Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

FILSASAT PANCASILA

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Pancasila Kewarganegaraan
Dosen Pengampu Wildan Baihaqi, M.Ag.

Disusun Oleh :

Ahmad Iskandar (1192020012)

Akhmad Sutiadi Ukas (1192020018)

Amelia Lestari (1192020028)

Ameliawati Rahayu (1192020029)

Kelas : PAI 2 A

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI

BANDUNG

2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak
akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita
nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu
berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
khususnya kepada bapak Wildan Baihaqi, M.Ag. selaku dosen Mata Kuliah Pancasila dan
Kewarganegaraan yang telah memberikan tugas ini.dengan judul “Filsafat Pancasila”.

Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami mengharapkan kritik serta
saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah
yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini kami
mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Garut, 26 Maret 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................2
C. Tujuan............................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................3
A. Pengertian Filsafat........................................................................................................3
B. Rumusan Kesatuan Sila-Sila Pancasila sebagai Suatu Sistem..................................4
1. Susunan Kessatuan Sila-Sila Pancasila yang Bersifat Organis.............................4
2. Susunan Pancasila yang Bersifat Hirarkhis dan Berbentuk Piramdal................5
C. Rumusan Hubungan Kesatuan Sila-Sila Pancasila yang Saling Mengisi dan
Saling Mengkualifikasi.........................................................................................................6
D. Pancasila sebagai Nilai Dasar Fundamental bagi Bangsa dan NKRI......................7
1. Dasar Filosofi.............................................................................................................7
2. Nilai-nilai Pancasila sebagai Nilai Fundamental Negara.......................................8
E. Inti Isi Sila-Sila Pancasila...........................................................................................12
BAB III PENUTUP................................................................................................................15
A. Kesimpulan..................................................................................................................15
B. Saran.............................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................16

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai falsafah negara, tentu Pancasila ada yang merumuskannya. Pancasila
memang merupakan karunia terbesar dari Allah SWT dan ternyata merupakan light-
star bagi segenap bangsa Indonesia di masa-masa selanjutnya, baik sebagai pedoman
dalam memperjuangkan kemerdekaan, juga sebagai alat pemersatu dalam hidup
kerukunan berbangsa, serta sebagai pandangan hidup untuk kehidupan manusia
Indonesia sehari-hari, dan yang jelas tadi telah diungkapkan sebagai dasar serta
falsafah negara Republik Indonesia.

Pancasila telah ada dalam segala bentuk kehidupan rakyat Indonesia,


terkecuali bagi mereka yang tidak Pancasilais.Pancasila lahir 1 Juni 1945, ditetapkan
pada 18 Agustus 1945 bersama-sama dengan UUD 1945.Bunyi dan ucapan Pancasila
yang benar berdasarkan Inpres Nomor 12 tahun 1968 adalah satu, Ketuhanan Yang
Maha Esa.Dua, Kemanusiaan yang adil dan beradab. Tiga, Persatuan Indonesia.
Empat, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan.Dan kelima, Keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.

Sejarah Indonesia telah mencatat bahwa di antara tokoh perumus Pancasila itu
ialah, Mr Mohammad Yamin, Prof Mr Soepomo, dan Ir Soekarno. Dapat
dikemukakan mengapa Pancasila itu sakti dan selalu dapat bertahan dari guncangan
kisruh politik di negara ini, yaitu pertama ialah karena secara intrinsik dalam
Pancasila itu mengandung toleransi, dan siapa yang menantang Pancasila berarti dia
menentang toleransi.

Kedua, Pancasila merupakan wadah yang cukup fleksibel, yang dapat


mencakup faham-faham positif yang dianut oleh bangsa Indonesia, dan faham lain
yang positif tersebut mempunyai keleluasaan yang cukup untuk memperkembangkan
diri. Yang ketiga, karena sila-sila dari Pancasila itu terdiri dari nilai-nilai dan norma-
norma yang positif sesuai dengan pandangan hidup bangsa Indonesia, dan nilai serta
norma yang bertentangan, pasti akan ditolak oleh Pancasila, misalnya Atheisme dan

1
segala bentuk kekafiran tak beragama akan ditolak oleh bangsa Indonesia yang
bertuhan dan ber-agama.

Diktatorisme juga ditolak, karena bangsa Indonesia berprikemanusiaan dan


berusaha untuk berbudi luhur. Kelonialisme juga ditolak oleh bangsa Indonesia yang
cinta akan kemerdekaan. Sebab yang keempat adalah, karena bangsa Indonesia yang
sejati sangat cinta kepada Pancasila, yakin bahwa Pancasila itu benar dan tidak
bertentangan dengan keyakinan serta agamanya.

Dengan demikian bahwa falsafah Pancasila sebagai dasar falsafah negara


Indonesia yang harus diketahui oleh seluruh warga negara Indonesia agar
menghormati, menghargai, menjaga dan menjalankan apa-apa yang telah dilakukan
oleh para pahlawan khususnya pahlawan proklamasi yang telah berjuang untuk
kemerdekaan negara Indonesia ini. Sehingga baik golongan muda maupun tua tetap
meyakini Pancasila sebagai dasar negara Indonesia tanpa adanya keraguan guna
memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa dan negara Indonesia.

B. Rumusan Masalah
1. Apa arti dari Filsafat Pancasila?
2. Bagaimana rumusan Kesatuan Sila-Sila Pancasila sebagai suatu sistem ?
3. Bagaiman rumusan hubungan Kesatuan Sila-Sila Pancasila yang saling mengisi
dan saling mengkualifikasi ?
4. Bagaimana Pancasila sebagai nilai dasar fundamental bagi bangsa dan NKRI ?
5. Apa inti isi Sila-Sila Pancasila ?

C. Tujuan
1. Mengetahui arti Filsafat Pancasila
2. Mengetahui rumusan Kesatuan Sila-Sila Pancasila sebagai suatu sistem
3. Mengetahui rumusan hubungan Kesatuan Sila-Sila Pancasila yang saling mengisi
dan saling mengkualifikasi
4. Mengetahui Pancasila sebagai nilai dasar fundamental bagi bangsa dan NKRI
5. Mengamalkan inti isi Sila-Sila Pancasila

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Filsafat
Secara etimologis filsafat berasal dari bahasa yunani yakni, “philein” yang
artinya “cinta” dan “sophos” yang artinya “hikmah” , “kebijaksanaan” atau “wisdom”.
Jadi secara harfiah istilah “filsafat” mengandung makna cinta kebijaksanaan. Dan
nampaknya hal ini sesuai dengan sejarah timbulnya ilmu pengetahuan, yang
sebelumnya dibawah naungan filsafat. Namun demikian jika kita membahas
pengertian filsafat dalam hubungannya dengan lingkup bahasannya maka mencakup
banyak bidang bahasan antara lain tentang manusia, alam, penegtahuan, etika, logika
dan lain sebagainya. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan mak muncul
pula filsafat yang berkaitan dengan bidang-bidang ilmu terntentu antara lain filsafat
politik, sosial, hukum, bahasa, ilmu pengetahuan, agama, dan bidang-bidang ilmu
lainnya.1

Keseluruhan arti filsafat yang meliputi berbagai masalah tersebut dapat


dikelompokkan menjadi dua macam sebagai berikut2.

Pertama,

 Filsafat sebagai produk yang mencakup pengertian atau pemahaman dan


pemaknaan.
 Filsafat sebagai jenis pengetahuan, lmu, konsep, pemikiran-pemikiran dari para
filsuf pada zaman dahulu yang lazimnya merupakan suatu aliran atau sistem
fisafat tertentu. Misalnya rasionalisme,materialism, paragmatisme, dan lain
sebagainya.
 Filsafat sebagai suatu jenis problem yang dihadapi oleh manusia sabagai hasil
suatu jenis problem yang dihadapi oleh manusia sebagai hasil dari aktifitas
berfilsafat. Jadi manusia mencari suatu kebenaran yang timbul dari persoalan yang
bersumber pada akal manusia.

1
Harun Nasution, filsafat dan mistisisme dalam islam, bulan bintan,Jakarta, 1973. Hal. 4.
2
Asep Sulaiman, Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan, Bandung, 2018, Hal. 31
3
Kedua, Filsafat sebagai suatu proses, yang dalam hal ini filsafat diartikan dalam
bentuk suatu aktifitas berfilsafat. Dalam proses pemecahan suatu permasalahan
dengan menggunakan suatu cara dan metode tertentu yang sesuai dengan objeknya.
Dalam pengertian ini filsafat merupakan suatu sistem pengetahuan yang bersifat
dinamis. Filsafat dalam pengertian ini tidak lagi hanya merupakan suatu kumpulan
dogma yang hanya diyakini ditekuni dan dipahami sebagai suatu nilai tertentu tetap
lebih merupakan suatu aktivitas berfilsafat, suatu proses yang dinamis dengan
menggunakan suatu metode tersendiri.
Adapun cabang-cabang filsafat yang pokok adalah sebagai berikut3 :
1. Metafisika, yang membahas tentang hal-hal yang bereksistensi dibalik fisis. Yang
meliputi bidang-bidang, ontologi, kosmologi, dan antropologi.
2. Epistenologi, yang berkaitan dengan persoalan hakikat pengetahuan .
3. Metodologi, yang berkaitan dengan persoalan hakikat metode dalam ilmu
pengetahuan.
4. Logika, yang berkaitan dengan persoalan filsafat berfikir, yaitu rumus-rumus dan
dalil-dalil berfikir yang benar.
5. Etika, yang berkaitan dengan moralitas, tingkah laku manusia.
6. Estetika, yang berkaitan dengan persoalan hakikat filsafat.

B. Rumusan Kesatuan Sila-Sila Pancasila sebagai Suatu Sistem


1. Susunan Kesatuan Sila-Sila Pancasila yang Bersifat Organis
Isi sila-sila pancasila pada hakikatnya merupakan suatu kesatuan. Dasar
filsafat negara terdiri atas lima sila yang masing-masing merupakan suatu asas
peradaban. Namun demikian sila-sila pancasila itu merupakan suatu kesatuan dan
keutuhan yaitu setiap sila merupakan unsur (bagian yang mutlak) dari pancasila.
Maka pancasila merupakan suatu kesatuan yang majemuk tunggal.
Konsekuensinya setiap sila tidak dapat berdiri sendiri-sendiri terlepas dari sila-sila
lainnya serta diantara sila satu dan lainnya tidak saling bertentangan.

Kesatuan sila-sila pancasila yang bersifat organis tersebut pada hakikatnya


secara filosofis bersumber pada hakikat dasar ontologis manusia sebagai
pendukung dari inti, isi dari sila-sila pancasila yaitu hakikat manusia
‘monopularis’ yang memiliki unsure-unsur, susunan kodrat jasmani rokhani. ‘sifat
kodrat’ individu makhluk sosial, dan ‘kedudukan kodrat’ sebagai pribadi sendiri

3
Kaelan, Pendidikan Pancasila, Paradigma, Yogyakarta, 2010, Hal. 57
4
mahluk tuhan yang maha esa. Unsur-unsur hakikat manusia tersebut merupakan
suatu kesatuan yang bersifat organis dan harmonis. Setiap unsur memiliki fungsi
namun saling berhubungan. Oleh karena sila-sila pancasila merupakan penjemaan
hakikat manusia ‘Monopluralis’ yang merupakan kesatuan organism aka sila-sila
pancasila juga memiliki kesatuan yang bersifat organis pula.

2. Susunan Pancasila yang Bersifat Hirarkhis dan Berbentuk Piramdal


Susunan pancasila adalah hirarkhis dan berbentuk pyramidal. Pengertian
matematis piramidal digunakan untuk menggambarkan hubungan hirarki sila-sila
pancasila dalam urut-urutan luas (kwantitas) dan juga dalam hal isi sifatnya
(kwalitas). Kalau dilihat dari intinya urut-urutan lima sila menunjukan suatu
rangkaian tingkat dalam luasnya dan isi sifatnya merupakan pengkhususan dari
sila-sila di mukanya.

Berdasarkan sila-sila yang terkandung dalam sila-sila pancasiladan


pancasila sebagai dasar filsafat negara. Maka segala hal yang berkaitan dengan
sifat dan hakikat negar harus sesuai dengan landasan sila-sila pancasila. Hal itu
berarti hakkat dan inti sila-sila pancasila adalah sebagai berikut : sila pertama,
Ketuhanan adalah sifat-sifat dan keadaan negara harus sesuai dengan hakkat
tuhan. Sila kedua, Kemanusiaan adalah sifat-sifat dan keadaan negara yang harus
sesuai dengan hakikat manusia. Sila ketiga, persatuan adalah sifat-sifat dan
keadaan negara harus sesuai dengan hakikat satu. Sila keempat, Kerakyatan sifat-
sifat dan keadaan negara yang harus sesuai dengan hakikat rakyat. Sila kelima,
Keadilan adalah sifat-sifat dan keadaan negara yang harus sesuai dengan hakikat
adil.4

Rumusan Pancasila Yang Bersifat Hirarkhis Dan Berbentuk Piramidal


a. Sila Pertama : ketuhanan yang maha esa adalah meliputi dan menjiwai sila-sila
kemanusiaan yang adil dan beradab persatuan Indonesia.
b. Sila Kedua : Kemanusiaan yang adil dan beradab adalah diliputi dan dijiwai
oleh sila ketuhanan yang maha esa, meliputi dan menjiwai sila persatuan
Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, serta keadilan sosial bagi seluruh rakayat
Indonesia.

4
Notonagoro,Pancasila Secara Ilmiah Populer ,Pantjuran Tujuh,Jakarta,1975, Hal.50.
5
c. Sila ketiga : Persatuan Indonesia adalah diliputi dan dijiwai oleh sila
ketuhanan yang maha esa. Kemanusiaan yang adil dan beradab, meliputi dan
menjiwai sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kenijaksanaan dalam
permusyawaratan/ perwakilan serta keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.
d. Sila Keempat : Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan adalah diliputi dan dan dijiwai oleh sila-sila
ketuhanan yang maha esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan
Indonesia, serta meluputi dan menjiwa sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.
e. Sila Kelima : keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia adalah diliputi dan
dijiwai oleh sila-sila ketuhanan yang maha esa, kemanusiaan yang adil dan
beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan /perwakilan serta keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.

C. Rumusan Hubungan Kesatuan Sila-Sila Pancasila yang Saling Mengisi dan


Saling Mengkualifikasi
Kesatuan sila-sila pancasila yang “majemuk Tunggal” Hirarkies Piramidal juga
memiliki sifat saling mengisi dan saling mengkualifikasi. Hal ini dimaksudkan bahwa
dalam setiap sila senantiasa dikualifikasi oleh kempat sila lainnya. Adapun rumusan
kesatuan sila-sila pancasila yang saling mengisi dan saling mengkualifikasi tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa, adalah berkemanusiaan yang adil dan beradab,
persatuan Indonesia, berkerakyatan yang dipimpin oleh himat kebijaksanaan
dalam permusywaratan/perwakilan dan berkeadilan sosial begi seluruh rakyat
Indonesia.
2. Sila Kemanusiaan Yang adil Dan Beradab, adalah berketuhanan yang maha esa,
berpersatuan Indonesia, berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan perwakilan dan berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.
3. Sila Persatuan Indonesia, adalah berketuhanan yang maha esa, berkemanusiaan
yang adil dan beradab, berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan perwakilan dan berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia
6
4. Sila Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam
Permusyawaratan Perwakilan, adalah berketuhanan yang maha esa ,
berkemanusiaan yang adil dan beradab, berpersatuan Indonesia dan berkeadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
5. Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia, adalah berketuhanan yang
maha esa, berkemanusiaan yang adil dan beradab, berpersatuan Indonesia, dan
berkerakyatan yang dipimpin oleh himat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan.5

D. Pancasila sebagai Nilai Dasar Fundamental bagi Bangsa dan NKRI


1. Dasar Filosofi
Pancasila sebagai filsafat negara serta sebagai filsafat hidup bangsa pada
hakikatnya merupakan suatu nilai-nilai yang bersifat sistematis, fundamental, dan
menyeluruh. Dasar pemikiran filososfis yang terkandung dalam setiap sila
dijelaskan sebagai berikut. Pancasila sebagai filsafat bangsa dan negara Republik
Indonesia, mengandung makna bahwa dalam setiap aspek kehidupan kebangsaan,
kemasyarakatan, dan kebangsaan harus berdasarkan nilai-nilai ketuhanan,
kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan. Pemikiran filsafat kenegaraan
bertolak dari suatu pandanganbahwa negara merupakan suatu persekutuan hidup
manusia atau organisasi kemasyarakatan yang merupakan masyarakat hukum
(legal society). Selain itu secara kausalitas bahwa nilai-nilai Pancasila adalah
bersifat objektif dan subjektif. Artinya esensi nilai-nilai Pancasila adalah universal
yaitu keutuhan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan. Sehingga ada
kemungkinan dapat diterrapkan pada negara lain walaupun barangkali namanya
bukan Pancasila. Artinya jika suatu negara menggunakan prinsip filosofi bahwa
negara berdasar atas ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan
keadilan, maka negaara tersebut pada hakikatnya menggunakan dasar filsafat dari
sila-sila Pancasila

Nilai-nilai Pancasila yang bersifat objektif dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Rumusan dari sila-sila Pancasila itu sendiri sebenarnya hakikat maknanya


menunjukkan adanya sifat-sifat yang umum, universal, dan abstrak karena
merupakan suatu nilai

5
Notonagoro,Pancasila Secara Ilmiah Populer ,Pantjuran Tujuh,Jakarta,1975, Hal 43-44
7
b. Inti dari nilai-nilai Pancasila akan tetap ada sepanjang masa dalam kehidupan
bangsa Indonesia baik dalam adat kebiasaan, kenegaraan, maupun keagamaan.

Pancasila yang terkandung dalam pembukaan UUD 1945, menurut ilmu


hukum memenuhi syarat sebagai pokok fundamental negara, sehingga merupakan
suatu sumber hukum positif di Indonesia. Oleh karena itu dalam hierarki suatu
tertib hukum Indonesia berkedudukan sebagai tertib hukum yang tertinggi. Maka
secara objektif tidak dapat diubah secara hukum sehingga terlekat pada
kelangsungan hidup negara. Sebagai konsekuensinya, jikalau nilai-nilai Pancasila
yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 itu diubah maka sama halnya
dengan pembubaran negara proklamasi 1945, hal ini sebagaimana terkandung
dalam Tap MPRS No XX/MPRS/1966

Sebaliknya , nilai-nilai subjektif Pancasila dapat diartikan bahwa


keberadaan nilai-nilai Pancasila itu bergantung pada bangsa Indonesia sendiri.
Pengertiannya dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Nilai-nilai Pancasila timbul dari bangsa Indonesia sehingga bangsa Indonesia


sebagai kausa materialis. Nilai-nilai tersebut sebagai hasil pemikiran,
penilaian kritis, serta hasil refleksi filosofis bangsa Indonesia.
b. Nilai-nilai Pancasila merupakan filsafat (pandangan hidup) bangsa Indonesia
sehingga merupakan jati diri bangsa, yang diyakini sebagai sumber nilai atas
kebenaran, kebaikan, keadilan, dan kebijaksanaan dalam hidup bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.
c. Nilai-nilai Pancasila di dalamnya terkandung ketujuh nilai-nilai kerokhanian
yaitu nilai kebenaran, keadilan, kebaikan, kebijaksanaan, etis estetis, dan nilai
religius yang manifestasinya sesuai dengan hati nurani bangsa Indonesia
karena bersumber pada kepribadian bangsa.

2. Nilai-nilai Pancasila sebagai Nilai Fundamental Negara


Nilai-nilai Pancasila sebagai dasar filsafat negara Indonesia pada
hakikatnya merupakan suatu sumber dari segala sumber hukum dalam negara
Indonesia. Nilai- nilai Pancasila terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 secara
yuridis memiliki kedudukan sebagai Pokok Kaidah negara yang Fundamental.
Adapun Pembukaan UUD 1945 mengandung empat pokok pikiran yang jika

8
dianalisis makna yang terkandung di dalamnya merupakan penjabaran dari nilai-
nilai Pancasila. Berikut adalah penjabarannya:
a. Pokok pikiran pertama menyatakan bahwa negara Indonesia adalah negara
persatuan, yaitu negara yang melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah
darah Indonesia, mengatasi segala paham golongan maupun perseorangan.
Hal ini merupakan penjabaran sila ketiga.
b. Pokok pikiran kedua menyatakan bahwa negara hendak mewujudkan suatu
keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia. Dalam hal ini negara
berkewajiban mewujudkan kesejahteraan umum bagi seluruh warga negara,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia
berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan social. Pokok pikiran ini
merupakan penjabaran dari sila kelima.
c. Pokok pikiran keempat menyatakan bahwa negara berdasarkan atas
ketuhanan yang maha esa menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
Ketuhanan yang maha esa serta kemanusiaan yang adil dan beradab ini,
merupakn sumber moral dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Hal ini
mengandung arti bahwa negara Indonesia menjunjung tinggi keberadaban
semua agama dalam pergaulan hidup negara. Hal ini merupakan penjabaran
sila pertama dan kedua.
d. Pokok pikiran keempat menyatakan bahwa negara berdasarkan atas
ketuhanan yang maha esa menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
Ketuhanan yang maha esa serta kemanusiaan yang adil dan beradab ini,
merupakn sumber moral dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Hal ini
mengandung arti bahwa negara Indonesia menjunjung tinggi keberadaban
semua agama dalam pergaulan hidup negara. Hal ini merupakan penjabaran
sila pertama dan kedua
e. Inti Isi Sila-Sila Pancasila Sebagai suatu sistem filsafat, Pancasila tentunya
merupakan sistem nilai. Sila-sila dalam Pancasila memiliki arti yang berbeda
akan tetapi mereka semua merupakan suatu kesatuan yang sistematis.

Adapun penjabaran berikut akan menjelaskan mengenai nilai-nilai yang


terkandung dalam setia sila, dimana tiap sila tersebut tidak akan terlepas
kaitannya dengan sila lainnya.

9
a. Sila Ketuhanan yang Maha Esa (nilai ke-Tuhanan). Sila Ketuhanan yang
Maha Esa memiliki nilai yang menjiwai dan mendasari keempat sila lainnya.
Dalam sila ini terkandung nilai bahwa suatu negara tidak akan dapat berdiri
tanpa kuasa Tuhan yang Maha Esa, sehingga setiap kegiatan yang terjadi di
dalam negara haruslah dijiwai oleh nilai-nilai Ketuhan yang Maha Esa. Nilai
Ketuhanan itu sendiri memiliki arti bahwa bangsa Indonesia bukanlah bangsa
yang atheis melainkan percaya adanya Tuhan atau religius. Nilai ke- Tuhanan
juga diartikan kemerdekaan untuk memeluk agama yang tidak dipaksakan
dan tidak diskriminatif antar umat. Sehingga sila Ketuhanan yang Maha Esa
bukanlah untuk menetapkan bahwa negara Indonesia merupakan negara
agama melainkan negara yang beragama.
b. Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab (nilai keamanusiaan) Secara
sistematis sila kemanusiaan yang adil dan beradab didasar dan dijiwai oleh
sila Ketuhanan yang Maha Esa; lagi menjiwai dan mendasari ketiga sila
berikutnya. Nilai kemanusiaan berdasar pada filosofis antropologis bahwa
hakikat manusia adalah susunan kodrat rokhani (jiwa) dan raga; juga manusia
sebagai makhluk individu, makhluk sosial, dan makhluk ciptaan Tuhan yang
Maha Esa. Nilai kemanusiaan mengandung arti bahwa kesadaran sikap dan
perilaku setiap bangsa Indonesia harus sesuai dengan nilai-nilai moral dalam
hidup bersama atas tuntutan hati nurani. Manusia perlu diperlakukan sesuai
dengan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan yang sama
derajatnya, sama kewajiban dan hak asasinya.
c. Sila Persatuan Indonesia (nilai persatuan) Sila persatuan Indonesia didasari
dan dijiwai oleh sila satu dan dua serta mendasari dan menjiwai kedua sila
berikutnya. Dalam sila ini terkandung nilai bahwa negara adalah penjelmaan
sifat kodrat manusia yang monodualis yaitu sebagai mahluk individu dan juga
sebagai makhluk sosial. Negara merupakan persekutuan dari sejumlah
manusia-manusia yang hidup bersama terlepas dari adanya perbedaan-
perbedaan seperti ras, suku, agama, dan lainnya. Oleh karenanya, perbedaan
merupakan ciri khas kodrat suatu negara. Konsekuensinya, negara adalah
rakyat yang beraneka ragam namum satu (Bhinneka Tunggal Ika). Perbedaan
ada bukan untuk memunculkan maupun meruncingkan konflik, melainkan
untuk suatu persatuan yang beragam. Nilai persatuan pada sila ini dapat
bermakna usaha keras bersatu dalam kebulatan rakyat untuk membina rasa
10
nasionalisme NKRI, serta mengakui dan menghargai keanekaragaman yang
dimiliki bangsa Indonesia tanpa mempersoalkannya sebab pada hakikatnya
semua manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang
harus diperlakukan sesuai dengan kodratnya.
d. Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Khidmat, Kebijaksanaan, dalam
Permusyawaratan/Perwakilan (nilai kerakyatan) Nilai yang terkandung dalam
sila ke-4 didasari dan dijiwai oleh keempat sila sebelumnya dan sila ke-4
mendasari serta menjiwai sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Hakikat rakyat merupakan sekelompok manusia yang ciptaan Tuhan yang
hidup bersama untuk mencapai suatu tujuan utama bersama, Rakyat
merupakan subjek pendukung pokok negara. Negara adalah dari rakyat, oleh
rakyat, untuk rakyat, sehingga asal muasal kekuatan negara adalah dari
rakyat. Nilai nyata yang terkandung dalam sila ke-4 adalah makna sebuah
pemerintahan yang demokratis; yaitu dari rakyat, oleh rakyat dan untuk
rakyat; dengan cara musyawarah mufakat oleh wakil wakil rakyat. Berdasar
nilai ini maka diakuilah paham demokrasi. Nilai ini sangat penting untuk
dikonkritisasi dalam kehidupan bersama, yaitu kehidupan kenegaraan baik
menyangkut aspek moralitas, kenegaraan, aspek politik, maupun aspek
hukum dan perundang-undangan.
e. Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia (nilai keadilan)
Mengandung makna sebagai dasar sekaligus tujuan rakyat Indonesia
bersama, yakni tercapainya kehidupan masyarakat yang adil dan makmur
(sejahtera). Hal ini secara eksplisit dituangkan dalam pembukaan UUD 1945,
“… negara melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah negara,
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, …”.
Konsekuensi nilai-nilai keadilan yang harus terwujud daam hidup bersama
adalah meliputi:
1) Keadilan distributif Adalah keadilan yang harus dilaksanakan oleh negara
dalam mensejahterahkan rakyatnya. Hal tersebut bisa dilakukan dalam
bentuk subsidi, bantuan serta kesempatan dalam hidup bersama yang
didasarkan hak dan kewajiban.
2) Keadilan legal (keadilan bertaat) Adalah keadilan yang harus
dilaksanakan oleh warga negara terhadap negaranya. Hal ini mengandung
arti bahwa setiap warga negara haruslah mematuhi setiap peraturan dan
11
tata tertib yang berlaku di negaranya, juga harus melaksanakan
kewajibannya dengan ikhlas dan baik.
3) Keadilan komutatif Adalah keadilan yang harus dilaksanakan oleh warga
satu dengan lainnya secara timbal balik. Demikian pula nilai tersebut
menjadi dasar dalam pergaulan antar negara sesama bangsa di dunia dan
prinsip untuk menciptakan kehidupan yang tertib dalam pergaulan bangsa
di dunia dengan berdasarkan pada prinsip kemerdekaan bagi setiap
bangsa, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Nilai-nilai dasar tersebut
sifatnya abstrak dan normatif sehingga belum bisa dioperasionalkan,
sehingga perlu dijabarkan ke dalam nilai instrumental. Artinya, dengan
bersumber terhadap kelima nilai diatas nilai instrumental dapat dijabarkan
ke dalam berbagai peraturan perundangan.

E. Inti Isi Sila-Sila Pancasila


1. Sila keTuhanan Yang Maha Esa

Menjiwai ke Empat Sila Lainnya dan terkandung nilai bahwa Negara yang
didirikan adalah sebagai pengejawantahan tujuan manusia sebagai mahluk Tuhan
Yang Esa ,oleh karena itu segala yang berkaitan dalam pelaksanaan dan
penyelenggaraan Negara bahkan moral Negara, Moral penyelenggara Negara,
kebebasan dan hak warga Negara harus dijiwai nilai-nilai KeTuhanan Yang Maha
Esa
2.  Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab

Sila Kemanusiaan yanhg adil dan beradab secara sistimatis didasari dan


dijiwai oleh Sila KeTuhanan Yang Maha Esa dan menjiwai ke tiga sila lainnya
Terkandung nilai nilai bahwa Negara harus menjunjung tinggi harkat dan martabat
manusia sebagai mahluk yang beradab, oleh karena itu dalam kehidupan
kenegaraan terutama dalam peraturan perundang-undangan Negara harus
mewujudkan tercapainya Tujuan ketinggian harkat dan martabat manusia,
terutama hak-hak kodrat manusia sebagai hak dasar (hak asasi) untuk
mewujudkan nilai kemanusiaan sebagai mahluk yang berbudaya, bermoral dan
beragama.

12
3. Sila Persatuan Indonesia

Dijiwai oleh Sila KeTuhanan dan Kemanusiaan yang adil dan beradab dan
sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijkanaan dalam permusyawaran
perwakilan dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia Terkandung nilai
bahwa Negara adalah sebagai penjelmaan sifat kodrat manusia monodualis yaitu
sebagai mahluk individu dan mahluk sosial, Negara adalah merupakan suatu
persekutuan hidup berdamai diantara elemen elemen yang membentuk Negara
berupa suku, ras, kelompok, golongan maupun kelompok agama, beraneka ragam
tetapi satu Bhineka Tunggal Ika.Perbedaan buk annya untuk diruncingkan menjadi
konflik dan permusuhan melainkan diarahkan pada suatu sintesa yang saling
menguntungkan yaitu persatuan dalam kehidupan bersama untuk untuk
mewujudkan tujuan bersama

4. Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam


Permusyawaratan/ Perwakilan

Menjiwai 4 sila lainnya dan nilai Filosofis yang terkandung didalamnya adalah
bahwa Hakikat Negara adalah sebagai penjelmaaan sifat kodrat manusia sebagai
mahluk individu dan makluk sosial, Hakikat Rakyat adalah sekolmpok manusia
seagai makluk Tuhan Yang Maha Esa yang bersatu yang bertujuan mewujudkan
Harkat dan martabat manusia dalam suatu wilayah, Rakyat adalah subyek
pendukung pokok Negara, Negara asal adalah dari oleh dan untuk rakyat, oleh
karena itu Rakyat adalah merupakan mula kekuasaan Negara, sehingga sila
kerakyatan terkandung nilai Demokrasi yang secara mutlak harus dilaksanakan
dalam hidup Negara adalah :

a. Adanya kebebasan yang harus disertai dengan tanggung jawab baik terhadap
masyarakat bangsa maupun secara moral terhadap Tuhan Yang Maha Esa
b. Menjamin dan menjujung tinggi harkat dan martabat manusia
c. Menjamin dan memperkokoh persatuan dan kesatuan dalam hidup bersama
d. Mengakui atas perbedaan individu, suku, agama karena perbedaan adalah
bawaan kodrat manusia
e. Mengakui adanya persamaan hak yang melekat pada setiap individu

13
f. mengarahkan perbedaan dalam suatu kerjasama kemanusiaan yang beradab
g. Menjunjung tinggi azas musyawarah sebagai moral kemanusiaan yang
beradab
h. Mewujudkan keadilan untuk tujuan Bersama
5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Dalam sila kelima tersebut terkandung nilai keadilan yang harus terwujud dalam
kehidupan bersama (kehidupan sosial). Keadilan tersebut di dasari dan dijiwai
oleh hakikat keadilan kemanusiaan yaitu keadilan dalam hubungan manusia
dengan dirinya sendiri,manusia dengan manusia lain,manusia dengan
masyarakat,bangsa dan negaranya serta hubungan manusia dengan TuhanNya.

Nilai yang harus terwujud dlm hidup bersama adalah :

a. Keadilan Distributive

Suatu hubungan keadilan antara Negara dan warganya dalam artian


pihak negaralah yang wajib memenuhi keadilan dalam bentuk keadilan
membagi dalam hal kesejahtraan ,bantuan subsidi, serta keempatan dalam
hidup bersama yang didasarkan antara hak dan kewajiban.

b. Keadilan Legal

Keadilan bertaat yaitu suatu hubungan keadilan antara warganegara


dengan negara dan dalam masalah ini pihak wargalah yang wajib memenuhi
keadilan dalam bentuk mentaai peraturan perundang undangan yang berlaku

c. Keadilan Komunikatif

Keadilan komunikatif yaitu suatu hubungan keadilan antara warga


satu dengan lainnya secara timbal balik . Nilai nilai keadilan tersebut haruslah
merupakan satu dasar yang harus diwujudkan dalam hidup bersama
kenegaraan untuk mewujudkan tujuan Negara yaitu mewujudkan
kesejahteraan seluruh warganya dan melindunginya serta mencerdaskannya.

14
Demikianpula nilai nilai keadilan tersebut sebagai dasar dalam pergaulan
antara Negara sesama bangsa didunia dan prinsip ingin menciptakan ketertiban hidup
bersama dalam suatu pergaulan antar bangsa didunia dengan berdasarkan suatu
prinsip kemerdekaan bagi setiap bangsa, perdamaian abadi serta keadilan dalam hidup
bersama

15
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa filsafat Pancasila
merupakan hasil pemikiran mendalam dari bangsa Indonesia, yang dianggap, diyakini
sebagai kenyataan nilai dan norma yang paling benar, dan adil untuk melakukan
kegiatan hidup berbangsa dan bernegara di manapun mereka berada. Selain itu,
filsafat Pancasila memiliki beragam fungsi, diantaranya yaitu; sebagai pandangan
hidup bangsa Indonesia, Pancasila sebagai dasar Negara Indonesia, pancasila sebagai
kepribadian bangsa Indonesia, Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum,
dan Pancasila sebagai sistem ideologi nasional.

Berfilsafat adalah berpikir secara mendalam dan sungguh-sungguh. Sedangkan


Pancasila sebagai sistem filsafat adalah suatu kesatuan bagian-bagian yang saling
berhubungan, saling bekerjasama antara sila yang satu dengan sila yang lain untuk
tujuan tertentu dan secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang utuh yang
mempunyai beberapa inti sila, nilai dan landasan yang mendasar.

B. Saran
Warganegara Indonesia merupakan sekumpulan orang yang hidup dan tinggal
di negara Indonesia. Oleh karena itu sebaiknya warga negara Indonesia harus lebih
meyakini atau mempercayai, menghormati, menghargai menjaga, memahami dan
melaksanakan segala hal yang telah dilakukan oleh para pahlawan khususnya dalam
pemahaman bahwa falsafah Pancasila adalah sebagai dasar falsafah negara Indonesia.
Sehingga kekacauan yang sekarang terjadi ini dapat diatasi dan lebih memperkuat
persatuan dan kesatuan bangsa dan negara Indonesia ini.

16
DAFTAR PUSTAKA

Kaelan, 2014. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Paradigma.

Kaelan dan Zubaidi, 2014. Pendidikan Kewiraan untuk Perguruan Tinggi. Yogyakarta:
Paradigma.

Winarno, 2012. Pendidikann Pancasila di Perguruan Tinggi. Surakarta: Yuma Pustaka

Admin, 2015. Pengertian dan Karakteristik Filsafat. 11 Oktober 2015.

Kurniawati, Wiwit. 2013. Filsafat Pancasila. 11 Oktober 2015.

http://thesourthborneo22.blogspot.co.id/2013/01/filsafat-pancasila.html (diakses kamis, 26


Maret 2020 pada jam 14.00)

http://www.pengertianpakar.com/2015/03/pengertian-dan-karakteristik- filsafat.html#
(diakses kamis, 26 Maret 2020 pada jam 21.00)

http://silahkanngintip.blogspot.com/2010/11/inti-isi-sila-sila-pancasila.hrml (diakses kamis,


26 Maret 2020 pada jam 21.00)

17

Anda mungkin juga menyukai