Kelompok 12 :
UNIVERSITAS NEGERI
PADANG 2023
KATA PENGANTAR
Segala puji kami haturkan kehadirat Allah SWT yang selalu melimpahkan
berkah, rahmat karunianya, sehingga akhirnya penyusunan makalah dengan judul
„Dasar Filsafat Pendidikan Pancasila‟ dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Penulisan makalah ini merupakan tugas yang diberikan dalam mata kuliah
filsafat pendidikan. Selain itu juga kami ucapkan terima kasih kepada yang terhormat
Bpk.Rayendra,S.Pd.,M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah filsafat pendidikan.
Teman-teman yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu yang telah memberikan
saran dan masukan untuk kesempurnaan makalah ini.
Kelompok 12
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................2
C. Tujuan Rumusan Masalah....................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................3
A. Kesimpulan...........................................................................................12
B. Saran.....................................................................................................13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
B. Rumusan Masalah
1. Apa dasar Pikiran dan Rasional rakyat Indonesia?
2. Bagaimana Hubungan Filsafat Pendidikan Pancasila
dengan Pendidikan dan Masyarakat?
3. Bagaimana Sistematika Filsafat Pancasila?
4. Bagaimana Pancasila sebagai Sumber dan Dasar Moral?
5. Apa Tujuan Pendidikan Pancasila?
6. Bagaimana Sistem Nasional Pendidikan Pancasila?
C. Tujuan
1. Menjelaskan tentang dasar Pikiran dan Rasional
2. Menjabarkan tentang Hubungan Filsafat Pendidikan Pancasila dengan
Pendidikan dan Masyarakat
3. Menjelaskan Sistematika Filsafat Pancasila
4. Menjelaskan tentang Pancasila sebagai Sumber dan Dasar Moral
5. Menjelaskan Tujuan Pendidikan Pancasila
6. Menjelaskan Sistem Nasional Pendidikan Pancasila
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
B. Hubungan Filsafat Pendidikan Pancasila dengan Pendidikan dan
Masyarakat
Pendidikan yang maju dan modern hanya ditemukan dan modern pula,
pendidikan yang main dan modern hanya diselenggarakan oleh masyarakat
yang maju dan modern, secara teoretis disebut hubungan korelasi positif.
Manusia sebagai individual, yang menentukan sikap dan wawasannya
kebijaksanaan dan strategi serta tujuan dan sasaran yang hendak ditempuhnya.
Pertimbangan dan penentuan ini diambil berdasarkan keyakinan, motivasi dan
tujuan dalam hidupnya, maka manusia sebagai subjek individual, pendidikan
adalah suatu usaha, aktivitas yang dilakukan menurut tujuan dan kehendaknya
(cita karsa) secara mandiri. Bagi anak tujuan dan kehendak belajar dipenuhi
oleh faktor lingkungan, dan orang tua/keluarga. Demikian pula dengan
masyarakat, bangsa dan negara faktor luar adalah kondisi dan tantangan
zaman dan potensi-potensi yang dimiliki (sumber daya alam, sumber daya
manusia, dan kebudayaan).
Manusia pribadi atau masyarakat memiliki keyakinan dan kepercayaan
yang tercermin dalam tujuan (cita-cita) dan hasrat luhur atau kehendak
berdasarkan cita dan karsa memilih dan menerapkan aktivitas/fungsi
kehidupan atau usaha mendidik dirinya. Pendidikan merupakan fungsi
manusia dan masyarakat untuk mengembangkan dan meningkatkan dirinya,
martabat dan kepribadiannya. Hubungan masyarakat dengan pendidikan itu
sebagai hubungan fungsional berarti:
1. Bahwa masyarakat atau negara secara sadar dan mandiri citra
karsa atau tujuan dan keinginan luhur yang akan dicapai
melalui kebijakan, lembaga, dan strategi tertentu.
2. Pendidikan suatu lembaga, perwujudannya secara nasional
adalah sistem pendidikan nasional yang bersumber dan
ditentukan oleh cita karsa manusia menurut keyakinan dan
4
pandangan hidup dan filsafat negara sebagai sumber nilai cita
dan kepribadian nasionalnya.
5
h. Subjek manusia dalam eksistensinya sadar bahwa
eksistensinya berada dalam kebersamaan sejajar dan
horizontal secara interdependensi yakni sesama
manusia.
b. Bidang Aksiologi
a. Bahwa Tuhan Yang Maha Esa adalah maha sumber nilai
semesta yang menciptakan dalam makna dan wujud: nilai
hukum alam dan moral.
b. Subjek manusia dapat membedakan secara hakiki maha
sumber dan sumber nilai dalam perwujudan: Tuhan Yang
Maha Esa dan Agama-Nya sebagai maha sumber nilai
kesemestaan; alam semesta dengan hukum alamnya sebagai
sumber nilai dalam makna sumber kehidupan kehidupan,
sumber keindahan bagi makhluk-makhluk hidup termasuk
manusia; Bangsa dan sosio- budaya; Negara dan sistem
kenegaraan; dan kebudayaan.
c. Nilai dalam kesadaran manusia.
d. Manusia dengan potensi martabatnya.
e. Martabat kepribadian manusia yang secara potensial integritas
dari hakikat manusia sebagai makhluk individu.
f. Mengingat maha sumber nilai adalah Tuhan Yang Maha Esa
dan subjek manusia dengan potensi martabatnya yang luhur
yakni budi nurani, manusia secara potensial mampu
menghayati dalam makna beriman Kepada Tuhan Maha Esa
Menurut agama dan kepercayaannya masing-masing.
g. Manusia sebagai subyek nilai memikul kewajiban dan
tanggung jawab atas bagaimana mendayagunakan nilai,
6
mewariskan dan melestarikan nilai dalam kehidupan
kebudayaan dan kemanusiaan.
h. Eksistensi fungsional manusia ialah subjek dan kesadarannya.
i. Seluruh kesadaran manusia tentang nilai tercermin dalam
kepribadian dan tindakannya, amal, dan kebajikannya.
c. Bidang Aksiologi
a. Bahwa Tuhan Yang Maha Esa adalah maha sumber nilai semesta
yang menciptakan dalam makna dan wujud: nilai hukum alam dan
moral.
b. Subjek manusia dapat membedakan secara hakiki maha sumber
dan sumber nilai dalam perwujudan: Tuhan Yang Maha Esa dan
Agama-Nya sebagai maha sumber nilai kesemestaan; alam semesta
dengan hukum alamnya sebagai sumber nilai dalam makna sumber
kehidupan kehidupan, sumber keindahan bagi makhluk-makhluk
hidup termasuk manusia; Bangsa dan sosio- budaya; Negara dan
sistem kenegaraan; dan kebudayaan.
c. Nilai dalam kesadaran manusia.
d. Manusia dengan potensi martabatnya.
e. Martabat kepribadian manusia yang secara potensial integritas dari
hakikat manusia sebagai makhluk individu.
f. Mengingat maha sumber nilai adalah Tuhan Yang Maha Esa dan
subjek manusia dengan potensi martabatnya yang luhur yakni budi
nurani, manusia secara potensial mampu menghayati dalam makna
beriman Kepada Tuhan Maha Esa Menurut agama dan
kepercayaannya masing-masing.
g. Manusia sebagai subyek nilai memikul kewajiban dan tanggung
jawab atas bagaimana mendayagunakan nilai, mewariskan dan
melestarikan nilai dalam kehidupan kebudayaan dan kemanusiaan.
7
h. Eksistensi fungsional manusia ialah subjek dan kesadarannya.
Seluruh kesadaran manusia tentang nilai tercermin dalam
kepribadian dan tindakannya, amal, dan kebajikannya.
8
c. Untuk membentuk kepribadian peserta didik umumnya bangsa dan
negara secara potensial aktif punya kesadaran tahu atas eksistensi diri
(subjek).
d. Menanamkan sikap dan prilaku dalam kehidupan sehari-hari yang
didasarkan kepada nilai-nilai Pancasila.
e. Mengembangkan dan melestarikan nilai-nilai luhur Pancasila dalam
kehidupan sehari-hari serta membina dan menyadari hubungan antar
sesama anggota sekolah dan masyarakat dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara.
9
2) Nilai-nilai pandangan hidup dan filsafat negara yang
merupakan puncak dan konstitusi nilai sosial budaya.
3) Kelembagaan dan sistem pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
4) Kurikulum yang diorganisasikan berdasarkan wawasan
nasional, ciri-ciri nasional, dan kebutuhan nasional.
1
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Filsafat pendidikan ialah nilai dan keyakinan-keyakinan
filosofis yang menjiwai dan mendasari dan memberikan identitas suatu
sistem Pendidikan nilai-nilai itu bersumber pada Pancasila yang
dilaksanakan pada berbagai sistem kehidupan nasional secara
keseluruhan. Fungsi pendidikan ialah membangun potensi negara,
khususnya melestarikan kebudayaan dan kepribadian bangsa yang
menentukan eksistensi dan martabat bangsa.
Pendidikan nasional harus dijiwai oleh filsafat pendidikan
Pancasila. Filsafat pendidikan Pancasila merupakan tuntunan nasional,
karena cita dan karsa bangsa atau tujuan nasional dan harkat luhur
rakyat tersimpul dalam pembukaan UUD 1945 sebagai perwujudan
jiwa dan jiwa Pancasila. Cita dan karsa ini diusahakan secara
melembaga di dalam pendidikan nasional sebagai sistem bertumpu dan
dijiwai oleh suatu keyakinan, pandangan hidup atau filosofi tertentu.
Maka melalui sistem pendidikan Pancasila akan terjalin cita dan karsa
nasional dalam membina watak dan kepribadian dan martabat
Pancasila dalam subjek pribadi manusia Indonesia seutuhnya.
Keseluruhan sistem (sumber dan dasar moral filsafat
pendidikan, tujuan pendidikan pancasila, kebudayaan nasional dan
kurikulum serta teori pengetahuan) menampilkan diri dalam
perwujudan sistem pendidikan nasional Pancasila yang wajar dibina
dengan dijiwai filsafat pendidikan Pancasila. Sistem kependidikan
nasional sebagai kelembagaan nasional pembinaan MIS, dengan
kebijaksanaan yang mantap menjamin pewarisan dan pelestarian
sistem kenegaraan dan budaya berdasarkan Pancasila.
1
B. Saran
Demikan materi yang dapat kami jabarkan mengenai materi
yang menjadi pokok pembahasan pada makalah ini. Tentu masih
banyak kekurangan serta kelemahannya. Untuk itu kami sebagai
penulis meminta kritik dan saran yang membangun dari pembaca
untuk kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini berguna bagi
kami dan khususnya juga pembaca.
1
DAFTAR PUSAKA
Burhanuddin Salam. (1988). Pengantar Filsafat. Jakarta: Yayasan Kanisus.
Daryl Kunn. (1998). Landasan dan Filsafat Profesi. Jakarta: Yayasan Kanisus
Fuad Mohd. Fachrudidin. (1966). Filsafat dan Hikmaf Syaria‟at Islam.
Jakarta: bulan bintang .
https://id.scribd.com/document/440613324/SISTEMATIKA-FILSAFAT-
PENDIDIKAN-PANCASILA
https://id.scribd.com/document/333183088/Dasar-Pikiran-Dan-Rasional