Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

CIVIC EDUCATION

“IDEOLOGI NEGARA VIS A VIS AL-QUR’AN”

Dosen Pengampu : Amiril, M.Pd.I

Disusun Oleh : Kelompok 1


Rahmad Sanjaya (2376231003)
Muhammad Zamruddin Jamil (2376231016)
Ibnu Bastiar Rahman(2376231031)
Muhammad Abdul Faqih (2376231046)
Hakim (2376231060)
Muhammad Irfan Zidny (2376231079)

Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir


Fakultas Ushuluddin
Universitas PTIQ Jakarta
Tahun Akademik 2023/2024

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kepada kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-nya kepada kita semua berupa, ilmu dan amal.Berkat rahmat dan karunia-
nya pula, kami dapat menyelesaikan makalah Civic Education tentang Ideologi negara vis a vis
Al-Qur’an yang insyaallah tepat pada waktunya.

Terimakasih kami ucapkan kepada Bapak Amiril M.Pd.I pengampu mata kuliah Civic
Education di kelas kami, yang telah memberikan arahan terkait tugas makalah ini. Tanpa arahan
dari Bapak, mungkin kami tidak dapat menyelesaikan tugas ini sesuai dengan format yang telah
ditentukan.

Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, kami
mengharapkan kritik dan saran pembaca demi kesempurnaan makalah untuk kedepannya.
Mudah mudahan adanya makalah ini dapat membantu dan bermanafaat bagi para pembaca.

12 Oktober 2023, Jakarta Selatan


Kelompok 1

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................................. i


KATA PENGANTAR........................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................................... 1
C. Tujuan Masalah........................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Ideologi Negara Secara Umum ................................................................ 3
B. Makna dan Kedudukan Pancasila Sebagai Ideologi Negara....................................... 3
C. Pancasila Menurut Al-Qur'an...................................................................................... 4
D. Bantahan-Bantah Terhadap Paham-Paham Negatif Terkait Pancasila ....................... 5
BAB III PENUTUPAN
A. Kesimpulan ................................................................................................................. 7
B. Saran ........................................................................................................................... 7
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 8

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Ideologi adalah kumpulan gagasan, ide dan keyakinan yang menyeluruh dan sistematis yang
menyangkut berbagai bidang kehidupan manusia.

Secara sederhana, ideologi bukan sekadar pengetahuan teoretis, namun juga merupakan
sesuatu yang dihayati menuju suatu keyakinan. Semakin mendalam kesadaran ideologi
seseorang, semakin tinggi juga rasa keterikatan untuk melaksanakannya

Ideologi menjadi kerangka penyelenggaraan negara untuk mewujudkan cita-cita


bangsa.Ideologi menjadi landasan bagi individu atau masyarakat sehari-hari. Dengan
demikian, ideologi merupakan rambu-rambu dalam menjalankan kehidupan.

Di Indonesia sendiri, para pendiri bangsa telah sepakat menetapkan ideologi negara Indonesia
adalah Pancasila. Secara umum, ideologi Pancasila berarti nilai-nilai luhur budaya dan
religius bagi bangsa Indonesia yang berdasarkan pada sila-sila Pancasila.

B. Rumusan Masalah
- Perspektif umum tentang ideologi negara
- Tafsir ayat tentang ideologi negara
- Pro-kontra seputar ideologi negara

C. Tujuan Masalah

- Untuk mengetahui apa itu makna ideologi negara dan apa makna Pancasila sebagai ideologi
negara
- Untuk mengetahui keselarasan Pancasila sebagai ideologi negara dengan Al Qur'an
- Untuk membantah pemahaman negatif terhadap Pancasila sebagai ideologi negara

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Ideologi negara secara umum

Ideologi berasal dari bahasa Yunani yang diambil dari 2 kata, idea dan logos. Idea berarti
ide, gagasan, buah pikir, atau konsep. Sedangkan logos berarti hasil pemikiran. Jadi
berdasarkan bahasa, ideologi adalah ilmu yang mencakup ilmu kajian asal mula, juga hakikat
buah pikir atau gagasan.

Ideologi juga disebut a system of ideas yang akan mengatur seluruh hasil pemikiran tentang
kehidupan, lalu melengkapinya dengan berbagai sarana juga kebijakan serta strategi, dimana
tujuan yang ingin dicapai disesuaikan dengan kenyataan nilai-nilai yang ada dalam filsafat
yang menjadi sumbernya.

Berikut ini merupakan pengertian ideologi menurut para ahli.

Menurut Alfian
Pengertian ideologi adalah suatu pandangan atau sistem nilai yang menyeluruh dan
mendalam tentang bagaimana cara yang sebaiknya, yaitu secara moral dianggap benar dan
adil, mengatur tingkah laku bersama dalam berbagai segi kehidupan.

Menurut C.C. Rodee


Pengertian ideologi adalah sekumpulan yang secara logis berkaitan dan mengindentifikasikan
nilai-nilai yang memberi keabsahan bagi institusi dan pelakunya.

Menurut Karl Marx


Pengertian ideologi menurut Karl Marx merupakan alat untuk mencapai kesetaraan
dan kesejahteraan bersama dalam masyarakat.

Berarti, dapat disimpulkan bahwa ideologi merupakan hasil pemikiran yang isinya mencakup
nilai-nilai tertentu demi mencapai sebuah tujuan tertentu yang ingin dicapai. Ideologi disebut
juga sebagai identitas dari sebuah negara. Karena ideologi sebenarnya memiliki fungsi yang

2
sangat penting untuk sebuah negara, dimana ideologi digunakan sebagai sebuah hal yang
memperkuat identitas sebuah masyarakat negara.

B. Makna dan kedudukan Pancasila sebagai ideologi negara

Pancasila merupakan dasar negara Indonesia yang menjadi tonggak dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Makna Pancasila sebagai ideologi negara adalah nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila
menjadi cita-cita normatif penyelenggaraan negara.

Nilai-nilai yang telah disepakati bersama itu juga menjadi sarana menyatukan masyarakat dan
dapat digunakan sebagai prosedur penyelesaian konflik.

Hal ini sesuai dengan gagasan para pendiri negara Indonesia terkait pentingnya mencari nilai-
nilai bersama yang dapat menyatukan berbagai golongan masyarakat secara konkret dalam
kehidupan sehari-hari.

Secara luas, makna Pancasila sebagai ideologi negara Indonesia adalah visi atau arah dari
penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia.

Visi tersebut, yakni terwujudnya kehidupan yang menjunjung tinggi ketuhanan, nilai
kemanusiaan, kesadaran akan kesatuan, berkerakyatan, serta nilai keadilan, sebagaimana
termuat dalam Pancasila.

Pancasila sendiri memiliki beberapa kedudukan dalam kehidupan bernegara masyarakat


Indonesia, yaitu:

1. Sebagai jiwa bangsa Indonesia


2. Sebagai ciri dari pribadi bangsa Indonesia
3. Sebagai pedoman hidup bangsa Indonesia
4. Sebagai dasar negara
5. Sebagai sumber dari dari segala hukum
6. Sebagai perjanjian yang luhur ketika negara Indonesia didirikan
7. Sebagai tujuan atau cita-cita bangsa

Kedudukan ini jelas menyatakan bahwa Pancasila merupakan pedoman bagi masyarakat
Indonesia dalam menjalankan aktivitas kehidupan bernegara. Oleh sebab itu, dapat dikatakan
bahwa Pancasila adalah petunjuk dalam kehidupan bernegara bagi masyarakat. Layaknya
arah yang tidak pasti dari kapal tanpa kompas, demikian juga negara akan tanpa arah bila
tidak ada Pancasila.

Selain itu, Pancasila juga memiliki nilai sejarah karena proses pembentukannya sebagai hasil
dari perjanjian para wakil golongan ketika mendirikan negara Indonesia. Berdasarkan
kedudukan dan fungsinya yang ternyata begitu penting, maka Pancasila harus dapat dijaga
keluhurannya oleh setiap warga negara.

3
C. Pancasila menurut Al Qur'an

Setelah kita mengetahui makna dan kedudukan Pancasila sebagai ideologi negara Indonesia,
maka yang menjadi pertanyaan bagi sebagian umat islam, khususnya kalangan pelajar
muslim adalah apakah Pancasila tidak bertentangan dengan ajaran islam atau bahkan sesuai
dengan ajaran islam ?

Berdasarkan hasil penelitian Enik Muniroh dalam skripsi S-1 nya yang berjudul "Nilai-Nilai
Pancasila Dalam Al-Qur'an (Analisis Penafsiran M. Quraish Shihab Dalam Tafsir Al-
Mishbah", menunjukkan bahwa nilai-nilai yang terdapat Pancasila mempunyai korelasi
dengan ayat-ayat Al-Qur'an. Berikut akan kami sebutkan nilai-nilai apa saja dalam Pancasila
yang sesuai dan berkorelasi dengan Al-Qur'an.

1. Pada Sila Pertama, terdapat empat nilai yaitu :

Pertama, keyakinan tentang Tuhan berkorelasi dengan ayat Al-Qur'an surah Ar-
Rum:[30] 30, dan Al-A'raf[7]:172, kedua dengan kerukunan antar pemeluk agama,
berkorelasi dengan Al-Qur'an surah An'am[6]:108, ketiga, rasa aman antar pemeluk agama,
berkorelasi dengan ayat Al-qur'an surah Al-Kafirun[109]:6, keempat, perlindungan negara
antar pemeluk agama, berkorelasi dengan ayat Al-qur'an surah Al-Baqarah {2}:526 dan Al-
Hajj[22]:40.

2. Pada sila kedua terdapat dua nilai yaitu :

Pertama kesadaran tentang kemanusaan, berkorelasi dengan ayat Al-Qur'an surah Al-
Hijr[15]:28-29 dan At-Tin[95]:4, kedua, persaudaraan sesama manusia (ukhwah insaniah),
berkorelasi dengan ayat Al-Qur'an surah Al-Hujarat [49]:13.

3. Sila ketiga, terdapat 3 nilai yaitu :

Pertama, persatuan dalam bingkai kebangsaan, berkorelasi dengan ayat Al-Qur'an


surah Al-Anbiya[21]:92, kedua, pengakuan terhadap kebangsaan, berkorelasi dengan ayat Al-
Qur'an pada surah Ar-Rym[30]:22 dan Al-Hujarat[49]:13, ketiga, berpadunya keberagaman
dengan cinta tanah air, berkorelasi dengan ayat Al-Qur'an pada surah Al-Muntahanah[60]:8-
9.

4. Sila keempat, terdapat empat nilai yakni


pertama hak untuk memperoleh persamaan dan keadilan, berkorelasi dengan ayat Al-
Qur'an surah An-Nisa[4]:58, kedua, masyarakat dengan nurani, berkorelasi dengan surah Ali
Imran [3]:159, ketiga kesepakatan dan pertanggung jawaban dalam musyawarah, berkorelasi
dengan ayat Al-qur'an surah Ali Imran [3]:159, keempat, kewenangan dalam
permusyawaratan, berkorelasi dengan ayat Al-qur'an surah An-Nisa[4]:59.

5. Sila kelima, terdapat tiga nilai yakni


pertama, kesejahteraan sosial berkorelasi dengan ayat Al-Qur'an surah
Thaha[20]:117-119, kedua, usaha mengentaskan kemiskinan, berkorelasi dengan surah
Muhammad [47]:36-37, ketiga keseimbangan dalam keadilan berkorelasi dengan ayat Al-
Qur'an pada surah Al-Infithar[82]:6-7.

4
Dari sini jelaslah bahwa nilai -nilai Pancasila tidak bertengan dengan Al-Qur'an bahkan
sesuai, selaras, dan berkorelasi dengan ayat-ayat Al-Qur'an itu sendiri, sebagaimana yang
telah disebutkan di atas.

D. Bantahan-bantahan terhadap paham-paham negatif terkait Pancasila

Belakangan ini muncul paham-paham dan gerakan-gerakan yang mempertanyakan


kembali keabsahan Pancasila sebagai ideologi negara, bahkan mereka mencoba mengganti
ideologi dan bentuk negara yang sudah sah seperti sekarang ini, dengan ideologi dan bentuk
negara yang menurut mereka "islami" dan "syar'i". Karena itu kami ingin mencoba
membantah paham-paham mereka, seperti yang akan kami beberkan di bawah ini.

1. Bantahan terhadap pemahaman bahwasanya umat muslim wajib membuat


sistem pemerintahan berdasarkan khilafah.

Menurut Kamaruddin Khan, sebagaimana dikutip Ainur Rafiq dalam


bukunya Membongkar Proyek Khilafah, dengan sangat meyakinkan menyatakan bahwa
konsep negara sama sekali tidak ada dalam al-Quran. Meskipun term khalifah kerap dijumpai
di dalamnya, namun tak sekalipun digunakan dalam pengertian politik.
Selain itu, Muhammad Imarah, seorang ulama kontemporer berkebangsaan Mesir, dalam
kitabnya al-Islam wa Falsafah al-Hukm menegaskan bahwa term khalifah dan berbagai
derivasinya banyak dijumpai dalam sejumlah ayat al-Quran, seperti yang terekam pada QS.
Shad: 26, QS. Al-Nur: 55, QS. Fathir: 39, QS. Al-A’raf: 129, dan QS. Al-An’am: 133.
Namun menurut Muhammad Imarah, kata khalifah yang terekam pada ayat ini sama sekali
tidak mengandung konotasi politik sebagaimana pada masa belakangan, dalam artian ayat-
ayat di atas tak sekalipun mengandung konotasi politik sebagai penguasa atau kepala negara
dalam sistem pemerintahan khilafah Islamiyah.
Namun demikian, penting dikemukakan di sini bahwa ketiadaan konsep negara dalam al-
Quran, baik dalam bentuk khilafah Islamiyah dan lain sebagainya, tidak serta merta menafikan
komprehensifitas ajaran Islam. Sebagaimana ditegaskan Nahdlatul Ulama (NU), bahwa
sebagai agama yang komprehensif (din syamil), Islam tidak mungkin melewatkan masalah
negara dan pemerintahan dari agenda pembahasannya. Kendati tidak dalam konsep yang utuh,
Islam telah memberikan prinsip-prinsip dasar (al-Mabadi al-Asasiyah) yang dapat menjadi
panduan bagi umatnya dalam bernegara.
Hal ini senada dengan pendapat sejumlah kalangan, bahwa dalam konteks bernegara, Islam
hanya menyajikan nilai-nilai universal semisal adil (al-adalah), musyawarah (al-Syura),
amanah (al-amanah) dan lain sebagainya tanpa menentukan sistem atau model pemerintahan
tertentu. Berdasarkan pemaparan di atas, dapat dikatakan bahwa pemahaman akan wajibnya
membuat sistem pemerintahan beradasarkan khilafah islamiyyah adalah pemahan yang tidak
memiliki dasar teologis yang kuat dalam Al-Qur'an.

5
2. Bantahan terhadap pemahaham bahwasanya umat islam wajib berhukum
dengan hukum Allah, dan barangsiapa yang tidak berhukum dengan hukum
Allah maka dihukumi kafir.

Pemahaman seperti ini berdasar pada QS. Al-Maidah: 44, tidak ada yang salah dari
ayatnya memang, yang salah adalah pemahan mereka. Pemahaman seperti ini tidak jauh
berbeda dengan kelompok Khawarij di zaman sahabat, yang menghukumi Sayyidina Ali
sebagai kafir dan halal dibunuh. Hal ini dikarenakan Beliau memutuskan hukum berdasarkan
musyawarah yang merupakan produk manusia, tidak berdasarkan nash Al-Qur'an. Kelompok
ini mungkin lupa atau bahkan mungkin tidak tau bahwa musyawarah juga diperintah secara
eksplisit di dalam Al-Qur'an, tepatnya di QS. Asy-Syura : 34.
Mereka yang berpandangan seperti ini mungkin tidak sadar bahwa makna "hukum
Allah" sebagaimana diungkap pada QS. Al-Maidah : 44 itu masih luas dan tidak sempit seperti
apa yang mereka pahami.
Perlu kami tegaskan bahwasanya sistem atau bentuk pemerintahan bukanlah tujuan
(Ghayah) melainkan sebatas perantara (Washilah) untuk mencapai tujuan yang sebenarnya
yakni kesejahteraan dan kemaslahatan umat. Maka yang diwajibkan oleh islam adalah
mencipatakan kesejahteraan dan kemaslahatan umat, bukan konsep dan bentuk
pemerintahannya.
Islam banyak berbicara soal negara dan pemerintahan secara makro dan universal,
sebagaimana tercermin dalam prinsip-prinsip umum tentang asy-syura (permusyawaratan), al-
‘adalah (keadilan), al-musawah (persamaan), dan al-hurriyyah (kebebasan). Oleh karena itu,
teknis penyelenggaraan negara diserahkan kepada umat dengan tetap mengacu pada dalil-dalil
universal ajaran agama dan prinsip maqashid asy-syari’ah. Dengan demikian, landasan teologis
dalam penyelenggaraan negara berupa seruan moral untuk mengapresiasi kemaslahatan dan
kepentingan masyarakat. Wallahu A'lam.

6
BAB III
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
Setelah kita menjelaskan panjang lebar mengenai Pancasila, maka bis akita simpulkan
bahwa Pancasila adalah identitas bangsa Indonesia, sebagai ciri dan pribadi yang melekat
pada setiap jiwa bangsa Indonesia, sebagai pedoman hidup bangsa Indonesia sebagai dasar
negara, sebagai sumber dari segala hukum, sebagai perjanjian yang luhur Ketika negara
Indonesia didirikan, sebagai tujuan atau cita-cita bangsa merupakan pedoman bagi masyrakat
Indonesia dalam menjalankan aktivitas kehidupan bernegara.
Oleh sebab itu dapat dikatakan bahwa Pancasila adalah petunjuk dalam kehidupan
bernegara bagi masyarakat. Layaknya arah yang tidak pasti dari kapal tanpa kompas,
demikian juga negara akan tanpa arah bila tidak ada Pancasila. Dan yang pasti nilai nilai
Pancasila sama sekali tidak bertentangan dengan ajran islam, bahkan selaras dan tegak lurus
dengan prinsip-prinsip dan nilai-nilai islam.

B. Saran
Kita sebagai bangsa Indonesia dan sebagai umat islam yang telah mengetahui
keselarasan dengan prinsip-prinsip islam, tidak ada lagi alas an untuk menentang dasar
negara kita sendiri yakni, Pancasila. Mari kita bergandengan tangan Bersama membangun
negeri berpijak pada Pancasila. Semoga negeri ini menjadi negeri yang baldatun toyyibatun
wa robbun ghofur. Wallahu A’lam.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.liputan6.com/hot/read/5307014/mengenal-pengertian-ideologi-dalam-negara-
macam-dan-karakteristiknya

https://bincangsyariah.com/kolom/mengkaji-dalil-penegakan-khilafah-dalam-alquran/

https://nu.or.id/opini/tidak-ada-istilah-khilafah-dalam-al-quran-o8Yjd

https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6361772/hakikat-ideologi-definisi-fungsi-
beserta-macam-macamnya

http://repository.iiq.ac.id/handle/123456789/680

Pemikiran KH Afifuddin Muhajir Tentang Fikih Tata Negara

Anda mungkin juga menyukai