KELOMPOK 5
NAMA :
NONIA M. BIRA PO5303241210220
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa penulis mengucapkan
terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik pikiran maupun materinya. Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat
menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan penulis berharap lebih jauh lagi
agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi penulis sebagai
penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis. Untuk itu penulis sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................2
1.3 Tujuan....................................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................3
2.1 Pengertian Pengawetan Pangan dengan Pengasapan.............................................................3
2.2 Prinsip Pengawetan Pangan dengan Pengasapan...................................................................3
2.3 Syarat Pengawetan Pangan dengan Pengasapan....................................................................4
2.4 Faktor – faktor yang Mempengaruhi Pengawetan Pangan dengan Pengasapan...................5
2.5 Produk Hasil Pengawetan Pangan dengan Pengasapan.........................................................5
2.6 Prosedur Pengawetan Pangan dengan Pengasapan................................................................6
BAB III PENUTUP........................................................................................................................8
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................................8
3.2 Saran..................................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................9
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian pengawetan pangan dengan pengasapan ?
2. Apa prinsip pengawetan pangan dengan pengasapan ?
3. Apa syarat pengawetan pangan dengan pengasapan ?
4. Apa factor – factor yang mempengaruhi pengawetan pangan dengan pengasapan ?
5. Apa produk hasil pengawetan pangan dengan pengasapan ?
6. Bagaimana prosedur pengawetan pangan dengan pengasapan ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui penegrtian pengawetan pangan dengan pengasapan
2. Untuk mengetahui prinsip pengawetan dengan pengasapan
3. Untuk mengetahui syarat pengawetan pangan dengan pengasapan
4. Untuk mengetahui factor – factor yang mempengaruhi pengawetan pangan dengan
pengasapan
5. Untuk mengetahui produk hasil pengawetan dengan pengasapan
6. Untuk mengetahui prosedur pengawetan pangan dengan pengasapan
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pengawetan Pangan dengan Pengasapan
Pengasapan merupakan cara pengawetan dengan menggunakan asap yang berasal dari
pembakaran kayu atau bahan organic lainnya. Pengasapan adalah salah satu cara
memasak,memberi aroma, atau proses pengawetan makanan, terutama ikan. Selain itu
pengasapan dapat meenghambat oksidasi lemak di dalam bahan pangan tersebut. Makanan
di asapi dengan panas dan asap yang di hasilkan dari pembakaran kayu,dan tidak di letakan
dekat dengan api agar tidak terpanggang atau tidak terbakar. Pembakaran tanpa api akan
menghasilakan banyak uap dan panas yang cukup untuk mngurangi kadar air pada daging.
Asap akan melapisi peermukaan daging dan memberikan cita rasa dan aroma yang khas
pada daging yang dihasilkan.
Sebelum diasapi, daging biasanya di rendam di dalam air garam. Beberapa jenis ikan
tidak perlu di rendam lebih dulu di dalam air garam, setelah di lap dan di keringkan,
makanan di gantung di tempat pengasapan yang biasanya memiliki cerobong asap. Sebagai
kayu asap biasanya di pakai serpihan kayu yang bila di bakar, memiliki aroma harum seperti
kayu pohon ek dan bukan kayu yang memiliki damar. Dalam kayu bakar bisa di tambahkan
rempah-rempah seperti cengkeh dan akar manis . Apabila kayu dipanaskan maka jumlah
senyawa-senyawa kimia akan terbebaskan ke udara. Asap kayu terdiri dari partikel-partikel
bahan yang sanga kecil,ringan dan tersebar di udara. Ukuran dari partikel-partikel bahan ini
tergantung dari keadaan bagaimana asap itu terbentuk. Proses melekatnya partikel-partikel
asap tadi berkaitan erat dengan perbaikan kualitas bahan makanan yang di asapi
Pengasapan biasanya dikombinasikan pmakaiannya dengan proses pemanasan lain
untuk membantu membunuh mikroorganisme. Selain itu membunuh mikroorganisme,juga
pemanasan ini dapat membantu mengeringkan bahan yang diasapi sehingga menjadi lebih
awet. Dalam hal ini pengasapan biasanya di lakukan pada suhu sekitar 57 derajat celcius .
Jika pengasapan tidak dikombinasikan dengan pemanasan lainnya, maka suhu yang
dipergunakan biasanya lebih tinggi lagi. Pengasapan yang dilakukan pada suhu sekitar 60
derajat celcius dapat menghambat terjadinya reaksi enzimatik didalam bahan makanan yang
di asapi.
2.2 Prinsip Pengawetan Pangan dengan Pengasapan
Prinsip pengawetan bahan pangan Dengan pengasapan yaitu memanfaaatkan kombinasi
pengeringan dan pemberian senyawa kimia alami dari hasil pembakaran kayu, pembakaran
akan membentuk asap dalam bentuk uap dan butiran tar serta dihasilkan panas.
Pengasapan dilakukan dengan mengkombinasikan beberapa proses melalui beberapa
tahapan, yakni penggaraman, pengeringan, pemanasan, dan terakhir pengasapan.
Perendaman dalam larutan garam pada daging bertujuan untuk membentuk daging yang
kompak karena garam dapat menarik air dari bahan sehingga kadar air berkurang dan terjadi
3
penggumpalan protein daging. Bahan yang sudah direndam, ditiriskan dan dimasukkan ke
dalam ruang pengasapan dan dengan pemanasan air di dalam bahan terutama bagian
permukaan akan menguap sehingga bahan menjadi kering. Pada kondisi ini bahan akan
menyerap asap yang terdiri atas partikel-partikel yang sangat halus. Unsur kimia asap dapat
berfungsi menentukan kualitas dari produk antara lain:
1. Senyawa fenol, formaldehid dan asam sebagai disinfektan yang menghambat
pertumbuhan atau membunuh bakteri pembusuk yang terdapat dalam tubuh ikan.
2. Senyawa karbonil sebagai pemberi warna pada tubuh ikan sehingga ikan berwarna
kuning keemasan dan dapat membangkitkan selera makan.
3. Difenol sebagai bahan pengawet, dapat mencegah terjadinya proses oksidasi lemak
pada ikan.
4. Senyawa fenol dan karbonil sebagai pembentuk rasa bahan
5. Senyawa formaldehid yang juga mampu membentuk tekstur bahan.
Pengasapan merupakan cara pengolahan atau pengawetan dengan memanfaatkan
kombinasi perlakuan pengobatan dan pemberian hadiah senyawa kimia alami dari hasil
pembakaran bahan bakar alami. Melalui pembakaran akan terbentuk senyawa asap dalam
bentuk uap dan butiran-butiran tar serta panas yang dihasilkan. asap tersebut menempel pada
daging dan terlarut dalam lapisan udara yang ada dipermukaan daging, sehingga terbentuk
aroma dan rasa yang khas pada produk, dan menjadikan warna khas atau Senyawa cokelat.
2.3 Syarat Pengawetan Pangan dengan Pengasapan
Seperti halnya dengan pengeringan melalui terik matahari maupun menggunakan cara
diangin-angin yang biasa dilakukan oleh orang Indonesia, pengasapan terlebih dahulu harus
melalui proses pengerjaan awal, antara lain penggaraman, pengeringan, dan pemanasan.
Ketiga hal tersebut ditujukan untuk menjamin kesempurnaan hasil pengasapan.
Untuk menghasilkan asap, sebaiknya dipakai jenis kayu yang keras (non resinous)
atau sabut dan tempurung kelapa. Asap dari kayu yang lunak sering mengandung zat-zat
yang menyebabkan bau kurang baik pada hasil asapan.
Bila dipakai kayu keras, maka bagian selulosenya akan terurai menjadi senyawa-
senyawa yang lebih sederhana. Senyawa-senyawa itu adalah alkohol-alkohol aliphatic,
aldehida-aldehida, keton-keton, dan asam-asam, dan fenol yang merupakan bahan pengawet
yang sudah dikenal. Bagian ligninya pecah menjadi senyawa-senyawa fenol,quinol,
guaiacol, dan pyrogalol yang merupakan bagian dari 20 jenis senyawa-senyawa antioksidan
dan antiseptic. Ini diperlukan terutama untuk pengasapan ikan berlemak.
Bahan bakar yang biasa di gunakan yaitu : boggol jagung, tempurung kelapa, sabut
kelapa, kayu keras ( galam, turi )
Untuk mendapatkan hasil makanan asap yang bermutu baik, maka hal-hal yang harus
diperhatikan ialah :
4
1. Kesegaran dan kondisi daging/ikan yang akan diasap,
2. konsentrasi dan kebersihan larutan garam,
3. jenis kayu yang digunakan sebagai sumber asap dan kontrol terhadap suhu dan
jumlah asap dalam kamar pengasap.
5
b. Sosis
Dipabrik-pabrik sosis yang modern sekarang pada kenyataanya baik proses
pengasapan maupun proses pemasakan dilakukan bersama-sama dalam satu asap.
Dengan udara yang dikendalikan dan dilengkapi dengan penyiram air panas, atau
produk dapat dipindahkan dari rumah secepatnya umtuk kemudian dimasak. Tujuan
dari pada proses pengasapan pada sosis adalah untuk memperbaiki kenampakan sosis
yaitu oleh komponen-komponen dalam asap, untuk memberi rasa yang khas, untuk
memberi daya pada bahan-bahan bakteriostatik dan bahan-bahan antioksidan yang
berasal dari asap.
c. Ikan
Pengasapan ikan dilakukan pada suhu 650C – 800C selama 3-4 jam. Untuk
menghasilkan asap, sebaiknya dipakai jenis kayu yang keras (non resinous) atau sabut
dan tempurung kelapa. Asap dari kayu yang lunak sering mengandung zat-zat yang
menyebabkan bau kurang baik pada hasil asapan.
d. Keju
Pengasapan keju merupakan hal yang telah dikerjakan sejak dahulu. Pengasapan
keju dapat memperbaiki kualitas penyimpanan keju tersebut, hal itu disebabkan karena
permukaan keju akan diseliputi dan diliput oleh senyawa-senyawa anti mikrobia dan
antioksidan yang memang ada didalam secepatnya. Dengan demikian keju akan
langsung terhindar dari serangan kapang dan jasad-jasad renik lainnya.
2.6 Prosedur Pengawetan Pangan dengan Pengasapan
1. Penggaraman
2. Pengeringan
Ikan yang sudah digarami dan ditiriskan dimasukkan ke dalam kamar asap yang
berisi asap panas hasil pembakaran. Pemanasan secara tidak langsung menyebabkan
terjadinya penguapan air pada daging ikan, sehingga permukaan air dan dagingnya
mengalami pengeringan. Hal ini akan memberikan efek pengawetan karena bakteri-
6
bakteri pembusuk lebih aktif pada produk-produk berair. Oleh karena itu, proses
pengeringan mempunyai peranan yang sangat penting dan ketahanan mutu produk
tergantung kepada banyaknya air yang diuapkan.
3. Pemanasan
Ikan dapat diasapi dengan pengasapan panas atau dengan pengasapan dingin.
Pada pengasapan dingin panas yang timbul karena asap tidak begitu tinggi efek
pengawetannya hampir tidak ada. Untuk meningkatkan daya awet ikan, waktu untuk
penasapan harus diperpanjang. Pada pengasapan panas karena jarak antara sumber api
(asap) dengan ikan biasanya dekat, maka suhunya lebih tinggi sehingga ikan menjadi
masak. Suhu yang tinggi dapat menghentikan aktifitas enzim-enzim yang tidak
diinginkan, menggumpalkan protein ikan dan menguapkan sebagian air dari dalam
jaringan daging ikan. Jadi disini ikan selain diasapi juga terpanggang sehingga dapat
langsung dimakan.
4. Pengasapan
Tujuan dari pengasapan adalah untuk mengawetkan dan memberi warna dan rasa
spesifik pada ikan. Sebenarnya asap sendiri daya pengawetnya sangat terbatas (yang
tergantung kepada lama dan ketebalan asap), sehingga agar ikan dapat tahan lama,
pengasapan harus dikombinasikan dengan cara-cara pengawetan lainnya, misalnya
dengan pemakaian zat-zat pengawet atau penyimpanan pada suhu rendah.
7
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
8
DAFTAR PUSTAKA