Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

“Menelusuri Konsep dan Urgensi Pancasila sebagai Ideologi Negara”

DI SUSUN OLEH :

NAMA : 1. RUSLAN MARO

2. ARSENIUS SAPUTRA SERAF

3. BENYAMIN KASE

4. KAMILUS THAUMAET

KELAS : IIB D3 TEKNIK LISTRIK

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO


POLITEKNIK NEGERI KUPANG
2022/2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan kesempatan
pada kami untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan berkat-Nya lah kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Menelusuri Konsep dan Urgensi Pancasila sebagai
Ideologi Negara” tepat waktu. Makalah “Menelusuri Konsep dan Urgensi Pancasila sebagai
Ideologi Negara” disusun guna memenuhi nilai UAS pada mata kuliah Pendidikan Pancasila.
Selain itu, kami juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca
tentang “Menelusuri Konsep dan Urgensi Pancasila sebagai Ideologi Negara”.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.

Kelompok Ruslan

ii
DAFTAR ISI
BAB I Pendahuluan................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................1
1.3 Tujuan Masalah................................................................................................................1
BAB II Pembahasan...............................................................................................................2
A. Konsep dan Urgensi Serta Hakikat Pancasila Sebagai Ideologi Negara...........................2
B. Sumber Historis, Sosiologis, Politik Pendidikan Pancasila...............................................4
C. Argumen Tentang Dinamika Pancasila dalam Sejarah Bangsa Argumen.........................8
tentang Tantangan terhadap Pancasila dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara.
D. Esensi (Hakikat) Pancasila sebagai Sistem Filsafat.........................................................10
E. Konsep dan Urgensi Pancasila sebagai Sistem Etika......................................................11
BAB III Penutup...................................................................................................................13
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................14

iii
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pancasila adalah ideologi negara Indonesia yang diakui dan dijunjung tinggi sebagai
landasan yang mengikat seluruh rakyat Indonesia. Seiring dengan perkembangan zaman
dan tantangan global, pemahaman dan pengamalan Pancasila sebagai ideologi negara
kadang-kadang terabaikan atau kurang diperhatikan. Beberapa faktor yang
mempengaruhi latar belakang masalah ini antara lain: Kurangnya Pendidikan dan
Pemahaman, Tantangan Global, Konflik Ideologi, Peningkatan Intoleransi.
Mempelajari dan menelusuri konsep dan urgensi Pancasila sebagai ideologi negara
penting untuk memperkuat kesadaran dan komitmen kita terhadap prinsip-prinsip dan
nilai-nilai Pancasila. Hal ini akan membantu membangun masyarakat yang berpegang
teguh pada persatuan, keadilan, dan kebhinekaan, serta menghadapi berbagai tantangan
di masa depan dengan landasan yang kuat.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dan konsep dasar dari Pancasila sebagai ideologi negara?
2. Bagaimana sejarah perkembangan Pancasila sebagai ideologi negara di Indonesia?
3. Bagaimana urgensi Pancasila sebagai ideologi negara dalam konteks sosial, politik,
dan kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia?
1.3 Tujuan Masalah
1. Mengetahui pengertian dan konsep dasar dari pancasila sebagai ideologi negara
secara umum
2. Mempelajari sejara perkembangan pancasila sebagai ideologi negara
3. Memahami urgensi pancasila sebagai ideologi negara

1
BAB II. PEMBAHASAN
A. Konsep dan Urgensi Serta Hakikat Pancasila Sebagai Ideologi Negara
Isi hakikat Pancasila sebagai ideologi negara memiliki dimensi dan urgensi yang amat
penting untuk diresapi dan diamalkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dasar
negara Pancasila merupakan pedoman, pandangan hidup, serta ideologi bangsa
Indonesia. Menurut paparan Siti Tiara Maulia melalui tulisan “Pemahaman Konsep
Nilai-nilai Pancasila sebagai Ideologi Bangsa” dalam Seminar Nasional: Aktualisasi
Nilai-nilai Pancasila di Era Reformasi, ideologi Pancasila selayaknya disosialisasikan
secara sederhana, jelas, praktis, dan terus menerus baik dalam pemikiran, perkataan,
perilaku, dan keteladanan. Hal ini perlu dilakukan untuk menarik dan mengetuk hati
setiap rakyat Indonesia demi pemahaman mengenai Pancasila agar bisa diamalkan dalam
kehidupan. Ideologi Pancasila, lanjut Siti Tiara Maulia dalam tulisannya, tetap
menghormati hak individu dan martabat manusia.
Saat ini dan pada perkembangan ke depan, ideologi Pancasila tidak bisa lagi
ditanamkan melalui cara-cara indoktrinasi, melainkan menggunakan pendekatan
persuasif dan dialog sehingga mampu berperan dan membimbing semua warga negara.

Pancasila adalah konsep ideologi negara Indonesia yang memiliki urgensi dan hakikat
yang penting dalam membangun dan menjaga keutuhan negara. Berikut ini adalah
penjelasan mengenai konsep, urgensi, serta hakikat Pancasila sebagai ideologi negara:

1. Konsep Pancasila:

Pancasila adalah sebuah konsep yang terdiri dari lima sila, yaitu:

a. Ketuhanan Yang Maha Esa: Mengakui dan mempercayai adanya Tuhan yang Maha
Esa.

b. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab: Menghormati martabat serta mengedepankan


keadilan dan kesopanan dalam hubungan antarmanusia.

c. Persatuan Indonesia: Menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.

d. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam


Permusyawaratan/Perwakilan: Mempunyai kedaulatan rakyat yang dijalankan secara
musyawarah untuk mencapai mufakat.

2
e. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia: Menjamin keadilan sosial dan
kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.

2. Urgensi Pancasila sebagai Ideologi Negara:

a. Persatuan dan Kesatuan: Pancasila mempersatukan beragam suku, agama, ras, dan
golongan di Indonesia dalam semangat kebangsaan yang sama.

b. Landasan Pembangunan: Pancasila menjadi pedoman dalam merumuskan


kebijakan pembangunan nasional yang berlandaskan keadilan dan kesejahteraan
sosial.

c. Penjaga Keberagaman: Pancasila melindungi keberagaman budaya, agama, dan


suku di Indonesia dengan menjamin kesetaraan dan menghormati hak-hak setiap
individu.

d. Kebebasan Beragama: Pancasila menjamin kebebasan beragama bagi seluruh warga


negara Indonesia.

e. Penguatan Kehidupan Berdemokrasi: Pancasila mendorong partisipasi aktif


masyarakat dalam pengambilan keputusan yang berdampak pada kehidupan bersama.

3. Hakikat Pancasila sebagai Ideologi Negara:

a. Sumber Kebijakan Negara: Pancasila menjadi dasar dan pedoman dalam


penyusunan peraturan perundang-undangan serta kebijakan pemerintah.

b. Identitas Nasional: Pancasila merupakan identitas bangsa Indonesia yang


membedakan dengan negara lain.

c. Konsensus Nasional: Pancasila mencerminkan kesepakatan dan mufakat nasional


yang dihasilkan dari perjuangan bangsa Indonesia.

d. Kekuatan Integrasi Sosial: Pancasila memperkuat ikatan sosial dan kebersamaan di


antara masyarakat Indonesia.

e. Jiwa dan Semangat Bangsa: Pancasila mencerminkan jiwa dan semangat bangsa
Indonesia yang berlandaskan nilai-nilai kebajikan dan keadilan.

Pancasila sebagai ideologi negara menjadi pondasi dalam membangun dan menjaga
keutuhan negara Indonesia dengan mewujudkan persatuan, keadilan sosial, demokrasi, dan
kesejahteraan bagi seluruh rakyat.
3
B. Sumber Historis, Sosiologis, Politik Pendidikan Pancasila
Pendidikan Pancasila adalah pendidikan yang bertujuan untuk membangun kesadaran,
pemahaman, dan pengamalan nilai-nilai Pancasila sebagai ideologi negara Indonesia.

1. Sumber Historis Pendidikan Pancasila

Presiden Soekarno pernah mengatakan, ”Jangan sekali-kali meninggalkan

sejarah.” Pernyataan tersebut dapat dimaknai bahwa sejarah mempunyai

fungsi penting dalam membangun kehidupan bangsa dengan lebih bijaksana

di masa depan. Sejarah juga merupakan guru kehidupan”.Melalui pendekatan

ini, mahasiswa diharapkan dapat mengambil pelajaran atau hikmah dari

berbagai peristiwa sejarah, baik sejarah nasional maupun sejarah bangsa-bangsa

lain.Dengan pendekatan historis, mahasiswa diharapkan akan memperoleh

inspirasi untuk berpartisipasi dalam pembangunan bangsa sesuai dengan

program studi masing-masing dan dapat menghindari perilaku yang bernuansa

mengulangi kembali kesalahan sejarah.

Dalam peristiwa sejarah nasional, banyak hikmah yang dapat dipetik, misalnya

mengapa bangsa Indonesia sebelum masa pergerakan nasional selalu

mengalami kekalahan dari penjajah? Jawabannya antara lain karena

perjuangan pada masa itu masih bersifat kedaerahan, kurang adanya

persatuan, mudah dipecah belah, dan kalah dalam penguasaan IPTEKS

termasuk dalam bidang persenjataan. Hal ini berarti bahwa apabila integrasi

bangsa lemah dan penguasaan IPTEKS lemah, maka bangsa Indonesia dapat

kembali terjajah atau setidak-tidaknya daya saing bangsa melemah. Implikasi

dari pendekatan historis ini adalah meningkatkan motivasi kejuangan bangsa

dan meningkatkan motivasi belajar Anda dalam menguasai IPTEKS sesuai

4
dengan prodi masing-masing.

2. Sumber Sosiologis Pendidikan Pancasila

Sosiologi adalah ilmu tentang kehidupan antarmanusia. Didalamnya mengkaji,

antara lain latar belakang, susunan dan pola kehidupan sosial dari berbagai golongan dan
kelompok masyarakat, disamping juga mengkaji masalah-masalah sosial, perubahan dan
pembaharuan dalam masyarakat.

Melalui pendekatan sosiologis ini pula, Anda diharapkan dapat

mengkaji struktur sosial, proses sosial, termasuk perubahan-perubahan

sosial, dan masalah-masalah sosial yang patut disikapi secara arif dengan

menggunakan standar nilai-nilai yang mengacu kepada nilai-nilai Pancasila.

Berbeda dengan bangsa-bangsa lain, bangsa Indonesia mendasarkan

pandangan hidupnya dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara pada

suatu asas kultural yang dimiliki dan melekat pada bangsa itu sendiri.

Nilai-nilai kenegaraan dan kemasyarakatan yang terkandung dalam sila-sila Pancasila


bukan hanya hasil konseptual seseorang saja, melainkan juga hasil karya besar bangsa
Indonesia sendiri, yang diangkat dari nilai-nilai kultural yang dimiliki oleh bangsa
Indonesia sendiri melalui proses refleksi filosofis para pendiri negara (Kaelan, 2000: 13).

Bung Karno menegaskan bahwa nilai-nilai Pancasila digali dari bumi pertiwi

Indonesia. Dengan kata lain, nilai-nilai Pancasila berasal dari kehidupan

sosiologis masyarakat Indonesia. Pernyataan ini tidak diragukan lagi karena

dikemukakan oleh Bung Karno sebagai penggali Pancasila, meskipun beliau

dengan rendah hati membantah apabila disebut sebagai pencipta Pancasila,

sebagaimana dikemukakan Beliau dalam paparan sebagai berikut:

Makna penting lainnya dari pernyataan Bung Karno tersebut adalah Pancasila

sebagai dasar negara merupakan pemberian atau ilham dari Tuhan Yang Maha

5
Kuasa. Apabila dikaitkan dengan teori kausalitas dari Notonegoro bahwa

Pancasila merupakan penyebab lahirnya (kemerdekaan) bangsa Indonesia,

maka kemerdekaan berasal dari Allah, Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini sejalan

dengan makna Alinea III Pembukaan UUD 1945. Sebagai makhluk Tuhan,

sebaiknya segala pemberian Tuhan, termasuk kemerdekaan Bangsa

Indonesia ini wajib untuk disyukuri. Salah satu bentuk wujud konkret

mensyukuri nikmat karunia kemerdekaan adalah dengan memberikan

kontribusi pemikiran terhadap pembaharuan dalam masyarakat.

Bentuk lain mensyukuri kemerdekaan adalah dengan memberikan kontribusi

konkret bagi pembangunan negara melalui kewajiban membayar pajak,

karena dengan dana pajak itulah pembangunan dapat dilangsungkan secara

optimal.

Sejalan dengan hal itu, Anda juga diharapkan dapat berpartisipasi dalam

meningkatkan fungsi-fungsi lembaga pengendalian sosial (agent of social

control) yang mengacu kepada nilai-nilai Pancasila.

3. Sumber Yuridis Pendidikan Pancasila

Negara Republik Indonesia adalah negara hukum (rechtsstaat) dan salah satu

cirinya atau istilah yang bernuansa bersinonim, yaitu pemerintahan

berdasarkan hukum (rule of law). Pancasila sebagai dasar negara merupakan

landasan dan sumber dalam membentuk dan menyelenggarakan negara

hukum tersebut. Hal tersebut berarti pendekatan yuridis (hukum) merupakan

salah satu pendekatan utama dalam pengembangan atau pengayaan materi

mata kuliah pendidikan Pancasila. Urgensi pendekatan yuridis ini adalah dalam

rangka menegakkan Undang-Undang (law enforcement) yang merupakan

6
salah satu kewajiban negara yang penting. Penegakan hukum ini hanya akan

efektif, apabila didukung oleh kesadaran hukum warga negara terutama dari

kalangan intelektualnya. Dengan demikian, pada gilirannya melalui

pendekatan yuridis tersebut mahasiswa dapat berperan serta dalam

mewujudkan negara hukum formal dan sekaligus negara hukum material

sehingga dapat diwujudkan keteraturan sosial (social order) dan sekaligus

terbangun suatu kondisi bagi terwujudnya peningkatan kesejahteraan rakyat

sebagaimana yang dicita-citakan oleh para pendiri bangsa.

Kesadaran hukum tidak semata-mata mencakup hukum perdata dan pidana,

tetapi juga hukum tata negara. Ketiganya membutuhkan sosialisasi yang

seimbang di seluruh kalangan masyarakat, sehingga setiap warga negara

mengetahui hak dan kewajibannya. Selama ini sebagian masyarakat masih

lebih banyak menuntut haknya, namun melalaikan kewajibannya.

Keseimbangan antara hak dan kewajiban akan melahirkan kehidupan yang

harmonis sebagai bentuk tujuan negera mencapai masyarakat adil dan

makmur.

4. Sumber Politik Pendidikan Pancasila

Salah satu sumber pengayaan materi pendidikan Pancasila adalah berasal dari

fenomena kehidupan politik bangsa Indonesia. Tujuannya agar Anda mampu

mendiagnosa dan mampu memformulasikan saran-saran tentang upaya atau

usaha mewujudkan kehidupan politik yang ideal sesuai dengan nilai-nilai

Pancasila. Bukankah Pancasila dalam tataran tertentu merupakan ideologi

politik, yaitu mengandung nilai-nilai yang menjadi kaidah penuntun dalam

mewujudkan tata tertib sosial politik yang ideal. Hal tersebut sejalan dengan

7
pendapat Budiardjo (1998:32) sebagai berikut:

“Ideologi politik adalah himpunan nilai-nilai, idée, norma-norma, kepercayaan dan

keyakinan, suatu “Weltanschauung”, yang dimiliki seseorang atau sekelompok oran,

atas dasar mana dia menentukan sikapnya terhadap kejadian dan problema politik yang

dihadapinya dan yang menentukan tingkah laku politiknya.”

Melalui pendekatan politik ini, Anda diharapkan mampu menafsirkan

fenomena politik dalam rangka menemukan pedoman yang bersifat moral

yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila untuk mewujudkan kehidupan politik

yang sehat. Pada gilirannya, Anda akan mampu memberikan kontribusi

konstruktif dalam menciptakan struktur politik yang stabil dan dinamis.

Secara spesifik, fokus kajian melalui pendekatan politik tersebut, yaitu

menemukan nilai-nilai ideal yang menjadi kaidah penuntun atau pedoman

dalam mengkaji konsep-konsep pokok dalam politik yang meliputi negara

(state), kekuasaan (power), pengambilan keputusan (decision making),

kebijakan (policy), dan pembagian (distribution) sumber daya negara, baik di

pusat maupun di daerah. Melalui kajian tersebut, Anda diharapkan lebih

termotivasi berpartisipasi memberikan masukan konstruktif, baik kepada

infrastruktur politik maupun suprastruktur politik.

Penting untuk selalu memverifikasi keaslian dan keandalan sumber-sumber yang Anda
gunakan. Meneliti dari berbagai perspektif dan sumber yang berbeda akan membantu
Anda mendapatkan pemahaman yang komprehensif tentang topik yang Anda minati.

C. Argumen Tentang Dinamika Pancasila dalam Sejarah Bangsa Argumen tentang Tantangan
terhadap Pancasila dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara.
1. Argumen tentang Dinamika Pancasila dalam Sejarah Bangsa:
a. Adaptasi dengan Perubahan Sosial: Salah satu argumen penting tentang dinamika
Pancasila adalah kemampuannya untuk beradaptasi dengan perubahan sosial. Sejak

8
pembentukannya, Pancasila telah mengalami transformasi yang memungkinkannya
tetap relevan dalam berbagai era. Misalnya, dalam era reformasi, Pancasila
mengalami penafsiran baru untuk mencerminkan kebutuhan dan tuntutan
masyarakat yang berubah.
b. Konsensus dalam Perbedaan: Pancasila juga menggambarkan dinamika dalam
sejarah bangsa dengan menjadi dasar konsensus yang kuat di tengah perbedaan
ideologi, agama, dan kepentingan politik. Meskipun Indonesia adalah negara
dengan keragaman budaya, etnis, dan agama yang besar, Pancasila mampu menjadi
dasar kesepakatan yang mengikat seluruh rakyat Indonesia.
c. Respons terhadap Tantangan: Selama sejarah bangsa Indonesia, Pancasila telah
menghadapi berbagai tantangan, baik dari dalam maupun luar. Namun, Pancasila
mampu bertahan dan bahkan memperkuat dirinya sebagai akibat dari respon yang
cerdas dan adaptif terhadap tantangan-tantangan tersebut. Misalnya, di tengah
konflik etnis dan agama, Pancasila mendorong prinsip inklusivitas dan keadilan
sosial sebagai landasan negara.
2. Argumen tentang Tantangan terhadap Pancasila dalam Kehidupan Berbangsa dan
Bernegara:
a. Ekstremisme Ideologi: Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi Pancasila
adalah ekstremisme ideologi. Terdapat kelompok-kelompok yang cenderung
memaknai Pancasila secara sempit atau mengabaikannya sama sekali, dengan
mengutamakan kepentingan ideologi tertentu. Hal ini dapat mengancam
kesatuan dan persatuan bangsa.
b. Korupsi dan Kehancuran Moral: Pancasila menegaskan pentingnya moralitas
dalam kepemimpinan dan pemerintahan. Namun, tantangan korupsi yang
masih terjadi di berbagai tingkatan pemerintahan mengindikasikan kerentanan
Pancasila terhadap praktik-praktik yang merusak moralitas dan integritas.
c. Penciptaan Keadilan Sosial: Salah satu tujuan Pancasila adalah menciptakan
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Namun, tantangan nyata
terhadap tujuan ini terletak pada ketimpangan ekonomi yang masih ada di
masyarakat. Ketimpangan ini menunjukkan perlunya upaya yang lebih besar
untuk mencapai keadilan sosial sejati.
d. Radikalisme Agama: Pancasila menjamin kebebasan beragama, namun
tantangan timbul ketika terdapat gerakan radikal yang menggunakan agama
sebagai alat politik atau melakukan kekerasan demi tujuan ideologis tertentu.

9
Radikalisme agama dapat mengancam toleransi beragama dan kerukunan
antarumat beragama yang menjadi salah satu nilai penting dalam Pancasila.
e. Globalisasi dan Modernisasi: Perubahan sosial yang cepat akibat globalisasi
dan modernisasi juga menantang Pancasila. Nilai-nilai tradisional dan budaya
lokal mungkin terancam oleh arus global yang kuat. Oleh karena itu, Pancasila
perlu terus beradaptasi agar tetap relevan dalam konteks perubahan global
yang terus berlangsung.
Penting untuk dicatat bahwa Pancasila sebagai dasar negara Indonesia adalah suatu
konsep yang hidup dan dinamis. Argumen-argumen di atas mencerminkan beberapa aspek
yang relevan terkait dinamika Pancasila dalam sejarah bangsa dan tantangan-tantangan
yang dihadapinya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
D. Esensi (Hakikat) Pancasila sebagai Sistem Filsafat
Pancasila adalah dasar negara dan ideologi Indonesia yang terdiri dari lima sila. Esensi
atau hakikat Pancasila sebagai sistem filsafat dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa (sila pertama): Esensi dari sila pertama adalah pengakuan
terhadap adanya Tuhan yang Maha Esa. Hal ini menunjukkan bahwa dalam Pancasila
terdapat keyakinan akan adanya kekuatan yang lebih tinggi yang mengatur alam
semesta dan kehidupan manusia. Dalam konteks filsafat, esensi sila pertama
mencerminkan kepercayaan akan keberadaan Tuhan sebagai sumber kebijaksanaan
dan nilai-nilai moral yang menjadi landasan bagi tindakan manusia.
2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab (sila kedua): Esensi dari sila kedua adalah
mengutamakan martabat dan keadilan bagi setiap individu. Sila ini menegaskan bahwa
setiap manusia memiliki hak-hak yang sama dan tidak boleh diskriminasi. Dalam
konteks filsafat, esensi sila kedua menekankan pentingnya menghargai kemanusiaan
dan menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan, solidaritas, dan penghormatan terhadap hak
asasi manusia.
3. Persatuan Indonesia (sila ketiga): Esensi dari sila ketiga adalah menjaga persatuan dan
kesatuan bangsa Indonesia. Sila ini menekankan pentingnya rasa nasionalisme,
solidaritas, dan kebersamaan dalam keragaman. Dalam konteks filsafat, esensi sila
ketiga menggambarkan pentingnya kebersamaan, toleransi, dan kerjasama antarwarga
negara untuk membangun bangsa yang kuat dan harmonis.
4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan (sila keempat): Esensi dari sila keempat adalah
mengedepankan prinsip demokrasi dalam sistem pemerintahan Indonesia. Sila ini

10
menegaskan bahwa kekuasaan negara berada di tangan rakyat dan dijalankan dengan
musyawarah untuk mencapai mufakat. Dalam konteks filsafat, esensi sila keempat
menekankan pentingnya partisipasi aktif rakyat dalam proses pengambilan keputusan
dan menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi, keadilan, dan kebijaksanaan dalam
pemerintahan.
5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia (sila kelima): Esensi dari sila kelima
adalah mewujudkan keadilan sosial yang merata bagi seluruh rakyat Indonesia. Sila ini
menekankan pentingnya distribusi yang adil dalam bidang ekonomi, sosial, dan politik.
Dalam konteks filsafat, esensi sila kelima mencerminkan semangat untuk menciptakan
masyarakat yang adil, berkeadilan, dan berwelfare state, di mana kebutuhan dasar
seluruh rakyat terpenuhi.
Secara keseluruhan, esensi Pancasila sebagai sistem filsafat adalah menciptakan
tatanan masyarakat yang berdasarkan pada prinsip-prinsip moral, keadilan, kebersamaan,
dan kesejahteraan. Pancasila bukan hanya menjadi landasan konstitusi dan sistem
pemerintahan Indonesia, tetapi juga mengandung nilai-nilai filosofis yang menjadi
panduan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
E. Konsep dan Urgensi Pancasila sebagai Sistem Etika
Pancasila adalah dasar filsafat dan ideologi negara Indonesia. Secara harfiah,
"Pancasila" berarti "lima prinsip" yang mewakili nilai-nilai fundamental yang menjadi
pijakan bagi bangsa Indonesia. Salah satu aspek penting dari Pancasila adalah perannya
sebagai sistem etika.
Konsep Pancasila sebagai sistem etika mencakup prinsip-prinsip moral dan nilai-nilai
yang mengatur perilaku individu dan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Pancasila
memberikan pedoman bagi masyarakat Indonesia dalam menjalankan kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Berikut adalah penjelasan mengenai lima
prinsip Pancasila dan urgensi Pancasila sebagai sistem etika:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa: Prinsip pertama Pancasila adalah kepercayaan kepada
Tuhan Yang Maha Esa. Prinsip ini menekankan pentingnya nilai-nilai spiritual dan
agama dalam kehidupan masyarakat. Dalam konteks etika, prinsip ini
menggarisbawahi pentingnya membangun hubungan yang baik dengan Tuhan dan
menghormati keberagaman agama.
2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab: Prinsip kedua Pancasila adalah menghargai
martabat dan hak asasi manusia. Prinsip ini menekankan pentingnya memperlakukan
setiap individu dengan adil, menghormati keberagaman, dan mendorong keadilan

11
sosial. Sebagai sistem etika, prinsip ini menekankan nilai-nilai kesetaraan, keadilan,
dan menghormati hak-hak asasi manusia.
3. Persatuan Indonesia: Prinsip ketiga Pancasila adalah persatuan Indonesia. Prinsip ini
menekankan pentingnya membangun persatuan dan kesatuan dalam keragaman
budaya, suku, agama, dan bahasa. Sebagai sistem etika, prinsip ini menekankan
pentingnya menghormati dan memperkuat persatuan dalam kehidupan masyarakat.
4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan: Prinsip keempat Pancasila adalah demokrasi yang
berdasarkan pada musyawarah dan mufakat. Prinsip ini menekankan pentingnya
melibatkan masyarakat dalam pengambilan keputusan yang berdampak pada
kehidupan mereka. Sebagai sistem etika, prinsip ini menekankan nilai-nilai partisipasi,
keadilan, dan pengambilan keputusan yang melibatkan masyarakat secara luas.
5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia: Prinsip kelima Pancasila adalah
keadilan sosial. Prinsip ini menekankan pentingnya distribusi yang adil dari sumber
daya dan kesempatan bagi seluruh masyarakat Indonesia. Sebagai sistem etika, prinsip
ini menekankan pentingnya keadilan, kesetaraan, dan kesejahteraan sosial dalam
kehidupan masyarakat.
Urgensi Pancasila sebagai sistem etika terletak pada perannya dalam membentuk
landasan moral yang kuat bagi masyarakat Indonesia. Pancasila membantu membangun
kesadaran moral, mengatur perilaku, dan mempromosikan nilai-nilai yang positif. Sebagai
sistem etika yang diterima secara nasional, Pancasila juga membantu menjaga
keberagaman, membangun harmoni sosial, dan mendorong partisipasi aktif dalam
kehidupan bermasyarakat.
Pancasila sebagai sistem etika memberikan kerangka kerja yang komprehensif untuk
mengatasi dilema moral dan menyelesaikan konflik yang mungkin muncul dalam
kehidupan sosial. Dengan mengacu pada prinsip-prinsip Pancasila, individu dan
masyarakat diharapkan dapat mengambil keputusan moral yang baik, memperhatikan
kepentingan bersama, dan menjaga harmoni sosial.
Dalam konteks pembangunan negara dan masyarakat yang adil, beradab, dan
berkelanjutan, Pancasila sebagai sistem etika memberikan landasan yang kuat bagi
pembentukan lembaga-lembaga negara, hukum, dan kebijakan publik yang berorientasi
pada kepentingan masyarakat. Dengan mempraktikkan nilai-nilai Pancasila dalam
kehidupan sehari-hari, masyarakat Indonesia dapat memperkuat moralitas, solidaritas
sosial, dan menggapai tujuan bersama untuk mencapai kesejahteraan yang berkelanjutan.

12
BAB. III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pancasila memiliki konsep dan urgensi yang kuat sebagai ideologi negara
Indonesia. Pancasila menjadi landasan yang kokoh untuk mencapai persatuan,
keadilan, dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.

13
DAFTAR PUSTAKA
https://tirto.id/hakikat-pancasila-dimensi-urgensinya-sebagai-ideologi-negara-gidP
https://malvaspalette.wordpress.com/2017/11/05/menggali-sumber-historis-sosiologis-politik-
pendidikanpancasila/
https://www.kompasiana.com/noviyanti17719/5fadfa0fd541df35697944e2/argumen-tentang-
dinamika-pancasila-dan-tantangan-pancasila-sebagai-ideologi-negara
https://elektros1.blogspot.com/2019/05/esensi-pancasila-sebagai-sistem-filsafat.html
https://www.kompasiana.com/kikaandira/619e6dab62a704379246e012/konsep-dan-urgensi-
pancasila-dalam-sistem-etika

14

Anda mungkin juga menyukai