DISUSUN OLEH
XII MIPA 5
SMAN 1 LIMBOTO
i
BAB I
PENDAHULUAN
Sifat koligatif adalah sifat-sifat fisis larutan yang hanya bergantung pada
konsentrasi partikel zat terlarut, tetapi tidak pada jenisnya. Sifat koligatif larutan
meliputi tekanan uap, penurunan titik beku, kenaikan titik didih, dan tekanan
osmotik. Sifat koligatif terutama penurunan titik beku dan tekanan osmosis
memiliki banyak kegunaan dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan demikian, ikan laut dapat bertahan di musim dingin yang suhunya
mencapai 1,9oC karena zat antibeku yang dikandungnya dapat mencegah
pembentukan kristal es dalam jaringan dan selnya. Hewan-hewan lain yang
tubuhnya mengandung zat antibeku antara lain serangga , ampibi, dan nematoda.
Tubuh serangga mengandung gliserol dan dimetil sulfoksida, ampibi mengandung
glukosa dan gliserol darah sedangkan nematoda mengandung gliserol dan
trihalose.Berikut ini penjelasan mengenai penerapan sifat koligatif larutan dalam
kehidupan sehari-hari.
ii
1.2. Rumusan masalah
1. Apa pengertian sifat koligatif larutan elektrolit dan sifat koligatif larutan non
elektrolit ?
2. Bagaimana sifat koligatif larutan elektrolit dan sifat koligatif larutan non
elektrolit penting untuk kehidupan kita ?
3. Bagaimana contoh larutan yang termasuk kedalam sifat koligatif larutan
elektrolit dan sifat koligatif larutan non elektrolit?
1. Mampu memahami arti dari sifat koligatif larutan elektrolit dan sifat koligatif
larutan nonelektrolit.
2. Mampu memahami sifat koligatif larutan elektrolit dan sifat koligatif larutan
nonelektrolit penting untuk kehidupan kita
3. Mampu memahami contoh larutan yang termasuk kedalam sifat koligatif
larutan elektrolit dan sifat koligatif larutan nonelektrolit.
3
BAB II
PEMBAHASAN
Larutan adalah campuran homogen dua zat atau lebih yang saling
melarutkan dan masing-masing zat penyusunnya tidak dapat dibedakan lagi secara
fisik. Larutan terdiri atas zat terlarut dan pelarut. Berdasarkan daya hantar
listriknya (daya ionisasinya), larutan dibedakan dalam dua macam, yaitu larutan
elektrolit dan larutan non elektrolit.
Sifat elektrolit dan non elektrolit didasarkan pada keberadaan ion dalam
larutan yang akan mengalirkan arus listrik. Jika dalam larutan terdapat ion, larutan
tersebut bersifat elektrolit. Jika dalam larutan tersebut tidak terdapat ion larutan
tersebut bersifat non elektrolit.
Bila gula dilarutkan dalam air, molekul-molekul gula tersebut tidak terurai
menjadi ion tetapi hanya berubah wujud dari padat menjadi larutan.
Dalam kehidupan sehari-hari kita banyak menemukan contoh larutan
elektrolit maupun non elektrolit. Contoh larutan elektrolit: larutan garam dapur,
larutan cuka makan, larutan asam sulfat, larutan tawas, air sungai, air laut. Contoh
larutan non elektrolit adalah larutan gula, larutan urea, larutan alkohol, larutan
glukosa.
4
2.2. Sifat Koligatif Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit
Adalah sifat larutan encer yang tidak mudah menguap dan hanya
tergantung pada jumlah partikel zat terlarut, tidak tergantung pada jenis zat
terlarut.
Adalah sifat dari larutan yang bergantung pada jumlah volume pelarut dan
bukan pada massa partikel.
Sifat koligatif larutan terdiri dari dua jenis, yaitu sifat koligatif larutan
elektrolit dan sifat koligatif larutan non elektrolit. Apabila suatu pelarut
ditambah dengan sedikit zat terlarut
(Gambar .1)
5
Di dalam suatu larutan banyaknya partikel ditentukan oleh konsentrasi
larutan dan sifat larutan itu sendiri.
Jumlah partikel yang ada dalam larutan non elektrolit tidak sama dengan
jumlah partikel yang ada dalam larutan elektrolit, walaupun keduanya
mempunyai konsentrasi yang sama. Hal ini dikarenakan larutan elektrolit
dapat terurai menjadi ion-ionnya, sedangkan larutan non elektrolit tidak
dapat terurai menjadi ion-ion. Dengan demikian sifat koligatif larutan
dapat dibedakan atas sifat koligatif larutan non elektrolit dan sifat koligatif
larutan elektrolit.
Banyaknya partikel dalam larutan ditentukan oleh konsentrasi larutan dan sifat
larutan itu sendiri. Namun sebelum itu kita harus mengetahui hal- hal berikut :
Sifat koligatif larutan non elektrolit sangat berbeda dengan Sifat koligatif
larutan elektrolit, disebabkan larutan non elektolit tidak dapat mengurai menjadi
ion – ion nya. Maka Sifat koligatif larutan non elektrolit dapat di hitung dengan
menghitung tekanan uap, titik didih, titik beku, dan tekanan osmosis.
Menurut hukum sifat koligatif, selisih tekanan uap, titik beku, dan titik didih
suatu larutan dengan tekanan uap, titik beku, dan titik didih pelarut murninya,
berbanding langsung dengan konsentrasi molal zat terlarut. Larutan yang bisa
memenuhi hukum sifat koligatif ini disebut larutan ideal. Kebanyakan larutan
mendekati ideal hanya jika sangat encer.
6
Meskipun sifat koligatif melibatkan larutan, sifat koligatif tidak bergantung
pada interaksi antara molekul pelarut dan zat terlarut, tetapi bergatung pada
jumlah zat terlarut yang larut pada suatu larutan. Sifat koligatif terdiri dari
penurunan tekanan uap, kenaikan titik didih, penurunan titik beku, dan tekanan
osmotik.
Proses penguapan adalah perubahan suatu wujud zat dari cair menjadi gas.
Ada kecenderungan bahwa suatu zat cair akan mengalami penguapan. Kecepatan
penguapan dari setiap zat cair tidak sama, tetapi pada umumnya cairan akan
semakin mudah menguap jika suhunya semakin tinggi.
Penurunan tekanan uap adalah kecenderungan molekul-molekul cairan untuk
melepaskan diri dari molekul-molekul cairan di sekitarnya dan menjadi uap. Jika
ke dalam cairan dimasukkan suatu zat terlarut yang sukar menguap dan
membentuk suatu larutan, maka hanya sebagian pelarut saja yang menguap,
karena sebagian yang lain penguapannya dihalangi oleh zat terlarut.
Banyak sedikitnya uap diatas permukaan cairan diukur berdasarkan tekanan
uap cairan tersebut. Semakin tinggi suhu cairan semakin banyak uap yang berada
diatas permukaan cairan dan berarti tekanan uapnya semakin tinggi. Jumlah uap
diatas permukaan akan mencapai suatu kejenuhan pada tekanan tertentu, sebab
bila tekanan uap sudah jenuh akan terjadi pengembunan, tekanan uap ini disebut
tekanan uap jenuh.
Pada saat zat konvalatil ditambahkan kedalam larutan maka akan terjadi
penurunan tekanan uap.
Bila kita memanaskan air (atau zat yang dapat menguap lainnya) dalam ketel
yang tertutup, maka ketika air mendidih tutup ketel dapat terangkat, mengapa hal
ini terjadi? Apa sebenarnya yang menekan tutup ketel tersebut, air atau uap
airnya? Dalam ruang tertutup air akan menguap sampai ruangan tersebut
jenuh,yang disertai dengan pengembunan sehingga terjadi kesetimbangan air
dengan uap air.
7
Perhatikan gambar berikut:
Terjadinya uap air ini akan menimbulkan tekanan sehingga menekan ketel.
Ketika air mendidih (suhu 100°C)banyak air yang menguap sehingga tekanan
yang ditimbulkan lebih besar hingga tutup ketel terangkat. Tekanan yang
ditimbulkan oleh uap jenuh air ini disebut tekanan uap jenuh air.
Besarnya tekanan uap jenuh untuk setiap zat tidak sama, bergantung pada jenis
zat dan suhu.Zat yang lebih sukar menguap, misalnya glukosa, garam,gliserol
memiliki uap yang lebih kecil dibanding zat yang lebih mudah menguap, misalnya
eter.Bila suhu dinaikkan, energi kinetik molekul-molekul zat bertambah sehingga
semakin banyak molekul-molekul yang berubah menjadi gas, akibatnya tekanan
uap semakin besar. Perhatikan tekanan uap jenuh air pada berbagai suhu
pada,Tabel berikut:
8
Apakah yang dapat Anda simpulkan dari tabel tersebut?
Apa yang terjadi terhadap tekanan uap bila ke dalam air (pelarut)
ditambahkan zat terlarut yang sukar menguap?
Bila zat yang dilarutkan tidak mudah menguap, maka yang menguap
adalah pelarutnya, sehingga adanya zat terlarut menyebabkan partikel pelarutyang
menguap menjadi berkurang akibatnya terjadi penurunan tekanan uap. Jadi,
dengan adanya zat terlarut menyebabkan penurunan tekanan uap. Dengan kata
lain tekanan uap larutan lebih rendah dibanding tekanan uap pelarut murninya.
Sejak tahun 1887 – 1888 Francois Mario Roult telah mempelajari hubungan
antara tekanan uap dan konsentrasi zat terlarut, dan mendapatkan suatu
kesimpulan bahwa besarnya tekanan uap larutan sebanding dengan fraksi mol
pelarut dan tekanan uap dari pelarut murninya.
Penurunan tekananuap yang terjadi merupakan selisihdari tekanan uap jenuh
pelarut murni(P°) dengan tekanan uap larutan (P).
a. Penurunan tekanan uap jenuh tidak bergantung padajenis zat yang dilarutkan,
tetapi tergantung pada jumlahpartikel zat terlarut.
b. Penurunan tekanan uap jenuh berbanding lurus denganfraksi mol zat yang
dilarutkan.
9
Hukum Raoult tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:
P = Xt . Po
Keterangan:
P = Xt . Po
Po - P = (1 - Xp) Po
Po - P = Po - Xp . Po
- P = Po - Po - Xp . Po
P = Xp . P o
10
b. Kenaikan Titik Didih Larutan (∆Tb) dan Penurunan Titik Beku Larutan
(∆Tf)
Sifat yang berikutnya adalah kenaikan titik didih dan penurunan titik beku.
Titik didih larutan selalu lebih tinggi dibandingkan titik didih pelarut. hal
sebaliknya berlaku pada titik beku larutan yang lebih rendah dibandingkan
pelarut.
Bila suatu zat cair dinaikkan suhunya, maka semakin banyak zat cair yang
menguap. Pada suhu tertentu jumlah uap diatas permukaan zat cair akan
menimbulkan tekanan uap yang sama dengan tekanan udara luar. Keadaan saat
tekanan uap zat cair diatas permukaan zat cair tersebut sama dengan tekanan
udara disekitarnya disebut mendidih dan suhu ketika tekanan uap diatas pemukaan
cairan sama dengan tekanan uap luar disebut titik didih. Pada saat zat konvalatil
ditambahkan kedalam larutan maka akan terjadi kenaikan titik didih dari larutan
tersebut.
Garis
mendidih air
11
Gambar .2
digambarkan oleh garis CD, sedangkan garis mendidih larutan digambarkan oleh
garis BG. Titik didih larutan dinyatakan dengan Tb1, dan titik didih pelarut
dinyatakan dengan Tbo. Larutan mendidih pada tekanan 1 atm.
Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa titik didih larutan (titik G) lebih
tinggi daripada titik didih air (titik D).Selisih titik didih larutan dengan titik didih
pelarut murni disebut kenaikan titik didih ( ΔTb ).
Menurut hukum Raoult, besarnya kenaikan titik didih larutan sebanding dengan
hasil kali dari Molalitas larutan (m) dengan kenaikan titik didih molal (Kb).
Oleh karena itu, kenaikan titik didih dapat dirumuskan seperti berikut:
g 1000
∆Tb = Kb.m danm = x
Mr P
Maka:
g 1000
∆Tb = Kb. x
Mr P
Keterangan:
m = molalitas larutan
P = massa pelarut
Berdasarkan gambar di atas (gambar 2), dapat dilihat bahwa tekanan uap
larutan lebih rendah daripada tekanan uappelarut murni. Hal ini menyebabkan titik
12
beku larutan lebih rendah dibandingkan dengan titik beku pelarut murni. Selisih
temperatur titik beku pelarut murni l dengan titik beku larutan disebut penurunan
titik beku (∆Tf).
g 1000
∆Tf = Kf.m m= x
Mr p
Maka:
g 1000
∆Tf = Kf. x
Mr p
Keterangan:
M = molalitas larutan
P = massa pelarut
b. Tekanan Osmotik
Sifat koligatif keempat terutama penting dalam biologi sel, sebab peranannya
penting dalam transfor molekul melalui membran sel. Membran ini disebut
semipermiabel, yang membiarkan molekul kecil lewat tetapi menahan molekul
besar seperti protein dan karbohidrat. Membran semi permiabel dapat
memisahkan molekul pelarut kecil dari molekul zat terlarut yang besar. Peristiwa
bergeraknya partikel (molekul atau ion) melalui dinding semipermeabel disebut
13
osmotik. Tekanan yang ditimbulkan akibat dari tekanan osmotik disebut tekanan
osmotik. Besar tekanan osmotik diukur dengan alat osmometer, dengan
memberikan beban pada kenaikan permukaan larutan menjadi sejajar pada
permukaan sebelumnya.
Osmosis atau tekanan osmotik adalah proses berpindahnya zat cair dari
larutan hipotonis ke larutan hipertonis melalui membran semipermiabel. Osmosis
dapat dihentikan jika diberi tekanan, tekanan yang diberikan inilah yang disebut
tekanan osmotik. Tekanan osmotik dirumuskan:
π = nRT
V
Atau
π = M R T
Air 0 1,86
14
Benzena 5,4 5,1
Fenol 39 7,3
Naftalena 80 7
Kamfer 180 40
Partikel dalam larutan non elektrolit tidak sama dengan jumlah partikel dalam
larutan elektrolit, walaupun konsentrasi keduanya sama. Hal ini dikarenakan
larutan elektrolit terurai menjadi ion-ionnya, sedangkan larutan non elektrolit
tidak terurai menjadi ion-ion. Dengan demikian sifat koligatif larutan dibedakan
atas sifat koligatif larutan non elektrolit dan sifat koligatif larutan elektrolit.
Dalam sistem analisis, dikenal larutan hipertonik yaitu larutan yang
mempunyai konsentrasi terlarut tinggi, larutan isotonic yaitu dua larutan yang
mempunyai konsentrasi terlarut sama, dan larutan hipotonik yaitu larutan dengan
konsentrasi terlarut rendah. Air kelapa merupakan contoh larutan isotonik alami.
Secara ilmiah, air kelapa muda mempunyai komposisi mineral dan gula yang
sempurna sehinggga memiliki kesetimbangan elektrolit yang nyaris sempurna
setara dengan cairan tubuh manusia. Proses osmosis juga terjadi pada sel hidup di
alam.
15
i = sifat koligatif larutan eklektrolit dengan kosentrasi m / sifat koligatif larutan
nonelektrolit dengan kosentrasi m
Keterangan:
a. ∆P = Xt . Po. i
b. ∆Tf = m Kf . i
c. ∆Tb = m Kb . i
d. π = M . R . T . i
keterangan:
i = 1 + (n-1) α
n = jumlah ion
α = derajat ionisasi
1. Menghasilkan banyak ion Molekul netral dalam larutan hanya sedikit/tidak ada
sama sekali
2. Terionisasi sempurna, atau sebagian besar terionisasi sempurna
3. Jika dilakukan uji daya hantar listrik: gelembung gas yang dihasilkan banyak,
lampu menyala
4. Penghantar listrik yang baik
5. Derajat ionisasi = 1, atau mendekati 1
16
6. Contohnya adalah: asam kuat (HCl, H2SO4, H3PO4, HNO3, HF); basa kuat
(NaOH, Ca(OH)2, Mg(OH)2, LiOH), garam NaCl
2.3. Koloid
Koloid adalah suatu campuran zat heterogen (dua fase) antara dua zat atau
lebih di mana partikel-partikel zat yang berukuran koloid (fase terdispersi/yang
dipecah) tersebar secara merata di dalam zat lain (medium pendispersi/ pemecah).
Dimana di antara campuran homogen dan heterogen terdapat sistem pencampuran
yaitu koloid, atau bisa juga disebut bentuk (fase) peralihan homogen menjadi
17
heterogen. Campuran homogen adalah campuran yang memiliki sifat sama pada
setiap bagian campuran tersebut, contohnya larutan gula dan hujan. Sedangkan
campuran heterogen sendiri adalah campuran yeng memiliki sifat tidak sama pada
setiap bagian campuran, contohnya air dan minyak, kemudian pasir dan semen.
Ukuran partikel koloid berkisar antara 1-100 nm. Ukuran yang dimaksud
dapat berupa diameter, panjang, lebar, maupun tebal dari suatu partikel. Contoh
lain dari sistem koloid adalah adalah tinta, yang terdiri dari serbuk-serbuk warna
(padat) dengan cairan (air). Selain tinta, masih terdapat banyak sistem koloid yang
lain, seperti mayones, hairspray, jelly, dan lain-lain.
Sistem Koloid
18
Dalam kehidupan sehari-hari ini, sering kita temui beberapa produk yang
merupakan campuran dari beberapa zat, tetapi zat tersebut dapat bercampur secara
merata/ homogen. Misalnya saja saat ibu membuatkan susu untuk adik, serbuk/
tepung susu bercampur secara merata dengan air panas. Kemudian, es krim yang
biasa dikonsumsi oleh orang mempunyai rasa yang beragam, es krim tersebut
haruslah disimpan dalam lemari es agar tidak meleleh.
Jenis-jenis Koloid
Zat terdispersi, yakni zat yang terlarut di dalam larutan koloid.
19
Sifat-sifat Koloid Sol
Gerak Brown ialah gerakan partikel-partikel koloid yang senantiasa bergerak lurus
tapi tidak menentu (gerak acak/tidak beraturan). Jika kita amati koloid dibawah
mikroskop ultra, maka kita akan melihat bahwa partikel-partikel tersebut akan
bergerak membentuk zigzag. Pergerakan zigzag ini dinamakan gerak Brown.
Partikel-partikel suatu zat senantiasa bergerak. Gerakan tersebut dapat bersifat
acak seperti pada zat cair dan gas( dinamakan gerak brown), sedangkan pada zat
padat hanya beroszillasi di tempat ( tidak termasuk gerak brown ). Untuk koloid
dengan medium pendispersi zat cair atau gas, pergerakan partikel-partikel akan
menghasilkan tumbukan dengan partikel-partikel koloid itu sendiri. Tumbukan
tersebut berlangsung dari segala arah. Oleh karena ukuran partikel cukup kecil,
maka tumbukan yang terjadi cenderung tidak seimbang. Sehingga terdapat suatu
resultan tumbukan yang menyebabkan perubahan arah gerak partikel sehingga
terjadi gerak zigzag atau gerak Brown.
Semakin kecil ukuran partikel koloid, semakin cepat gerak Brown yang terjadi.
Demikian pula, semakin besar ukuran partikel koloid, semakin lambat gerak
Brown yang terjadi.
20
Efek tyndall adalah efek yang terjadi jika suatu larutan terkena sinar. Pada
saat larutan sejati (gambar kiri) disinari dengan cahaya, maka larutan tersebut
tidak akan menghamburkan cahaya, sedangkan pada sistem koloid (gambar
kanan), cahaya akan dihamburkan. hal itu terjadi karena partikel-partikel koloid
mempunyai partikel-partikel yang relatif besar untuk dapat menghamburkan sinar
tersebut. Sebaliknya, pada larutan sejati, partikel-partikelnya relatif kecil sehingga
hamburan yang terjadi hanya sedikit dan sangat sulit diamati.
Adsorpsi ialah peristiwa penyerapan partikel atau ion atau senyawa lain
pada permukaan partikel koloid yang disebabkan oleh luasnya permukaan
partikel. Dimana partikel-partikel sol padat ditempatkan dalam zat cair atau gas,
maka pertikel-partikel zat cair atau gas tersebut akan terakumulasi pada
permukaan zat padat tersebut. Beda halnya dengan absorpsi. Absorpsi adalah
fenomena menyerap semua partikel ke dalam sol padat bukan di atas
permukaannya, melainkan di dalam sol padat tersebut.
21
pendisperinya sehingga bermuatan positif, sedangkal partikel sol As2S3
mengadsorpsi anion dari medium pendispersinya sehingga bermuatan negatif.
Sol AgCI dalam medium pendispersi dengan kation Ag+ berlebihan akan
mengadsorpsi Ag+ sehingga bermuatan positif. Jika anion CI- berlebih, maka sol
AgCI akan mengadsorpsi ion CI- sehingga bermuatan positif.
Elektroforesis
Koagulasi
2. Kimia. Dengan penambahan elektrolit (asam, basa, atau garam). Contoh: susu +
sirup masam —> menggumpal lumpur + tawas —> menggumpal
22
Koloid liofil yaitu koloid yang ”senang cairan” (bahasa Yunani : liyo =
cairan; philia = senang). Partikel koloid akan mengadsorpsi molekul cairan,
sehingga terbentuk selubung di sekeliling partikel koloid itu. Contoh koloid liofil
adalah kanji, protein, dan agar-agar.
Koloid liofob yaitu koloid yang ”benci cairan” (phobia = benci). Partikel koloid
tidak mengadsorpsi molekul cairan. Contoh koloid liofob adalah sol sulfida dan
sol logam.
Koloid Emulsi
Seperti yang telah dijelaskan, emulsi merupakan jenis koloid dimana fase
terdispersinya merupakan zat cair. Kemudian, berdasarkan medium
pendispersinya, emulsi dapat dibagi menjadi:
Emulsi Gas
Emulsi gas dapat disebut juga aerosol cair yang adalah emulsi dalam
medium pendispersi gas. Pada aerosol cair, seperti; hairspray dan obat nyamuk
dalam kemasan kaleng, untuk dapat membentuk system koloid atau menghasilkan
semprot aerosol yang diperlukan, dibutuhkan bantuan bahan pendorong/ propelan
aerosol, anatar lain; CFC (klorofuorokarbon atau Freon). Aerosol cair juga
memiliki sifat-sifat seperti sol liofob; efek Tyndall, gerak Brown, dan kestabilan
denganmuatan partikel. Contoh: dalam hutan yang lebat, cahaya matahari akan
disebarkan oleh partikel-partikel koloid dari sistem koloid kabut à merupakan
contoh efek Tyndall pada aerosol cair.
Emulsi Cair
Emulsi cair melibatkan dua zat cair yang tercampur, tetapi tidak dapat
saling melarutkan, dapt juga disebut zat cair polar &zat cair non-polar. Biasanya
salah satu zat cair ini adalah air (zat cair polar) dan zat lainnya; minyak (zat cair
non-polar). Emulsi cair itu sendiri dapat digolongkan menjadi 2 jenis, yaitu;
emulsi minyak dalam air (cth: susu yang terdiri dari lemak yang terdispersi dalam
air,jadi butiran minyak di dalam air), atau emulsi air dalam minyak (cth:
23
margarine yang terdiri dari air yang terdispersi dalam minyak, jadi butiran air
dalam minyak).
Beberapa sifat emulsi yang penting:
Koloid Buih
Buih adalah koolid dengan fase terdisperasi gas dan medium pendisperasi
zat cair atau zat padat. Baerdasarkan medium pendisperasinya, buih
dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
Buih cair adalah sistem koloid dengan fase terdisperasi gas dan dengan
medium pendisperasi zat cair. Fase terdisperasi gas pada umumnya berupa udara
atao karbondioksida yang terbetuk dari fermentasi. Kestabilan buih dapat
diperoleh dari adanya zat pembuih (surfaktan). Zat ini teradsorbsi ke daerah antar-
fase dan mengikat gelembung-gelembung gas sehingga diperoleh suatu kestabilan.
Ukuran kolid buih bukanlah ukuran gelembung gas seperti pada sistem
kolid umumnya, tetapi adalah ketebalan film (lapisan tipis) pada daerah antar-fase
dimana zat pembuih teradsorbsi, ukuran kolid berkisar 0,0000010 cm. Buih cair
memiliki struktur yang tidak beraturan. Strukturnya ditentukan oleh kandungan
zat cairnya, bukan oleh komposisi kimia atau ukuran buih rata-rata. Jika fraksi zat
cair lebih dari 5%, gelembung gas akan mempunyai bentuk hamper seperti bola.
Jika kurang dari 5%, maka bentuk gelembung gas adalah polihedral.
24
Beberapa sifat buih cair yang penting:
Struktur buih cair dapat berubah jika diberi gaya dari luar. Bila gaya yang
diberikan kecil, maka struktur buih akan kembali ke bentuk awal setelah gaya
tersebut ditiadakan. Jika gaya yang diberikan cukup besar, maka akan terjadi
deformasi.
25
Diagram fasa tunggal memiliki komposisi yang sama dengan paduan,
misalnya timbal dan timah. Diagram fasa biner misalnya paduan kuningan ( Cu-
Zn), (Cu-Ni) dll. Diagram fasa terner misalnya paduan stainless steel (Fe-Cr-Ni)
dll. Diagram pendinginan merupakan diagram yang memetakan kondisi struktur
mikro apa yang anda akan dapatkan melalui dua variabel utama yaitu
( Temperatur dan waktu) disebut juga diagram TTT atau juga dua variabel utama
yaitu (temperatur dan cooling rater) disebut juga diagram CCT. Diagram ini
berguna untuk mendapatkan sifat mekanik tertentu dan mikrostruktur tertentu,
Fasa bainit misalnya pada baja hanya terdapat pada diagram TTT bukan diagram
isothermal Fe-Fe3C. Kegunaan Diagram Fasa adalah dapat memberikan informasi
tentang struktur dan komposisi fase-fase dalam kesetimbangan.
Kesetimbangan Fasa
Bagian sesuatu yang menjadi pusat perhatian dan dipelajari disebut
sebagai sistem. Suatu sistem heterogen terdiri dari berbagai bagian yang homogen
26
yang saling bersentuhan dengan batas yang jelas. Bagian homogen ini disebut
sebagai fasa dapat dipisahkan secara mekanik. Tekanan dan temperatur
menentukan keadaan suatu materi kesetimbangan fasa dari materi yang sama.
Kesetimbangan fasa dari suatu sistem harus memenuhi syarat berikut :
a. Sistem mempunyai lebih dari satu fasa meskipun materinya sama
b. Terjadi perpindahan reversibel spesi kimia dari satu fasa ke fasa lain
c. Seluruh bagian sistem mempunyai tekanan dan temperatur sama
27
c. Derajat Kebebasan, adalah variabel intensif independen yang diperlukan
untuk menyatakan keadaan sistem tersebut.
d. Aturan Fasa adalah, aturan yang mengatur hubungan antara jumlah
komponen, jumlah fasa dan derajat kebebasan suatu sistem.
Temperature kritis atas adalah batas atas temperatur dimana terjadi
pemisahan fase. Diatas temperatur batas atas, kedua komponen benar-benar
bercampur.Temperatur ini ada gerakan termal yang lebih besar menghasilkan
kemampuan campur yang lebih besar pada kedua komponen (Oxtobty, 1998).
Beberapa sistem memperlihatkan temperatur kritis Tlc dimana dibawah
temperatur itu kedua komponen bercampur dalam segala perbandingan dan diatas
temperatur itu kedua komponen membentuk dua fase. Salah satu contohnya
adalah air-trietilamina. Dalam hal ini pada temperature rendah kedua komponen
lebih dapat campur karena komponen-komponen itu membentuk kompleks yang
lemah, pada temperature lebih lebih tinggi kompleks itu terurai dan kedua
komponen kurang dapat bercampur.
28
Pada diagram biner akan terlihat adanya perubahan dari sistem dua fasa menjadi
sistem satu fasa.
Zeotrop
Campuran zeotropik adalah campuran biner (terdiri dari 2 macam larutan)
yang sesudah dicampurkan memiliki sifat seperti larutan yang ideal. Campuran
dengan sifat ini masih mematuhi Hukum Raoult dimana Hukum Raoult
menyatakan bahwa tekanan uap komponennya akan berbanding lurus dengan
fraksi mol larutannya. Titik didih campuran zeotropik berkisar diantara titik didih
larutan komponen murninya. Campuran zeotropik dapat diuraikan menjadi
larutan komponen murninya dengan cara destilasi bertingkat. Contoh dari
campuran zeotropik ini adalah benzena-toluena.
Azeotrop
Campuran Azeotropik merupakan campuran dari dua atau lebih larutan
(kimia) dengan perbandingan tertentu , dimana komposisi ini tetap / tidak bisa
diubah lagi dengan cara destilasi sederhana. Kondisi ini terjadi karena ketika
azeotrop di didihkan, uap yang dihasilkan juga memiliki perbandingan konsentrasi
yang sama dengan larutannya semula akibat ikatan antarmolekul pada kedua
larutannya. Gampangnya, Seperti saat kita mendestilasi memisahkan alkohol
dengan etanol. Namun pada hasilnya etanol dengan air tetap bercampur. Kondisi
ini terjadi karena ketika azeotrop di didihkan, uap yang dihasilkan juga memiliki
29
perbandingan konsentrasi yang sama dengan larutannya semula akibat ikatan antar
molekul pada kedua larutannya.
BAB III
PENERAPAN SIFAT KOLIGATIF LARUTAN DALAM
KEHIDUPAN SEHARI-HARI
30
keadaan ini dibiarkan, maka radiator kendaraan akan cepat rusak. Dengan
penambahan etilen glikol ke dalam air radiator diharapkan titik beku air dalam
radiator menurun, dengan kata lain air tidak mudah membeku.
Contoh larutan isotonik adalah cairan infus yang dimasukkan ke dalam darah.
Cairan infus harus isotonik dengan cairan intrasel agar tidak terjadi osmosis, baik
ke dalam ataupun ke luar sel darah. Dengan demikian, sel-sel darah tidak
mengalami kerusakan.
31
Pasien penderita gagal ginjal harus menjalani terapi cuci darah. Terapi
menggunakan metode dialisis, yaitu proses perpindahan molekul kecil-kecil
seperti urea melalui membran semipermeabel dan masuk ke cairan lain, kemudian
dibuang. Membran tak dapat ditembus oleh molekul besar seperti protein
sehingga akan tetap berada di dalam darah.
Pengawetan Makanan
Sebelum teknik pendinginan untuk mengawetkan makanan ditemukan, garam
dapur digunakan untuk mengawetkan makanan. Garam dapat membunuh mikroba
penyebab makanan busuk yang berada di permukaan makanan.
Membasmi Lintah
Garam dapur dapat membasmi hewan lunak, seperti lintah. Hal ini karena
garam yang ditaburkan pada permukaan tubuh lintah mampu menyerap air yang
ada dalam tubuh sehingga lintah akan kekurangan air dalam tubuhnya.
32
Osmosis balik digunakan untuk membuat air murni dari air laut. Dengan
memberi tekanan pada permukaan air laut yang lebih besar daripada tekanan
osmotiknya, air dipaksa untuk merembes dari air asin ke dalam air murni melalui
selaput yang permeabel untuk air tetapi tidak untuk ion-ion dalam air laut. Tanpa
tekanan yang cukup besar, air secara spontan akan merembes dari air murni ke
dalam air asin.
BAB IV
CONTOH SOAL
1. Fraksi mol urea dalam air adalah 0,5. Tekanan uap air pada 20°C adalah
17,5 mmHg.
Po = 17,5 mmHg
Ditanya : P ...?
Jawab :
ΔP = Xt.Po
33
= 8,75 mmHg
P = Po – ΔP
= 8,75 mmHg
2. Tekanan uap air pada 100oC adalah 760 mmHg. Berapakah tekanan uap
larutan glukosa 18% pada 100oC? (Ar H= 1 ; C=12 ; O=16)
Jawab :
18
Jumlah mol glukosa = =0,1 mol
180
82
Jumlah mol air = =4 , 55 mol
n pelarut 18
Xp =
n pelarut + n terlarut
4,55
X pel= =0 , 978
( 4,55+0,1)
Jadi tekanan uap glukosa :
P = Xp. Po
P = 0,978 x 760
= 743,28 mmHg
34
b. Kenaikan titik didih dan Penurunan titik beku
1. Natrium hidroksida 1,6 gram dilarutkan dalam 500 gram air. Hitung titik
didih larutan tersebut! (Kb air = 0,52 °Cm-1, Ar Na = 23, Ar O = 16, Ar H
= 1)
Penyelesaian:
p = 500 gram
Kb = 0,52 °Cm-1
Ditanya : Tb ...?
m 1000
= x xKb
MrNaOH p
1,6 gr 1000
= x x 0,52° C m -1
40 500 gr
= 0,0416 °C
Tb = 100 °C + ΔTb
= 100 °C + 0,0416 °C
= 100,0416 °C
c. Tekanan Osmotik
35
Penyelesaian:
Diketahui : M = 0,3 mol L–1
T = 37 °C + 273 = 310 K
R = 0,082 L atm mol-1K-1
Ditanya : π ...?
Jawab :
π = 0,3 mol L-1 × 0,082 L atm mol-1K-1 × 310 K
= 7,626 atm
Penyelesaian:
Diketahui : m = 1,71 gram
V = 100 mL = 0,1 L
Mr Ba(OH)2 = 171
R = 0,082 L atm mol-1K-1
T = 37 °C = 310 K
Ditanya : π ...?
Jawab : Ba(OH)2 merupakan elektrolit.
Ba(OH)2→ Ba2+ + 2 OH¯, n = 3
1,71 gr
mol Ba(OH)2 = = 0,01 mol
171 gr /mol
36
n
M=
V
0,01 mol
= = 0,1 mol L-1
0,1 L
π=M×R×T×I
= 0,1 mol L-1 × 0,082 L atm mol-1K-1 × 310 K × (1 + (3 –1)1)
= 7,626 atm
BAB V
PENUTUP
5.1. KESIMPULAN
-ΔTb = m X Kb
- ΔTf = m X Kf
- π =M x R xT
37
4. Besarnya sifat koligatif larutan elektrolit sama dengan larutan nonelektrolit
dikalikan dengan faktor Van't Hoff (i).
5. Harga faktor Van't Hoff adalah 1 + (n – 1)α .
DAFTAR PUSTAKA
http://sahri.ohlog.com/larutan-elektrolit-dan-non-elektrolit.cat3416.html
http://www.scribd.com/doc/7244500/Kebutuhan-Cairan-Dan-Elektrolit.html
38
39