Dosen Pengampu :
Disusun Oleh:
58223214362
Salah satu industri pengolahan ikan secara tradisional adalah fermentasi dan salah
satu jenis fermentasi adalah pembuatan kecap ikan. Kecap ikan merupakan proses
pengolahan yang paling sedikit dilakukan oleh para pengolah hasil perikanan dibandingkan
proses fermentasi yang lain. Kecap ikan dapat dibuat dengan tiga cara, yaitu dengan proses
enzimatis, kimiawi, dan fermentasi secara spontan.
2.2 Fermentasi
Fermentasi berasal dari bahasa latin fervere yang berarti mendidihkan. Seiring
perkembangan teknologi, definisi fermentasi meluas, menjadi semua proses yang
melibatkan mikroorganisme untuk menghasilkan suatu produk yang disebut metabolit primer
dan sekunder dalam suatu lingkungan yang dikendalikan.
3.2.2. Bahan
Ikan Rucah 100 gram
Buah Nanas 200 gram
Air
Garam 20%
Bumbu : Bawang Putih (2%), Jahe, Daun salam, Sereh secukupnya.
4.4.1. Bau
Hasil penilaian panelis terhadap bau kecap ikan layang berkisar antara 2,225 –
2,425 yang berarti tingkat kesukaan panelis mulai dari agak suka sampai suka. Hal ini
diduga karena penambahan enzim bromelin untuk semua perlakuan menghasilkan
bau/aroma nenas yang sama menyebabkan penilaian panelis terhadap produk ini
cenderung tetap. Untuk lebih jelasnya tentang penilaian panelis terhadap bau kecap ikan,
4.4.2. Warna
Hasil penilaian panelis terhadap warna kecap ikan rucah berkisar antara 2,063 –
2,738 yang berarti tingkat kesukaan panelis mulai dari agak suka sampai suka.
Penerimaan panelis terhadap warna dipengaruhi penampakan warna kecap ikan itu
sendiri, di mana kecap ikan yang dihasilkan secara enzimatis berwarna coklat jernih. Hal
ini berbeda dengan kecap ikan yang diolah secara tradisional yang umumnya berwarna
cokelat pekat, sehingga berpengaruh pada penilaian panelis terhadap warna kecap ikan
yang relatif agak suka. Tingkat kesukaan warna terendah terjadi pada perlakuan 200 ml
yaitu sebesar 2,738.
Tingkat kesukaan warna tertinggi pada perlakuan 200 ml sebesar 2,738. Hal ini
diduga pemberian konsentrasi enzim bromelain pada perlakuan 200 ml lebih banyak
sehingga warna kecap ikan yang dihasilkan coklat jernih.
4.4.3. Rasa
Penilaian panelis terhadap rasa kecap ikan rucah dengan perlakuan penambahan
nanas berkisar 5,30 (agak suka). Dengan konsentrasi garam 100 gr dan nanas 200 gram.
4.4.4. Penampakan
Penilaian panelis terhadap penampakan kecap ikan rucah berada pada kisaran 5,70
(suka). Dengan konsentrasi garam 100 gr dan nanas 200 gram menunjukkan nilai tertinggi
yaitu sebesar 5,70.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilajukan maka dapat disimpulkan bahwa
konsentrasi nanas (enzim bromelain) yang berbeda memberikan pengaruh sangat nyata
terhadap mutu kimia (viskositas). Di samping itu konsentrasi nanas 200 ml memiliki nilai
tertinggi pada viskositas (3,698%). Sedangkan mutu organoleptik meliputi bau (2,425),
warna (2,738).
4.2 Saran
Sebaiknya dalam praktikum selanjutnya menggunakan jenis ikan yang lebih
bervariasi. Perbedaan jenis ikan dapat mengetahui perbedaan karakteristik kecap ikan. Hasil
kecap yang lebih bervariasi dengan berbagai perlakuan penambahan garam dan nanas
serta lama proses fermentasi yang dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
British Standard. 1975. Sampling and testing of gelatin. dalam : Imeson (ed). 1992.
Thickening and Gelling Agents. Academic Press, New York.