FILSAFAT PENDIDIKAN
Oleh:
Kelompok 2
2022
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT. yang Maha mengabulkan doa orang yang dalam
kesulitan apabila dia berdoa kepada-Nya. Maha memberikan pertolongan kepada hamba yang
sedih apabila dia menyeru-Nya. Pemilik hati yang tak akan hidup melainkan dengan
mengingat-Nya. Segala sesuatu tak akan terjadi kecuali dengan izin-Nya. Kami bersaksi
bahwa tiada ilah yang berhak disembah kecuali Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya. Rabb
alam semesta. Kami pun bersaksi bahwa Muhammad SWA adalah hamba dan rasul-Nya.
Semoga sholawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada beliau beserta keluarga dan para
sahabatnya. Amma ba’du.
Kami bersyukur atas kemudahan yang Allah SWT. berikan sehingga, kami dapat
menyelesaikan makalah mata kuliah Filsafat Pendidikan dengan materi yaitu “Urgensi
Filsafat Pendidikan Pancasila dalam Sistem Pendidikan Nasional”. Makalah ini dibuat
tentunya untuk menyelesaikan tugas dari mata kuliah Filsafat Pendidikan dosen pengampu
Bapak Zelhendri Zen, M.Pd., Ph.. Selain itu makalah ini juga menjadi bahan diskusi dan
pembelajaran bersama.
Kami menghaturkan permohonan maaf kepada Ibu dan seluruh pembaca karena,
kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh
karena itu kami berharap saran dan kritik dari berbagai aspek untuk dijadikan pembelajaran
di masa mendatang. Namun demikian, kami tetap berharap makalah ini dapat bermanfaat dan
memberikan ilmu yang berkah bagi semua pembaca dan tentunya bagi kelompok penulis.
Segala sesuatu yang benar dari makalah ini datangnya dari Allah SWT dan yang salah kami
memohon ampun kepada Allah SWT.
Kelompok 2
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan
mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia dalam rangka upaya mewujudkan
tujuan nasional. Pendidikan itu harus sejalan dengan tujuan pendidikan nasional yakni
mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya,
yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi
pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani,
kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan
kebangsaan. Pancasila sebagai dasar negara Indonesia (ideologi) dan menjadi pedoman
hidup , jiwa dan keperibadian bangsa Indonesia.
Pancasila terkandung di dalamnya suatu pemikiran-pemikiran yang bersifat kritis,
mendasar, rasional, sistematis dan komprehensif, sehingga sistem pemikiran ini
merupakan suatu nilai. Oleh karena itu, Pancasila memberikan dasar-dasar yang bersifat
fundamental dan universal bagi manusia baik dalam hidup bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara. Bila dijabarkan dalam kehidupan yang nyata pada masyarakat, bangsa
maupun negara maka nilai tersebut dijabarkan dalam suatu norma-norma yang jelas,
yaitu norma moral dan norma hukum atau system.
Dalam pemikiran filsafat aksiologi yang mengacu pada persoalan nilai, baik
dalam konteks estetika, moral maupun agama, mengkaji dan menggali hakikat nilai itu.
Maka melalui pendididkan Pancasila peserta didik diharapkan mampu memahami,
menganalisis nilai-nilai Pancasila sebagai sumber acuan dalam menyusun etika
kehidupan berbangsa bagi seluruh rakyat Indonesia dalam mencapai cita-cita dan tujuan
nasionalnya, dan menjawab masalah yang dihadapi secara berkesinambungan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sistematika filsafat pendidikan panacasila?
2. Bagaimana pancasila sebagai sumber dan dasar moral?
3. Bagaimana tujuan pendidikan pancasila?
PEMBAHASAN
2. Epistemologi
Menurut mohammad Noor Syam epistemologi samadengan bidang filsafat
yang menyelidiki sumber, syarat, proses terjadinya ilmu pengetahuan, batas,
validitas dan hakekat ilmu pengetahuan. Termasuk dalam epistemologi disebut juga
teori ilmu pengetahuan.
Epistemologi dapat dianggap sebagai norma ilmu pengetahuan. Jadi,
epistemologi menetapkan apakah suatu cabang ilmu dapat layak/tepat atau
memenuhi syarat atau tidak, untuk dianggap sebgai ilmu pengetahuan atau cabang
ilmu pengetahuan.
Prinsip-prinsip epistemologi pancasila terutama :
a. Pribadi manusia adalah subyek yang secara potensial dan aktif berkesadaran
tahu atas eksistensi diri (subyek), eksistensi dunia (lingkungan, obyek); bahkan
juga sadar dan tahu bila di suatu ruangan dan waktu tidak ada apa-apa (kecuali
ruang dan waktu itu sendiri). Potensi subyek manusia yang lengkap,
memberikan kemampuan jangkauan yang luas, jauh, tinggi dan sempurna.
Potensi-potensi manusia yang utuh itu meliputi: pancaindera, pikir, karsa, rasa,
cipta, karya dan budi nurani.
Kelompok 2 Filsafat Pendidikan 8
b. Proses terbentuknya pengetahuan manusia adalah hasil kerjasama atau produk
hubungan fungsional subyek dengan lingkungannya; jadi potensi dasar dengan
faktor kondisi lingkungan yang memadai akan membentuk pengetahuan.
Terbentuknya melalui proses usaha sadar (aktif), menguasai dan
mendayagunakan serta mengembangkan secara profesional berdasarkan
kesadaran dan tuntutan lingkungan hidup (misalnya; pembangunan). Proses ini
bersifat kontinue dan kumulatif seumur hidup.
c. Sumber pengetahuan sebenarnya adalah alam semesta; baik wujud alam
(realitas) maupun sifat dan hukum yang inherent di dalamnya (hukum alam).
Pengertian manusia atas alam lingkungan hidupnya secara timbal balik dengan
potensi kepribadian manusia, dalam proses kumulatif membentuk sosio budaya
dan kebudayaan ataupun ada peradaban pada umumnya.
d. Proses pembentukan pengetahuan melalui lembaga pendidikan (sekolah formal,
pendidikan pada umumnya) secara teknis edukatif lebih sederhana. Perlu
dijelaskan bahwa komunikasi antar guru-murid terutama berfungsi memperjelas
bahan-bahan informasi dna usaha menyamakan persepsi yang ditangkap dari
berbagai sumber.
e. Pengertahuan manusia, baik jenis maupun tingkatnya dapat dibedakan secara
berjenjag sebagai berikut. (1) tingkat pengetahuan indera, (2) ilmiah, (3)
filosofis, (4) religius. Meskipun jenis dan tingkatan tersebut membedakan
sumber, potensi-potensi yang menangkap masing-masing jenis tingkatan,
namun di dalam pribadi manusia terjadi pengelaman atau kesadaran yang
terpadu sebagai pengetahuan subyek yang bersangkutan.
f. Ilmu pengetahuan baik sebagai perbedaharaan dan prestasi manusia individual
maupun sebagai karya dan budaya umat manusia merupakan pula kualitas dan
derajat atau martabat kepribadian dan kemanusiaa, terutama dalam pengalaman
atau dayagunanya di dalam kehidupan.
g. Kesadaran dan pengetahuan manusia tentang alam semesta raya dan metafisika
adalah dunia pengetahuan ilmiah dan dunia filosofis bahkan religius secara
terpadu. Kesadaran pengetahuan demikian merupakan potensi unik martabat
manusia sekaligus sebagai perwujudan sitesisi kesadaran/pengetahuan yang
komprehensif kumulatif. Hal ini memberikan wawasan bagaimana manusia
memahami kepribadiannya, baik potensi maupun keterbatasannya
Kelompok 2 Filsafat Pendidikan 9
h. Konstruksi pengalaman dan pengetahuan manusia keseluruhan ini yang secara
hierarchies mancakup, merupakan pengetahuan yang lebih daripada hanya
empiris, rasional dan religius saja; melainakn keutuhan kesadaraan yang kaya
(bervariasi jenis, bentuk, sifat, dan tingkatannya).
i. Martabat kepribadian manusia karena sifat dan potensinya yang unik dan
superior, manusia mampu pula secara kreatif dan imaginatif menjangkau
sesuatu yang metafisi jauh dibalik realitas lingkungan alam dan kehidupan.
Subjek manusia dengan potensi kepribadian mampu memiliki dan
mendayagunakan wawasan waktu, dan wawasan ruang yang tidak terbatas
rentangannya.
3. Axiologi Pancasila
Bidang Axiologi ialah bidang yang menyelidiki pengertian, jenis, tingkat,
sumber dan hakekat nilai secara kesemestaan.
Bagi makhluk hidup, khususnya manusia maka yang bernilai itu
sesungguhnya terutama yang merupakan sarana bagi kehidupan. Alam dan isinya
seperti tanah, air, dan udara, bahkan panas matahari merupakan sumber kehidupan;
karenanya merupakan nilai. Berdasarkan analisis yang komprehensif maka dapat
dikemukakan dasar-dasar axiologi dabgi pancasila, sebagai berikut :
a. Bahwa tuhanYme adalah maha sumber nilai semesta yang menciptakan nilai
dalam makna dan wujud: (1) nilai hukum alam, yang mengikat dan mengatur
alam semesta dan isinya secara obyektif dan mutlak, tanpa terikat ruang dan
waktu, bersifat obyektif universal. (2) nilai hukum moral yang mengikat
manusia secara psikologis spritual, obyektif dan mutlak menurut ruang dan
waktu, namun tetap universal.
b. Subyek manusia dapat membedakan secara hakiki maha sumber dan sumber
nilai dalam perwujudan: Tuhan Yang Maha Esa dan AgamaNya sebagai maha
sumber nilai kemestaan; alam semesta dengan hukum alamnya sebagai sumber
nilai dalam makna sumber kehidupan kehidupan, sumber keindahan bagi
makhluk-makhluk hidup termasuk manusia; Bangsa dan sosio-budaya; Negara
dan system kenegeraan; dan kebudayaan.
c. Nilai dalam kesadaran manusia dan dalam realitas alam semesta.
d. Manusia dengan potensi martabatnya menduduki fungsi ganda dalam hubungan
nilai.
Kelompok 2 Filsafat Pendidikan 10
e. Martabat kepribadian manusia yang secara potensialitas integritas dari hakekat
manusia sebagai makhluk individu, makhluk sosial dan makhluk susila, adalah
subyek nilai.
f. Mengingat maha sumber nilai adalah Tuhan Yang Maha Esa dan subyek
manusia dengan potensi martabatnya yang luhur yakni budi nurani, manusia
secara potensial mampu menghayati dalam makna beriman Kepada Tuhan Yang
Maha Esa Menurut agama dan kepercayaannya masing-masing.
g. Manusia sebagai subyek nilai memikul kewajiban dan tanggung jawab atas
bagaimana mendayagunakan nilai, mewariskan dan melestarikan nilai dalam
kehidupan kebudayaan dan kemanusiaan.
h. Eksistensi fungsional manusia ialah subyek dan kesadarannya.
i. Seluruh kesadaran manusia tentang nilai tercermin dalam kepribadian dan
tindakannya, amal, kebajikannya.
Pada buku Filsafat Pendidikan karangan Bapak Zelhendri Zen tujuan pendidikan
pancasila ialah:
1. Merumuskan formal konstitusi baik dalam UUD negara Ri maupun dalah GBHN
dan UU kependidikan lainnya.
2. Menjabarkan konsepsional seperti : lukisan manusia indonesia seutuhnya (MIS) dan
pendidikan seumur hidup
3. Untuk membentuk kepribadian pesertadidik umumnya bangsa dan negara secara
potensial aktif punya kesadaran tahu atas eksisitensi diri (subyek).
4. Menanamkan sikap dan perilaku dalam kehidupan sehari-hari yang didasarkan
kepada nilai-nilai pancasila.
5. Mengembangkan dan melestarikan nilai-nilai luhur pancasila dalam kehidupan
sehari-hari serta membina dan menyadari hubungan antar sesama anggota sekolah
dna masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN