Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA

SIFAT KOLIGATIF LARUTAN

Disusun Oleh:
Nama : M. Ariel Rifki Fauzan
Kelas : XII MIPA 5
No. Absen : 13

SMA NEGERI 10 GARUT


Jl. Raya Leuwigoong No. 21 Kab. Garut, Jawa barat
Tahun Ajaran 2022/2023
LEMBAR PENGESAHAN

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan ujian praktikum mata pelajaran
kimia

Judul :Sifat Koligatif Larutan

Garut, 28 Februari 2023

Disusun Oleh Yang Menyetujui

M. Ariel Rifki Fauzan Drs. H. Sobarudin, M.M

NIP. 196504171988031009
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Didalam kehidupan kita dapat menemukan campuran dari berbagai zat, baik
campuran yang sifatnya homogen maupun heterogen. Zat-zat yang bercampur tadi
dapat menghasilkan senyawa maupun larutan. Larutan merupakan sistem
homogen yang terdiri dari zat terlarut dan zat pelarut. Larutan yang terbentuk
antara zat terlarut yang tidak mudah menguap dengan pelarut akan memmpunyai
sifat yang berbeda dengan pelarut murninya. Salah satu sifat larutan dapat dilihat
dari kemampuannya dalam menghantarkan listrik. Larutan yang dapat
mengahantarkan listrik disebut larutan elektrolit yang berupa ion-ion sedangkan
larutan yang tidak dapat menghantarkan listrik disebut sebagai larutatan non
elektrolit dan berupa molekul.
Selain itu terdapat pula sifat suatu larutan yang bergantung pada konsentrasi zat
terlarut. Sifat tersebut dikenal dengan sifat koligatif larutan. Sifat koligatif larutan
sendiri terdiri dari penurunan tekanan uap, kenaikan titik didih, penurunan titik
beku dan peristiwa osmosis.
Sifat koligatif merupakan sifat larutan yang hanya dipengaruhi oleh konsentrasi
zat terlarut, namun bagaimana jika terdapat suatu larutan dengan konsentrasi sama
namun jenis zat terlarutnya atau sifat larutannya yang berbeda. Misalnya larutan
gula dan garam ataupun larutan elektrolit dan larutan non elektrolit. Untuk
mengetahuinya maka dilakukan kegiatan praktikum ini dengan tujuan untuk
mengetahui bagaimana pengaruh jenis zat terhadap sifat koligatif larutan
utamanya terhadap titik didih dan tekanan osmosinya.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diambil suatu rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaruh jenis larutan terhadap titik bekunya ?
2. Bagaimana pengaruh garam terhadap es batu ?

C. Tujuan Praktikum
1. Siswa diharapkan dapat menentukan tetapan penurunan titik beku molal
pelarut.
2. Siswa dapat menentukan berat molekul zat non volatil.
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Sifat Koligatif Larutan


Kata koligatif berasal dari kata latin colligare yang berarti berkumpul bersama,
karena sifat ini bergantung pada pengaruh kebersamaan (kolektif) semua partikel
dan tidak pada sifat dan keadaan partikel. Sifat koligatif elektrolit memerlukan
pendekatan yang sedikit berbeda daripada yang digunakan untuk sifat koligatif
non-elektrolit. Alasannya ialah karena elektrolit terurai menjadi ion-ion dalam
larutan dan dengan demikian suatu senyawa elektrolit terurai menjadi dua atau
lebih partikel bila dilarutkan,. Terdapat empat sifat koligatif larutan, yaitu :
1. Penurunan tekanan uap (∆P)
2. Kenaikan titik didih (∆Tb)
3. Penurunan titik beku (∆Tf)
4. Tekanan osmotic (π)
Keempat sifat itu nilainya hanya bergantung pada jumlah partikel zat terlarut.
Semakin besar jumlah partikel zat terlarut, makin besar pula nilai sifat-sifat
koligatifnya. Contohnya tiap satuan NaCl terurai menjadi dua ion, Na+ dan Cl-.
Jadi sifat koligatif 0.1 m larutan NaCl akan dua kali lebih besar dibandingkan 0.1
m larutan yang mengandung nonelektrolit, seperti sukrosa. Selain itu, keempat
sifat koligatif tersebut saling berhubungan satu sama lain. Bila salah satu nilainya
diketahui maka nilai-nilai lainnya dapat ditentukan. Tetapi baik dipahami bahwa
sifat koligatif larutan ini hanya berlaku normal bila batasan-batasan di bawah ini
dipenuhi yaitu:
1. Zat terlarut harus tidak menguap (non-volatile)
2. Konsentrasi zat terlarut kecil (larutan harus encer)
3. Zat terlarut bukan zat elektrolit, jadi harus zat non-elektrolit
Di luar ketiga hal tersebut maka sifat koligatif larutan akan menunjukkan
penyimpangan (abnormal). Kegunaan terpenting dari sifat koligatif ini adalah
untuk menentukan berat molekul (Mr) suatu zat dalam larutan.

B. Penurunan Tekanan Uap (∆P)


Jika zat terlarut bersifat tidak mudah menguap (nonvolatile, artinya tidak
memiliki tekanan uap yang dapat diukur), tekanan uap dari larutan selalu lebih
kecil dari pada pelarut murninya. Jadi hubungan antara tekanan uap larutan dan
tekanan uap pelarut bergantung pada konsentrasi zat terlarut dalam larutan.
Hubungan itu dirumuskan dalam hokum Raoult (dari nama kimiawan Perancis
Francios Raoult), yang menyatakan bahwa tekanan parsial pelarut dari larutan, Pi
adalah uap pelarut murni, P1o, dikalikan frakso mol pelarut dalam larutan X1.
P1 = X1. P1o
Dalam larutan yang mengandung hanya sati zat terlarut X1= 1- X2 dimana X2
adalah fraksi mol zat terlarut. Dengan demikian dapat dituliskan sebagai :
P1 = (1- X2). P1o
P1o- P1 = ∆P = X2. P1o
Dapat diketahui bahwa penurunan tekanan uap, ∆P, berbanding lurus terhadap
konsentrasi (diukur dalam fraksi mol) zat terlarut yang ada. Dalam larutan
benzene dan toluene tekanan uap setiap komponen mematuhi hokum Raoult.
Larutan benzene dan toluene merupakan salah stau dari sedikit contoh larutan
ideal (ideal solution) yaitu setiap larutan yang mematuhi hokum Raoult. Salah
satu cirri larutan ideal ialah kalor pelarutnya, ∆Hlarutan , selalu 0.

C. Penurunan Titik Beku (∆Tf) dan Kenaikan Titik Didih (∆Tb)


Saat zat terlarut ditambahkan ke air, sifat-sifat fisik seperti titik beku dan titik
didih berubah. Karena larutan akan mempunyai titik beku yang lebih rendah dan
titik didih yang lebih tinggi daripada air murni. Perubahan-perubahan pada sifat
fisik dikenal sebagai sifat koligatif bergantung pada jumlah partikel jumlah zat
terlarut dalam larutan.
Salah satu contoh umum adalah proses penyebaran garam pada trotoar dan jalan
bersalju ketika terjadi penurunan suhu di bawah titik beku. Partikel-partikel dari
garam yang bergabung dengan air untuk menurunkan titik beku, menyebabkan es
meleleh. Contoh lainnya adalah penambahan antibeku, seperti etilena glikol HO –
CH2 – CH2 – OH, ke dalam air pada radiator mobil. Etilena glikol adalah sebuah
senyawa organic dengan dua kelompok fungsional kelompok, yang membentuk
ikatan hidrogen untuk membuatnya menjadi sangat larut di air. Jika etilena glikol
dan air bercampur dengan perbandingan 50%-50% tidak membeku hingga suhu
turun hingga sekitar -34 ͦF, dan tidak mendidih kecuali jika suhu mencapai sekitar
255 ͦF. Larutan pada radiator mencegah air di radiator dari pembentukan es pada
cuaca dingin dan mendidih pada jalan raya yang panas.
Kenaikan titik didih berbanding lurus dengan penurunana tekanan uap.
∆Tb = Kb . m . i
Keterangan :
∆Tb : Kenaikan titik didih
Kb : Tetapan kenaikan titik dididh molal atau tetapan ebuillioskopik
m : Kemolalan
i : derajat ionisasi (factor Van Hoff)

D. Molalitas
Penjumlahan penurunan titik beku atau kenaikan titik didih menggunakan
konsentrasi satuan molal. Molalitas dilambangakan m, pada sebuah larutan nilai
pada partikel larutan per kilogram pada pelarut. Persamaan ini untuk molaritas,
tetapi satuan untuk molaritas mengacu pada massa pelarutnya bukan volume
larutan.
Jadi, i harus bernilai 1 untuk semua nonelektrolit, untuk elektrolit kuat seperti
NaCl dan KNO3 bernilai 2. Pada kenyatannya sifat koligatif larutan elektrolit
biasanya lebih kecil daripada yang diperhitungkan karena pada konsentrasi yang
lebih tinggi, gaya elektrostatik berpengaruh. Sehingga kation dan anion saling
tarik-menarik. Satu kation dan satu anion yang terikat oleh gaya elektrostatik
dinamakan pasangan ion (ion pair). Pembentukan satu pasangan ion menurunkan
jumlah partikel dalam lautan sebanyak satu, mengakibatkan berkurangnya sifat
koligatif.
Dengan cara yang mirip dapat ditemukan :
∆Tf = Kf . m
Keterangan :
∆Tb : Penurunan titik didih
Kb : tetapan penurunan titik dididh molal atau tetapan krioskopik
m : Kemolalan
Dapat disimpulkan bahwa
Pada tekanan tetap, kenaikan titik didih dan penurunana titik beku suatu larutan
encer berbanding lurus dengan konsentrasi massa.
Larutan encer semua zat terlarut tidak mengion, dalam pelarut yang sama dengan
konsentrasi molal yang sama, mempunyai titik didih atau titik beku sama, pada
tekanan yang sama.
Tabel 2.1. Konstanta kenaikan titk didih (Kb) dan penurunan titk beku (Kf)

E. Tekanan Osmotic (π)


Pergerakan air ke dalam dan keluar dari sel-sel tanaman serta tubuh kita adalah
proses biologis penting yang juga tergantung pada konsentrasi zat terlarut. Dalam
proses yang disebut osmosis, molekul air bergerak melalui membrane
semipermeabel dari larutan dengan konsentrasi rendah ke larutan dengan
konsentrasi tinggi. Pada osmosis, air ditempatkan pada satu sisi di membrane
semipermeabel dan pada larutan gula di sisi lainnya. Membran semipermeabel
membolehkan air untuk mengalir secara bolak-balik, tetapi molekul sukrosa
menahannya karena air terlalu besar untuk masuk ke membran. Karena larutan
sukrosa memiliki konsentrasi yang lebih tinggi daripada air yang masuk ke dalam
larutan sukrosa maka air kemudian keluar dari larutan sukrosa. Level volume
pada larutan sukrosa akan naik ketika volume air turun. Peningkatan air dapat
mengencerkan sukrosa untuk menyamakan (atau mencoba untuk menyamakan)
konsentrasi di kedua sisi membrane.
Akhirnya ketinggian dari larutan sukrosa membuat tekanan yang cukup untuk
menyamakan aliran air diantara dua bagian/ruang. Tekanan ini disebut tekanan
osmotik, tekanan aliran dari penambahan air kedalam konsentrasi larutan yang
lebih pekat. Tekanan osmotic bergantung pada konsentrasi dari partikel zat
pelarut di larutan itu sendiri. Semakin besar jumlah partikel terlarut, maka
semakin tinggi tekanan osmotik. Contohnya larutan sukrosa memiliki tekanan
osmotik lebih tinggi daripada air murni yang mana tekanan osmotiknya 0 (nol).
Di sebuah proses yang disebut “osmosis reverse”, tekanan lebih besar daripada
tekanan osmotik yang diterapkan pada larutan. Aliran air dibalik dari aliran air
yang keluar dari konsentrasi larutan yang lebih tinggi. Proses “osmosis reverse”
ini digunakan dalam pabrik desalinasi untuk mendapatkan air murni dari air laut
(garam).

F. Larutan Hipotonik dan Hipertonik


Jika sel darah merah ditempatkan pada larutan yang bukan isotonik, perbedaan
tekanan osmotik di dalam dan di luar sel sangat drastis mengubah volume sel
tersebut. Ketika sel darah merah ditempatkan pada larutan hipotonik, yang
memiliki konsentrasi zat terlarut yang rendah (hipo artinya “lebih rendah”), air
mengalir ke sel dengan osmosis. Pertambahan cairan itu menyebabkan sel
semakin menggembung dan kemungkinan akan pecah, proses itu disebut
hemolisis. Proses yang sama akan terjadi ketika kamu meletakkan makanan
kering seperti kismis atau buah kering di dalam air. Air akan masuk kedalam sel,
dan makanan akan berbentuk bulat dan mengembang.
Jika sel darah merah diletakkan di larutan hipertonik, yang mempunyai
konsentrasi zat terlarut yang tinggi (hiper artinya lebih besar), air keluar dari sel
menuju ke larutan hipertonik dengan osmosis. Misalnya, sel darah merah yang
diletakkan di larutan NaCl 10% (m/v). Karena tekanan osmotik di dalam sel sama
dengan 0,9% (m/v) larutan NaCl, sel mengkerut, proses itu disebut krenasi (Lihat
gambar 12.11c). Proses yang sama terjadi ketika membuat asinan, dimana
menggunakan larutan garam hipertonik yang akan menyebabkan timun mengkerut
atau layu karena kehilangan air.

BAB III

METODE PERCOBAAN

A. Alat dan Bahan


 Alat
- Gelas kimia 250 ml (2 buah)
- Wadah
- Tabung ukur
- Termometer
- Rak tabung reaksi
 Bahan
- Garam dapur
- Air
- NaOH
- Es batu

B. Cara Kerja
 Penurunan titik beku air
1. Masukkan butiran-butiran es batu dalam gelas kimia sampai kira-kira ¾
nya. 2. Tambahkan + 4 sendok makan garam dapur. Campuran ini adalah
campuran pendingin.
2. Ukur air pada gelas ukur sebanyak 5 ml
3. Masukkan air yang telah di ukur ke dalam tabung reaksi
4. Air dalam tabung reaksi dimasukkan ke dalam gelas kimia yang berisi
pendingin
5. Amati perubahan titik bekunya
6. Catat suhu ketika partikel mulai membeku dan puncak titik beku airnya
 Penurunan titik beku larutan NaOH 2 molal 50ml
1. Masukkan butiran-butiran es batu dalam gelas kimia sampai kira-kira ¾
nya. Tambahkan + 4 sendok makan garam dapur. Campuran ini adalah
campuran pendingin.
2. Ukur larutan NaOH 2 molal sebanyak 50ml
3. Masukkan larutan NaOH yang telah di ukur ke dalam tabung reaksi
4. Larutan NaOH dalam tabung reaksi dimasukkan ke dalam gelas kimia
yang berisi pendingin
5. Amati perubahan titik bekunya
6. Catat suhu ketika partikel mulai membeku dan puncak titik beku larutan
NaOH

BAB IV

HASIL PERCOBAAN

A. Data

B. Analisis
Dari tabel pengamatan, dapat diketahui bahwa air murni memiliki titik beku -
1oC yang seharusnya 0oC sesuai teori. Sehingga apabila dihitung perubahan titik
beku larutan, maka akan di dapatkan; ∆Tf urea 1 m= -4oC, ∆Tf urea 2 m= -5oC,
∆Tf NaCl 1 m= -6oC, ∆Tf NaCl 2 m= -12oC, ∆Tf gula 1 m= -4oC, ∆Tf gula 2
m= -10oC, ∆Tf NaOH 1 m= -4oC, ∆Tf NaOH 2 m= -6oC.

C. Pembahasan
Larutan mempunyai sifat-sifat yang berbeda dari pelarutnya. Salah satu sifat
penting dari suatu larutan adalah penurunan titik beku. Titik beku adalah
temperatur tetap dimana suatu zat tepat mengalami perubahan wujud dari cair ke
padat. Setiap zat yang mengalami pembekuan memiliki tekanan 1 atm.
Keberadaan partikel-partikel zat pelarut mengalami proses pengaturan molekul-
molekul dalam pembentukan susunan kristal padat, sehingga diperlukan suhu
yang lebih rendah untuk mencapai susunan kristal padat dari fasa cairnya. Hal ini
lah yang menyebabkan terjadinya penurunan titik beku suatu larutan yang
keadaannya ditambahkan zat terlarut. Faktor- faktor yang mempengaruhi
kelarutan diantaranya tekanan, temperatur, dan luas penampang. Semakain tinggi
tekanan dan temperatur maka semakin cepat suatu larutan untuk bereaksi.
Sebaliknya, semakin kecil luas permukaan zat terlarut, maka semakin cepat
bereaksi. Pada percobaan kali ini yang dimaksud dengan pelarut itu air suling atau
aquades, sedangkan urea dan NaCl pada percobaan tersebut sebagai zat terlarut.
Pada penggunaan alat dan bahan diutamakan untuk berhati-hati. Ketika
termometer dimasukkan ke dalam tabung reaksi, usahakan agar termometer tidak
menyetuh dinding tabung karena akan membuat termometer jadi tidak stabil
sehingga mempengaruhi temperatur penurunan titik beku larutan yang di uji. Dan
sebelum penghitungan suhu, termometer harus dalam temperatur yang stabil. Es,
garam , urea dan NaCl merupakan bahan yang digunakan pada percobaan
mengenai penurunan titik beku melalui penentuan molalitas. Garam dapur yang
digunakkan tersebut sebagai campuran es yang dimaksudkan untuk menghambat
proses pencairan es, sehingga dapat membantu kita dalam melakukan
penganalisisan terhadap titik beku laruatan yang di uji tersebut.
Dalam penggunaan garam dapur, massa garam yang digunakakn jangan
terlalu banyak dan juga jangan terlalu sedikit, sebab akan mempengaruhi proses
penurunann titik beku dan hasil yang didapat kemungkinan kurang akurat. Namun
apabila garam yag digunakaan terlalu sedikit, penurunan titik beku tidak
mencapai suhu yang akurat, dan pada larutan gula yang di uji , pembentukkan
kristal yang terjaadi tidak sempurna. Oleh karena itu para pratikum di tuntut
ketelitian dan keterampulannya dalalam melakukan percobaan tersebut.
Perubahan titik beku pada larutan dipengaruhi oleh faktor yang mempengaruhi
perubahan suhu baik dari sisitem ataupun dari lingkuangan. Dari data hasil
pengamtan yang telah didapat, masing-masing ada tiga larutan yang di uji
memiliki titik beku konstant yang berbeda-beda.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil percobaan “Penurunan titik beku” dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Titik beku larutan lebih rendah dari titik beku pelarut murni.
2. Semakin besar kemolalan suatu larutan, semakin rendah titik beku larutan. Maka
selisih titik beku semakin besar
3. Larutan elektrolit memiliki titik beku lebih rendah dibanding larutan nonelektrolit.
4. Penurunan titik beku tergolong sifat koligatif.
5. Titik beku adalah suhu pada P tertentu di mana terjadi peristiwa perubahan wujud
zat cair ke padat.
6. Penurunan titik beku tidak bergantung pada jenis zat terlarut, tetapi hanya pada
konsentarsi partikel dalam larutan.
7. Semakin banyak partikel (mengion) semakin besar sifat koligatif.

B. Saran

Adapun saran untuk percobaan “Penurunan titik beku” adalah sebagai berikut:

1. Sebaiknya praktikan lebih teliti dalam membaca skala yang ditunjukkan oleh
termometer.
2. Lebih cermat dalam menimbang garam dapur dan urea agar kita memperoleh
hasil yang sesuai.
3. Praktikan diharapkan dapat menjaga posisi termometer dalam keadaan konstan,
karena pemegangan termometer yang tidah konstan mempengaruhi hasil
percobaan.

Anda mungkin juga menyukai