B. CAPAIAN PEMBELAJARAN
Mampu menjelaskan konsep dasar pembentukan larutan, menghitung konsentrasinya
dan menerapkannya dalam rangka memahami sifat larutan
C. INDIKATOR CAPAIAN PEMBELAJARAN (ICP)
Keberhasilan capaian pembelajaran diukur dengan indikator berikut:
1. Mahasiswaa mampu menjelaskan konsep dasar larutan
2. Mahasiswa dapat menghitung konsentrasi larutan dalam (a) perseratus (%); (b) persejuta
ppm; (c) Molaritas; (d) Normalitas; (e) Molalitas; (f) Fraksi mol
3. Mahasiswa mampu menjelaskan energi pembentukan larutan
4. Mahasiswa mampu menjelaskan factor-faktor yang mempengaruhi kelarutan
5. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang sifat koligatif larutan
6. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang koloid
D. BAHAN KAJIAN
1. Larutan
Definisi dari larutan ialah suatu zat/materi yang didalamnya tercampur materi/zat
lainnya. Di dalam larutan, terdapat pelarut (solvent) dan zat terlarut (solutes). Pelarut
merupakan zat yang jumlahnya lebih banyak, dan zat dengan jumlah yang lebih sedikit
ialah zat terlarut.
Suatu larutan dengan jumlah maksimum zat terlarut pada temperatur tertentu disebut
larutan jenuh. Sebelum mencapai titik jenuh, larutan tidak jenuh (Achamd. H, 2001:1)
2. Konsentrasi Larutan
a. Perseratus (%)
Persen berat menyatakan gram berat zat terlarut dalam 100 gram larutan.
Contoh: Larutan gula 5% dalam air, artinya: dalam 100 gram larutan terdapat:
gula = 5/100 x 100 = 5 gram
air = 100 - 5 = 95 gram
b. Persejuta (PPM)
Part per million (ppm) atau juga bagian per juta (bpj) yaitu satuan dari konsentrasi
yang dapat menyatakan sebuah perbandingan bagian dalam 1 juta bagian yang lain.
ppm ini dinyatakan dengan satuan mg/kg atau juga mg/L.
Contoh:
Suatu air minum yang mengandung besi sebesar 2 ppm artinya bahwa pada setiap 1
liter air minum tersebut (massa jenis air = 1) ini mengandung 2 mg besi.
c. Molaritas
Molaritas menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam 1 liter larutan.
Contoh: Berapakah molaritas 9.8 gram H2SO4 (Mr= 98) dalam 250 ml larutan ?
molaritas H2SO4 = (9.8/98) mol / 0.25 liter = (0.1 x 4) mol / liter = 0.4 M
d. Normalitas
Normalitas menyatakan jumlah mol ekivalen zat terlarut dalam 1 liter larutan. Untuk
asam, 1 mol ekivalennya sebanding dengan 1 mol ion H+. Untuk basa, 1 mol
ekivalennya sebanding dengan 1 mol ion OH-.
Antara Normalitas dan Molaritas terdapat hubungan:
N = M x valensi
e. Molalitas
Molalitas menyatakan mol zat terlarut dalam 1000 gram pelarut.
Contoh: Hitunglah molalitas 4 gram NaOH (Mr = 40) dalam 500 gram air !
molalitas NaOH = (4/40) / 500 gram air = (0.1 x 2 mol) / 1000 gram air = 0,2 m
f. Fraksi mol
Fraksi mol adalah perbandingan antara jumiah mol suatu komponen dengan jumlah
mol seluruh komponen yang terdapat dalam larutan.
Fraksi mol dilambangkan dengan X.
Contoh: Suatu larutan terdiri dari 3 mol zat terlarut A den 7 mol zat terlarut B.
maka:
XA = nA / (nA + nB) = 3 / (3 + 7) = 0.3
XB = nB /(nA + nB) = 7 / (3 + 7) = 0.7
XA + XB = 1
3. Energi Pembentukan Larutan
Perubahan energi dalam proses pelarutan adalah sebagai berikut:
a. Partikel solut harus terpisah sati sama lain
b. Beberapa partikel solven harus terpisah untuk memberi ruang bagi partikel solut
c. Partikel solut dan solven harus bercampur menjadi satu.
Gambar 1. Pembentukan dari Interaksi Solut dan Solven
(Sumber: https://slideplayer.info/slide/11888069/)
d. Energi akan diserap saat terjadi pemisahan parikel. Sebaliknya energi akan dilepas
ketika partikel bergabung dan tertarik satu sama lain.
e. Kesimpulannya pelarutan akan disertai perubahan entalpi.
Pada larutan non-elektrolit faktor van’t Hoff nya bernilai 1 karena tidak memiliki
ion, sehingga tidak diperlukan faktor van’t Hoff dalam perhitungan sifat koligatifnya.
Sifat koligatif pada larutan elektrolit sama dengan sifat koligatif non-elektrolit yaitu
penurunan tekanan uap jenuh, kenaikan titik didih, penurunan titik beku, dan tekanan
osmotik. Namun karena mengandung jumlah zat yang lebih banyak, sifat koligatifnya
menjadi lebih tinggi.
Kenaikan titik didih larutan elektrolit akan lebih besar dibandingkan yang terjadi
pada larutan non-elektrolit, begitu pula pada penurunan titik didih, penurunan tekanan
uap jenuh, dan juga tekanan osmotiknya.
a. Penurunan Titik Uap
Penurunan tekanan uap jenuh pada larutan elektrolit sangat bergantung pada zat
terlarutnya dan juga faktor van’t Hoff. Penurunan tekanan uap jenuh larutan
elektrolit dirumuskan dengan persamaan:
d. Tekanan Osmotik
Tekanan osmotik pada larutan elektrolit sangat bergantung pada zat terlarutnya
dan juga faktor van’t Hoff sebagai berikut:
6. Sistem Koloid
a. Pengertian Koloid
Pengertian koloid adalah campuran heterogen dari dua zat atau lebih di
mana partikel-partikel zat berukuran antara 1 hingga 1000 nm terdispersi (tersebar)
merata dalam medium zat lain. Zat yang terdispersi sebagai partikel disebut fase
terdispersi, sedangkan zat yang menjadi medium mendispersikan partikel disebut
medium pendispersi.
Secara makroskopis, koloid terlihat seperti larutan, di mana terbentuk
campuran homogen dari zat terlarut dan pelarut. Namun, secara mikroskopis,
terlihat seperti suspensi, yakni campuran heterogen di mana masing-masing
komponen campuran cenderung saling memisah.
b. Jenis-jenis Koloid
Sistem koloid dapat dikelompokkan berdasarkan fase terdispersi dan fase
pendispersinya. Berdasarkan fase terdispersi, jenis koloid ada tiga, antara lain sol
(fase tersispersi padat), emulsi (fase terdispersi cair), dan buih (fase terdispersi
gas). Koloid dengan fase pendispersi gas disebut aerosol.
Berdasarkan fase terdispersi dan pendispersinya, jenis koloid dapat dibagi
menjadi 8 golongan seperti pada tabel berikut.
Fase
Fase Terdispersi Jenis Koloid Contoh Koloid
Pendispersi
Kabut, awan, hair
Cair Gas Aerosol
spray
Padat Gas Aerosol Asa, debu di udara
Buih sabun, krim
Gas Cair Buih
kocok
Susu, santan,
Cair Cair Emulsi
mayonnaise
Sol emas, tinta, cat,
Padat Cair Sol
pasta gigi
Karet busa,
Gas Padat Buih padat Styrofoam, batu
apung
Emulsi padat Margarin, keju, jelly,
Cair Padat
(gel) mutiara
Gelas berwarna,
Padat Padat Sol padat
intan hitam
c. Sifat-sifat Koloid
1) Efek Tyndall
Ketika seberkas cahaya diarahkan kepada larutan, cahaya akan diteruskan.
Namun, ketika berkas cahaya diarahkan kepada sistem koloid, cahaya akan
dihamburkan. Efek penghamburan cahaya oleh partikel koloid ini disebut efek
Tyndall. Efek Tyndall dapat digunakan untuk membedakan sistem koloid dari
larutan. Penghamburan cahaya ini terjadi karena ukuran partikel koloid hampir
sama dengan panjang gelombang cahaya tampak (400 – 750 nm).
2) Gerak Brown
Secara mikroskopis, partikel-partikel koloid bergerak secara acak dengan jalur
patah-patah (zig-zag) dalam medium pendispersi. Gerakan ini disebabkan oleh
terjadinya tumbukan antara partikel koloid dengan medium pendispersi.
Gerakan acak partikel ini disebut gerak Brown. Gerak Brown membantu
menstabilkan partikel koloid sehingga tidak terjadi pemisahan antara partikel
terdispersi dan medium pendispersi oleh pengaruh gaya gravitasi.
d. Muatan Koloid
1) Adsorpsi
Partikel koloid dapat menyerap partikel-partikel lain yang bermuatan maupun
tidak bermuatan pada bagian permukaannya. Peristiwa penyerapan partikel-
partikel pada permukaan zat ini disebut adsorpsi. Partikel koloid dapat
mengadsorpsi ion-ion dari medium pendispersinya sehingga partikel tersebut
menjadi bermuatan listrik. Jenis muatannya bergantung pada muatan ion-ion
yang diserap. Sebagai contoh, sol Fe(OH)3 dalam air bermuatan positif karena
mengadsorpsi ion-ion positif, sedangkan sol As2S3 bermuatan negatif karena
mengadsorpsi ion-ion negatif.
2) Elektroforesis
Partikel koloid dapat bergerak dalam medan listrik. Hal ini menunjukkan
bahwa partikel koloid bermuatan listrik. Pergerakan partikel koloid dalam
medan listrik di mana partikel bermuatan bergerak ke arah elektrode dengan
muatan berlawanan ini disebut elektroforesis. Koloid bermuatan positif akan
bergerak ke arah elektrode negatif, sedangkan koloid bermuatan negatif akan
bergerak ke arah elektrode positif. Oleh karena itu, elektroforesis dapat
digunakan untuk menentukan jenis muatan koloid dan juga untuk memisahkan
partikel-partikel koloid berdasarkan ukuran partikel dan muatannya.
3) Koagulasi
Muatan listrik sejenis dari partikel-partikel koloid membantu menstabilkan
sistem koloid. Jika muatan listrik tersebut hilang, partikel-partikel koloid akan
menjadi tidak stabil dan bergabung membentuk gumpalan. Proses pembentukan
gumpalan-gumpalan partikel ini disebut koagulasi. Setelah gumpalan-gumpalan
ini menjadi cukup besar, gumpalan ini akhirnya akan mengendap akibat
pengaruh gravitasi. Koagulasi dapat dilakukan dengan empat cara, yaitu:
a) mekanik, yakni dengan pengadukan, pemanasan atau pendinginan;
b) menggunakan prinsip elektroforesis, di mana partikel-partikel koloid
bermuatan negatif akan digumpalkan di elektrode positif dan partikel-
partikel koloid bermuatan positif akan digumpalkan di elektrode negatif
jika dialirkan arus listrik cukup lama;
c) menambahkan elektrolit, di mana ion positif dari elektrolit akan ditarik
partikel koloid bermuatan negatif dan ion negatif dari elektrolit akan
ditarik partikel koloid bermuatan positif sehingga partikel-partikel koloid
dikelilingi oleh lapisan kedua yang memiliki muatan berlawanan dengan
lapisan pertama. Apabila jarak antara kedua lapisan tersebut cukup dekat,
muatan partikel koloid akan menjadi netral sehingga terjadilah koagulasi.
Semakin besar muatan ion dari elektrolit, proses koagulasi semakin cepat
dan efektif;
d) menambahkan koloid lain dengan muatan berlawanan, di mana kedua
sistem koloid dengan muatan berlawanan akan saling tarik-menarik dan
saling mengadsorpsi sehingga terjadi koagulasi.
Koagulasi dapat dicegah dengan penambahan koloid pelindung, yakni suatu
koloid yang berfungsi menstabilkan partikel koloid yang terdispersi dengan
membungkus partikel tersebut sehingga tidak dapat saling bergabung
membentuk gumpalan.
E. PENDEKATAN/METODE PEMBELAJARAN
1. Pendekatan Pembelajaran
Jenis pembelajaran yang diterapkan dalam perkuliahan ini adalah pembelajaran daring,
pembelajaran mandiri dalam kajian teori, jurnal, buku-buku untuk melahirkan ide kreatif
mahasiswa.
2. Metode Pembelajaran
Metode pembelajarannya adalah diskusi, pemecahan masalah, dan tanya jawab.
3. Skenario Pembelajaran
PERT
KEGIATAN MAHASISWA (S1) PPL KEGIATAN MAHASISWA WAKTU
KE
13 a. Mempersiapkan proses pembelajaran a. Mempersipakan diri untuk 25 menit
melalui daring mengikuti pembelajaran
b. Meriview pembelajaran sebelumnya b. Merespon riview yang
untuk mengetahui penguasaan indicator didesain dosen
capaian pembelajaran pada materi
Hukum-hukum dasar kimia
F. TAGIHAN
Quiz Larutan, Sifat Koligatif Larutan, dan Sistem Koloid
Tugas Rutin
CBR
G. SISTEMATIKA PELAPORAN TUGAS
1. RUBRIK TUGAS RUTIN
a. Tujuan
Tujuan penggunaan rubrik ini adalah sebagai pedoman bagi dosen untuk menilai
tugas-tugas rutin yang diberikan kepada mahasiswa.
b. Petunjuk
1. Objek penilaian adalah hasil pekerjaan tugas dari mahasiswa
2. Bapak/Ibu dapat memberikan penilaian, dengan cara memberi tanda cek (√ )
pada lajur yang tersedia.
3. Makna nilai/kualitasindikator penilaian tugas
1 adalah sangat rendah
2 adalah rendah
3 adalah sedang
4 adalah tinggi
5 adalah sangat tinggi
c. Tabel Rubrik Tugas Rutin
Skala Penilaian
No. Aspek Penilaian Indikator Penilaian 1 2 3 4 5
1. Penguasaan Materi a. Keakuratan pemilihan konsep dan penerapannya
b. Keakuratan pemilihan prinsip (Rumus, aturan,
Ajar
dalil) dan penerapannya
c. Keakuratan prosedur (uraian/elaborasi penyelesaian
masalah)
d. Kecermatan dalam perhitungan atau interpretasi
gambar atau penjelasan
e. Ketajaman dalam pemberian alasan atau pemberian
contoh atau penjelasan penyelesaian masalah
f. Keakuratan hasil pemecahan masalah
2. Sikap a. Kesungguhan melaksanakan tugas
b. Tepat waktu menyerahkan tugas
c. Jujur dalam penyelesaian tugas
d. Kerjasama dalam penyelesaian tugas
e.
Komponen Defenisi
F1 Tugas Rutin
F2 Critical Book Riview (CBR),Critical Juornal Review
(CJR) ,Critical Research Review (CRR) dan Rekayasa Ide dengan
ketentuan
F2 = 0,2 CBR + 0,3 (CJR/CRR) + 0,5 RI
F3 Mini Riset MR), Projek (PR) dengan ketentuan
F3= 0,4 MR + 0,6 PR
F4 a. Ujian Pengetahuan dan Ketrampilan (Tengah Semester)
b. Ujian Pengetahuan dan Ketrampilan (Akhir Semester)
Dengan ketentuan
F4 = 0,5 F4a + 0,5 F4b
H. SUMBER BACAAN
Berbagai sumber bacaan yang digunakan sebagai referensi dalam mata kuliah ini adalah :
1. Tim Dosen Kimia Umum. 2019. Bahan Kuliah Kimia Umum 1. FMIPA UNIMED:
Medan.
2. Tim Dosen Kimia Umum. 1999. Kimia Dasar. FMIPA UNP: Padang.
3. Achmad, Hiskia. 2001. Kimia Larutan. PT Citra Aditya Bakti: Bandung.