Anda di halaman 1dari 21

PANDANGAN FILSAFAT PANCASILA TENTANG MANUSIA,

MASYARAKAT, PENDIDIKAN
DAN NILAI

Dosen Pengampu: Natalia Silalahi, S.Kom.,M.Kom

Disusun oleh kelompok VI (Enam)

Septi Utari 1231111012


Lidwina Roulina Turnip 1233111100
Hajjaziah 1231111008
Anestasya Amanda 1232411010

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya
dengan rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah “Pandangan Filsafat
Pancasila tentang Manusia, Masyarakat, Pendidikan, dan Nilai”. Tidak lupa kami
mengucapkan banyak terimakasih kepada dosen pembimbing dan teman-teman yang telah
memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh
sebab itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Dan semoga dengan
selesainya makalah ini dapat ber manfaat bagi pembaca dan teman-teman.
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pancasila sebagai dasar/ideologi dari pembentukan negara indonesia sebagaimana yang
dikemukakan oleh Bung Karno didalamnya lahirnya Pancasila. Fungsi dari ideologi
yaituserangkaian nilai-nilai yang dijadikan pegangan oleh setiap warga negara untuk mengikat
seluruh anggotanya dalam suatu negara Republik Indonesia. Pancasila sebagai ideologi
mempunyai hakuntuk mengatur dan mengarahkan setiap kegiatan yang dilakukan baik secara
pribadi maupun kelompok untuk mencapai tujuan yang dicita-citakan oleh bangsa Indonesia.

Filsafat Pancasila adalah hasil pemikiran yang sedalam-dalamnya dari bangsa Indonesia,
yangoleh bangsa Indonesia dianggap, dipercaya dan diyakini sebagai suatu kenyataan, norma-
norma,nilai-nilai yang paling benar, paling adil, paling bijaksana, paling baik dan paling sesuai
bagi bangsa Indonesia.

Pendidikan sebagai suatu lembaga yang berfungsi menanamkan dan mewariskan sistemnorma
tingkah laku perbuatan yang didasarkan kepada dasar-dasar filsafat yang dijunjung
olehlembaga pendidikan dan pendidik dalam suatu masyarakat. Untuk menjamin supaya
pendidikandan prosesnya efektif, maka dibutuhkan landasan-llandasan filosofis dan landasan
ilmiah sebagaiasas normatif dan pedoman pelaksanaanya. Filsafat pendidikan nasional
Indonesia adalah suatusistem yang mengatur dan menentukan teori dan praktek pelaksanaan
pendidikan yang berdiri diatas landasan dan dijiwai oleh filsafat hidup bangsa "Pancasila"
yang diabdikan demi kepentingan bangsa dan negara Indonesia dalam usaha merealisasikan
cita-cita bangsa dan negara Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana pandangan filsafat Pancasila tentang manusia?
2. Bagaimana pandangan filsafat Pancasila tentang masyarakat?
3. Bagaimana pandangan filsafat Pancasila tentang pendidikan dan nilai?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui pandangan filsafat Pancasila tentang manusia
2 . Mengetahui pandangan filsafat Pancasila tentang masyarakat
3. Mengetahui pandangan filsafat Pancasila tentang pendidikan dan nilai

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Filsafat Pancasila


Pancasila yang dibahas secara filosofis disini adalah Pancasila yang butir-butirnya
termuatdalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang tertulis dalam alinia ke
empat. Dijelaskan bahwa Negara Indonesia didasarkan atas Pancasila. Pernyataan tersebut
menegaskan hubunganyang erat antara eksistensi negara Indonesia dengan Pancasila.
Lahir, tumbuh dan berkembangnyanegara Indonesia ditumpukan pada Pancasila sebagai
dasarnya. Secara filosofis ini dapat diinterpretasikan sebagai pernyataan mengenai
kedudukan Pancasila sebagai jati diri bangsa.

Melihat dari beragamnya kebudayaan yang terdapat dalam bangsa Indonesia maka
proseskesinambungan dari kehidupan bangsa merupakan tantangan yang besar. Demi
perkembangankebudayaan Indonesia selanjutnya dituntut adanya rumusan yang jelas yang
mampu berperan sebagai pemersatu bangsa sehingga ciri khas bangsa Indonesia menjadi
nyata.

Jadi, Pancasila mengarahkan seluruh kehidupan bersama bangsa, pergaulannya dengan


bangsa-bangsa lain dan seluruh perkembangan bangsa Indonesia dari waktu kewaktu.
Namundengan diangkatnya Pancasila sebagai jati diri bangsa Indonesia tidak berati bahwa
Pancasiladengan nilai-nilai yang termuat didalamnya sudah terumus dengan teliti dan
jelas, juga tidak berarti pancasila telah merupakan kenyataan didalam kehidupan bangsa
Indonesia. Pancasilaadalah pernyataan tentang jati diri bangsa Indonesia.

Pancasila dikenal sebagai filosofi Indonesia. Kenyataannya definisi filsafat dalam


filsafatPancasila telah diubah dan diinterpretasi berbeda oleh beberapa filsuf Indonesia.
Pancasiladijadikan wacana sejak 1945. Filsafat Pancasila senantiasa diperbarui sesuai
dengan “permintaan” rezim yang berkuasa, sehingga Pancasila berbeda dari waktu ke
waktu.

2.2 Pandangan Filsafat Pancasila Tentang Manusia


Kodrat manusia merupakan keseluruhan sifat-sifat asli, kemampuan-kemampuan
atau bakat-bakat alami, kekuasaan, bekal disposisi yang melekat pada
kebaradaan/eksistensi manusia sebagai makhluk pribadi sekaligus makhluk sosial
ciptaan Tuhan YME. Harkat manusia adalahnilai manusia sebagai makhluk Tuhan
yang memiliki kemampuan-kemampuan yang disebut cipta,rasa dan karsa. Derajat
manusia adalah tingkat kedudukan atau martabat manusia sebagai makhlukciptaan
Tuhan yang memiliki bakat, kodrat, kebebasan hak, dan kewajiban asasi.
A. Sifat dan Hakekat Manusia
1. Pengertian dan Sifat Hakekat Manusia
Ciri-ciri karakteristik, yang secara prinsipil membedakan manusia dari hewan
2. Pendidikan Bersifat Filosofis
Filosofis berarti berdasarkan pengetahuan dan penyelidian dengan akal budi
mengenaihakikat segala yang ada, sebab, asal dan hukum, termasuk termasuk teori
yang mendasarialam pikiran atau suatu kegiatan (berintikan logika, estetika,
metafisika, epistemologydan falsafah) Untuk mendapatkan landasan pendidikan yang
kukuh diperlukan adanyakajian yang bersifat mendasar, sistematis dan Universal
tentang ciri hakiki manusia
3. Pendidikan Bersifat Normatif Normatif berarti bersifat norma atau mempunyai
tujuan/aturan
Pendidikan mempunyai tugas untuk menumbuh kembangkan sifat hakikat manusia
sebagaisesuatu yang bernilai luhur, dan hal itu menjadi keharusan.

B. Wujud Sifat Hakekat Manusia


1) Kemampuan Menyadari Diri
Kemampuan Mengeksplorasi potensi yang ada, dan mengembangkannya
kearahkesempurnaan dan menyadarinya sebagai kekuatan
2) Kemampuan Bereksistensi
Manusia bersifat aktif dan manusia dapat menjadi manejer terhadap lingkungannya
3) Pemilikan Kata Hati
Kemampuan membuat keputusan tentang baik/benar dengan yang buruk/salah
bagimanusia. Cara meningkatkan : melatih akal/kecerdasan dan kepekaan emosi
4) Moral (Etika)
Perbuatan yang dilakukan/nilai-nilai kemanusiaan. Bermoral sesuai dengan kata hati
yang baik bagi manusia, dan sebaliknya. Etikat hanya sekedar kemampuan
bersikap/mengenaisopan santun
5) Kemampuan Bertanggung Jawab
Suatu perbuatan harus sesuai dengan tuntutan kodrat manusia
6) Rasa Kebebasan (Kemerdekaan)
Kebebasan yang terikat(bertanggung jawab). Tugas pendidikan membuat pesreta
didikmerasa merdeka dalam menjalankan tuntutan kodrat manusia
7) Kesediaan Melaksanakan Kewajiban dan Menyadari Hak
Dapat ditempuh dengan pendidikan disiplin:
a. Disiplin Rasional -> dilanggar -> rasa Salah
b. Disiplin Afektif -> dilanggar -> rasa Gelisah
c. Disiplin Sosial -> dilanggar -> rasa Malu
d. Disiplin Agama -> dilanggar -> rasa Berdosa
8) Kemampuan Menghayati Kebahagiaan
Kesanggupan menghayati kebahagiaan berkaitan dengan 3 hal : Usaha, norma-
norma, dan takdir.

C. Dimensi-Dimensi Hakekat Manusia


1. Keindividualan (pribadi yang berbeda dari yang lain)
2. Kesosialan (ketergantungan kebutuhan pada orang lain)
3. Kesusilaan (menyangkut etika dan etiket)
4. Keberagaman (keyakinan ada kekutan yang mengendalikan seluruh aspek
kehidupan di luarkemampuan makhlup hidup di dunia)
5. Intelektual (mengembangkan wawasan dan iptek, terampil mengkomunikasikan
pengetahuan danmemecahkan masalah)
6. Produktivitas (Kesanggupan memilih pekerjaan sesuai dengan kemampuan,
keserasian hidup bekeluarga, pandai menempatkan diri sebagai konsumen dan
produsen, serta kreatif dan berkarya)
Pancasila sebagai dasar dan nilai yang dijunjung tinggi oleh masyarakat, bangsa,
dannegara Indonesia memandang bahwa manusia adalah makhluk tertinggi ciptaan
Tuhan Yang Maha Kuasa dan Maha Mulia yang dianugerahi kemampuan atau potensi
untuk tumbuh dan berkembang, baik sebagai individu maupun sebagai anggota
masyarakat atau sosial.
Kedudukan manusia dihadapan Tuhan adalah sama dan sama-sama memiliki harkat
danmartabat sebagai manusia mulia.
Paulus Wahana (dalam H.A.R. Tilaar. 2002 : 191) mengemukakan gambaran
manusia pancasila sebagai berikut :
1. Manusia adalah makhluk monopluralitas yang memungkinkan manusia itu
dapatmelaksanakan sila-sila yang tercantum di dalam pancasila.
2. Manusia adalah makhluk ciptaan tuhan yang tertinggi yang dikaruniakan memiliki
kesadarandan kebebasan dalam menentukan pilihannya.
3. Dengan kebebasannya manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan dapat menentukan
sikapnyadalam hubungannya dengan pencipta Nya.
4. Sila pertama menunjukkan bahwa manusia perlu menyadari akan kedudukannya
sebagaiciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa dan oleh sebab itu harus mampu
menentukan sikapnya terhadaphubungannya dengan pencipta Nya.
5. Manusia adalah otonom dan memiliki harkat dan martabat yang luhur.
6. Sila kedua yaitu kemanusiaan yang adil dan beradab menuntut akan kesadaran
keluhuranharkat dan martabatnya yaitu dengan menghargai akan martabat sesama
manusia.
7. Sila persatuan Indonesia berarti manusia adalah makhluk sosial yang berada di
dalam duniaIndonesia bersama-sama dengan manusia Indonesia lainnya.
8. Manusia haruslah dapat hidup bersama, menghargai satu dengan yang lain dan
tetapmembina rasa persatuan dan kesatuan bangsa yang kokoh.
9. Manusia adalah makhluk yang dinamis yang melakukan kegiatannya bersama-
sama denganmanusia Indonesia yang lain.
10. Sila keempat atau sila demokrasi dituntut manusia Indonesia yang saling
menghargai,memiliki kebutuhan bersama di dalam menjalankan dan mengembangkan
kehidupannya.
11. Dalam sila kelima manusia Indonesia dituntut saling memiliki kewajiban
menghargai oranglain dalam memanfaatkan sarana yang diperlukan bagi peningkatan
taraf kehidupan yang lebih baik.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa manusia Pancasila adalah manusia
yang bebas dan bertanggung jawab terhadap perkembangan dirinya sebagai individu
dan perkembanganmasyarakat (sosial) Indonesia. Manusia ciptaan Tuhan Yang Maha
Kuasa dianugerahi kemampuanatau potensi untuk bertumbuh dan berkembang
sepanjang hayat.
2.3 Pandangan Filsafat Pancasila Tentang Masyarakat
Nilai yang terkandung dalam Pancasila, Nilai-nilai itulah sebagai ciri kepribadian
masyarakat-bangsa dan negara Indonesia. Rakyat Indonesia adalah keseluruhan jumlah
semua orang, warga dalam lingkungan negara Indonesia. Hakekat rakyat Indonesia adalah
pilar negaradan yang berdaulat. Segala sesuatu yang merupakan hak dalam hubungan
hidup kemanusiaan yangmencakup hubungan antara negara dengan warga negara,
hubungan negara dengan negara, danhubungan antar sesama warga negara yang
dinamakan adil (Surajiyo, 2008).
Untuk menghindarkan masalah etno-nasionalisme yang dapat berakibat disintegrasi
bangsa, Hamdi Huruk (dalam H.A.R. Tilaar. 2002: 76) mengemukakan program sebagai
berikut :
1. Didalam menyikapi dorongan etno-nasionalisme yang negatif maka
dihindarkan cara-cara pemecahan koersif (militeristk), tetapi dengan
menggunakan metode persuasive dandialogis, serta mengikut sertakan
masyarakat setempat.
2. Perlu diakui identitas etnis dalam arti kultural bukan dalam arti politik.
3. Menyadarkan kelompok-kelompok yang berkeinginan kepada separatisme,
bahwa berpisah dengan negara dan bangsa Indonesia akan merugikan.
4.Menghindari berbagai pelanggaran HAM dan menghormati HAM.
Oleh karena itu, budaya etnis masing-masing suku harus diberi kesempatan yang seluas-
luasnya untuk diperkembangkan sebagai modal dasar mengembangkan demokrasi atau
sikap demokratis, saling menghargai, dan menghormati bagi setiap warga negara. Itulah
yang menjad inilai-nilai dasar Pancasila terhadap masyarakat Indonesia.

2.4 Pandangan Filsafat Pancasila Tentang Pendidikan


Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untukmemiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia,serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara (Pasal 1 UU RI No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional).
Sebagai usaha sadar dan terencana, pendidikan tentunya harus mempunyai dasar dan
tujuan yang jelas, sehingga dengan demikian baik isi pendidikan maupun cara-cara
pembelajarannya dipilih,diturunkan dan dilaksanakan dengan mengacu kepada dasar
dan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Selain itu, pendidikan bukanlah
prosespembentukan peserta didik untuk menjadi orangtertentu sesuai kehendak
sepihak dari pendidik. Karena manusia (peserta didik) hakikatnya adalah
pribadi yang memiliki potensi dan memiliki keinginan untuk menjadi dirinya sendiri,
maka upaya pendidikan harus dipandang sebagai upaya bantuan dan memfasilitasi
peserta didik dalam rangka mengembangkan potensi dirinya. Upaya pendidikan
adalah pemberdayaan peserta didik. Hal inihendaknya tidak dipandang sebagai upaya
dan tujuan yang bersifat individualistic semata, sebab sebagaimana telah
dikemukakan bahwa kehidupan manusia itu multi dimensi dan merupakan kesatuan
yang integral.
Selain hal di atas, dimensi hitorisitas, dinamika, perkembangan kebudayaan dan
tugashidup yang diemban manusia mengimplikasikan bahwa pendidikan harus
diselenggarakansepanjang hayat. Pendidikan hendaknya diselenggarakan sejak dini,
pada setiap tahapan perkembangan hingga akhir hayat. Sebab itu, pendidikan
hendaknya diselenggarakan baik pada jalur pendidikan informal, formal, maupun
nonformal yang dapat saling melengkapi danmemperkaya.

Tujuan Pendidikan berdasarkan Pandangan Pancasila tentang hakikat


realitas,manusia, pengetahuan dan hakikat nilai mengimplikasikan bahwa pendidikan
seyogyanya bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertangung jawab. Hal ini sebagaimanaditegaskan dalam Pasal 3 UU RI No. 20
Tahun 2003 Tentang sistem Pendidikan Nasional. Tujuan pendidikan tersebut
hendaknya kita sadari betul, sehingga pendidikan yang kita selenggarakan bukan
hanya untuk mengembangkan salah satu potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang berilmu saja, bukan hanya untuk terampil bekerja saja, dsb, melainkan demi
berkembangnya seluruh potensi peserta didik dalam konteks keseluruhan dimensi
kehidupannya secara integral.

Kurikulum disusun sesuai dengan jenjang pendidikan dalam kerangka Negara


KesatuanRepublik Indonesia dengan memperhatikan:
1. Peningkatan iman dan takwa;
2. Peningkatan akhlak mulia;
3. Peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat peserta didik;
4. Keragaman potensi daerah dan lingkungan;
5. Tuntutan pembangunan daerah dan nasional;
6. Tuntutan dunia kerja;
7. Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni;
8. Agama;
9. Dinamika perkembangan global; dan
10. Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan.

Ketentuan mengenai pengembangan kurikulum sebagaimana dimaksud di atas


diatur lebihlanjut dengan Peraturan Pemerintah (Pasal 36 UU RI No. 20 Tahun
2003 Tentang SistemPendidikan Nasional).
Metode Pendidikanyang ada merupakan alternative untuk diaplikasikan. Sebab,
tidak ada satu metode mengajar pun yang terbaik dibanding metode lainnyadalam
segala konteks pendidikan.
Peranan Pendidik dan Peserta Didik ada berbagai peranan pendidik dan peserta
didik yangharuis dilaksanakannya, namun pada dasarnya berbagai peranan
tersebut tersurat dan tersirat dalam semboyan:
“ing ngarso sung tulodo” artinya pendidik harus memberikan atau menjadi
teladan bagi peserta didiknya; dan “tutwuri handayani” artinya bahwa
sepanjangtidak berbahaya pendidik harus memberi kebebasan atau kesempatan
kepada peserta didik untuk belajar mandiri.

2.5 Pandangan Filsafat Pancasila Tentang Nilai


Pembangunan nasional adalah upaya bangsa untuk mencapai tujuan nasional
sebagaimanayang sudah dinyatakan dalam pembukaan Undang-Undang Dasar
1945. Pancasila sebagai dasarnegara, pandangan hidup bangsa, dan sumber nilai
bagi bangsa Indonesia. Menurut Kaelan, 2000 ( dalam Surajiyo, 2008, 161)
menjelaskan bahwa Pancasila merupakan satu kesatuan dari sila-silanya harus
merupakan sumber nilai, kerangka berpikir serta asas moralitas bagi
pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu, sila-sila dalam
Pancasila menunjukkan sistemetika dalam pembangunan iptek, seperti berikut ini;
a. Sila KeTuhanan Yang Maha Esa
Sila ini menempatkan manusia di alam semesta bukan sebagai pusatnya,
melainkan sebagai bagian yang sistematik dari alam yang diolahnya.
Pengolahan bukan berartimengeksploitasi alam sesuai dengan kebutuhan,
akan tetapi harus diimbangi dengan pelestarian alam.
b. Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradap
Sila ini menekankan bahwa pembangunan dan pelaksanaan pendidik harus
menjagakesimbangan antar daerah, keberadaan masyarakat dan warga
negara, letak dan jarak ataugeografis sehingga dapat tercapai berdiri sama
tinggi duduk sama rendah dan bahumembahu membangun bangsa ini.
c. Sila Persatuan IndonesiaSila ini memberikan kesadaran bagi bangsa
indonesia bahwa rasa nasionalisme merupakanmodal dasar bagi persatuan
dan kesatuan bangsa. Nilai kesatuan dan persatuan mengikat bangsa
Indonesia dalam membangun seperti semboyan bersatu kita teguh bercerai
kitaruntuh. Rasa sektarian dan kedaerahan jangan sampai merusak kesatuan
dan persatuan bangsa, hal ini akan akan dibungkus kuat dan rapi dengan rasa
nasionalisme.
d. Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan
DalamPermusyawaratan/PerwakilanMendasarai bahwa setiap warga negara
memiliki kebebasan untuk mengembangkandirinya sesuain dengan
potensinya, masing-masing warga negara menghormati kebebasan berkarya
demi kemajuan dan perkembangan bangsa yang berdasarkan Pancasila.
Terbuka juga mengandung makna bahwa terbuka untuk mengkritik dan
dikritik tentang sesuatuyang ditemukan atau dilakukan.
e. Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Sila ini mengandung bahwa manusia Indonesia harus menjaga kesimbangan
keadilandalam hubungannya dengan dirinya sendiri, manusia dengan Tuhan,
manusia dengan manusia lain, manusia dengan masyarakat bangsa dan
negara serta manusia dengan alam lingkungannya.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Pancasila adalah sumber nilai
bagi pembangunan bangsa Indonesia. Pancasila menjadi kerangka kognitif
dalam identifikasi dirisebagai bangsa, sebagai landasan, arah dan etos, serta
sebagai moral pembangunan nasional.

2.6. Penerapan Nilai-nilai pancasila dalam sistem pendidikan


Implementasi Nilai Nilai Pancasila dalam Pendidikan Pancasila merupakan
dasar negaraIndonesia termasuk juga dasar pendikan di Indonesia.
Implementasi nilai-nilai sila pancasila dalam pendidikan antara lain sebagai
berikut.
1. Implementasi sila Ketuhanan dalam Pendidikan
Di dalam suatu sekolah biasanya guru mengajarkan mengenai
pendidikan agama. Dari situkita dapat memahami lebih dalam mengenai
sila ini. Melalui pembelajaran keagamaan seseoranghanya memiliki
Tuhan yang Esa. Dari pembelajaran keagamaan ini juga kita dapat lebih
mendekatkan diri kita kepada Tuhan kita. Untuk itu melalui
pembelajaran ini kita belajar tentang agama kita masing-masing agar
kita dapat bertaqwa kepada Tuhan kita. Selain melalui pembelajaran
juga ada praktek langsung dalam kehidupan sehari-hari dimana seorang
guru mencontohkan pada muridnya bagaimana cara beribadah kepada
Tuhan kita. Namun bukan hanya sekedar contoh namun guru mengajak
secara langsung kegiatan praktiknya kepada murid-muridnya.Selain itu
implikasi sila tersebut dalam pendidikan di sekolah adalah tersedianya
fasilitas tempat beribadah yang kebanyakan adalah tempat beribadah
untuk umat Islam yang setiap hari digunakan untuk shalat.
2. Implikasi sila kemanusiaan dalam pendidikan
Implementasi nilai kemanusiaan dalam pendidikan ini adalah
menggunakan kekerasan pada muridnya saat pengajaran. Implementasi
sila kemanusiaan dalam pendidikan juga dilakukan oleh murid-muridnya.
Seorang murid kini diajarkan oleh gurunya dalam pengaplikasian nilai-
nilai pancasila bahkan sejakanak duduk di bangku SD. Pengajaran nilai
kemanusiaan ini dapat membiasakan anak untuk memiliki rasa
kemanusiaan terhadap sesama manusia lainnya. Dengan pengajaran yang
demikian maka anak akan tergugah hatinya untuk mencintai sesamanya.
Hal ini terlihat dengan perwujudan dari anak yang mau peduli dengan
temannya, membantu temannya yang membutuhkan, menjenguk
temannya yang sakit, saling menyayangi dengan temannya, dan lain
sebagainya. Dari contoh yang sederhana demikian, maka kelak anak
tersebut akan memiliki jiwa kemanusiaan yang nantinya akan bermanfaat
bagi orang lain. Selain itu, ia tidak akan menjadi pribad yang egois yang
hanya mementingkan diri sendiri, namun ia akan memperhatikan dan
ikutmerasakan kesusahan orang lain, terutama temannya sendiri.
3. Implikasi sila persatuan dalam pendidikan
Implementasi sila persatuan dalam pendidikan di Indonesia ini terwujud
melalaui tujuan pendidikan yang sama yaitu mencerdaskan kehidupan
bangsa. Dimana kurikulum yang disusunoleh pemerintahlah yang
menyamakan sistem pendidikan di Indonesia. Dengan adanya alat
pemersatu pendidikan tersebut maka diharapkan tujuan pendidikan dapat
tercapai dengan mudah di sekolah, sekolah tidak mengajarkan
persaingan pada setiap muridnya, namun sekolah mengajarkan muridnya
untuk bekerja sama dan mengajarkan untuk selalu tetap kompak
walaupunada perbedaan dintara mereka. Perbedaan diantara mereka
akan mengantarkan mereka dalam kerukunan jika mereka saling
menghargai dan saling bersatu satu dan yang lainnya. Implikasi sila
persatuan dalam pendidikan ini terwujud juga dengan adanya upacara
yang dapat mempersatukan mereka. Selain itu kegiatan-kegiatan di
sekolah yang melatih mereka untuksaling bersatu juga akan mengajarkan
mereka tentang makna persatuan. Contoh kegiatan yang diadakan
sekolah tersebut adalah saat kegiatan pramuka, lomba-lomba saat class
meeting, pertukaran pelajar antar sekolah, perayaan ulang tahun sekolah,
kemudian dalam ekstrakurikuler juga dapat mengajarkan siswa tentang
pentingnya bekerja sama dan bersatu dalam pembentukankegiatan serta
acara yang diadakan agar berjalan sukses. Dari ekstrakurikuler tersebut
juga siswa diajarkan untuk bersatu agar ekskul tersebut dapat berjalan
lancar dan sukses. Selain penerapan dari siswanya, guru beserta staff
sekolah yang lainnya juga harus bekerjasama agar membentuk siswa
yang unggul serta mencintai tanah airnya. Agar kelak setelah
dewasananti siswa diharapkan bekerja sama dengan orang lain dalam
menghadapi persaingan dan masalahyang akan timbul dalam kehidupan
nantinya. Selain itu penerapan nilai persatuan ini terwujuddengan
adanya Persatuan Guru Republik Indonesia yang disingkat PGRI.
4. Implikasi sila kerakyatan dalam pendidikan
Implementasi sila kerakyatan tersebut dalam pendidikan adalah dimana
adanya usulan-usulan pendidikan dari sekolah-sekolah kepada
pemerintah untuk memajukan sistem pendidikan di Indonesia. Melalui
usulan dari sekolah-sekolah tersebut jika disetujui oleh pemerintah maka
diharapkan sekolah mampu menjalankan pembelajaran guna
mencerdaskan kehidupan bangsasesuai apa yang telah dicita-citakan
bangsa Indonesia. Implementasi yang demikian terwujud melalui
permusyawarahan yang dilakukan oleh guru-guru di sekolah. Kemudian
perwakilan dari guru di sekolah tersebut bermusyawarah dengansekolah
lain dan seterusnya yang kemudian perwakilan dari beberapa sekolah
tersebut bermusyawarah dengan menteri pendidikan dan pihak lain yang
terkait untuk membentuk suatu kurikulum dan kebijakan pendidikan
yang nantinya digunakan untuk kepentingan dan kesuksesan pendidikan
di Indonesia. Sedangkan implementasi kerakyatan bagi murid dalam
pendidikan ini adalah dimana terdapat contoh sederhana. Contoh
tersebut adalah dimana anak diajarkan untuk bertanya kepadagurunya
apa yang tidak ia pahami. Selain itu anak juga diperbolehkan untuk
menanggapi apa yang diajarkan oleh guru. Pendidikan sekarang ini
bukanlah pendidikan yang hanya ketika seorang guru
mengajarkankepada muridnya tentang suatu materi yang kemudian
murid menerima begitu saja apa yangdiberikan oleh gurunya. Namun
pendidikan yang sekarang ini adalah dimana seorang murid berhak
menerima atau menyanggah, serta mengemukakan pendapatnya. Karena
sekarang biasanya murid lebih pintar dari guru, dan pengetahuan yang
diterima siswa bukan hanya dari guru semata. Saat ini guru bukanlah
figur yang selalu benar,
karena guru juga seorang manusia biasa yang dapat juga berbuat salah.
5. Implikasi sila keadilan dalam pendidikan
Implikasi sila keadilan dalam pendidikan dari segi pemerintah adalah
dimana pemerintahmemberikan bantuan operasional yang sama kepada
setiap sekolah sesuai dengan jenjang pendidikannya masing-masing.
Pemerintah memberikan bantuan yang sama rata dan adil agarsekolah
dapat melengkapi sarana dan prasarana serta fasilitas yang kurang guna
kesejahteraansekolah.Di sekolah juga sekarang sekolah tidak
membedakan muridnya dari kalangan yang tidakmampu atau mampu.
Sekolah menerima murid baru sesuai dengan persyaratan yang
telahditetapkan sebelumnya, bukan karena uang sumbangan yang lebih
besar dari yang lainnya seorang murid diterima. Apabila seorang murid
memenuhi persyaratan yang telah ditentukan namun ia kurang mampu,
maka sekolah akan membantu murid tersebut agar tetap dapat
melanjutkansekolah. Kini di sekolah-sekolah juga dilengkapi dengan
ruang BK dimana setiap siswa yang bermasalah baik akademik, biaya
atau lainnya boleh meminta bantuan kepada sekolah. Hal
inimenunjukkan betapa sekolah mencoba berlaku adil kepada setiap
muridnya.Implikasi sila tersebut dalam pendidikan bagi muridnya
sendiri adalah, dimana tidak hanyaseorang murid yang tidak memilih-
milih teman, dia mau berteman dengan siapa saja dan berlakuadil kepada
semua temannya.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pancasila sebagai filsafat Negara maka patut menjadi jiwa bangsa
Indonesia, menjadi semangat dalam berkarya pada segala bidang.
Pancasila harus dipahami dengan menggunakan penalaran rasional akal
budi manusia. Pancasila juga harus dipahami dengan pendekatan kritis,
yakni tidak mudah percaya dengan klaim-klaim luhur ataupun praktek-
praktek naif yang mengatasnamakan Pancasila. Tafsiran atas nilai-nilai
Pancasila pun harus runut dan taat asas, sesuai denganmaksud dan tujuan
adanya Pancasila itu sendiri. Seperti segala sesuatu di bawah langit,
Pancasila, dan tafsiran atasnya, pun juga harus kontekstual, yakni sesuai
dengan perkembangan jaman. Maka, nilai fleksibilitas, dalam tegangan
dengan keteguhan prinsip-prinsip dasar harus digunakansemesta
berpartisipasi “mewujudkannya”. Semua anggota semesta ikut
berpartisipasi dalam mewujudkan realitas. Sebab itu, peran manusia baik
sebagai individu maupun kelompok adalahmerajut realitas yang
diinginkannya yang dapat diterima oleh lingkungannya. Dalam hal ini
hakikat pendidikan seyogyanya diletakkan pada upaya-upaya untuk
menggali danmengembangkan potensi para pelajar agar mereka tidak
saja mampu memahami perubahan tetapi mampu berperan sebagai agen
perubahan atau perajut realitas
(A. Mappadjantji Amien, 2005).
Perubahan merupakan suatu keharusan atau kenyataan yang tidak dapat
kita tolak,sehingga pelajar-pelajar harus kita didik untuk menguasainya
dan bukan sebaliknya, mereka menjadi dikuasai oleh perubahan.
Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun
2003 dijelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memilikikekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, masyarakat,
bangsa, dan negara.
Selanjutnya dalam UU sidiknas Tahun 2003 BAB II Pasal 3 dijelaskan
tujuan pendidikansebagai berikut : Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentukwatak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yan Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,dan
menjadi warga negara yang demokrasi serta bertanggung jawab.
Pendidikan berlangsung dikeluarga, dirumah, disekolah, dan
dimasyarakat. Pendidikanharus berlangsung dengan keteladanan dan
komunikasi. Orang tua adalah pendidik dikeluarga (dirumah); Guru dan
tenaga kependidikan lainnya adalah pendidik disekolah; Tokoh atau
pemukamasyarakat, alim ulama, pejabat dsb. adalah teladan bagi peserta
didik. Karena itu, masing-masingindividu atau manusia dewasa adalah
pendidik dan contoh bagi individu lainnya terutama bagi peserta didik
yang mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan.
DAFTAR PUSTAKA

Purba, Edward dan Yusnadi. 2015. Filsafat Pendidikan. Cet.3. Medan: UNIMED Press
Koentjaraningrat. 1980. Manusia dan Kebudayaan Indonesia. Jakarta: PT.Gramedia.

http://gusfumi.wordpress.com/2010/10/20/pancasila-sebagai-landasan-filosofi-sistem-
pendidikan-pendidikan-nasional/http://www.asmakmalaikat.com/go/artikel/filsafat/index.htm

Anda mungkin juga menyukai