TEKNOLOGI PANGAN
1
asappun tidak dapat dihindari. Sehingga makanan produk olahan daging ikan
dengan pengasapan mempunyaicita rasa asap didalamnya, berwarnaa coklat
kehitaman dan ternyata ikan yang diasapkan lebih awet,bahkan daging ikan pun
lebih masak dan siapuntuk disantap.Sejak saat itulah proses pengasapan ikan
lebih berkembang. Meskipun begitu, teknis pengasapannya tidak banyak berubah.
Pengasapan merupakan salah satu teknologi dalam pangan yang sekarang
ini sudah berkembang pesat. Dengan tujuan untuk memperdalam pengetahuan
mengenai penggunaan berbagai macam teknologi pangan dan untuk
memperdalam pemahaman proses yang terjadi pada produk, maka dilakukanlah
praktikum ini yaitu membuat produk ikan asap dengan metode pengasapan panas.
Selain untuk mengawetkan, pengasapan berfungsi memberi aroma serta
rasa yang khas pada daging ikan. Pengasapan juga dapat membunuh bakteri dan
daya bunuh dari asap tersebut tergantung pada suhu pengasapan dan lama
pengasapan. Makin lama ikan diasapi maka makin banyak senyawa kimia yang
terbentuk selama pembakaran, demikian pula makin banyak zal-zal pengawet
yang mengendap pada ikan asap, dengan demikian akan lebih lama daya awet
ikan asap tersebut. Yang dapat meningkatkan daya awet selama pengasapan
bukan asap melainkan unsurunsur kimia yang ada di dalam asap yang dapat
berperan sebagai disenfektan, pemberi warna, memberi citarasa, dan aroma ikan.
Kondesat asap dapat bersifat antioksidan walaupun pada konsentrasi rendah,
sementara pengaruh utama dari degradasi lipida adalah meningkatnya secara
estetik rasa dan bau yang tidak disenangi (Sanger, 2010).
2
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui proses yang terjadi pada pengasapan dan mampu
mempraktekannya serta untuk memahami fungsi pengasapan pada ikan.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mempelajari dan memahami prinsip pengasapan ikan.
2. Mempelajari dan memahami fungsi pengasapan ikan.
3. Mempelajari faktor yang mempengaruhi pengasapan ikan.
4. Mempelajari jenis-jenis pengasapan.
5. Mempelajari dan memahami tahapan pengasapan ikan.
6. Mempelajari senyawa kimia dalam pengasapan ikan.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Protein 17,00
Lemak 4,50
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa ikan mempunyai nilai protein
tinggi, dan kandungan lemaknya rendah sehingga banyak memberikan manfaat
kesehatan bagi tubuh manusia. Ikan merupakan makanan utama sebagai lauk
4
sehari-hari yang memberikan efek awet muda dan harapan hidup lebih tinggi dari
Negara lainnya. Penggolahan ikan dengan berbagai cara dan rasa menyebabkan
orang mengkonsumsi ikan lebih banyak.
5
akan menentukan mutu hasil asapan. Kesegaran atau mutu bahan mentah perlu
diperhatikan sebab akan menentukan mutu produk ikan asap yang dihasilkan.
Asap kayu terdiri dari uap dan padatan yang berupa partikel-partikel yang
amat kecil yang keduanya mempunyai komposisi kimia yang sama tetapi
dalam perbandingan yang berbeda. Senyawa-senyawa kimia yang menguap
diserap oleh ikan terutama dalam bentuk uap. Senyawa tersebut memberikan
warna dan rasa yang diinginkan pada ikan asap. Partikel-partikel padatan tidak
begitu penting pada proses pengasapan dan asap akan mengawetkan makanan
karena adanya aksi desinfeksi dari formaldehid, asam asetat dan phenol yang
terkandung dalam asap. Butiran-butiran asap mengambil peranan penting
dalam pewarnaan. Pengeringan mempunyai fungsi penting dalam pengawetan
ikan asap, kecepatan penyerapan asap kedalam daging ikan dan pengeringannnya
tergantung kepada banyaknya asap yang terjadi, suhu dan kandungan air dari
ikan yang diasapi. Bila kayu atau serbuk kayu dibakar, maka selulose akan
diuraikan menjadi alkohol-alkohol berantai lurus yang lebih pendek, aldehid-
aldehid, keton-keton dan asam-asam organik. Selain lignin diuraikan menjadi
turunan-turunan phenol, quinol, guaikol dan piragatol. Dengan menggunakan
teknik kromatografi kertas telah diketahui adanya kurang lebih 20 macam
senyawa kimia dalam asap. Persentase setiap senyawa kimia pada asap yang
dihasilkan tergantung kepada jenis kayu yang digunakan.
Untuk mendapatkan ikan asap yang bermutu tinggi maka harus digunakan
jenis kayu keras (non-resinous) atau sabut dan tempurung kelapa, sebab kayu-
kayu yang lunak akan menghasilkan asap yang mengandung senyawa-senyawa
yang dapat menyebabkan hal-hal dan bau yang tidak diinginkan. Tinggi
rendahnya efisiensi proses pengeringan dipengaruhi oleh kelembaban udara
sekelilingnya, bila udara dingin yang masuk kedalam unit pengasapan dipanasi,
maka beratnya akan menjadi lebih ringan daripada udara di luar, dan udara ini
akan masuk atau naik dengan cepat ke unit pengasapan dan melintasi
ikan-ikan didalamnya. Banyaknya uap air yang diserap oleh udara tergantung
suhunya, jadi bila udara dingin dipanasi maka kapasitas pengeringan akan lebih
6
tinggi. Dalam keadaan lembab, udara jenuh yang telah panas tidak dapt dipanasi
lagi secara cepat untuk mengurangi kandungan uap airnya dan oleh karena itu
kapasitas menurun. Jadi pada tahap pengasapan, kecepatan penguapan air
tergantung pada kapasitas pengering udara dan asap juga kecepatan pengaliran
asap. Pada tahap kedua, dimana permukaan ikan sudah agak kering
suhu ikan akan mendekati suhu udara dan asap. Kecepatan pengeringan akan
menjadi lambat karena air harus merembes dahulu dari lapisan dalam daging
ikan,bila pengeringan mula-mula dilakukan pada suhu yang terlalu tingi dan
terlalu cepat, maka permukaan ikan akan menjadi keras dan akan menghambat
penguapan air selanjutnya dari lapisan dalam, sehingga kemungkinan daging
ikan bagian dalam tidak mengalami efek pengeringan.
Ternyata yang dapat meningkatkan daya awet ikan dalam proses
pengasapan bukan asap, melainkan unsurunsur kimia yang terkandung dalam
asap. Unsur kimia itu dapat berperan sebagai :
a) Desinfektan yang menghambat pertumbuhan atau membunuh
mikroorganisme penyebab pembusukan ikan yang terdapat dalam tubuh
ikan.
b) Pemberi warna pada tubuh ikan, sehingga ikan yang telah diawetkan dengan
proses pengasapan berwarna kuning keemasan dan dapat membangkitkan
selera konsumen. Menurut Oki dan Heru (2007) kulit ikan yang sudah
diasapi biasanya akan menjadi mengkilap. Hal ini disebabkan karena
terjadinya reaksi-reaksi kimia di antara zat-zat yang terdapat dalam asap,
yaitu antara formaldehid dengan phenol yang menghasilkan lapisan damar
tiruan pada permukaan ikan sehingga menjadi mengkilap. Untuk
berlangsungnya reaksi ini diperlukan suasan asam dan asam ini telah tersedia
di dalam asap itu sendiri.
c) Bahan pengawet, karena unsur kimia yang terkandung dalam asap mampu
memberikan kekuatan pada tubuh ikan untuk melawan aktivitas bakteri
penyebab ketengikan.
7
2.4 Faktor yang Mempengaruhi Pengasapan pada Ikan
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengasapan (Wibowo, 1996),
antara lain :
a. Suhu Pengasapan
Pada awal pengasapan, ikan masih basah dan permukaan kulitnya
diselimuti lapisan air. Dalam keadaan ini asap akan mudah menempel pada
lapisan air permukaan ikan. Agar penempelan dan pelarutan asap dapat
berjalan efektif, suhu pengasapan awal sebaiknya rendah. Jika dilakukan
pada suhu tinggi, lapisan air pada permukaan tubuh ikan akan cepat
menguap dan daging ikan akan cepat matang. Kondisi ini akan menghambat
proses penempelan asap sehingga pembentukan warna dan aroma asap
kurang baik. Setelah warna dan aroma terbentuk dengan baik, suhu
pengasapan dapat dinaikkan untuk membantu proses pengeringan dan
pematangan ikan.
b. Kelembaban Udara
Kisaran kelembaban udara (Rh) yang ideal untuk pengasapan adalah
60% - 70% dan suhunya sekitar 29C. Jika Rh yang lebih tinggi dan 79%
proses pengeringan selama pengasapan berjalan lambat karena panas dari
hasil pembakaran masih belum mampu mengurangi kelembaban. Sebaliknya
jika Rh kurang dari 60%, permukaan ikan akan terlalu cepat matang.
c. Jenis Kayu
Jenis kayu menentukan mutu asap yang dihasilkan dan pada akhirnya
menentukan mutu ikan asap. Untuk pengasapan dingin sebaiknya
menggunakan serbuk gergaji dari jenis kayu keras sedangkan untuk
pengasapan panas menggunakan batang atau potongan kayu keras dari jenis
separo kayu jati. Jenis- jenis kayu yang mengandung resin atau damar seperti
kayu pinus kurang baik untuk pengasapan karena menghasilkan rasa pahit
pada ikan, sehingga tidak enak untuk dikonsumsi.
8
d. Perlakuan Sebelum Pengasapan
Biasanya dengan penggaraman ikut menentukan mutu pengasapan.
Faktor lain yang berpengaruh adalah mutu ikan yang akan diasap, jumlah
asap dan ketebalan asap. Mutu ikan akan berpengaruh karena bila ikan yang
diasap sudah mengalami kemunduran mutu maka produk yang dihasilkan
juga akan tidak sesuai dengan harapan. Sedangkan jumlah asap dan
ketebalan asap akan berpengaruh pada cita rasa, bau dan warna. Semakin
tebal asap semakin baik pula produk yang akan dihasilkan.
1. Pengasapan Panas
9
Pengasapan panas dengan mengunakan suhu pengasapan yang cukup
tinggi, yaitu 80-90oC. Karena suhunya tinggi, waktu pengasapan pun lebih
pendek, yaitu 3-8 jam dan bahkan ada yang hanya 2 jam. Melalui suhu
yang tinggi, daging ikan menjadi masak dan perlu diolah terlebih dahulu
sebelum disantap.
Suhu pengasapan yang tinggi mengakibatkan enzim menjadi tidak
aktif sehingga dapat mencegah kebusukan. Proses pengawetan tersebut
juga dikarenakan karena asap. Jika suhu yang digunakan 30-50oC maka
disebut pangasapan panas dengan suhu rendah dan jika suhu 50-90oC,
maka disebut pangasapan panas pada suhu tinggi (Adawyah, 2007).
2. Pengasapan Dingin
10
ikan asap disantap masih perlu diolah kembali menjadi produk siap santap
(Adawyah, 2007).
Dari tulisan di atas maka dapat disimpulkan perbedaan antara
pengasapan panas dan pengasapan dingin, adalah sebagai berikut :
3. Pengasapan Elektrik
Ikan asap dengan asap dari pembakaran gergaji (serbuk gergaji) yang
dilewatkan medan listrik dengan tegangan tinggi. Ikan pun mengalami
tahap pengeringan untuk mempersiapkan permukaan ikan menerima
partikel asap, kemudian tahap pengasapan, dan tahap pematangan. pada
ruang pengasap dipasang kayu melintang dibagian atas dan dililiti kabel
listrik. Ikan digantung dengan kawat pada kayu berkabel listrik tersebut
(Adawyah, 2007).
11
4. Pengasapan cair
12
simultan mempunyai sifat antioksidasi dan antimikroba. Kelompok-
kelompok itu mampu mencegah pem-bentukan spora dan pertumbuhan
bakteri dan jamur serta menghambat kehidupan bakteri dan jamur serta
menghambat kehidupan virus. Sifat-sifat itu dapat dimanfaatkan untuk
pengawetan makanan (Waluyo, 2002). Kelebihan penggunaan asap cair
dalam pengasapan adalah:
Beberapa aroma dapat dihasilkan dalam produk yang seragam dengan
konsentrasi yang lebih tinggi
Lebih intensif dalam pemberian aroma
Kontrol hilangnya aroma lebih mudah
Dapat diaplikasikan pada berbagai jenis bahan pangan
Dapat digunakan oleh konsumen pada level komersial
Lebih hemat dalam pemakaian kayu sebagai sumber asap
Polusi lingkungan dapat diperkecil
Dapat diaplikasikan ke dalam berbagai kehidupan seperti
penyemprotan, pencelupan, atau dicampurkan langsung kedalam
makanan
Menurut Pakan dalam Adawyah (2007), alat pembuat asap cair dapat
dibuat dari dua buah drum yang dihubungkan oleh pipa, berfungsi
mengalirkan asap dari drum tempat pembakaran kayu ke drum yang
berfungsi untuk mendinginkan asap sehingga dihasilkan asap cair. Drum
yang berfungsi sebagai pendingin diisi dengan air untuk membantu proses
pendinginan asap.
13
dan isi perut, terutama ikan berukuran sedang dan besar, lalu dicuci dengan
air bersih agar darah dan kotoran lain dapat dihilangkan (Afrianto dan
Liviawaty, 1989).
Menurut Wibowo (1995), penyiangan dan pencucian bertujuan untuk
menghilangkan kotoran, sisik, dan lendir dengan membelah bagian perut
sampai dekat anus. Penyiangan dan pencucian bertujuan menghilangkan
sisa kotoran, darah, dan lapisan dinding yang berwarna hitam. Cara
pencucian yang baik adalah menggunakan air dingin bersuhu < 50C dan
bersih, mengalir yang memenuhi persyaratan air minum, hal ini bertujuan
untuk menghilangkan kotoran yang terikut pada bahan baku (Suseno,
2008).
2. Penggaraman (Salting)
Moeljanto (1992) mengemukakan bahwa penggaraman dilakukan
sebelum ikan diasap dengan cara merendam ikan dalam larutan garam dan
lama perendamannya tergantung dari keinginan yang mengasap. Tujuannya
agar daging ikan menjadi kokoh karena penyerapan air oleh garam dan
penggumpalan protein dalam daging ikan. Selain itu, dengan adanya
penggaraman maka rasa daging akan menjadi lebih enak. Dalam
konsentrasi garam tertentu pertumbuhan bakteri pembusuk dapat dihambat.
Menurut Wibowo (1995), pengggaraman ikan mengakibatkan pengeluaran
sebagian air dari jaringan ikan dan diganti larutan garam. Penggaraman
dapat dilakukan dengan cara merendam di dalam larutan garam atau
menaburkan garam kering ke permukaan ikan dari berat ikan.
14
4. Pengasapan
Wibowo (1995), menyatakan bahwa sebelum ikan diasap, terlebih
dahulu ikan disusun dan digantung dalam ruang pengasapan dengan tujuan
agar proses pengasapan lebih merata keseluruh tubuh ikan, termasuk bagian
dalamnya. Jarak antar ikan dan jarak ikan dengan sumber asap perlu diatur
sehingga proses pengasapan berjalan baik.
Ruang pengasapan atau rumah asap (smoke houses) ini sebaiknya
memiliki luas paling tidak 2 x 2 m2 yang di tempatkan di lantai tanah.
Tempat berdirinya rumah asap ini diupayakan agar kedap api. Pada rumah
asap (smoke house) pada penelitian ini yaitu dimodifikasi dengan ukuran
panjang 1,95 cm, lebar 75cm dan tinggi 1,25. Dinding rumah asap
dibuat dari seng plat. Pintu dibuat didalam rumah asap untuk mengatur
aliran udara dan lubang asap di atasnya dipotong. Ruang pengasapan di
bagian atasnya diletakkan rak-rak untuk menyusun ikan. Dinding memiliki
penahan untuk menyandarkan tiang-tiang yang dapat dipindahkan. Ikan
dapat digantung pada tiang-tiang ini. Dinding dan atap harus ditutup
sehingga asap tidak dapat keluar dan atap ruang pengasapan perlu dibuat
untuk mengatur sirkulasi asap. Adapun proses pengasapan ikan dapat
dilihat pada diagram alir berikut berikut.
15
asap itu sendiri. Perubahan warna ikan asap menjadi
kuning kecoklatan, warna ini akibat reaksi
kimia phenol dengan oksigen dari udara hasil pembakaran secara langsung
dalam bentuk bara dari pembakaran tak semporna (in-complite). Oksidasi
akan berjalan dengan laju lebih tinggi bila pada lingkungan asam, hal ini juga
sudah tersedia pada tubuh ikan itu sendiri.
Selain studi tentang toksisitas, keamanan dari asap cair tersebut tidak
terlepas dari komposisi senyawa kimia yang terkandung di dalamnya. Asap cair
yang berasal dari bahan baku berbeda dan metode pirolisis yang berbeda, akan
menghasilkan komponen kimia yang berbeda.Asap cair komersial yang banyak
digunakan dalam skala industri maupun laboratorium, telah diteliti
komposisinya, aktivitas antimikrobialnya, dan pengaruhnya terhadap sifat
organoleptik produk perikanan. Komposisi dari asap cair sangat kompleks dan
terdiri dari komponen yang berasal dari kelompok senyawa kimia yang berbeda,
seperti aldehid, keton, alkohol, asam, ester, turunan furan dan pyran, turunan
fenolik, hidrokarbon, dan nitrogen (Budijanto et al., 2008).
16
Tabel 2.3. SNI Pengasapan
B. Cemaran Mikroba
ALT, maksimum
Escheriscia coli CFU / gram 5x105
Salmonella sp.* APM / gram <3
Stapilococus aureus* Per 25 gram Negatif
Per 25 gram Negatif
C. Cemaran Kimia
Air, maksimum % b/b 60
Garam, Maksimum % b/b 4
Abu, tidak larut dalam % b/b 1,5
Asam, maksimum
17
BAB III
METODE PRAKTIKUM
18
3.3 Prosedur Kerja
1) Menyiangi dan mencuci ikan, kemudian mengelompokkan kan yang sudah
bersih tersebut sesuai ukuran.
2) Memasukkan garam ke dalam liter air, dan mendidihkannya. Kemudian
didinginkan.
3) Rendam ikam selam 15-20 menit, meniriskan dan mengangin-anginkan
sampai permukaan kering
4) Satu-persatu ikan dikenai perlakuan berikut.
a. Menggantungkan ikan dalam ruangan pengasapan, dengan jarak masing-
masing 1 cm
b. Menggantungkan ikan dengan ekor ke bawah dan kepala menghadap atas
dengan menggunakan kaitan kawat.
c. Menyusun satu-persatu ikan di atas anyaman bambu, kemudian disusun
dalam lemari pengasapan secara berlapis-lapis. Antara masing-masing
lapisan diberi jarak kira-kira sama dengan rata-rata panjang ikan. Agar
pengasapan merata, ikan harus dibolak-balik.
5) Menyiapkan bahan bakar berupa arang dan potong-potongan kayu dibawah
ruang pengasap, kemudian membakarnya.
6) Membubuhkan ampas tebu atau serbuk gergaji sedikit demi sedikit sampai
timbul asap :
a. Panas diatur suhu 70oC ~ 80oC, selama 2 3 jam (harus dijaga agar
panas merata dan ikn tidak sampai hangus)
b. Panas diatur suhu 30oC ~ 40oC selama 4 jam terus menerus. Hasil
pengasapan ditandai dengan bau harum yang khas dari ikan asap.
7) Mengeluarkan ikan asap dari lemari pengasapan lalu membungkus atau
mengemasnya dalam kantong plastik.
19
3.4 Diagram Alir Pengasapan Ikan
IKAN
Disiangi
Dicuci
IKAN ASAP
20
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Bahan yang digunakan pada praktikum pengasapan ikan ialah ikan dan
garam dengan perbandingan berat ikan dan berat garam 6 : 1 pada satu resep.
Tetapi ikan yang kami gunakan seberat 870 gr, sehingga garam yang kami
tambahkan sebanyak 145 gr, sesuai dengan perhitungan di bawah.
21
Tabel 4.2. Dokumentasi selama proses pengasapan
Gambar Keterangan
22
4.2 Pembahasan
Pengasapan adalah suatu metode pengawetan terhadap suatu bahan/produk
yang menggunakan garam, panas, dan asap dengan zat kimia yang dihasilkan
dari pembakaran kayu. Ikan yang digunakan adalah ikan bandeng dengan berat
870 gr. Dalam pengasapan ikan digunakan garam, kemudian ikan diasap dengan
prinsip pengeringan.Adapun tujuan utama proses penggaraman dan penggeringan
adalah membunuh bakteri dan membantu mempermudah melekatnya partikel-
partikel asap waktu proses pengasapan berlangsung. Garam yang digunakan
disesuaikan dengan standar resep yang perbandingan berat ikan dengan berat
garam 6 : 1, sehingga jika digunakan ikan sebanyak 870 gr, maka garam yang
diperlukan sebanyak 145 gr.
Suhu yang dipakai ialah 70-80oC dengan waktu pengasapan ikan matang
selama 1 jam 30 menit.Pada praktikum kali ini bahan bakar yang digunakan
menggunakan serbuk gergaji, karena serbuk gergaji mengandung senyawa
fenol.Asap kayu (serbuk gergaji) terdiri dari uap dan padatan yang berupa
partikel-partikel yang amat kecil yang keduanya mempunyai komposisi kimia
yangsama tetapi dalam perbandingan yang berbeda. Senyawa-senyawa kimia
yang menguap diserap oleh ikan terutama dalam bentuk uap. Senyawa tersebut
memberikan warna dan rasa yang diinginkan pada ikan asap. Partikel-partikel
padatan tidak begitu penting pada proses pengasapan dan asap akan
mengawetkan makanan karena adanya aksi desinfeksi dari formaldehid, asam
asetat dan phenol yang terkandung dalam asap.
Asap yang dihasilkan dari pembakaran kayu keras akan berbeda
komposisinya dengan asap yang dihasilkan dari pembakaran kayu lunak. Pada
umumnya kayu keras akan menghasilkan aroma yang lebih unggul, lebih kaya
kandungan aromatik dan lebih banyak mengandung senyawa asam dibandingkan
kayu lunak (Girard, 1992)
Ikan asap yang dihasilkan memiliki tekstur kulit yang keras dengan warna
kuning keemasan akibat adanya reaksi kimia antara phenol dari asap dengan
oksigen dari udara, sedangkan tekstur dagingnya lembut dan berair dengan warna
23
daging kemerahan. Seharusnya daging ikan asap yang dihasilkan kering, tetapi
daging ikan asap yang didapatkan sedikit berair. Hal ini dikarenakan pengeringan
awal dilakukan pada suhu yang terlalu tingi dan terlalu cepat, sehingga
permukaan ikan akan menjadi keras dan akan menghambat penguapan air
selanjutnya dari lapisan dalam, sehingga kemungkinan daging ikan bagian dalam
tidak mengalami efek pengeringan.
Setelah dilakukan pengasapan, berat ikan menyusut menjadi 790 gram. Hal
ini dikarenakan berkurangnya kandungan air saat terjadinya proses pengasapan
tersebut karena prinsip pengasapan ialah pengeringan sehingga kadar airnya pasti
menurun.
Ikan asap mengandung energi sebesar 191 kilokalori, protein 32 gram,
karbohidrat 0 gram, lemak 6 gram, kalsium 15 miligram, fosfor 300 miligram,
dan zat besi 5 miligram. Selain itu di dalam Daging Asap juga terkandung
vitamin A sebanyak 20 IU, vitamin B1 0.12 miligram dan vitamin C 0 miligram.
Salah satu tujuan pengasapan ikan ialah untuk mengawetkan ikan. Hal ini
disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya berkurangnya kadar air ikan
sampai di bawah 40% sehingga bakteri tidak dapat tumbuh, adanya senyawa-
senyawa di dalam asap kayu yang menghambat pertumbuhan mikroorganisme
pembusuk yaitu senyawa asam, karbonil, fenol dan Rata Penuhformaldehida
yang bersifat bakteriosida (membunuh bakteri). Kombinasi senyawa tersebut
juga bersifat fungisida (membunuh kapang), serta terjadinya koagulasi protein
pada permukaan ikan yang mengakibatkan jaringan pengikat menjadi lebih kuat
dan kompak sehingga tahan terhadap serangan mikroorganisme.Pengasapan juga
dapat memperbaiki penampakan ikan karena permukaan ikan menjadi mengkilat.
24
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang kami lakukan, dapat ditarik kesimpulan yaitu
sebagai berikut.
1. Tujuan dari pengasapan ialah untuk mengawetkan ikan dan memberi cita rasa
dan penampilan yang khas.
2. Tahap pengasapan ikan :
a) Pembersihan & penyiangan ikan.
b) Penimbangan ikan & garam.
c) Perendaman ikan dalam larutan garam.
d) Penggantungan dan penyusunan ikan dalam lemari asap.
e) Pengasapan.
3. Organoleptik ikan setelah pengasapan berubah dari keadaan awalnya. Dari
segi warna berubah menjadi kuning keemasan dengan tekstur yang lunak dan
rasa serta aroma yang khas.
4. Berat ikan setelah melalu proses pengasapan mengalami penyusutan.
4.2 Saran
a) Untuk praktikum kedepannya agar memperhatikan waktu dan suhu yang
digunakan dalam pengasapan.
b) Lebih rutin memeriksa bahan bakar yang digunakan agar pengasapan lebih
optimal.
25
DAFTAR PUSTAKA
Adawyah, R. 2007. Pengolahan Dan Pengawetan Ikan. Jakarta: Bumi Aksara. Hal:
88-102
Heruwati, Endang Sri. 2002. Pengolahan Ikan Secara Tradisional: Prospek Dan
Peluang Pengembangan. Pusat Riset Pengolahan Produk Dan Sosial Ekonomi
Kelautan Dan Perikanan, Jakarta.
Komar, Nur. 2001. Penerapan Pengasap Ikan Laut Bahan Bakar Tempurung Kelapa
(Applied Of Sea Fish Curing In Sawdust Fuel) . Jurnal Teknologi Pertanian,
Vol. 2, No. 1, April 2001 : 58-67
26
Sanger, Grace. 2010. Oksidasi Lemak Ikan Tongkol (Auxfs Thazardl Asap Yang
Direndam Dalam Larutan Ekstrak Daun Sirih. Pacific Journal Juli 2010 Vol 2
(5) : 870 -873
Sunarman, Ir., Murniyati, S.A., Ir, 2000.Pendinginan, Pembekuan Dan Pengawetan
Ikan. Kanisius, Yogyakarta.
Swastawati, Fronthea. 2011. Studi Kelayakan Dan Efisiensi Usaha Pengasapan Ikan
Dengan Asap Cair Limbah Pertanian. Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan
Universitas Diponegoro. Semarang
27