebagai Sistem Etika
Etika Pancasila adalah salah satu cabang filsafat yang menjabarkan sila-sila
Pancasila dengan tujuan untuk mengatur perilaku warga negara dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara di masyarakat. Etika keutamaan lebih dominan karena
mencakup etika Pancasila berupa kebijaksanaan, kesederhanaan, keteguhan, dan
keadilan.
Kebijaksanaan berarti melaksanakan suatu tindakan dengan tujuan berbuat
kebaikan berdasarkan kesatuan akal, rasa, dan kehendak yang berupa kepercayaan
terhadap Tuhan dengan memelihara nilai religius dan kehidupan. Kederhanaan adalah
batas yang diberikan kepada diri sendiri dalam hal kenikmatan. Keteguhan hati
artinya batas bagi diri sendiri dalam menghindari penderitaan. Keadilan artinya
memberikan sebagai rasa wajib terhadap haknya kepada Tuhan, diri sendiri, dan
orang lain.
2.2 Pancasila Diperlukan sebagai Sistem Etika
Ada beberapa alasan tentang mengapa Pancasila diperlukan sebagai sistem etika,
yaitu:
1. Kemerosotan moral yang melanda kehidupan masyarakat terutama pada generasi
muda. Adanya pluralitas sebagai dampak dari globalisasi menyebabkan generasi
muda kurang mendapat pendidikan karakter yang kurang memadai. Kemerosotan
moral ini terjadi karena nilai-nilai budaya dari luar lebih dominan dari nilai-nilai
Pancasila. Oleh karena itu, pendidikan Pancasila sangat diperlukan sejak dini.
2. Korupsi yang merajalela karena tidak adanya rambu-rambu normatif bagi
penyelanggara negara. Ketika seseorang menjadi pejabat maka peluang untuk
melakukan tindakan korupsi secara otomatis ada. Jadi, perbuatan buruk ini dapat
terjadi pada siapa saja. Archie Bahm berkesimpulan “maksimalkan kebaikan,
minimalkan keburukan”.
3. Masyarakat kurang memiliki rasa kontribusi terhadap pembangunan yang ditandai
dengan kurangnya kesadaran dalam membayar pajak. Pancasila dapat mengarahkan

5
wajib pajak untuk memenuhi kewajibannya dengan baik. Pembayaran pajak yang
tertib dapat membantu pembangunan berjalan lebih baik dan lebih merata.
4. Adanya pelanggaran HAM dalam kehidupan bernegara di Indonesia dengan ditandai
kurangnya penghargaan terhadap satu sama lain. Kesadaran masyarakat terhadap
nilai-nilai Pancasila kurang berjalan maksimal. Maka dari itu, diperlukan penjabaran
sistem etika ke dalam perundang-undangan.
5. Perusakan lingkungan yang berimbas pada banyak aspek kehidupan manusia seperti
kesehatan, kelancaran penerbangan, nasib generasi yang akan datang, global
warming, dan lain sebagainya. Adanya permasalahan-permasalahan tersebut
membuktikan bahwa nilai-nilai Pancasila belum mendapat tempat sepenuhnya di hati
masyarakat. saat ini masyarakat cenderung mengutamakan emosi dalam memutuskan
sesuatu dan tidak memikirkan dampak dari tindakannya.
2.3 Pancasila sebagai Sistem Etika Dilihat dari Sumber Historis, Sosiologis, dan Politis
a. Sumber Historis
Pancasila sebagai sistem etika di masa Orde Lama berbentuk Philosofische
Grondslag atau Weltanschauung. Hal ini berarti Pancasila sudah masuk ke nilai-nilai
moral dalam pandangan hidup masyarakat meskipun belum ditegaskan dalam sistem
etika. Pada masa orde lama dikenal istilah berdikari (berdiri di atas kaki sendiri) yang
dikenalkan oleh Presiden Soekarno dan berisi tentang nilai-nilai kemandirian bangsa.
Pada masa Orde Baru ada penataran P-4 dan BP-7 sebagai wadah sosialisasi
Pancasila sebagai sistem etika. Peneliti BP-7 menjabarkan nilai-nilai dari kelima sila
Pancasila sebagai hasil temuan. Sementara itu, di masa Reformasi Pancasila sebagai
sistem etika justru tersisihkan oleh perebutan kekuasaan yang kemudian bermuara
kepada pelanggaran etika politik. Contohnya adalah penyelenggara negara baik
legislatif, eksekutif, maupun yutikatif melakukan power of abuse. Hal ini kemudian
menimbulkan adanya praktik korupsi di kalangan penyelenggara negara.
b. Sumber Sosiologis
Secara sosiologi, Pancasila sebagai sistem etika masih banyak ditemui di
berbagai masyarakat etnik Indonesia. Misalnya pada orang Minangkabau yang
memiliki prinsip “bulat air oleh pembuluh, bulat kata oleh mufakat”.
c. Sumber Politis
Dari sisi politis, Pancasila sebagai sistem etika merupakan norma tertinggi
(Grundnorm). Menurut Kaelan (2011), semakin tinggi norma maka akan semakin

6
abstrak begitu pula semakin rendah norma maka akan semakin konkret. Etika politik
mengatur perilaku pelaku politik yang kemudian juga berkaitan dengan praktik
institusi sosial, hukum, komunitas, struktur-struktur sosial, politik, serta ekonomi.
Etika politik memiliki tiga dimensi yaitu tujuan, sarana, dan aksi politik.
Tujuan dirumuskan sebagai upaya untuk mencapai kesejahteraan bersama dan hidup
damai berdasar pada kebebasan dan keadilan. Sarana meliputi sistem serta prinsip
dasar pengaturan praktik penyelenggaraan negara dan pondasi institusi sosial untuk
mencapai tujuan. Dimensi politik berkaitan dengan pelaku pemegang peran yang
menentukan rasional atau tidaknya politik. Menurut Haryatmoko (2003) tindakan
politik rasional apabila pelaku memiliki orientasi terhadap situasi dan memahami
masalah.
2.4 Dinamika dan Tantangan Pancasila sebagai Sistem Etika
Pada masa Orde Lama, pemilu dilaksanakan dengan semangat demokrasi dan banyak
partai politik yang berpartisipasi. Pada akhirnya pemilu pada Orde Lama ini
dimenangkan oleh empat partai. Partai tersebut adalah Partai Nasional Indonesia
(PNI), Partai Nahdatul Ulama (PNU), Partai Komunis Indonesia (PKI), dan Partai
Muslimin Indonesia (PARMUSI). Kemudian pada zaman Orde Baru terdapat
penataran P-4 yang menjadi implementasi Pancasila sebagai sistem etika. Pada era ini
juga konsep humanisme lahir. Konsep humanisme adalah manusia Indonesia menjadi
gambaran utuh seseorang yang berkarakter benar dan memiliki akhlak terpuji sesuai
dengan nilai-nilai pada setiap sila Pancasila. pada era Orde Baru adalah makhluk
ciptaan Tuhan Yang Maha Esa berkarakter monodualistik yaitu makhluk jasmani dan
rohani serta makhluk perseorangan yang melakukan kegiatan bersosialisasi.
Tantangan yang dihadapi Pancasila sebagai sistem etika antara lain:
1. Berubahnya tatatan kehidupan dari aspek sosial dan budaya pada masyarakat
2. Wibawa pemerintahan mulai pudar
3. Adanya konsep ekonomi liberal dan kapitalisme
4. Nilai-nilai keadilan dalam penegakan hukum tidak sepenuhnya dijunjung
5. Pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi masih condong ke arah negatif.

7
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pancasila sangatlah krusial perannya dalam sitem etika di Indonesia. Setiap
nilai dari kelima sila Pancasila ada acuan bagi sistem etika yang ada di Indonesia.
Sebagai sistem etika, Pancasila mengalami naik dan turun.
Banyak tantangan yang dihadapi oleh Pancasila sebagai sistem etika terlebih
di era globalisasi ini. Salah satu tantangan yang dihadapi Pancasila dalam
perannya menjadi sistem etika adalah berubahnya tatanan kehidupan sosial dan
budaya masyarakat. Era globalisasi ini memudahkan arus pertukaran budaya yang
menyebabkan etika masyarakat Indonesia berdasarkan Pancasila menjadi
tergantikan oleh budaya negara lain yang tidak selalu sejalan dengan Pancasila.

8
DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Jenderal Pembelajaran Dan kemahasiswaan Kementerian Riset Teknologi dan


Pendidikan Tinggi. (2016). Buku Ajar Mata Kuliah Wajib Umum Pendidikan
Pancasila. Jakarta: Direktorat Jenderal Pembelajaran Dan Kemahasiswaan
Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Cet. Pertama.
Putri, F. S., & Dewi, D. A. (2021). Implementasi Pancasila sebagai Sistem
Etika. EduPsyCouns: Journal of Education, Psychology and Counseling, 3(1), 176-
184. Retrieved from https://ummaspul.e-journal.id/Edupsycouns/article/view/1327

Anda mungkin juga menyukai