MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Teknologi hasil perikanan modern
Yang dibina oleh
Oleh
Ovilia Maya Puspabuana
115080300111008
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta
hidayahnya sehingga saya bisa menyelesaikan paper ini yang berjudul
PengolahanPengasapan Ikan untuk memenuhi tugas mata kuliah Teknologi Hasil
Perikanan Modern.
Makalah ini membahas diantaranya tentang proses pengolahan ikan
dengandiversifikasi produk berupa pengasapan ikan, prinsip-prinsip yang digunakan dalam
pengolahan ikan dengan bentuk pengasapan ikan, bagaimana cara mengolah pengasapanikan dan
bagaimana standar mutu pengasapan ikan yang ada di indonesia. Hal ini akandifokuskan pada
upaya memberikan pemahaman akan dasar pengolahan ikan untuk memperpanjang daya simpan
dan dapat di konsumsi dengan mempertahankan nilai gizi produk sehingga dapat diterima oleh
konsumen.
Penulisan paper ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu perlu adanya kritik dan saran yang
membangun dari pembaca agar makalah ini jauh lebih baik.
Oktober, 2013
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................. i
DAFTAR ISI.................................................................................................................. ii
I. PENDAHULUAN..................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................. 2
1.3 Maksud Dan Tujuan.......................................................................................... 2
2. PEMBAHASAN........................................................................................................ 3
2.2 Deskripsi Ikan..................................................................................................... 3
2.2 Prinsip Pengasapan ikan.................................................................................... 4
2.3 Deskripsi Bahan Baku........................................................................................ 4
2.4 Macam-macam Pengasapan Ikan...................................................................... 5
2.5 Bahan-bahan Pengasapan Ikan......................................................................... 6
2.5.Senyawa Kimia Dalam Pengasapan Ikan......................................................... 7
2.5.2 Karsinogenik Pada Pengasapan Ikan............................................................ 8
2.6 SNI Pengasapan Ikan......................................................................................... 8
2.7 Cara Mengolah Pengasapan Ikan..................................................................... 9
3. PENUTUP.................................................................................................................. 11
KESIMPULAN............................................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................... 12
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Subsektor perikanan dan peternakan merupakan andalan utama sumber pangan dan gizi
bagi masyarakat indonesia. Ikan, selain merupakan sumber protein, juga diakui sebagai
"functional food" yang mempunyai arti penting bagi kesehatan karena mengandung asam lemak
tidak jenuh berantai panjang (terutama yang tergolong asam lemak omega-3), vitamin,serta
makro dan mikro mineral. Dibandingkan negara lain, sumbangan perikanan dalam penyediaan
protein di indonesia termasuk besar, yakni 55% . Namun demikian, jumlah ikan yang tersedia
belum memenuhi kondisi ideal kecukupan gizi sebesar 26,55 kg ikan/kapita/tahun. Dengan
produksi ikan sebesar 4,80 juta ton, maka jumlah ketersediaan ikan hanya 19,20 kg/kapita pada
tahun 1998. Diperkirakan angka konsumsi ikan secara aktual berada di bawah angka
ketersediaan tersebut, karena masih tingginya angka susut hasil ("loss") baik kuantitas, kualitas,
maupun nilai gizinya (Heruwati, 2002).
Ikan asap merupakan salah satu produk olahan yang digemari konsumen baik di
Indonesia maupun di mancanegara karena rasanya yang khas dan aroma yang sedap spesifik.
Proses pengasapan ikan di Indonesia pada mulanya masih dilakukan secara tradisional
menggunakan peralatan yang sederhana serta kurang memperhatikan aspek sanitasi dan hygienis
sehingga dapat memberikan dampak bagi kesehatan dan lingkungan. Kelemahan-kelemahan
yang ditimbulkan oleh pengasapan tradisional antara lain kenampakan kurang menarik (hangus
sebagian), kontrol suhu sulit dilakukan dan mencemari udara (polusi) (Swastawati , 2011).
Pengasapan dapat didefinisikan sebagai proses penetrasi senyawa volatil pada ikan yang
dihasilkan dari pembakaran kayu yang dapat menghasilkan produk dengan rasa dan aroma spesifik umur
simpan yang lama karena aktivitas anti bakteri, menghambat aktivitas enzimatis pada ikan sehingga dapat
mempengaruhi kualitas ikan asap. Senyawa kimia dari asap kayu umumnya berupa fenol (yang berperan
sebagai antioksidan), asam organik, alkohol, karbonil, hidrokarbon dan senyawa nitrogen seperti nitro
oksida, aldehid, keton, ester, eter, yang menempel pada permukaan dan selanjutnya menembus ke dalam
daging ikan ( Isamu,2012).
1. TINJAUAN PUSTAKA
Protein 17,00
Lemak 4,50
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa ikan mempunyai nilai protein tinggi, dan
kandungan lemaknya rendah sehingga banyak memberikan manfaat kesehatan bagi tubuh
manusia. Ikan merupakan makanan utama sebagai lauk sehari-hari yang memberikan efek awet
muda dan harapan hidup lebih tinggi dari Negara lainnya. Penggolahan ikan dengan berbagai
cara dan rasa menyebabkan orang mengkonsumsi ikan lebih banyak.
B. Cemaran Mikroba
ALT, maksimum
Escheriscia coli CFU / gram 5x105
Salmonella sp.* APM / gram <3
Stapilococus aureus* Per 25 gram Negatif
Per 25 gram Negatif
C. Cemaran Kimia
Air, maksimum % b/b 60
Garam, Maksimum % b/b 4
Abu, tidak larut dalam % b/b 1,5
Asam, maksimum
3. PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Dari tugas paper matakuliah Tehnologi Hasil Perikanan Modern yang
diberikanmengenai pengasapan ikan dapat disimpulkan sebagai berikut :
Pengasapan adalah salah satu teknik pengeringan yang dilakukan untu mempertahankan daya
awt ikan dengan menggunakan bahan bakar kayu sebagai bahan penghasil asap
Macam-macam pengasapan ada 2 yaitu pengasapan panas ( Hot smoking ) dan pengasapan
basah ( Cold smoking )
Senyawa kimia dalam pengasapan antara lain formaldehid, keton, asam fermilat, asam asetat,
metil alcohol, dan phenol.
Tujuan pengasapan ikan adalah untuk mendapatkan daya awet yang dihasilkan asap dan untuk
memberikan aroma yang khas tanpa peduli kemampuan daya awetnya.
Metode pengasapan ada 4, yaitu : pengasapan dingin (cold smoking), pengasapan panas,
pengasapan listrik (electric smoking), pengasapan liquid/cair
DAFTAR PUSTAKA
Budijanto, Slamet., Rokhani Hasbullah., Sulusi Prabawati., Setyadjit., Sukarno., Ita Zuraida. 2008.
Identifikasi Dan Uji Keamanan Asap Cair Tempurung Kelapa Untuk Produk Pangan. Ipb.
Bogor
Djatmika, D. H., Farlina, Sugiharti E. 1986. Usaha Budidaya Ikan Lele. Cv Simplex. Jakarta.
Heruwati, endang sri. 2002. Pengolahan ikan secara tradisional: prospek dan peluang
pengembangan. Pusat riset pengolahan produk dan sosial ekonomi kelautan dan perikanan,
Jakarta.
Isamu Kobajashi T., Hari Purnomo Dan Sudarminto S. Yuwono. 2012. Karakteristik Fisik, Kimia, Dan
Organoleptik Ikan Cakalang (Katsuwonus Pelamis) Asap Di Kendari.Jurnal Teknologi Pertanian
Vol. 13 No. 2 [Agustus 2012] 105-110
Kusmajadi, S., Lilis S., Dan Balqis B. 2011. Keempukan Dan Akseptabilitas Daging Ayam Pada
Berbagai Temperatur Dan Lama Pengasapan. Jurnal Ilmu Ternak. Volume 11 Nomor 1
Komar, Nur. 2001. Penerapan Pengasap Ikan Laut Bahan- Bakar Tempurung Kelapa (Applied Of Sea
Fish Curing In Sawdust Fuel) . Jurnal Teknologi Pertanian, Vol. 2, No. 1, April 2001 : 58-67
Murniyati, A. S Dan Sunarman. 2000. Pendinginan, Pembekuan Dan Pengawetan Ikan. Penerbit
Kanisius. Yogyakarta
Nastiti, Dwi. 2006. KAJIAN PENINGKATAN MUTU PRODUK IKAN MANYUNG (Arius
thalassinus) PANGGANG DI KOTA SEMARANG. TESIS. Program Studi Magister
Manajemen Sumberdaya Pantai. Program Pascasarjana. Universitas Diponegoro. Semarang
Nurilmala M., Nurjanah, Dan Utama R. H. 2009. Kemunduran Mutu Ikan Lele Dumbo (Clarias
Gariepinus) Pada Penyimpanan Suhu Chilling Dengan Perlakuan Cara Mati. Jurnal Pengolahan
Hasil Perikanan Indonesia Vol. 12 No. 1
Sanger, Grace. 2010. Oksidasi Lemak Ikan Tongkol (Auxfs Thazardl Asap Yang Direndam Dalam
Larutan Ekstrak Daun Sirih. Pacific Journal Juli 2010 Vol 2 (5) : 870 -873
Swastawati, Fronthea. 2011. Studi Kelayakan Dan Efisiensi Usaha Pengasapan Ikan Dengan Asap Cair
Limbah Pertanian. Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro.
Semarang
Yulstiani, Ratna. 2008. Monograf Asap Cair Sebagai Bahan Pengawet Alami Pada Produk Daging Dan
Ikan.Upn Veteran Jawa Timur.
Yusroni, Nanang. 2009. Analisis Profit Margin Untuk Meningkatkan Nilai Tambah Pendapatan Antar
Pengrajin Pengasapan Ikan Manyung, Ikan Tongkol Dan Ikan Pari Di Bandarharjo
Semarang. Fakultas Ekonomi Universitas Wahid Hasyim.Semarang
Menurut perkiraan FAO,2 % dari hasil tangkapan ikan dunia diawetkan dengan cara
pengasapan sedangkan di negara-negara tropik jumlahnya mencapai 30%. Seperti
halnya dengan metode-metode pengawetan tradisional,asal mula penemuan
pengawetan ikan dengan cara pengasapan mungkin secara kebetulan aja di mana
sewaktu ikan dikeringkan di atas nyala api yang berasap ternyata selain menjadi
lebih awet ikan juga mempunyai rasa dan aroma yang sedap
Ikan asap merupakan produk akhir yang siap untuk dimakan artinya tanpa diolah
lagi sudah dapat disantap. Di beberapa negara Eropa, ikan asap merupakan
makanan yang biasa disantap pada waktu sarapan pagi. Dibandingkan dengan cara
pengawetan ikan dengan cara penggaraman atau pengasinan, pengawetan ikan
dengan cara pengasapan di Indonesia kurang begitu luas dipraktikkan, hal ini
mungkin disebabkan pemasarannya yang agak sulit, karena konsumen ikan asap
masih sangat terbatas.
Asap kayu terdiri dari uap dan padatan yang berupa partikel-partikel yang amat
kecil yang keduanya mempunyai komposisi kimia yang sama tetapi dalam
perbandingan yang berbeda. Senyawa-senyawa kimia yang menguap diserap oleh
ikan terutama dalam bentuk uap, senyawa tersebut memberikan warna dan rasa
yang diinginkan pada ikan asap. Partikel-partikel padatan tidak begitu penting pada
proses pengasapan dan asap akan mengawetkan makanan karena adanya aksi
desinfeksi dari formaldehid, asam asetat dan phenol yang terkandung dalam asap.
Bila kayu atau serbuk kayu dibakar, maka selulose akan diuraikan menjadi alkohol-
alkohol berantai lurus yang lebih pendek, aldehid-aldehid, keton-keton dan asam-
asam organic. Selain lignin diuraikan menjadi turunan-turunan phenol, quinol,
guaikol dan piragatol. Dengan menggunakan teknik kromatografi kertas telah
diketahui adanya kurang lebih 20 macam senyawa kimia dalam asap. Persentase
setiap senyawa kimia pada asap yang dihasilkan tergantung kepada jenis kayu yang
digunakan.
Untuk mendapatkan ikan asap yang bermutu tinggi maka harus digunakan jenis
kayu keras ( non-resinous) atau sabut dan tempurung kelapa, sebab kayu-kayu
yang lunak akan menghasilkan asap yang mengandung senyawa-senyawa yang
dapat menyebabkan hal-hal dan bau yang tidak diinginkan.
Jadi pada tahap pengasapan, kecepatan penguapan air tergantung pada kapasitas
pengering udara dan asap juga kecepatan pengaliran asap. Pada tahap kedua,
dimana permukaan ikan sudah agak kering suhu ikan akan mendekati suhu udara
dan asap.Kecepatan pengeringan akan menjadi lambat karena air harus merembes
dahulu dari lapisan dalam daging ikan,bila pengeringan mula-mula dilakukan pada
suhu yang terlalu tingi dan terlalu cepat, maka permukaan ikan akan menjadi keras
dan akan menghambat penguapan air selanjutnya dari lapisan dalam,sehingga
kemungkinan daging ikan bagian dalam tidak mengalami efek pengeringan.
Ada 2 cara pengasapan utama yang biasa dilakukan ialah Pengasapan Dingin (cold
smoking) dan Pengasapan Panas (hot smoking), pada pengasapan dingin suhu asap
tidak boleh melebihi 400C, kelembaban nisbi (R.H) yang terbaik antara 60 70%. Di
atas 70% proses pengeringan berlangsung sangat lambat dan di bawah 60 %
permukaan ikan akan mengering terlalu cepat, kadar air ikan asap yang dihasilkan
dengan cara pengasapan dingin relatif rendah, sehingga pengasapan terutama
diterapkan untuk tujuan pengawetan ikan (ikan asapnya lebih awet dari pada yang
dihasilkan dengan cara pengasapan panas).
Pada pengasapan panas, suhu asap mencapai 1200C atau lebih dan suhu pada
daging ikan bagian dalam dapat mencapai 600C. Kadar air ikan asap yang
dihasilkan relatif masih tinggi, sehingga daya awetnya lebih rendah daripada yang
dihasilkan dengan cara pengasapan dingin. Pengasapan panas biasanya
menghasilkan ikan asap yang mempunyai rasa yang baik. Untuk memperoleh rasa
ikan asap yang diinginkan, perlu dilakukan variasi pada penggaraman dan
perlakuan-perlakuan pendahuluannya
Peralatan yang dipergunakan pada pengasapan panas dan pengasapan dingin ialah
kamar asap tradisional atau mekanik, kamar tradisional sangat sederhana dan ikan
hanya di gantungkan di atas api yang berasal dari serbuk gergaji. Kontrol terhadap
jumlah panas dan asap yang dihasilkan sangat sulit dilakukan, oleh karena itu
dalam usaha memperbaiki proses pengasapan telah dikembangkan berbagai pola
kamar asap mekanik. Dalam kamar asap mekanik ini suhu dan asap yang mengalir
kedala kamar asap dapat dikontrol dengan baik dan mudah.
A. Penggaraman
Ikan yang sudah digarami dan ditiriskan dimasukkan ke dalam kamar asap yang
berisi asap panas hasil pembakaran. Pemanasan secara tidak langsung
menyebabkan terjadinya penguapan air pada daging ikan, sehingga permukaan air
dan dagingnya mengalami pengeringan. Hal ini akan memberikan efek pengawetan
karena bakteri-bakteri pembusuk lebih aktif pada produk-produk berair. Oleh karena
itu, proses pengeringan mempunyai peranan uang sangat penting dan ketahanan
mutu produk tergantung kepada banyaknya air yang diuapkan.
C. Pemanasan
Ikan dapat diasapi dengan pengasapan panas atau dengan pengasapan dingin.
Pada pengasapan dingin panas yang timbul karena asap tidak begitu tinggi efek
pengawetannya hamper tidak ada. Untuk meningkatkan daya awet ikan, waktu
untuk penasapan harus diperpanjang. Pada pengasapan panas karena jarak antara
sumber api (asap) dengan ikan biasanya dekat, maka suhunya lebih tinggi sehingga
ikan menjadi masak. Suhu yang tinggi dapat menghentikan aktifitas enzim-enzim
yang tidak diinginkan, menggumpalkan protein ikan dan menguapkan sebagian air
dari dalam jaringan daging ikan. Jadi disini ikan selain diasapi juga terpanggang
sehingga dapat langsung dimakan
D. Pengasapan
Tujuan dari pengasapan adalah untuk mengawetkan dan memberi warna dan rasa
spesifik pada ikan. sebenarnya asap sendiri daya pengawetnya sangat terbatas
(yang tergantung kepada lama dan ketebalan asap), sehingga agar ikan dapat
tahan lama, pengasapan harus dikombinasikan dengan cara-cara pengawetan
lainnya, misalnya dengan pemakaian zat-zat pengawet atau penyimpanan pada
suhu rendah.
B. Rupa Ikan
Kulit ikan yang sudah diasapi biasanya akan menjadi mengkilap.Hal ini disebabkan
karena terjadinya reaksi-reaksi kimia di antara zat-zat yang terdapat dalam asap,
yaitu antara formaldehid dengan phenol yang menghasilkan lapisan damar tiruan
pada permukaan ikan sehingga menjadi mengkilap. Untuk berlangsungnya reaksi ini
diperlukan suasan asam dan asam ini telah tersedia di dalam asap itu sendiri.
C. Warna Ikan
Warna ikan asap yang baik biasanya kuning emas sampai kecoklatan dan warna ini
timbul karena terjadinya reaksi kimia antara phenol dari asap dengan oksigen dari
udara
D. Rasa Ikan
Setelah diasapi ikan mempunyai rasa yang sangat spesifik, yaitu rasa keasap-
asapan yang sedap. Rasa tersebut dihasilkan oleh asam-asam organic dan phenol
serta zat-zat lain sebagai pembantu
Di daerah-daerah perikanan, beberapa jenis ikan asap dibuat dari ikan utuh atau
sudah disaingi kadang-kadang tanpa kepala. Lainnya dalam bentuk sayatan (fillet)
atau dibelah dengan berbagai cara, masing-masing dengan karakteristik tertentu.
Satu hal yang harus diingat yaitu cara apapun yang dilakukan ikan harus benar-
benar dibersihkan sebelum dilakukan proses pengawetan yang sebenarnya.
Karena banyaknya garam yang terserap oleh ikan yang merupakan hal yang sangat
penting pada proses pengawetan, maka kepekatan garam dalam larutan harus
selalu dikontrol.Seringkali penambahan garam ke dalam larutan garam dilakukan
secara sembarangan saja tanpa mengguankan salinometer (alat untuk mengukur
kepekatan garam). Sebaliknya setiap kelompok ikan (batch) harus menggunakan
larutan garam baru dan wadah-wadah harus dibersihkan, yaitu untuk mencegah
terjadinya pencemaran ikan oleh bakteri-bakteri dan kotoran-kotoran yang berasal
dari insang dan sisik ikan-ikan yang telah digarami sebelumnya. Efek lain yang
dapat timbulkan oleh pemakaian larutan garam bekas ialah adanya protein ikan
yang melarut dan ini akan membentuk gumpalan-gumpalan yang akan menempel
pada ikan hingga menyebabkan rupa ikan tidak menarik lagi.
Setelah penggaraman dan pencucian dengan air tawar, lalu dilakukan tahap
pengeringan yaitu untuk menghilangkan sebagian air sebelum proses pengasapan.
Pengeringan atau penirisan dapat dilakukan dengan cara mengantung ikan di atas
rak-rak pengering di udara yang terbuka. Hal ini dapat dilakukan pada kondisi iklim
di mana kelembaban nisbi rendah.Akan tetapi bila iklim setempat mempunyai
kelembaban yang tinggi hingga proses pengeringan menjadi sangat lambat, maka
tahap pengeringan harus dilakukan dalam lemari pengering.
Protein ikan yang larut dalam garam akan membentuk lapisan yang agak lengket
dan setelah kering akan menyebabkan permukaan ikan menjadi mengkilap. Kilap ini
merupakan salah satu criteria yang diinginkan pada ikan asap yang bermutu baik.
Kilap yang baik dapat diperoleh dengan menggunakan larutan garam yang
mempunyai kejenuhan 70 80%, sedangkan kejenuhan yang lebih rendah akan
mengakibatkan rupa yang agak suram
VII. Kesimpulan
1. Ikan yang diawetkan dengan pengasapn hanya mempunyai daya awet yang
relative singkat,tergantung kepada kesegaran ikan yang dipakai,lama pengasapan,
banyaknya asap yang terserap, serta kadar garam dan kadar air pada produk akhir.
Untuk memperpanjang daya awet dapat dilakukan dengan cara
mengkombinasikannya dengan cara-cara pengawetan lainnya, misalnya
menggunakan zat-zat pengawet ( preservative), penggalengan atau penyimpanan
pada suhu renda. Menurut hasil percobaan yang dilakukan di Lembaga Penelitian
Teknologi Perikanan, ikan bandeng yang diasap dengan cara kombinasi pengasapan
panas dan dinginbila disimpan pada suhu kamar hanya tahan sampai 7 hari,
sedangkan bila disimpan pada suhu rendah (+30C) dapat tahan lebih dari 150 hari.
Kadar garam dan kadar air bandeng asap tersebut masing-masing 4% 57%.
2. Untuk mendapatkan ikan asap yang bermutu baik, maka hal-hal yang harus
diperhatikan ialah :
3.Untuk membuat (praktik) ikan asap, dapat dipelajari pada : Paket Ketrampilan
Teknologi Pengolahan Hasil Laut, materi pokok Membuat ikan Pindang dan Ikan
Asap,Seri: B-2 (2)
I. PENDAHULUAN
Banyak pihak terlibat dalam penanganan produk ini, khususnya yang terlampaui
jalur tata niaga, yaitu mulai dari nelayan penangkap ikan, pedagang, pengusaha
pengolahan, sampai calon konsumen.
1. Penggaraman
* Daging yang kompak (firm) karena kekurangan air dan penggumpalan protein
dalam daging ikan.
3. Pemanasan
Ikan dapat diasapi dengan pengasapan dingin (cold smoking) atau pengasapan
panas (hot smoking). Pada pengasapan dingin, panas yang timbul dari asap tidak
berpengaruh banyak pada ikan. Sehingga waktu pengasapan harus lama sebab
jarak antara sumber asap dan ikan cukup jauh. Karena pengasapannya lama, maka
kadang-kadang ikan menjadi keras seperti kayu. Ikan yang telah diasapi sebaiknya
disimpan ditempat sejuk dengan suhu serendah mungkin, misalnya mendekati 0o C.
Lain halnya dengan proses pengasapan panas, jarak antara ikan dan sumber asap
biasanya dekat, suhunya cukup tinggi dengan demikian cepat matang. Panas yang
tinggi dapat menghentikan kegiatan enzim perusak, menggumpalkan protein, dan
menguapkan sebagian air dalam badan ikan. Jadi selain diasapi, ikan juga
terpanggang, akibatnya daging ikan menjadi matang dan dapat langsung dimakan.
4. Pengasapan
Tujuan pengasapan adalah untuk mengawetkan dan memberi warna serta rasa
yang khusus (keasap-asapan) pada ikan.sebenarnya daya pengawet asap itu sangat
terbatas, sehingga supaya ikan dapat tahan lama harus diikuti atau di dahului oleh
cara pengawetan lain. Misalnya, sesudah di asapi ikan di kemas dalam kaleng, atau
sebelum diasapi ikan di remdam dulu dalam lrutan garam.
Pengasapan dapat membunuh bakteri, seperti juga pada prsoes pengaraman dan
pengeringan. Daya bunuh ini tergantung pada lama pengasapan dan tebalnya asap.
Pada umumnya terdapat dua cara pengasapan, yaitu pengasapan panas dan
pengasapan dingin.
Pada pengasapan dingin, suhu diatur 40 500 C dan lamanya dapat beberapa
hari sampai dua minggu. Selama pengasapan, ikan akan menyerap banyak asap
dan menjadi kering sebab airnya menguap terus. Supaya tahan lama, biasanya ikan
diasapi dengan cara ini. Sedangkan untuk ikan-ikan yang akan segera dimakan,
lebih baik di asapi dengan pengasapan panas.
Tempat pengasapan hendaknya terletak pada ruangan atau tempat yang dapat
ditutup rapat supaya panas dan pembakaran kayu/sabut dapat dimanfaatkan
sebaik-baiknya. Ruang asap berupa sebuah kotak, drum, lemari, atau kamar. Disini
ikan dapat digantungkan pada palang-palang kayu atau atau diletakan pada rak-
rak. Sebaiknya, sumber panasnya dapat dipindah-pindahkan supaya asapnya dapat
langsung masuk ke ruang pengasapan melewati terowongan asap.
Tempat pengasapan yang baik menyerupai sebuah alat pengering buatan karena
sebenarnya pengasapan adalah pengeringan buatan, hanya saja udaranya
bercampur dengan asap. Bentuk tempat pengasapan yang paling sederhana terdiri
dari sebuah kotak kayu seperti lemari/drum yang berlubang di bagian atas untuk
tempat keluarnya asap dan di bawah ruangan ditempatkan tungku atau kayu bakar.
Ikan yang akan diasap digantungkan pada kayu-kayu atau bambu-bambu
melintang, sehingga asap dapat melewati sela-selanya.
Rumah pengasapan ikan model ini mampu mengatasi ikan lebih banyak.
IV. Cara Pengasapan Terkontrol
Dalam usaha pengasapan dengan kapasitas besar perlu dipakai cara pengasapan
yang dapat dikontrol/diatur. Untuk ini diperlukan perlengkapan yang baik dan
modern supaya pengasapan berjalan lancar dengan hasil yang baik serta seragam.
Dalam proses pengasapan ini terdapat 4 hal yang perlu diatur, yaitu :
suhu,
Asap yang dihasilkan dari sumber asap mekanis (dengan generator asap) harus
bersih dari kotoran yang melayang-layang dalam asap. Supaya pembakaran lancar,
ventilasi harus baik. Vantilasi ini biasanya berupa sayap-sayap yang dapat
mengatur banyaknya udara yang keluar (damper).
Sebuah drum dipakai sebagai tempat generator asap (sebuah motor yang mengisap
asap dari sebuah sumber/tungku asap dan menghembuskannya keruang
pengasapan). Sebelum masuk ruang pengasapan, asap melewati sebuah pipa yang
dapat mengendapkan/membuang zat seperti tir (tar) dan lain-lainnya.
Ruang pengasapan harus terbuat dari bahan-bahan yang tidak mudah terbakar
(dengan insulasi yang baik), supaya asap dan panas yang hilang dapat diperkecil.
Suhu dalam ruang pengasapan diatur sampai derajat tertentu agar ikannya kering
dan matang. Pengaturan suhu ini dilakukan dengan thermostat. Pengontrolan
kelembaban dilakukan melalui pengaturan kekuatan generator asap, suhu ruang
pengasapan, sirkulasi udara, dan damper dekat cerobong. Selain asapan dapat juga
digunakan alat pengatur kelembaban udara (dehunmidifier).
Kecepatan udara harus diatur dan diarahkan secara merata. Hal ini sangat penting
dalam proses pengasapan ikan. Campuran udara-asap itu dapat diatur
kecepatannya oleh kipas-kipas angin. Dengan distribusi udara-asap yang baik,
maka asap yang terisap oleh ikan sama banyaknya sehingga hasilnya rata dan
mutunya sama.
Secara umum, ruang pengasapan harus dibuat sedemikian rupa sehingga segala
jenis dan bentuk ikan dapat diasapi. Pemasangan alat-alat pengatur kecepatan
udara dan kepadatan asap juga sangat menguntungkan.
Dibandingkan dengan pengasapan biasa, cara pengasapan terkontrol ini
mempunyai beberapa keuntungan seperti berikut :
Waktu pengasapan dapat ditentukan karena suhu merata, kecepatan udara cukup
tinggi, dan kelembapan udara dapat diawasi.
Campuran udara-asap dapat dipakai lagi dengan insulasi yang baik, sehingga
menghemat pemakaian dahan bakar dan bahan asap.
Kemungkinan kebakaran sangat kecil karena generator asap terpisah dari ruang
pengasapan dan bahan-bahannya pun tahan api.
Kotoran-kotoran dari ikan yang diasapi dan abu-abu yang berserakan dapat
dihindari.
V. Proses Pengasapan
Untuk menghasilkan asap, sebaiknya dipakai jenis kayu yang keras (non resinous)
atau sabut dan tempurung kelapa. Asap dari kayu yang lunak sering mengandung
zat-zat yang menyebabkan bau kurang baik pada hasil asapan.
Bila dipakai kayu keras, maka bagian selulosenya akan terurai menjadi senyawa-
senyawa yang lebih sederhana. Senyawa-senyawa itu adalah alkohol-alkohol
aliphatic, aldehida-aldehida, keton-keton, dan asam-asam, dan fenol yang
merupakan bahan pengawet yang sudah dikenal. Bagian ligninya pecah menjadi
senyawa-senyawa fenol,quinol, guaiacol, dan pyrogalol yang merupakan bagian dari
20 jenis senyawa-senyawa antioksidan dan antiseptic. Ini diperlukan terutama
untuk pengasapan ikan berlemak. Sedangkan kejadian pada proses perubahan
warna dan rasa masih belum diteliti.
Dari asap, ikan menyerap zat-zat seperti aldehida fenol, dan asam-asam. Zat-zat
pengawet tersebut juga bersifat racun bagi bakteri. Karena jumlah zat-zat ini dalam
asam sedikit sekali, maka daya pengawetannya pun sangat terbatas. Oleh karena
itu, tahap pengasapan didahului oleh tahap-tahap lainnya.
b. Penampilan
Kulit ikan yang sudah diasapi biasanya mengkilat. Keadaan ini disebabkan oleh
timbulnya reaksi kimia dari senyawa-senyawa dalam asap, yaitu formaldehida
dengan fenol yang menghasilkan lapisan damar tiruan pada permukaan ikan.
Supaya terjadi reaksi ini diperlukan suasana asam yang telah tersedia dalam asap.
c. Perubahan Warna
Dengan pengasapan warna ikan berubah menjadi kuning emas sampai kecokelat-
kecokelatan. Warna ini dihasilkan oleh reaksi kimia fenol dengan O2 (zat asam) dari
udara. Proses oksidasi akan berjalan lebih cepat bila lingkungan bersifat asam. Hal
ini pun sudah tersedia pada ikan yang diasap.
Pengasapan juga menimbulkan rasa yang khusus. Rasa ini dihasilkan oleh asam-
asam dan fenol serta zat-zat lain sebagai bahan pembantu. Dalam hal ini ketebalan
asap atau banyaknya asap yang terserap oleh ikan akan menentukan tingkat rasa
asap yang perlu disesuaikan dengan selera konsumen untuk itu harus ada
keseimbangan antara rasa enak ikan asap dengan daya simpan (shel life) dari ikan
asap itu.
Untuk menghindari pemborosan waktu dan tenaga, orang berusaha mencari cara
lain, yaitu dengan mencelupnya ikan lele ke dalam larutan bahan-bahan asap
(smoke concentrate). Setelah itu baru dikeringkan. Percobaan-percobaan masih
terus dilakukan untuk mencari jenis asap cair yang dapat memberikan hasil
memuaskan tanpa menimbulkan akibat yang merugikan kesehatan konsumen.
a. Pengasapan panas
Kemudian ditaruh diruang pengasapan, diasapi dengan asap tipis pada suhu 27
320 C, selama kira-kira 7 12 jam.
Setelah itu baru dengan asap tebal pada suhu 71 800 C selama kira-kira 1 jam.
b. Pengasapan dingin
Celupkan dalam brine 10 % selama 1 jam untuk melarutkan darah dan lendir.
Selanjutnya direndam lagi dalam brine 15 % selama 1 6 jam, lalu diangkat dan
digantung ditempat teduh supaya sisa air menetes sampai kulit agak kering lunak.
Berikutnya, ikan ditaruh diruang pengasapan dan diasapi dengan asap tipis pada
suhu 37 380 C selama 4 6 jam, tergantung pada warna yang disukai. Bila
hasilnya segera akan dimakan (dalam waktu 2 minggu) pengasapan sudah cukup.
Namun bila akan disimpan lama ikan harus diasapi terus sampai keras.
Ikan yang telah selesai diasapi lalu didinginkan, dikemas dan disimpan di tempat
yang sejuk.
Setelah itu ikan digantung ditempat yang teduh sampai kulitnya terlihat kering
lunak.
Kemudian dimasukkan ke dalam ruang pengasapan dan mulai diasapi dengan asap
tipis selama 4 - 6 jam, lalu dengan asap tebal pada suhu 37 - 38C selama 1 - 7 hari
sesuai dengan keinginan. Bila akan disimpan lama, pengasapan dilanjutkan lagi
sampai ikan cukup kering atau dikeringkan di luar ruang pengasapan sehingga
sesuai dengan warna dan rasa yang diinginkan.
Isi perut, sisik, dan insang dibuang, lalu ikan dibelah dan diambil dagingnya
(dibuat fillet).
Fillet dicuci bersih dan direndam dalam brine 20% selama 1 3 jam,
tergantung pada ketebalan fillet dan keasinan yang diinginkan.
Fillet ditaruh di ruang pengasapan dan diasapi dengan asap tipis selama 1 jam pada
suhu 77 C, kemudian dengan asap tebal selama 2 - 3 jam pada suhu 32 - 38 C
atau sampai pada aroma dan warna yang diinginkan. Hasilnya hanya tahan
disimpan selama 4 - 5 hari, kecuali bila disimpan di cold storage (dapat juga lalu
dikalengkan).
Kepala ikan dibuang, lalu dibelah dari perut sampai punggung (masih gandeng).
Sirip-sirip, ekor, tulang-tulang, daging bagian perut dibuang.
Bagian permukaan dilumuri garam halus lalu diatur berlapis-lapis dalam drum
atau bak kayu, seperti pada pengasinan ikan. Jumlah garam yang dipakai kira-kira
25%, tiap kilogram ikan dicampur dengan 6 - 8 gram salpeter (sendawa = KNO3).
Bila daging terlalu tebal harus ditoreh lebih dulu.
Sesudah 2 hari ikan dibongkar, lalu ditambahkan garam di antara lapisan ikan.
Kemudian direndam dalam brine selama 5 hari lagi.
Sebelum pengasapan, ikan harus direndam dulu dalam air tawar selama 12 - 24
jam. Tindakan ini untuk mengurangi kadar garam supaya ikannya tidak terlalu asin.
Setelah itu diasapi dengan asap tebal pada suhu 32 - 38 C selama 3 hari atau
sampai warnanya cokelat kemerah-merahan. Bila pengasapannya sempurna, rasa
ikan akan seperti ham.
Ham ikan harus digantung supaya tetap bersih dan kering sampai saatnya dimakan.
Sebenarnya cara pengasapan ikan besar jarang dilakukan (kecuali ikan kayu)
karena belum terkenal.di Indonesia. Cara-cara pengasapan yang diuraikan di atas
biasa dilakukan di negara-negara yang telah maju bidang perikanannya.
Sebenarnya banyak permintaan ikan kayu dari Jepang, sebab orang Jepang sangat
menyukai masakan ikan tuna asap (katsuoboshi). Hanya saja harga dan penerapan
teknologi secara komersial belum banyak dilakukan sehingga ekspor jenis olahan
ini belum banyak dilakukan.
Berikut ini akan diuraikan cara-cara pengasapan ikan bandeng (milk fish, chanos-
chanos) yang sudah umum dilakukan di Jawa, terutama di Jawa Timur sebagai
sumber ikan bandeng terbesar dan terkenal enak rasanya dengan nama bandeng
asap; pengolahan ikan kayu di Manado (Air Tembaga) dan Ambon.
Ikan bandeng disiangi, yaitu dibuang isi perut dan insangnya. Sisik dapat
dibuang atau dibiarkan saja.
Kemudian dicuci sampai bersih, direndam dalam air garam (konsentrasi garamnya
tergantung selera) selama kira-kira 1 jam.
Setelah itu ditiriskan dan diangin-anginkan sampai kulit ikan kelihatan kering.
Kemudian rongga perutnya diisi dengan hancuran garam yang dicampur dengan
salpeter (sendawa) secukupnya.
Ikan bandeng kini sudah siap diasapi. Ikan ini digantung pada kayu-kayu melintang
di dalam ruang pengasapan.
Untuk memperoleh asap dapat digunakan serbuk gergaji, kayu bakar, atau sabut
kelapa beserta tempurungnya.
Lamanya pengasapan 6 - 8 jam. dengan daya tahan kira-kira 3 hari. Supaya tahan
lama, diasapi setiap 3 hari sekali.
Setelah disiangi (kepala, isi perut, ekor, dan sirip-sirip di buang) badan dibelah dan
tulang-tulangnya dibuang, sehingga berbentuk loin. Bila ikannya besar, kedua
belahan itu dibelah lagi sehingga menjadi 4 potong loin.
Sesudah direbus, kulit dan tulang-tulang yang ditinggalkan dibuang. Bila daging
yang telah direbus retak, ditambal dengan perekat (lem) dari serpihan daging
cakalang yang dihaluskan.
Loin diasapi dengan cara pengasapan dingin sampai dagingnya keras. Proses
pengasapan dilakukan perlahan-lahan, kadang-kadang sampai 15 hari supaya
dagingnya
Berbagai cara menggantungkan ikan yang akan diasapi
kering benar. Pengasapan dihentikan bila loin telah keras seperti kayu dan berwarna
cokelat kehitam-hitaman.
Langkah berikutnya adalah menghilangkan lemak yang terdapat pada ikan yang
telah diasapi itu.
Caranya :
Ikan kayu dibiarkan dalam ruangan hangat dan lembap sampai seluruh
permukaannya tertutup oleh jamur. Kemudian jamurnya dikikis sampai bersih dan
loinnya dapat disterilisir.
Bila pengolahannya baik, hasilnya akan berupa ikan kayu yang keras dan tahan
lama. Sebelum dimakan, ikan kayu tersebut diparut dulu, lalu dibuat sup. Dijepang,
ikan kayu juga merupakan hasil olahan yang popular dengan nama katsuo boshi.
3. Ikan selai
Jenis ikan olahan ini banyak dijumpai didaerah sumatera selatan. Adapun jenis
ikannya adalah ikan lain (Cryptopterus spp).
Harga ikan selai Sumatera Selatan ini relatif mahal. Ikan segarnya, yang banyak
ditangkap di perairan umum, harganya Rp 250,00 - sampai Rp 350,00/kg. Setelah
menjadi ikan selai, di Palembang harganya dapat mencapai Rp 2.500,00/kg pada
tahun 1976 (rendemen 20 - 25%).
Setelah dicuci, ikan lais segar lalu diserakkan di atas para-para. Untuk ikan yang
berukuran agak kecil, pengasapan dilakukan dengan melekatkan dua ekor ikan
menjadi satu. Isi perut tidak perlu dibuang.
Gubug/lampu tempat pengasapan ikan lais
Selama pengasapan, ikan dibalik berulang kali sukeringnya merata dan ikan benar-
benar kering.
Dibeberapa negara penghasil ikan asap, ikan dan kerang jenis tertentu diasapi lebih
dahulu sebelum dikemas dalam kaleng. Dengan pengasapan ini, rasa daging
ikan menjadi lebih sedap, warnanya lebih menarik, dan dagingnya lebih
kompak.
Ikan asap yang dikalengkan dapat berasal dari ikan segar atau ikan yang digarami
dahulu. Apabila berasal dari ikan segar, maka perlu proses sterilisasi lebih dahulu
seperti pada proses pengalengan ikan. Lain halnya bila ikan asap berasal dari ikan
yang digarami dahulu (ikan asin yang diasapi), kaleng dapat langsung
ditutup tidak perlu disterilkan. Jadi, dalam hal ini kaleng hanya berfungsi
sebagai pengemas.
Khusus untuk ikan air tawar yang tidak biasa dikemas dalam kaleng atau sulit
dikemas tanpa diawetkan lebih dulu, maka dengan pengasapan selain akan
memperkuat tekstur dagingnya juga dapat memberikan rasa asap yang lebih
sedap. Hal serupa juga harus dilakukan dalam pengalengan daging kerang.
Dalam proses pengembangan dan penerapannya di lapangan, ada dua bentuk alat
pengasapan yang mempunyai prospek baik.
Drum bekas yang bersih dilengkap dengan cantelan atau kaitan ikan, potongan-
potongan bambu atau kawat penggantung ikan yang akan diasapi. Di atas drum ini
diberi tutup sekaligus sebagai pengatur ketebalan asap di ruang pengasap. Drum
diletakkan di atas tungku penghasil asap, atau bagian bawah drum itu dijadikan
tungku. Kapasitas alat pengasap ini sangat terbatas dan kurang efisien untuk
pengasapan ikan dalam jumlah yang cukup besar.
Alat pengasap ini lebih cocok untuk mengasapi ikan-ikan kecil yang utuh ataupun
ikan-ikan besar yang dibelah. Caranya dengan meletakkan ikan di atas nampan
(para = tray)
dari anyaman bambu atau kasa dari plastik, supaya tidak mudah berkarat. Nampan-
nampan tersebut ditumpuk-tumpuk. Kemudian tumpukan nampan berisi ikan itu
ditutup dengan penutup yang sekaligus merupakan pengatur keluamya asap
(ventilasi).
Keuntungan alat pengasap ini karena dapat dibuat di atas rakit atau kapal dan
mudah dibawa kemana-mana. Selain kayu dan bambu, diperilukan juga drum bekas
dan batu-bata untuk tungku bila alat ini dibuat di darat. Dengan alat pengasap ini,
kapasitas produksinya dapat dibuat dengan mudah karena nampan/tray dapat
diperbanyak.
DAFTAR PUSTAKA
Muelyanto, Pengawetan Dan Pengolahan Hasil Perikanan, PT. Penebar Swadaya -
Jakarta 1992
TUGAS KELOMPOK
PENGANTAR TEKNOLOGI PERTANIAN
PENGASAPAN
KELOMPOK 5:
1. SITI NURJANAH (101710101003)
2. ANIS SUHARIATI (101710101011)
3. FIDA MASLIKHAH (101710101064)
4. KISWATUL MAULIDIAH (101710101091)
5. ALFIANA (101710101097)
BAB 1. PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui proses pengawetan makanan dengan metode pengasapan.
2. Untuk mengetahui mekanisme pengawetan makanan dengan metode pengasapan.
3. Untuk mengetahui keuntungan dan kerugian pengawetan makanan dengan metode
pengasapan.
BAB 2. METODOLOGI
Penyelesaian makalah ini dengan mencari pustaka dari media internet dan
buku. Selain itu kami berencana untuk melakukan observasi ke tempat pemrosesan
pengawetan makanan dengan pengasapan di daerah Jember.
BAB 3. PEMBAHASAN
Alat pengasapan
Pada prinsipnya alat pengasapan terdiri dari dapur api (kiln) sebagai penghasil
asap dan ruang pengasapan sebagai tempat menyimpan bahan makanan yang diasapi.
Pada jaman dahulu pengasapan dilakukan dengan jalan mengasapi bahan makanan di
atas kayu yang dibakar, akan tetapi dewasa ini telah ditemukan alat jenis penghasil
asap yang suhu dan komposisi asapnya dapat diatur sesuai dengan keinginan kita.
Salah satunya adalah Batch process Kiln yaitu suatu klin yang mempunyai alat
sirkulasi udara dan asap dengan kecepatan rata-rata kurang lebih 1 meter per detik.
Pengasapan dengan alat ini memakan waktu yang lebih singkat dibandingkan dengan
pengasapan tradisional. Dengan makin majunya jaman, sekarang juga sering
digunakan pengasapan Elektrostatis dalam cara pengasapan ini digunakan suatu
generator geser.
Kepekatan asap
Asap pekat sangat efektif untuk menekan jumlah bakteri pada permukaan bahan yang
diasapi (terutama pada produk daging dan ikan) sehingga produk relatif lebih awet.
Suhu
Asap tidak boleh dihasilkan oleh suhu di atas (350-400) C, karena suhu di atas (350-
400) C dapat menimbulkan senyawa-senyawa karsinogen (senyawa penyebab kanker)
serta dapat menimbulkan rasa pahit pada bahan.
Kelembaban
Kelembaban udara pada ruang asap akan memngaruhi penetrasi asap kedalam bahan
makanan. Pada kelembaban yang tinggi, bahan makanan akan menyerap asap lebih
banyak dan lebih cepat bila dibandingkan dengan kedaan kelemaban yang rendah.
3.5 Kerusakan-Kerusakan Yang Terjadi Selama Pengasapan
Kerusakan pada proses pengawetan dengan pengasapan tidak akan terjadi
apabila kita cukup teliti dalam melakukan pengasapan tersebut. Adapun kerusakan
yang terjadi pada proses pengasapan adalah:
Penciutan Bahan Makanan
Penciutan bahan makanan akan terjadi apabila suhu permulaan (pemanasan
pendahuluan) terlalu tinggi, sehingga terlalu banyak air yang diuapkan. Penciutan
bahan makanan akan menyebabkan permukaan bahan makanan menjadi keriput dan
juga bahan makanan tersebut rasanya akan menjadi kesat dan pahit.
Gosong Nitrat
Daging yang mengalami gosong nitrat warnanya akan terlihat kehitam-hitaman dan
flavornya berubah. Kerusakan ini sering terjadi pada daging yang digarami terlebih
dahulu sebelum diasapi.
b) Sosis
Dipabrik-pabrik sosis yang modern sekarang pada kenyataanya baik proses
pengasapan maupun proses pemasakan dilakukan bersama-sama dalam satu asap.
Dengan udara yang terkontrol dan dilengkapi dengan penyiram air panas, atau produk
dapat dipindahkan dari rumah asap umtuk kemudian dimasak. Tujuan daripada proses
pengasapan pada sosis adalah untuk memperbaiki kenampakan sosis yaitu oleh
komponen-komponen dalam asap, untuk memberi flavor asap yang khas, untuk
memberi daya awt oleh bahan-bahan bakteriostatik dan bahan-bahan antioksidan yang
berasal dari asap.
c) Ikan
Ikan salem merupakan ikan yang banyak diasapi di Amerika Serikat. Setelah
digarami pada konsentrasi rendah, ikan salem kemudian diasap dinin. Ikan salem yang
masih lunak direndam dalam air tawar selama semalam atau disimpan dalam air yang
mengalir selama sepuluh jam, kemudian ikan itu dicuci, ditiriskan dan kemudian
dibereskan. Ikan salem kemudian diasap pada suhu sekitar 27 C selama 24 sampai 48
jam dalam asap yang sedikit.
d) Keju
Pengasapan keju merupakan hal yang telah dikerjakan sejak jaman dahulu.
Pengasapan keju dapat memperbaiki kualitas penyimpanan keju tersebut, hal itu
disebabkan karena permukaan keju akan diseliputi dan diliputi oleh senyawa-senyawa
anti mikrobia dan antioksidan yang memang terdapat didalam asap. Dengan demikian
keju akan langsung terhindar dari serangan kapang dan jasad-jasad renik lainnya.
Ikan Asap
Ikan asap adalah ikan yang diolah dari ikan segar atau ikan yang digarami
terlebih dahulu (bahkan dapat pula diambil dari ikan-ikan hasil penggaraman kering
atau basah), tergantung dengan selera konsumen. Ikan asap merupakan produk akhir
yang siap untuk dimakan artinya tanpa diolah lagi sudah dapat disantap.
B. Pengeringan
Ikan yang sudah digarami dan ditiriskan dimasukkan ke dalam kamar asap yang
berisi asap panas hasil pembakaran. Pemanasan secara tidak langsung menyebabkan
terjadinya penguapan air pada daging ikan, sehingga permukaan air dan dagingnya
mengalami pengeringan. Hal ini akan memberikan efek pengawetan karena bakteri-
bakteri pembusuk lebih aktif pada produk-produk berair. Oleh karena itu, proses
pengeringan mempunyai peranan yang sangat penting dan ketahanan mutu produk
tergantung kepada banyaknya air yang diuapkan.
C. Pemanasan
Ikan dapat diasapi dengan pengasapan panas atau dengan pengasapan dingin. Pada
pengasapan dingin panas yang timbul karena asap tidak begitu tinggi efek
pengawetannya hampir tidak ada. Untuk meningkatkan daya awet ikan, waktu untuk
penasapan harus diperpanjang. Pada pengasapan panas karena jarak antara sumber
api (asap) dengan ikan biasanya dekat, maka suhunya lebih tinggi sehingga ikan
menjadi masak. Suhu yang tinggi dapat menghentikan aktifitas enzim-enzim yang
tidak diinginkan, menggumpalkan protein ikan dan menguapkan sebagian air dari
dalam jaringan daging ikan. Jadi disini ikan selain diasapi juga terpanggang sehingga
dapat langsung dimakan
D. Pengasapan
Tujuan dari pengasapan adalah untuk mengawetkan dan memberi warna dan rasa
spesifik pada ikan. Sebenarnya asap sendiri daya pengawetnya sangat terbatas (yang
tergantung kepada lama dan ketebalan asap), sehingga agar ikan dapat tahan lama,
pengasapan harus dikombinasikan dengan cara-cara pengawetan lainnya, misalnya
dengan pemakaian zat-zat pengawet atau penyimpanan pada suhu rendah.
B. Rupa Ikan
Kulit ikan yang sudah diasapi biasanya akan menjadi mengkilap. Hal ini disebabkan
karena terjadinya reaksi-reaksi kimia di antara zat-zat yang terdapat dalam asap,
yaitu antara formaldehid dengan phenol yang menghasilkan lapisan damar tiruan pada
permukaan ikan sehingga menjadi mengkilap. Untuk berlangsungnya reaksi ini
diperlukan suasana asam, dan asam ini telah tersedia di dalam asap itu sendiri.
C. Warna Ikan
Warna ikan asap yang baik biasanya kuning emas sampai kecoklatan dan warna ini
timbul karena terjadinya reaksi kimia antara phenol dari asap dengan oksigen dari
udara
D. Rasa Ikan
Setelah diasapi, ikan mempunyai rasa yang sangat spesifik, yaitu rasa keasap-
asapan yang sedap. Rasa tersebut dihasilkan oleh asam-asam organic dan phenol serta
zat-zat lain sebagai pembantu
Ikan yang telah diasap harus disimpan di tempat yang kering dan tertutup
rapat. Kerusakan yang sering terjadi pada ikan asap adalah terjadinya pertumbuhan
jamur atau kapang, karena jamur dapat tumbuh pada makanan dengan kadar air
rendah. Pertumbuhan jamur pada ikan asap dapat menyebabkan terjadinya perubahan
bau menjadi tengik dan perubahan tekstur.
BAB 4. KESIMPULAN
4.1 Pengasapan adalah salah satu cara memasak, memberi aroma, atau proses
pengawetan makanan, terutama daging dan ikan. Makanan diasapi dengan panas dan
asap yang dihasilkan dari pembakaran kayu, dan tidak diletakkan dekat dengan api
agar tidak terpanggang atau terbakar.
4.2 Di dalam pengawetan dengan cara pengasapan dikenal dua macam metode
pengasapan yaitu: Pengasapan dingin (Cold smoking) atau disebut pengasapan tidak
langsung dan pengasapan panas (hot-smoking) atau disebut pengasapan langsung.
4.3 Pada prinsipnya alat pengasapan terdiri dari dapur api (kiln) sebagai penghasil asap
dan ruang pengasapan sebagai tempat menyimpan bahan makanan yang diasapi.
4.5 Ada dua cara pengerjaan pengasapan yang diketahui, yaitu: pengasapan alami,
penasapan buatan.
4.6 Faktor-faktor yang harus diperhatikan pada proses pengasapan diantara lainnya
adalah; jenis bahan bakar, kadar air pengasap, kepekatan asap, suhu, kelembaban.
4.7 Kerusakan pada proses pengawetan dengan pengasapan tidak akan terjadi apabila kita
cukup teliti dalam melakukan pengasapan tersebut. Adapun kerusakan yang terjadi
pada proses pengasapan adalah: penciutan bahan makanan, gosong nitrat, kerusakan
oleh jasad renik, kerusakan oleh asap, kerusakan karena pengaruh rumah asap.
4.8 beberapa produk yang bisa diawetkan dengan pengasapan : daging, sosis, ikan, keju.
DAFTAR PUSTAKA
Anna. 2007. Teknologi Pengawetan Ikan Dengan Cara Pengasapan. http://bkki.com/teknologii-
pengawetan-ikan-dengan-cara-pengasapan.html (15 November 2011).
Budiyanto, MAK. 2002. Dasar-Dasar Ilmu Gizi. Malang: UMM press
Dwijoseputro, D. 1994. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan
Fareliaz, Srikandi. Mikrobiologi Pangan, jakarta: Gramedia pustaka
Mochantoyo, S.Et al. 1997. Pengelolaan Makanan. Bandung: Angkasa Bandung.
Nuri. 2008. Pengolahan Makanan Dengan Pengasapan. http://www.google.co.id/url?
sa=t&rct=j&q=makalah%2Bpengolahan
%2Bmakanan&source=web&cd=5&ved=0CDQQFjAE&url=http%3A%2F
%2Fartikelekonomi.com%2Fartikel%2Fmakalah%2Bpengolahan%2Bmakanan.html (15
November 2011).
Trisno, Iwan. 2010. Pengawetan Makanan atau
Minuman. http://litbang.patikab.go.id/index.php?
option=com_content&view=article&id=78:pengawetan-
makananminuman&catid=90:pengawetan-makananminuman&Itemid=60 (15 November
2011).
Winarno, F.G.I. 1993. Pangan, Gizi, Teknologi dan konsumsi. Jakarta: Gramedia Pustaka.
Zaif. 2010. Pengolahan dan Pengawetan Makanan Serta
Permasalahannya.http://zaifbio.wordpress.com/2009/02/02/pengolahan.dan.pengaw
etan-bahan-makanan-serta-permasalahannya.htm (15 November 2011).