Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH FILSAFAT PENDIDIKAN

Dasar Filsafat Pendidikan Pancasila

Dosen Pengampu : Rayendra,S.Pd.,M.Pd.

Kelompok 12 :

Nora Nazira 22004084

Nurdian Safitri 22004029

Jeni Falen Adrean 22004073

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI

PADANG 2023
KATA PENGANTAR

Segala puji kami haturkan kehadirat Allah SWT yang selalu melimpahkan
berkah, rahmat karunianya, sehingga akhirnya penyusunan makalah dengan judul
„Dasar Filsafat Pendidikan Pancasila‟ dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Penulisan makalah ini merupakan tugas yang diberikan dalam mata kuliah
filsafat pendidikan. Selain itu juga kami ucapkan terima kasih kepada yang terhormat
Bpk.Rayendra,S.Pd.,M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah filsafat pendidikan.
Teman-teman yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu yang telah memberikan
saran dan masukan untuk kesempurnaan makalah ini.

Kami menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan yang terdapat pada


makalah ini sebagai akibat dari keterbatasan dari pengetahuan kami. Sehubungan
dengan hal ini, kami akan selalu membuka diri untuk menerima segala kritik saran
yang membangun dari berbagai pihak demi menyempurnakan pembuatan makalah
ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

Padang, 25 November 2023

Kelompok 12

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................i

DAFTAR ISI...................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................1

A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................2
C. Tujuan Rumusan Masalah....................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................3

A. Dasar Pikiran Nasional.........................................................................3


B. Hubungan Filsafat Pendidikan Pancasila dengan Pendidikan dan
Masyarakat............................................................................................4
C. Sistematika Filsafat Pancasila...............................................................5
D. Pancasila Sebagai Sumber dan Dasar Moral........................................8
E. Tujuan Pendidikan Pancasila................................................................8
F. Sistem Nasional Pendidikan Pancasila.................................................10

BAB III PENUTUP.........................................................................................11

A. Kesimpulan...........................................................................................12
B. Saran.....................................................................................................13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ajaran filsafat mempunyai status tinggi dalam kebudayaan manusia,


yakni sebagai ideologi bangsa dan negara dan selanjutnya menjadi eksistensi
suatu bangsa. Untuk menjaga eksistensi, maka di wariskanlah nilai-nilai itu
pada generasi selanjutnya dengan cara transfer nilai yang efektif melalui
pendidikan. Untuk menjamin kebenaran dan efektifnya proses pendidikan,
maka dibutuhkan landasan filosofis dan ilmiah sebagai asas normatif dan
pedoman pelaksanaan pembinaan. Berhasil atau tidaknya pendidikan
berpengaruh besar terhadap prestasi suatu bangsa bahkan pada tingkat sosio-
budaya mereka.

Setiap bangsa mewarisi nilai sosio-budaya (nasional) sebagai bagian


dari budaya dan peradaban universal. Pemikiran awal dan fundamental umat
manusia berwujud nilai filsafat. Filsafat bermakna juga sebagai pemikiran
fundamental dan monumental manusia untuk mencari kebenaran hakiki
(hikmat, kebijaksanaan); karenanya kebenaran ini diakui sebagai nilai
kebenaran terbaik, yang dijadikan pandangan hidup (filsafat hidup,
Weltanschauung). Berbagai tokoh filsuf dari berbagai bangsa menemukan dan
merumuskan sistem filsafat sebagai ajaran terbaik mereka, yang dapat berbeda
antar ajaran filsuf. Karena itulah berkembang berbagai aliran filsafat:
materielisme, idealisme, spiritualisme; realisme dan berbagai aliran modern:
rasionalisme, humanisme, individualisme, liberalisme-kapitalisme-
komunisme, sosialisme.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa dasar Pikiran dan Rasional rakyat Indonesia?
2. Bagaimana Hubungan Filsafat Pendidikan Pancasila
dengan Pendidikan dan Masyarakat?
3. Bagaimana Sistematika Filsafat Pancasila?
4. Bagaimana Pancasila sebagai Sumber dan Dasar Moral?
5. Apa Tujuan Pendidikan Pancasila?
6. Bagaimana Sistem Nasional Pendidikan Pancasila?

C. Tujuan
1. Menjelaskan tentang dasar Pikiran dan Rasional
2. Menjabarkan tentang Hubungan Filsafat Pendidikan Pancasila dengan
Pendidikan dan Masyarakat
3. Menjelaskan Sistematika Filsafat Pancasila
4. Menjelaskan tentang Pancasila sebagai Sumber dan Dasar Moral
5. Menjelaskan Tujuan Pendidikan Pancasila
6. Menjelaskan Sistem Nasional Pendidikan Pancasila

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Dasar Pikiran dan Rasional


Secara yuridis konstitusional Negara Indonesia berdasarkan Pancasila
yang termaksud dalam pembukaan UUD 45 alinea ke-4. Ketentuan yuridis
konstitusional mengandung makna, baik formal maupun fungsional
menyatakan:
1. Pancasila adalah dasar negara atau filsafat negara.
2. Pancasila adalah norma-norma dasar dan norma-norma tertinggi
dalam Negara RI.
3. Pancasila adalah ideologi negara.
4. Pancasila adalah identitas dan karakteristik bangsa atau
kepribadian nasional.
5. Pancasila adalah jiwa dan kepribadian bangsa.

Nilai-nilai dasar dalam sosial budaya Indonesia:

1) Kesadaran mengakui adanya Tuhan dan negara.


2) Kesadaran keluarga.
3) Kesadaran musyawarah mufakat dalam akhlak.
4) Kesatuan gotong royong, tolong menolong.
5) Kesadaran tenggang rasa, tepa selera.

3
B. Hubungan Filsafat Pendidikan Pancasila dengan Pendidikan dan
Masyarakat
Pendidikan yang maju dan modern hanya ditemukan dan modern pula,
pendidikan yang main dan modern hanya diselenggarakan oleh masyarakat
yang maju dan modern, secara teoretis disebut hubungan korelasi positif.
Manusia sebagai individual, yang menentukan sikap dan wawasannya
kebijaksanaan dan strategi serta tujuan dan sasaran yang hendak ditempuhnya.
Pertimbangan dan penentuan ini diambil berdasarkan keyakinan, motivasi dan
tujuan dalam hidupnya, maka manusia sebagai subjek individual, pendidikan
adalah suatu usaha, aktivitas yang dilakukan menurut tujuan dan kehendaknya
(cita karsa) secara mandiri. Bagi anak tujuan dan kehendak belajar dipenuhi
oleh faktor lingkungan, dan orang tua/keluarga. Demikian pula dengan
masyarakat, bangsa dan negara faktor luar adalah kondisi dan tantangan
zaman dan potensi-potensi yang dimiliki (sumber daya alam, sumber daya
manusia, dan kebudayaan).
Manusia pribadi atau masyarakat memiliki keyakinan dan kepercayaan
yang tercermin dalam tujuan (cita-cita) dan hasrat luhur atau kehendak
berdasarkan cita dan karsa memilih dan menerapkan aktivitas/fungsi
kehidupan atau usaha mendidik dirinya. Pendidikan merupakan fungsi
manusia dan masyarakat untuk mengembangkan dan meningkatkan dirinya,
martabat dan kepribadiannya. Hubungan masyarakat dengan pendidikan itu
sebagai hubungan fungsional berarti:
1. Bahwa masyarakat atau negara secara sadar dan mandiri citra
karsa atau tujuan dan keinginan luhur yang akan dicapai
melalui kebijakan, lembaga, dan strategi tertentu.
2. Pendidikan suatu lembaga, perwujudannya secara nasional
adalah sistem pendidikan nasional yang bersumber dan
ditentukan oleh cita karsa manusia menurut keyakinan dan

4
pandangan hidup dan filsafat negara sebagai sumber nilai cita
dan kepribadian nasionalnya.

C. Sistematika Filsafat Pancasila


a. Bidang Antologi atau Ontologi
Pokok-pokok ontologi Pancasila terutama:
a. Asas dan sumber ada (eksistensi) kemestaan ialah
Tuhan Yang Maha Esa.
b. Ada alam semesta (makrokosmos) sebagai ada tidak
terbatas.
c. Adanya subjek pribadi manusia, individual, nasional,
dan umat manusia.
d. Eksistensi tata budaya, sebagai perwujudan martabat
dan potensi manusia yang unggul (makhluk utama).
e. Eksistensi subjek manusia mandiri selalu dengan
motivasi luhur untuk melaksanakan potensi-potensi
martabatnya (rohani jasmani) demi keyakinan dan cita-
citanya (bermoral luhur dan berprestasi).
f. Unik pribadi manusia ialah kemampuan untuk
menyadari eksistensi diri sendiri, sesama manusia dan
alam bah- kan eksistensi hukum alam, hukum moral,
dan eksistensi Tuhan, yang semua eksistensi
“membatasi” eksistensi pribadi manusia.
g. Wujud pengalaman, penghayatan dan jangkauan
potensi manusia atas antar hubungan eksistensi yang
fungsional antara realitas alam semesta, subjek manusia
dengan nilai-nilai sosio- budaya dan eksistensi negara
bangsa.

5
h. Subjek manusia dalam eksistensinya sadar bahwa
eksistensinya berada dalam kebersamaan sejajar dan
horizontal secara interdependensi yakni sesama
manusia.

b. Bidang Aksiologi
a. Bahwa Tuhan Yang Maha Esa adalah maha sumber nilai
semesta yang menciptakan dalam makna dan wujud: nilai
hukum alam dan moral.
b. Subjek manusia dapat membedakan secara hakiki maha
sumber dan sumber nilai dalam perwujudan: Tuhan Yang
Maha Esa dan Agama-Nya sebagai maha sumber nilai
kesemestaan; alam semesta dengan hukum alamnya sebagai
sumber nilai dalam makna sumber kehidupan kehidupan,
sumber keindahan bagi makhluk-makhluk hidup termasuk
manusia; Bangsa dan sosio- budaya; Negara dan sistem
kenegaraan; dan kebudayaan.
c. Nilai dalam kesadaran manusia.
d. Manusia dengan potensi martabatnya.
e. Martabat kepribadian manusia yang secara potensial integritas
dari hakikat manusia sebagai makhluk individu.
f. Mengingat maha sumber nilai adalah Tuhan Yang Maha Esa
dan subjek manusia dengan potensi martabatnya yang luhur
yakni budi nurani, manusia secara potensial mampu
menghayati dalam makna beriman Kepada Tuhan Maha Esa
Menurut agama dan kepercayaannya masing-masing.
g. Manusia sebagai subyek nilai memikul kewajiban dan
tanggung jawab atas bagaimana mendayagunakan nilai,

6
mewariskan dan melestarikan nilai dalam kehidupan
kebudayaan dan kemanusiaan.
h. Eksistensi fungsional manusia ialah subjek dan kesadarannya.
i. Seluruh kesadaran manusia tentang nilai tercermin dalam
kepribadian dan tindakannya, amal, dan kebajikannya.

c. Bidang Aksiologi
a. Bahwa Tuhan Yang Maha Esa adalah maha sumber nilai semesta
yang menciptakan dalam makna dan wujud: nilai hukum alam dan
moral.
b. Subjek manusia dapat membedakan secara hakiki maha sumber
dan sumber nilai dalam perwujudan: Tuhan Yang Maha Esa dan
Agama-Nya sebagai maha sumber nilai kesemestaan; alam semesta
dengan hukum alamnya sebagai sumber nilai dalam makna sumber
kehidupan kehidupan, sumber keindahan bagi makhluk-makhluk
hidup termasuk manusia; Bangsa dan sosio- budaya; Negara dan
sistem kenegaraan; dan kebudayaan.
c. Nilai dalam kesadaran manusia.
d. Manusia dengan potensi martabatnya.
e. Martabat kepribadian manusia yang secara potensial integritas dari
hakikat manusia sebagai makhluk individu.
f. Mengingat maha sumber nilai adalah Tuhan Yang Maha Esa dan
subjek manusia dengan potensi martabatnya yang luhur yakni budi
nurani, manusia secara potensial mampu menghayati dalam makna
beriman Kepada Tuhan Maha Esa Menurut agama dan
kepercayaannya masing-masing.
g. Manusia sebagai subyek nilai memikul kewajiban dan tanggung
jawab atas bagaimana mendayagunakan nilai, mewariskan dan
melestarikan nilai dalam kehidupan kebudayaan dan kemanusiaan.

7
h. Eksistensi fungsional manusia ialah subjek dan kesadarannya.
Seluruh kesadaran manusia tentang nilai tercermin dalam
kepribadian dan tindakannya, amal, dan kebajikannya.

D. Pancasila sebagai Sumber dan Dasar Moral


Makna konsekuensi Pancasila sebagai sumber dan dasar moral baik
formal maupun fungsional:
1. Pancasila adalah dasar negara atau filsafat negara RI.
2. Pancasila adalah norma dasar dan norma tertinggi di dalam
negara RI.
3. Pancasila adalah ideologi negara, ideologi nasional Indonesia
4. Pancasila adalah identitas dan karakteristik bangsa Indonesia
atau kepribadian nasional.
5. Pancasila adalah jiwa dan kepribadian bangsa, pandangan hi-
dup (keyakinan bangsa) yang menjiwai.

Nilai-nilai dasar dalam sosio-budaya Indonesia meliputi:

1) Kesadaran Ketuhanan dan kesadaran keagamaan secara


sederhana dan potensial.
2) Kesadaran kekeluargaan, yang berwujud cinta keluarga
sebagai dasar dan kodrat terbentuknya masyarakat dan
berkesinambungannya generasi.

E. Tujuan Pendidikan Pancasila


a. Merumuskan formal konstitusional, baik dalam UUD negara RI
maupun dalam GBHN dan UU kependidikan lainnya.
b. Menjabarkan konsepsional seperti: lukisan manusia Indonesia
seutuhnya (MIS) dan pendidikan seumur hidup.

8
c. Untuk membentuk kepribadian peserta didik umumnya bangsa dan
negara secara potensial aktif punya kesadaran tahu atas eksistensi diri
(subjek).
d. Menanamkan sikap dan prilaku dalam kehidupan sehari-hari yang
didasarkan kepada nilai-nilai Pancasila.
e. Mengembangkan dan melestarikan nilai-nilai luhur Pancasila dalam
kehidupan sehari-hari serta membina dan menyadari hubungan antar
sesama anggota sekolah dan masyarakat dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara.

Lukisan manusia Indonesia seutuhnya (MIS) dan pendidikan


seumur hidup:

1) Untuk membentuk kepribadian peserta didik umumnya


bangsa dan negara secara potensional aktifnya
kesadaran tahu atas eksistensi diri (subjek).
2) Menanamkan sikap dan perilaku dalam kehidupan
sehari- hari yang didasarkan kepada nilai-nilai
pancasila, baik sebagai pibadi maupun sebagai anggota
masyarakat dan memberikan bakat kemampuan untuk
mengikuti pendidikan di masa yang akan datang.
3) Mengembangkan dan melestarikan nilai-nilai luhur
Pancasila dalam kehidupan sehari-hari serta membina
dan menyadari hubungan antar sesama anggota,
sekolah dan masyarakat dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara.

Kebudayaan nasional dan kurikulum yang berdasarkan kepada


wawasan nasional kependidikan dengan kerangka dasar:

1) Sumber dan landasan nilai-nilai dasar bangsa.

9
2) Nilai-nilai pandangan hidup dan filsafat negara yang
merupakan puncak dan konstitusi nilai sosial budaya.
3) Kelembagaan dan sistem pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
4) Kurikulum yang diorganisasikan berdasarkan wawasan
nasional, ciri-ciri nasional, dan kebutuhan nasional.

F. Sistem Nasional Pendidikan Pancasila


a. Sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan
ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-
undang.
b. Sistem Pendidikan Nasional harus mampu menjamin pemerataan
kesempatan pendidikan, peningkatan mutu, serta relevansi dan
efisiensi manajemen pendidikan.
c. UU Nomor 20 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional tidak
memadai lagi dan perlu diganti serta perlu disempurna kan agar sesuai
dengan amanat perubahan UUD Negara Republik Indonesia 1945.
d. Berdasarkan poin 3, maka disempurnakan dan diganti dengan UU
Nomor 20 Tahun 2003. Sistem Pendidikan Nasional meru-pakan
usaha dan lembaga yang menjamin pengalaman, pengembangan dan
pelestarian Pancasila secara mantap dan berkesinambungan.

1
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Filsafat pendidikan ialah nilai dan keyakinan-keyakinan
filosofis yang menjiwai dan mendasari dan memberikan identitas suatu
sistem Pendidikan nilai-nilai itu bersumber pada Pancasila yang
dilaksanakan pada berbagai sistem kehidupan nasional secara
keseluruhan. Fungsi pendidikan ialah membangun potensi negara,
khususnya melestarikan kebudayaan dan kepribadian bangsa yang
menentukan eksistensi dan martabat bangsa.
Pendidikan nasional harus dijiwai oleh filsafat pendidikan
Pancasila. Filsafat pendidikan Pancasila merupakan tuntunan nasional,
karena cita dan karsa bangsa atau tujuan nasional dan harkat luhur
rakyat tersimpul dalam pembukaan UUD 1945 sebagai perwujudan
jiwa dan jiwa Pancasila. Cita dan karsa ini diusahakan secara
melembaga di dalam pendidikan nasional sebagai sistem bertumpu dan
dijiwai oleh suatu keyakinan, pandangan hidup atau filosofi tertentu.
Maka melalui sistem pendidikan Pancasila akan terjalin cita dan karsa
nasional dalam membina watak dan kepribadian dan martabat
Pancasila dalam subjek pribadi manusia Indonesia seutuhnya.
Keseluruhan sistem (sumber dan dasar moral filsafat
pendidikan, tujuan pendidikan pancasila, kebudayaan nasional dan
kurikulum serta teori pengetahuan) menampilkan diri dalam
perwujudan sistem pendidikan nasional Pancasila yang wajar dibina
dengan dijiwai filsafat pendidikan Pancasila. Sistem kependidikan
nasional sebagai kelembagaan nasional pembinaan MIS, dengan
kebijaksanaan yang mantap menjamin pewarisan dan pelestarian
sistem kenegaraan dan budaya berdasarkan Pancasila.

1
B. Saran
Demikan materi yang dapat kami jabarkan mengenai materi
yang menjadi pokok pembahasan pada makalah ini. Tentu masih
banyak kekurangan serta kelemahannya. Untuk itu kami sebagai
penulis meminta kritik dan saran yang membangun dari pembaca
untuk kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini berguna bagi
kami dan khususnya juga pembaca.

1
DAFTAR PUSAKA
Burhanuddin Salam. (1988). Pengantar Filsafat. Jakarta: Yayasan Kanisus.
Daryl Kunn. (1998). Landasan dan Filsafat Profesi. Jakarta: Yayasan Kanisus
Fuad Mohd. Fachrudidin. (1966). Filsafat dan Hikmaf Syaria‟at Islam.
Jakarta: bulan bintang .
https://id.scribd.com/document/440613324/SISTEMATIKA-FILSAFAT-
PENDIDIKAN-PANCASILA
https://id.scribd.com/document/333183088/Dasar-Pikiran-Dan-Rasional

Anda mungkin juga menyukai