Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

“ SIFAT-SIFAT LARUTAN “

KELOMPOK III

NAMA : INDAH JUITA RATU EDO ( PO5303241210198 )

NOVITHA SOPHIA BULAN ( PO5303241210221 )

REGINA BADARIANI MANUMPA ( PO5303241210222 )

MARIA FEBRIANA MAU LONGO ( PO5303241210208 )

MELIANA PAMUT ( PO5303241210214 )

LIALIS YAYAN MEDI ( PO5303241210204 )

POLTEKKES KEMENKES KUPANG


PROGRAM STUDI GIZI
2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpah karunia-
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah sederhana ini
tentang “ Sifat-Sifat Larutan Kimia “.

Penulis sampaikan terimakasih kepada dosen dan semua pihak yang


senantiasa membantu dalam kelancaran makalah ini, penulis menyadari bahwa
makalah ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran dari pihak
manapun senantiasa akan kami terima untuk menjadikan makalah ini sesuai
dengan harapan. Semoga makalah ini mendapat perhatian dan bermanfaat bagi
semuanya, sehingga dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga
kedepannya lebih baik.

Selasa, 16 november 2021

( penulis )
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sifat koligatif adalah sifat-sifat fisis larutan yang hanya bergantung


pada konsentrasi partikel zat terlarut, tetapi tidak pada jenisnya. Sifat koligatif
larutan meliputi tekanan uap, penurunan titik beku, kenaikan titik didih, dan
tekanan osmotik. Sifat koligatif terutama penurunan titik beku dan tekanan
osmosis memiliki banyak kegunaan dalam kehidupan sehari-hari.

Beberapa penerapan penurunan titik beku dapat mempertahankan


kehidupan selama musim dingin. Penerapan tekanan osmosis ditemukan di alam,
dalam bidang kesehatan, dan dalam ilmu biologi adapun penerapanya
padaHewan-hewan yang tinggal di daerah beriklim dingin, seperti beruang kutub,
mereka memanfaatkan prinsip sifat koligatif larutan penurunan titik beku untuk
bertahan hidup. Darah ikan-ikan laut mengandung zat-zat antibeku yang mempu
menurunkan titik beku air hingga 0,8oC.

Dengan demikian, ikan laut dapat bertahan di musim dingin yang suhunya
mencapai 1,9oC karena zat antibeku yang dikandungnya dapat mencegah
pembentukan kristal es dalam jaringan dan selnya. Hewan-hewan lain yang
tubuhnya mengandung zat antibeku antara lain serangga , ampibi, dan nematoda.
Tubuh serangga mengandung gliserol dan dimetil sulfoksida, ampibi mengandung
glukosa dan gliserol darah sedangkan nematoda mengandung gliserol dan
trihalose.Berikut ini penjelasan mengenai penerapan sifat koligatif larutan dalam
kehidupan sehari-hari.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian sifat koligatif larutan elektrolit dan sifat koligatif larutan
non elektrolit ?
2. Bagaimana sifat koligatif larutan elektrolit dan sifat koligatif larutan non
elektrolit penting untuk kehidupan kita ?
1.3 Tujuan
1. Mampu memahami arti dari sifat koligatif larutan elektrolit dan sifat
koligatif larutan nonelektrolit.
2. Mampu memahami sifat koligatif larutan elektrolit dan sifat koligatif
larutan nonelektrolit penting untuk kehidupan kita
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengenalan Larutan Elektrolit Dan Non Elektrolit

Larutan adalah campuran homogen dua zat atau lebih yang saling melarutkan dan
masing-masing zat penyusunnya tidak dapat dibedakan lagi secara fisik. Larutan terdiri
atas zat terlarut dan pelarut. Berdasarkan daya hantar listriknya (daya ionisasinya),
larutan dibedakan dalam dua macam, yaitu larutan elektrolit dan larutan non elektrolit.
Sifat elektrolit dan non elektrolit didasarkan pada keberadaan ion dalam larutan yang
akan mengalirkan arus listrik. Jika dalam larutan terdapat ion, larutan tersebut bersifat
elektrolit. Jika dalam larutan tersebut tidak terdapat ion larutan tersebut bersifat non
elektrolit.
Larutan elektrolit adalah larutan yang dapat menghantarkan arus listrik. Larutan
non elektrolit adalah larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik. Contoh lain
adalah, bila NaCl dilarutan dalam air akan terurai menjadi ion positif dan ion negatif. Ion
positif yang dihasilkan dinamakan kation dan ion negatif yang dihasilkan dinamakan
anion. Larutan NaCl adalah contoh larutan elektrolit.
Bila gula dilarutkan dalam air, molekul-molekul gula tersebut tidak terurai menjadi ion
tetapi hanya berubah wujud dari padat menjadi larutan.
Dalam kehidupan sehari-hari kita banyak menemukan contoh larutan elektrolit maupun
non elektrolit. Contoh larutan elektrolit: larutan garam dapur, larutan cuka makan, larutan
asam sulfat, larutan tawas, air sungai, air laut. Contoh larutan non elektrolit adalah
larutan gula, larutan urea, larutan alkohol, larutan glukosa.
2.2 Sifat Koligatif Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit
Sifat-Sifat Koligatif Larutan
 Adalah sifat larutan encer yang tidak mudah menguap dan hanya tergantung
pada jumlah partikel zat terlarut, tidak tergantung pada jenis zat terlarut.
 Adalah sifat dari larutan yang bergantung pada jumlah volume pelarut dan
bukan pada massa partikel.
 Sifat koligatif larutan terdiri dari dua jenis, yaitu sifat koligatif larutan
elektrolit dan sifat koligatif larutan non elektrolit. Apabila suatu pelarut
ditambah dengan sedikit zat terlarut
 Maka akan didapat suatu larutan yang mengalami:
- Penurunan tekanan uap jenuh
- Kenaikan titik didih
- Penurunan titik beku
- Tekanan osmotic
 Di dalam suatu larutan banyaknya partikel ditentukan oleh konsentrasi larutan
dan sifat larutan itu sendiri.
 Jumlah partikel yang ada dalam larutan non elektrolit tidak sama dengan
jumlah partikel yang ada dalam larutan elektrolit, walaupun keduanya
mempunyai konsentrasi yang sama. Hal ini dikarenakan larutan elektrolit
dapat terurai menjadi ion-ionnya, sedangkan larutan non elektrolit tidak dapat
terurai menjadi ion-ion. Dengan demikian sifat koligatif larutan dapat
dibedakan atas sifat koligatif larutan non elektrolit dan sifat koligatif larutan
elektrolit.

Banyaknya partikel dalam larutan ditentukan oleh konsentrasi larutan dan sifat
larutan itu sendiri. Namun sebelum itu kita harus mengetahui hal- hal berikut :

 Molar, yaitu jumlah mol zat terlarut dalam 1 liter larutan


 Molal,yaitu jumlah mol zat terlarut dalam 1 kg larutan
 Fraksi mol, yaitu perbandingan mol zat terlarut dengan jumlah mol zat
pelarut dan zat terlarut.

2.2.1 Sifat Koligatif Larutan Elektrolit


Larutan elektrolit memperlihatkan sifat koligatif yang lebih besar dari hasil
perhitungan dengan persamaan untuk sifat koligatif larutan nonelektrolit di atas.
Perbandingan antara sifat koligatif larutan elektrolit yang terlihat dan hasil perhitungan
dengan persamaan untuk sifat koligatif larutan non elektrolit, menurut Van’t Hoff  besarnya
selalu tetap dan diberi simbol i (i = tetapan atau faktor Van’t Hoff ). Dengan demikian dapat
dituliskan:

i = sifat koligatif larutan eklektrolit dengan kosentrasi m / sifat koligatif larutan non elektrolit
dengan konsentrasi m

Keterangan:
n = jumlah seluruh ion zat elektrolit (baik yang + maupun -)
α = derajat ionisasi larutan elektrolit (untuk elektrolit kuat α = 1)
Sifat koligatif larutan elektrolit dirumuskan sebagai berikut:
a. ∆P = Xt . Po. i
b. ∆Tf = m Kf . i
c. ∆Tb = m Kb . i
d. π = M . R . T . i

keterangan:
i = 1 + (n-1) α
n = jumlah ion
α = derajat ionisasi
 Elektrolit kuat, karakteristiknya adalah sebagai berikut:

1. Menghasilkan banyak ion Molekul netral dalam larutan hanya sedikit/tidak ada sama sekali
2.  Terionisasi sempurna, atau sebagian besar terionisasi sempurna
3.  Jika dilakukan uji daya hantar listrik: gelembung gas yang dihasilkan banyak, lampu menyala
4.  Penghantar listrik yang baik
5.  Derajat ionisasi = 1, atau mendekati 1
6.  Contohnya adalah: asam kuat (HCl, H2SO4, H3PO4, HNO3, HF); basa kuat (NaOH, Ca(OH)2,
Mg(OH)2, LiOH), garam NaCl
 Elektrolit lemah, karakteristiknya adalah sebagai berikut:

1.  Menghasilkan sedikit ion

2.  Molekul netral dalam larutan banyak


3.  Terionisasi hanya sebagian kecil
4. Jika dilakukan uji daya hantar listrik: gelembung gas yang dihasilkan sedikit, lampu tidak
menyala
5.  Penghantar listrik yang buruk
6.  Derajat ionisasi mendekati 0
7.   Contohnya adalah: asam lemah (cuka, asam askorbat, asam semut), basa lemah (Al(OH)3,
NH4OH), garam NH4CN
Sebagai tambahan, larutan non elektrolit memiliki karakteristik sebagai berikut:

1.  Tidak menghasilkan ion


2.  Semua dalam bentuk molekul netral dalam larutannya
3.  Tidak terionisasi Jika dilakukan uji daya hantar listrik: tidak menghasilkan gelembung, dan
lampu tidak menyala
4.  Derajat ionisasi = 0 Contohnya adalah larutan gula, larutan alcohol, bensin, larutan urea.

2.2.2 Sifat Koligatif Larutan Non elektrolit

Sifat koligatif larutan non elektrolit sangat berbeda dengan Sifat koligatif larutan
elektrolit, disebabkan larutan non elektolit tidak dapat mengurai menjadi ion – ion nya.
Maka Sifat koligatif larutan non elektrolit dapat di hitung dengan menghitung  tekanan
uap, titik didih, titik beku, dan tekanan osmosis.

Menurut hukum sifat koligatif, selisih tekanan uap, titik beku, dan titik didih suatu
larutan dengan tekanan uap, titik beku, dan titik didih pelarut murninya, berbanding
langsung dengan konsentrasi molal zat terlarut. Larutan yang bisa memenuhi hukum sifat
koligatif ini disebut larutan ideal. Kebanyakan larutan mendekati ideal hanya jika sangat
encer.
Meskipun sifat koligatif melibatkan larutan, sifat koligatif tidak bergantung pada
interaksi antara molekul pelarut dan zat terlarut, tetapi bergatung pada jumlah zat terlarut
yang larut pada suatu larutan. Sifat koligatif terdiri dari penurunan tekanan uap, kenaikan
titik didih, penurunan titik beku, dan tekanan osmotik.

a. Penurunan Tekanan Uap

Proses penguapan adalah perubahan suatu wujud zat  dari cair menjadi gas. Ada
kecenderungan bahwa suatu zat cair akan mengalami penguapan. Kecepatan penguapan
dari setiap zat cair tidak sama, tetapi pada umumnya cairan akan semakin mudah
menguap jika suhunya semakin tinggi.

Penurunan tekanan uap adalah kecenderungan molekul-molekul cairan untuk


melepaskan diri dari molekul-molekul cairan di sekitarnya dan menjadi uap. Jika ke
dalam cairan dimasukkan suatu zat terlarut yang sukar menguap dan membentuk suatu
larutan, maka hanya sebagian pelarut saja yang menguap, karena sebagian yang lain
penguapannya dihalangi oleh zat terlarut.
Banyak sedikitnya uap diatas permukaan cairan diukur berdasarkan tekanan uap
cairan tersebut. Semakin tinggi suhu cairan semakin banyak uap yang berada diatas
permukaan cairan dan berarti tekanan uapnya semakin tinggi. Jumlah uap diatas
permukaan akan mencapai suatu kejenuhan pada tekanan tertentu, sebab bila tekanan uap
sudah jenuh akan terjadi pengembunan, tekanan uap ini disebut tekanan uap jenuh.
Pada saat zat konvalatil ditambahkan kedalam larutan maka akan terjadi penurunan
tekanan uap. Bila kita memanaskan air (atau zat yang dapat menguap lainnya) dalam
ketel yang tertutup, maka ketika air mendidih tutup ketel dapat terangkat, mengapa hal ini
terjadi? Apa sebenarnya yang menekan tutup ketel tersebut, air atau uap airnya? Dalam
ruang tertutup air akan menguap sampai ruangan tersebut jenuh,yang disertai dengan
pengembunan sehingga terjadi kesetimbangan air
dengan uap air.

Adapun bunyi hukum Raoult yang berkaitan denganpenurunan tekanan uap adalah sebagai
berikut.
a. Penurunan tekanan uap jenuh tidak bergantung padajenis zat yang dilarutkan, tetapi tergantung
pada jumlahpartikel zat terlarut.

b. Penurunan tekanan uap jenuh berbanding lurus denganfraksi mol zat yang dilarutkan.

Hukum Raoult tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:


P = Xt . Po

Keterangan:
P = penurunan tekanan uap jenuh pelarut

Xt= fraksi mol zat terlarut

P° = tekanan uap pelarut murni

b.   Kenaikan Titik Didih Larutan (∆Tb) dan Penurunan Titik Beku Larutan (∆Tf)

Sifat yang berikutnya adalah kenaikan titik didih dan penurunan titik beku. Titik
didih larutan selalu lebih tinggi dibandingkan titik didih pelarut. hal sebaliknya berlaku
pada titik beku larutan yang lebih rendah dibandingkan pelarut.
Bila suatu zat cair dinaikkan suhunya, maka semakin banyak zat cair yang menguap.
Pada suhu tertentu jumlah uap diatas permukaan zat cair akan menimbulkan tekanan uap
yang sama dengan tekanan udara luar. Keadaan saat tekanan uap zat cair diatas
permukaan zat cair tersebut sama dengan tekanan udara disekitarnya disebut mendidih
dan suhu ketika tekanan uap diatas pemukaan cairan sama dengan tekanan uap luar
disebut titik didih. Pada saat zat konvalatil ditambahkan kedalam larutan maka akan
terjadi kenaikan titik didih dari larutan tersebut.
Menurut hukum Raoult, besarnya kenaikan titik didih larutan sebanding dengan hasil kali dari
Molalitas larutan (m) dengan kenaikan titik didih molal (Kb).
Oleh karena itu, kenaikan titik didih dapat dirumuskan seperti berikut:

g 1000
∆Tb = Kb.m danm = x
Mr P
Maka:
g 1000
∆Tb = Kb. x
Mr P

Keterangan:

∆Tb= kenaikan titik didih

Kb = tetapan titik didih molal


m = molalitas larutan
g = massa zat terlarut
Mr = massa molekul relatif zat terlarut
P = massa pelarut

c. Tekanan Osmotik

Sifat koligatif keempat terutama penting dalam biologi sel, sebab peranannya
penting dalam transfor molekul melalui membran sel. Membran ini disebut
semipermiabel, yang membiarkan molekul kecil lewat tetapi menahan molekul besar
seperti protein dan karbohidrat. Membran semi permiabel dapat memisahkan molekul
pelarut kecil dari molekul zat terlarut yang besar. Peristiwa bergeraknya partikel (molekul
atau ion) melalui dinding semipermeabel disebut osmotik. Tekanan yang ditimbulkan
akibat dari tekanan osmotik disebut tekanan osmotik. Besar tekanan osmotik diukur
dengan alat osmometer, dengan memberikan beban pada kenaikan permukaan larutan
menjadi sejajar pada permukaan sebelumnya.

Osmosis atau tekanan osmotik adalah proses berpindahnya zat cair dari larutan
hipotonis ke larutan hipertonis melalui membran semipermiabel. Osmosis dapat
dihentikan jika diberi tekanan, tekanan yang diberikan inilah yang disebut tekanan
osmotik. Tekanan osmotik dirumuskan:

π = nRT
                                                               V

Atau

π=MRT

Untuk larutan elektrolit ditemukan penyimpangan oleh Vanit Hoff. Penyimpangan


ini terjadi karena larutan elektrolit terdisosiasi di dalam air menjadi ion, sehingga zat
terlarut jumlahnya menjadi berlipat. Dari sini dibutuhkan faktor pengali atau lumrah
disebut faktor Vanit Hoff. Dirumuskan sebagai berikut :

π   = tekanan osmotik


M = Konsentrasi molar
R = tetapan gas ideal (0,082 L atm K mol)
T = suhu mutlak ( K )

Partikel dalam larutan non elektrolit tidak sama dengan jumlah partikel dalam larutan
elektrolit, walaupun konsentrasi keduanya sama. Hal ini dikarenakan larutan elektrolit
terurai menjadi ion-ionnya, sedangkan larutan non elektrolit tidak terurai menjadi ion-ion.
Dengan demikian sifat koligatif larutan dibedakan atas sifat koligatif larutan non
elektrolit dan sifat koligatif larutan elektrolit.

Dalam sistem analisis, dikenal larutan hipertonik yaitu larutan yang mempunyai
konsentrasi terlarut tinggi, larutan isotonic yaitu dua larutan yang mempunyai konsentrasi
terlarut sama, dan larutan hipotonik yaitu larutan dengan konsentrasi terlarut rendah. Air
kelapa merupakan contoh larutan isotonik alami. Secara ilmiah, air kelapa muda
mempunyai komposisi mineral dan gula yang sempurna sehinggga memiliki
kesetimbangan elektrolit yang nyaris sempurna setara dengan cairan tubuh manusia.
Proses osmosis juga terjadi pada sel hidup di alam.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai