Anda di halaman 1dari 10

Makalah Manajemen Industri Perikanan: Prospek Industri Perikanan di

Indonesia
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam delapan tahun terakhir, perekonomian Indonesia terus tumbuh cukup tinggi
mencapai rata-rata di atas 6% per tahun dan merupakan salah satu negara dengan tingkat
pertumbuhan tertinggi sekaligus paling stabil di dunia. Terjaganya kesinambungan pertumbuhan
ekonomi tersebut didukung oleh lingkungan ekonomi makro dan sistem keuangan yang kondusif
dan stabil. Pertumbuhan ekonomi tahun 2012 ditopang oleh kenaikan kontribusi permintaan
domestik di tengah pelemahan kinerja ekspor yang terimbas oleh melemahnya permintaan
eksternal (Laporan Perekonomian Indonesia Tahun 2012).

Di sisi lain, semakin bebasnya perdagangan dunia akan menuntut peningkatan daya saing
produk industri di Indonesia di pasar global. Kemampuan bersaing produk Indonesia harus
dipahami keterkaitannya dengan sektor hulu dan hilir serta perlu dirumuskan sumber-sumber
pertumbuhan ekonomi dengan melakukan komparasi terhadap industri negara-negara lain (Udin
Unyu, 2013). Pengertian dari industri itu sendiri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan
bahan mentah atau barang setengah jadi menjadi barang jadi yang memiliki nilai tambah untuk
mendapatkan keuntungan. Usaha perakitan atau assembling dan juga reparasi adalah bagian dari
industri. Hasil industri tidak hanya berupa barang, tetapi juga dalam bentuk jasa (Godam, 2006).

Dilihat dari kondisi bentangan alam Indonesia yang berupa negara kepulauan dengan luas
lautan lebih besar dibandingkan dengan luas daratan, industri yang bergerak di bidang perikanan
memiliki potensi besar untuk dikembangkan. Selain itu menurut Manggala, et al. (2012), ditinjau
dari segi pemasaran konsumsi per kapita dunia untuk ikan setiap tahunnya diperkirakan
meningakat dari 16 kg untuk saat ini menjadi 19 kg tahun 2015. Dari proyeksi ini menunjukkan
bahwa pertumbuhan konsumsi secara keseluruhan di negara berkembang akan terus tetap,
sementara untuk negara negara sedang berkembang terus mengalami peningkatan. Permintaan
ikan dimasa datang akan ditentukan secara mendasar oleh jumlah konsumen dan kebiasaan
makannya serta pendapatan kotor dan harga ikan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan kondisi yang telah disebutkan sebelumnya, maka rumusan masalah yang
akan dibahas dalam paper ini antara lain:
1. Bagaimana prospek industri perikanan di Indonesia?
2. Bagaimana pengelolaan industri perikanan agar bisa meningkatkan perekonomian Indonesia?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan penyusunan paper Prospek Industri Perikanan di Indonesia ini adalah:
1. Mengetahui prospek industri perikanan di Indonesia.
2. Mengetahui pengelolaan industri perikanan di Indonesia yang baik dan tertata.

3.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Potensi Perikanan di Indonesia


Lebih dari 80% potensi laut Indonesia belum dieksplorasi dan dikelola dengan baik.
Potensi perikanan laut di Indonesia sendiri tersebar pada hampir semua bagian perairan laut
Indonesia belum tergali secara maksimal. Luas perairan laut Indonesia diperkirakan mencapai
5,8 juta km2 yang terdiri dari 0,8 juta km laut territorial, 2,3 juta km laut nusantara, dan 2,7 juta
km Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia. Dengan garis pantai terpanjang di dunia sebesar 81.000
km dan gugusan pulau-pulau sebanyak 17.508, Indonesia memiliki potensi ikan yang
diperkirakan terdapat sebanyak 6,26 juta ton per tahun yang dapat dikelola secara lestari dengan
rincian sebanyak 4,4 juta ton dapat ditangkap di perairan Indonesia (Adi, 2012).

Potensi tersebut menempatkan Indonesia sebagai negara yang dikaruniai sumber daya
kelautan yang besar termasuk kekayaan keanekaragaman hayati dan non hayati kelautan terbesar.
Di samping itu terdapat potensi pengembangan untuk:
1. perikanan tangkap di perairan umum seluas 54 juta hektar dengan potensi produksi 0,9 juta
ton/tahun,
2. budidaya laut terdiri dari budidaya ikan (antara lain kakap, kerapu, dan gobia), budidaya
moluska (kekerangan, mutiara, dan teripang), dan budidaya rumput laut,
3. budidaya air payau (tambak) yang potensi lahan pengembangannya mencapai sekitar 913.000
ha,
4. budidaya air tawar terdiri dari perairan umum (danau, waduk, sungai, dan rawa), kolam air
tawar, dan mina padi di sawah, serta
5. bioteknologi kelautan untuk pengembangan industri bioteknologi kelautan seperti industri bahan
baku untuk makanan, industri bahan pakan alami, benih ikan dan udang serta industri bahan
pangan (Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Banten, 2014).

Keadaan tersebut seharusnya meletakan sektor perikanan menjadi salah satu sektor riil
yang potensial di Indonesia. Potensi ekonomi sumber daya pada sektor perikanan diperkirakan
mencapai US$ 82 miliar per tahun. Potensi tersebut meliputi: potensi perikanan tangkap sebesar
US$ 15,1 miliar per tahun, potensi budidaya laut sebesar US$ 46,7 miliar per tahun, potensi
peraian umum sebesar US$ 1,1 miliar per tahun, potensi budidaya tambak sebesar US$ 10 miliar
per tahun, potensi budidaya air tawar sebesar US$ 5,2 miliar per tahun, dan potensi bioteknologi
kelautan sebesar US$ 4 miliar per tahun. Selain itu, potensi lainnya pun dapat dikelola, seperti
sumber daya yang tidak terbaharukan, sehingga dapat memberikan kontribusi yang nyata bagi
pembangunan Indonesia (Sarfin, 2012).

Namun pemanfaatan potensi perikanan laut Indonesia belum dapat memberi kekuatan dan
peran yang kuat terhadap pertumbuhan perekonomian dan peningkatan pendapatan masyarakat
nelayan Indonesia. Minimnya pengembangan potensi kekayaan laut nusantara itu membuat
Indonesia kalah bersaing dibandingkan negeri jiran seperti Malaysia, Thailand, bahkan Vietnam.
Karena itulah konsep industri perikanan terpadu merupakan salah satu solusi terhadap arahan
pengembangan kawasan pesisir di Indonesia (Adi, 2012).

B. Pengelolaan Sumberdaya Perikanan di Indonesia


Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan
disebutkan bahwa perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan
pemanfaatan sumber daya ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi,
pengelolaan, sampai dengan pemasaran, yang dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan.
Sedangkan sumber daya ikan adalah potensi semua jenis ikan. Adapan yang dimaksud dengan
ikan dalam undang-undang tersebut adalah segala jenis organisme yang seluruh atau sebagian
dari siklus hidupnya berada di dalam lingkungan perairan.
Dengan adanya pengertian-pengertian tersebut dalam undang-undang, maka obyek
industri perikanan akan semakin luas. Sebab tidak hanya ikan dalam arti umum saja yang bisa
dimanfaatkan, akan tetapi produk perikanan seperti kerang-kerangan, udang, kepiting, dan
rumput laut juga termasuk ke dalam industri perikanan. Produksi perikanan tangkap Indonesia
sampai pada tahun 2007 berada pada peringkat ke-3 dunia, dengan tingkat produksi perikanan
tangkap pada periode 2003-2007 mengalami kenaikan rata-rata produksi sebesar 1,54%.
Disamping itu, Indonesia juga merupakan produsen perikanan budidaya dunia. Sampai dengan
tahun 2007 posisi produksi perikanan budidaya Indonesia di dunia berada pada urutan ke-4
dengan kenaikan rata-rata produksi per tahun sejak 2003 mencapai 8,79% (Sarfin, 2012).

Menurut data yang dirangkum Direktorat Jenderal Perikanan (2007) dalam Hasyim
(2012), produksi ikan pelagis besar pada tahun 2006 sebesar 592.341 ton atau 21,5% dari
produksi perikanan laut Indonesia sebesar 2.752.838 ton. Dari jumlah tersebut kelompok
produksi terbesar adalah jenis tongkol sebanyak 31,2% yang di ikuti oleh cakalang, tenggiri dan
cucut masing-masing 26,9%, 17,2%, 14,1% dan 10,7%. Dibandingkan dengan produksi tahun
2004 sebesar 295.338 ton produksi ikan pelagis besar pada tahun 2005 adalah sebesar 952.341
ton, jadi kenaikan produksi ikan tersebut rata- rata 17,2% setiap tahun. Jika dirinci menurut
kelompok jenisnya, maka kenaikan rata-rata pertahun selama periode 1996 - 2005 mengalami
kenaikan, rata-rata ikan tuna 11,1%, cakalang 7,2%, tongkol 5,5%, tenggiri 34,9%, dan cucut
38,1.

Untuk manajemen sumberdaya perikanan di Indonesia sendiri dilakukan pembagian


wilayah pengelolaan sebagai upaya untuk menjaga sumberdaya ikan tetap lestari. Nugraha
(2012) menyebutkan bahwa Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia atau
sering disingkat dengan WPP NRI merupakan wilayah pengelolaan perikanan untuk
penangkapan ikan, konservasi, penelitian, dan pengembangan perikanan yang meliputi perairan
pedalaman, perairan kepulauan, laut territorial, zona tambahan, dan zona ekonomi ekslusif
Indonesia (ZEEI). Komisi Nasional Pengkajian Sumberdaya Ikan (KOMNASJISKAN)
melakukan revisi WPP-NRI dari 9 WPP-NRI menjadi 11 WPP-NRI yang mengacu sesuai
standar internasional FAO (Food and Agriculture Organization of The United Nations).
Berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No.01/MEN/2009 tentang Wilayah
Pengelolaan Perikanan Republik Indonesia telah menetapkan pembagian WPP menjadi 11 WPP
yaitu:
1. WPP-RI 571 meliputi perairan Selat Malaka dan Laut Andaman;
2. WPP-RI 572 meliputi perairan Samudera Hindia sebelah Barat Sumatera dan Selat Sunda;
3. WPP-RI 573 meliputi perairan Samudera Hindia sebelah Selatan Jawa hingga sebelah Selatan
Nusa Tenggara, Laut Sawu, dan Laut Timor bagian Barat;
4. WPP-RI 711 meliputi perairan Selat Karimata, Laut Natuna, dan Laut China Selatan;
5. WPP-RI 712 meliputi perairan Laut Jawa;
6. WPP-RI 713 meliputi perairan Selat Makassar, Teluk Bone, Laut Flores, dan Laut Bali;
7. WPP-RI 714 Meliputi perairan Teluk Tolo dan Laut Banda;
8. WPP-RI 715 meliputi perairan Teluk Tomini, Laut Maluku, Laut Halmahera, Laut Seram dan
Teluk Berau;
9. WPP-RI 716 meliputi perairan Laut Sulawesi dan sebelah Utara Pulau Halmahera;
10. WPP-RI 717 meliputi perairan Teluk Cenderawasih dan Samudera Pasifik;
11. WPP-RI 718 meliputi perairan Laut Aru, Laut Arafuru, dan Laut Timor bagian Timur.

Adanya pembagian pembagian wilayah pengelolaan tersebut diharapkan bisa


memperbaiki manajemen pemanfaatn sumberdaya perikanan. Sehingga terjadi pemerataan di
semua wilayah. Artinya, tidak ada wilayah yang terlalu tereksploitasi sementara wilayah yang
lain masih belum tereksploitasi secara optimal atau bahkan belum tereksplorasi. Oleh karena itu,
peran pemerintah sangat diperlukan di sini.

BAB III
PEMBAHASAN

A. Prospek Industri Perikanan di Indonesia


Telah disebutkan bahwa potensi perikanan di Indonesia sangat besar, dilihat dari luasnya
wilayah perairannya. Besarnya potensi tersebut tentu saja mampu meningkatkan prospek
perikanan untuk dikelola dalam sebuah industri, mulai dari sektor hulu hingga hilir. Prospek
perikanan yang baik tersebut selanjutnya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi dalam
negeri.
Prospek pemasaran untuk hasil produksi industri perikanan sangat baik. Konsumsi per
kapita dunia untuk ikan setiap tahunnya diperkirakan meningkat dari 16 kg untuk saat ini
menjadi 19 kg tahun 2015. Permintaan ikan dimasa datang akan ditentukan secara mendasar oleh
jumlah konsumen dan kebiasaan makannya serta pendapatan kotor dan harga ikan. Pasar
domestik tetap akan merupakan pasar penting produk perikanan Indonesia karena diperkirakan
hingga tahun 2015 struktur produksi, landing, pasar lokal tidak akan banyak berubah. Tumpuan
pengembangan ekspor produk perikanan juga terdapat di empat kawasan yakni Asia (Jepang dan
Cina), AS, EU karena 95% pasar dunia berada di kawasan ini. Daya serap (demand) suatu negara
tergantung keadaan ekonomi negara dan analog dengan pendapatan
perkapita/disposible income dengan demikian proyeksi target tujuan pasar yang dikembangkan
haruslah disesuaikan trend pendapatan perkapita di kawasan itu (Simatupang, 2009).

Selain itu, sektor perikanan dapat menjadi salah satu sumber pertumbuhan ekonomi
karena beberapa alasan, yakni :
1. Kapasitas suplai sangat besar, sementara permintaan terus meningkat
2. Pada umumnya output dapat diekspor, sedangkan input berasal dari sumber daya lokal.
3. Dapat membangkitkan industri hulu dan hilir yang besar sehingga dapat menyerap tenaga kerja
yang cukup banyak.
4. Umumnya berlangsung di daerah-daerah.
5. Industri perikanan, bioteknologi dan pariwisata bahari memiliki sifat dapat diperbaharui,
sehingga mendukung adanya pembangunan yang berkelanjutan.

Selain itu, prospek industri perikanan di Indonesia semakin menguntungkan karena


beberapa faktor berikut:
1. Sumber daya ikan dan sumber daya manusia, dimana sumberdaya ikan dengan potensi lahan
budidaya baik air tawar, air payau maupun air laut, masih cukup menjanjikan untuk
dikembangkan, baik pangan maupun non-pangan. Sedangkan dari segi SDM, Indonesia memiliki
tenaga kerja yang cukup besar, walaupun produktivitasnya rendah.
2. Dukungan kebijakan pemerintah, melalui penentuan tarif, perpajakan, bea masuk maupun
skala prioritas pembangunan pada bidang dan sektor-sektor tertentu. Selain itu pemerintah
biasanya memberikan fasilitas berupa kemudahan-kemudahan perijinan dan fasilitas.
3. Kemampuan dalam menghasilkan keuntungan, dimana faktor advantage yang sangat
mendukung adalah ketersediaan Sumberdaya Ikan di tempat-tempat yang berdekatan dengan
basis industri sehingga akan menurunkan porsi biaya minyak yang berada dalam tendensi
kelangkaan dan harga yang meningkat
4. Teknologi, dimana industri perikanan indonesia saat ini sudah dikelola dengan menggunakan
terutama teknologi yang sederhana dan madya, dan sebagian menggunakan teknologi maju. Pada
kenyataanya penggunaan teknologi sesuai dengan trend teknologi perikanan dunia, teknologi
perikanan indonesia, yang diantisipasi oleh dunia usaha sesuai dengan kapasitas yang dimiliki,
faktor ekonomi teknologi, sehingga walaupun lambat para pelaku usaha mengadopsi kemajuan-
kemajuan teknologi.

Akan tetapi patut disayangkan bahwa besarnya prospek industri perikanan di Indonesia
tersebut tidak diimbangi dengan pertumbuhan industri itu sendiri. Saat ini masih belum banyak
industri yang bergerak di bidang perikanan, baik dari segi penangkapan, budidaya, pengolahan,
maupun industri penunjang lainnya. Sehingga potensi dan prospek yang besar tersebut masih
belum bisa meningkatkan perekonomian dalam negeri. Perkembangan industri pun tidak merata
di seluruh Indonesia ditinjau dari potensi yang ada di setiap daerah. Oleh karena itu, diperlukan
pengelolaan dan manajemen yang tertata, baik oleh pemerintah maupun massyarakat untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia dengan tetap memperhatikan faktor
kelestarian alam dan sumber daya.

B. Pengelolaan Industri Perikanan


Untuk mewujudkan perikanan tangkap nasional yang berkelanjutan, harus dipastikan
bahwa laju penangkapan sumber daya (stok) ikan tidak melebihi potensi produksi lestari
(maximum sustainable yield/MSY). Sedangkan di Indonesia distribusi nelayan dan kapal ikan
tidak merata, sehingga ada daerah yang mengalami kelebihan tangkap (Selat Malaka, pantura,
Selat Bali, dan pesisir selatan Sulawesi) tapi ada daerah yang kurang tereksploitasi (Laut Natuna,
Laut China Selatan, Laut Sulawesi, Laut Seram, Laut Banda, Samudra Pasifik, Laut Arafura, dan
Samudra Hindia) dan memicu penangkapan liar oleh nelayan asing.

Maka laju penangkapan ikan di perairan yang telah kelebihan tangkap harus dikurangi
dan secara bersamaan memperbanyak armada kapal ikan modern untuk beroperasi di wilayah
perairan yang masih underfishing atau yang selama ini dijarah nelayan asing. Selain itu, setiap
kapal ikan dilengkapi dengan sarana penyimpanan ikan (cold storage) untuk mempertahankan
kualitas ikan sampai di tempat pendaratan ikan. Sedangkan dari sisi pelabuhan pendaratan ikan
selain harus memenuhi standar sanitasi dan higienis juga harus dilengkapi dengan pabrik es,
gudang pendingin, pabrik pengolahan ikan, mobil pengangkut ikan berpendingin, koperasi
penjual alat tangkap, BBM, beras, dan perbekalan melaut, serta pembeli ikan. Terakhir, perlu
dilakukan rehabilitasi ekosistem-ekosistem pesisir yang telah rusak serta mengendalikan
pencemaran dan mengembahgkan kawasan konservasi laut.

Solusi lain untuk membangun industri perikanan berkualitas yang bisa dilakukan adalah
dengan menerapkan industri perikanan terpadu. Dengan kebijakan tersebut, kapal asing tidak
diusir secara total dari perairan Indonesia melainkan diperlakukan dengan sistem tertentu. Sistem
terebut adalah dengan dilakukan kerja sama antara kapal asing dengan pengusaha Indonesia,
dimana awak kapalnya pun harus dari Indonesia. Namun sebelumnya, pemerintah terlebih
dahulu harus membenahi data yang berkaitan dengan potensi sumber daya ikan Indonesia,
karena lemahnya data perikanan akan menjebak Indonesia pada ketentuan illegal, unreported,
unregulated (IUU) fishing yang sedang diperangi.

Kelebihan lain dari kebijakan industri perikanan terpadu adalah adanya kewajiban bagi
perusahaan asing untuk membeli ikan nelayan lokal. Sayangnya rendahnya kualitas hasil
tangkapan nelayan lokal berpengaruh pada nilai jual yang bahkan bisa mengakibatkan terjadinya
penolakan pembelian. Selain itu untuk menciptakan kelancaran dalam pelaksanaan kebijakan
industri perikanan terpadu, pengurusan izin yang lambat/berliku harus dipangkas. Perlu buku
pedoman mengenai cara-cara investasi di bidang perikanan yang tidak hanya bertujuan
menciptakan kemudahan berinvestasi, tetapi juga menciptakan transparansi karena proses
perizinan di bidang perikanan rawan pungutan liar.

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan yang telah disebutkan sebelumnya, bisa ditarik kesimpulan
bahwa potensi perikanan di Indonesia sangat besar dilihat dari luasnya wilayah perairannya.
Potensi yang besar tersebut membuat prospek industri perikanan di Indonesia semakin cerah.
Akan tetapi, prospek yang besar tetap tidak akan membantu perekonomian Indonesia menjadi
lebih baik apabila tidak dikembangkan. Oleh karena itu diperlukan pengembangan industri
perikanan di Indonesia secara luas mulai dari sektor hulu sampai hilir.

Pengembangan industri perikanan bisa diterapkan dalam pengelolaan sumberdaya ikan


secara umum. Seperti melakukan pemerataan distribusi nelayan dan kapal ikan sesuai dengan
potensi wilayah dan sumber daya yang lestari. Jga diperlukan perbaikan kebijakan dan birokrasi
dalam pengurusan perijinan. Dalam hal ini, tanggung jawab bukan hanya berada di tangan
pemerintah, tapi juga miliki masyarakat Indonesia secara keseluruhan.

B. Saran
Berdasarkan pembahasan, saran yang bisa diberikan adalah dengan membangun
kerjasama antara pemerintah, masyarakat terutama nelayan, pengusaha baik dalam negeri dan
luar negeri, serta investor. Kerja sama tersebut dilakukan mulai dari penyusunan kebijakan
hingga evaluasi kebijakan, sehingga tidak ada yang dirugikan. Dengan kata lain, diperlukan win-
win solution bagi kondisi perikanan di Indonesia saat ini.

1.
Daftar Rujukan
Adi. 2012. Mengelola Potensi Laut.http://adiwasmito.blogspot.com/2012/03/pengembangan-
kawasan-pesisir-untuk.html. Diakses pada 01 April 2014, pukul 15:52 WIB
Bank Indonesia. 2013. Laporan Perekonomian Indonesia 2012. Jakarta
Dinas Kelutan dan Perikanan Provinsi Banten.
2014. Potensi.http://www.dkp.bantenprov.go.id/read/page-detail/potensi/2/potensi.html. Diakses
pada 01 April 2014, pukul 14:36 WIB
Hasyim. 2012. Potensi Lautan Indonesia. http://hasyim-
lukmanhasyim.blogspot.com/2012/03/potensi-lautan-indonesia.html. Diakses pada 01 April
2014, pukul 15:35 WIB
Godam. 2006. Pengertian, Definisi, Macam, Jenis dan Penggolongan Industri di Indonesia -
Perekonomian Bisnis. http://www.organisasi.org/1970/01/pengertian-definisi-macam-jenis-dan-
penggolongan-industri-di-indonesia-perekonomian-bisnis.html. Diakses pada 01 April 2014,
pukul 12:48 WIB
Kementrian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia. 2009. Peraturan Menteri Kelautan dan
Perikanan Republik Indonesia Nomor PER.01/MEN/2009 tentang Wilayah Pengelolaan
Perikanan Republik Indonesia
Manggala, Okta Amutra, dkk. Makalah Dasar-dasar Teknologi Hasil Perikanan: Perkembangan
Industri Perikanan Indonesia. Universitas Diponegoro, Semarang
Nugraha, Angga. 2012. Mengenal Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik
Indonesia. http://fishmate.blogspot.com/2012/08/mengenal-wilayah-pengelolaan-perikanan.html
Diakses pada 01 April 2014, pukul 14: 17 WIB
Pemerintah Republik Indonesia. 2004. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2004
tentang Perikanan
Sarfin, Harik. 2012. Peran Industri Perikanan di
Indonesia.http://manajemenagb.blogspot.com/2012/12/peran-industri-perikanan-
diindonesia.html. Diakses pada 01 April 2014, pukul 13:53 WIB
Simatupang, Siho. M. 2009. Potensi Pengembangan Industri Perikanan
Indonesia.http://siholmsimatupang.blogspot.com/2009/09/potensi-pengembangan-industri-
perikanan.html. Diakses pada 01 April 2014, pukul 16:53 WIB
Suhana. 2009. Ekonomi Perikanan Kian
Terpuruk.http://pk2pm.wordpress.com/2009/05/29/laporan-perkembangan-ekonomi-perikanan-
indonesia-triwulan-1-2009/. Diakses pada 01 April 2014, pukul 14:28 WIB
Unyu, Udin. 2013. Daya Saing Industri di Indonesia.http://pasarindustri.blogspot.de/2013/09/daya-
saing-industri-di-indonesia.html. Diakses pada 01 April 2014, pukul 11:06 WIB

Anda mungkin juga menyukai