Anda di halaman 1dari 14

1 III

Acara

KECAP IKAN
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM
TEKNOLOGI HASIL LAUT
Disusun oleh:
Nama : Prisca Hardipramesti
NIM : 13.70.0015
Kelompok E4

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA
SEMARANG
2015

1. MATERI DAN METODE


1.1.

Materi
1.1.1. Alat

Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah pisau, kain saring, blender, toples,
panci, kompor, kain saring, pengaduk, dan timbangan analitik.
1.1.2. Bahan
Bahan-bahan yang diperlukan untuk praktikum ini antara lain, tulang dan kepala ikan
bawal, enzim papain komersial, garam, gula kelapa dan bawang putih.
1.2. Metode
Tulang dan kepala ikan bawal dihancurkan dan disiapkan 50 gram.

Hasil fermentasi disaring

Filtrat direbus 30 menit, setelah mendidih ditambah


bumbu-bumbu yang sudah dihaluskan (50 gram
Dimasukkan ke dalam toples.
bawang putih, 50 gram garam, 1 butir gula kelapa).
Ditambahkan enzim papain dengan konsentrasi 0,2%, 0,4%, 0,6%, 0,8% dan 1%.

Toples ditutup rapat dan dilakban.

Diinkubasi (fermentasi) pada suhu ruang selama 4


Setelah direbus 15 menit dan agak dingin,
hari.
dilakukan penyaringan kedua.

Dilakukan pengamatan sensoris meliputi warna, rasa,


penampakan dan aroma, serta pengamatan salinitas
menggunakan refraktometer.

2.

HASIL PENGAMATAN

Hasil pengamatan kecap ikan dengan penambahan enzim papain dapat dilihat di Tabel
1.
Tabel 1. Kecap Ikan dengan Penambahan Enzim Papain
Kel.
Perlakuan
Warna
Rasa
Aroma

Penampakan

Salinitas (%)

E1
E2
E3
E4
E5

Enzim papain 0,2%


Enzim papain 0,4%
Enzim papain 0,6%
Enzim papain 0,8%
Enzim papain 1%

+++
++++
+++
++++
+++

Keterangan:
Warna :
+
: tidak coklat gelap
++
: kurang coklat gelap
+++
: agak coklat gelap
++++ : coklat gelap
+++++ : sangat coklat gelap
Rasa :
+
: sangat tidak asin
++
: kurang asin
+++
: agak asin
++++ : asin
+++++ : sangat asin

++++
+++++
+++++
++++
+++++

++++
+++
++++
+++
+++

++
+++
++
++
++

5,0
9,0
5,5
5,5
6,0

Aroma :
+
: sangat tidak tajam
++
: kurang tajam
+++
: agak tajam
++++ : tajam
+++++ : sangat tajam
Penampakan :
+
: sangat cair
++
: cair
+++
: agak kental
++++ : kental
+++++ : sangat kental

Dari data hasil pengamatan diatas dapat dilihat bahwa kelompok E1 sampai dengan E5
memiliki perlakuan yang berbeda. Perlakuan kelompok E1 sampai dengan E5 secara
berurutan adalah 0,2%, 0,4%, 0,6%, 0,8%, dan 1%. Parameter yang digunakan adalah
warna, rasa, aroma, penampakan, dan salinitas. Warna yang dimiliki untuk semua
kelompok rata-rata coklat gelap dan coklat sangat gelap. Rasa yang dimiliki untuk
semua kelompok rata-rata asin dan sangat asin. Aroma yang dimiliki untuk semua
kelompok rata-rata juga tajam dan agak tajam. Penampakan yang dimiliki oleh semua
kelompok adalah cair dan agak cair. Salinitas yang dimiliki dari kelompok E1 sampai
dengan E5 secara berturut-turut adalah 5%, 9%, 5,5%, 5,5%, dan 6%.

3. PEMBAHASAN
4.
5. Bahan yang digunakan dalam praktikum kecap ikan adalah ikan bawal. Menurut
pendapat dari Saanin (1984) yang menyatakan bahwa klasifikasi ikan bawal air
tawar (Colossoma macropomum) adalah sebagai berikut:
6. Filum

: Chordata

7. Subfilum

: Craniata

8. Kelas

: Pisces

9. Subkelas

: Neopterigi

10. Ordo

: Cypriniformes

11. Subordo

: Cyprinoidea

12. Famili

: Characidae

13. Genus

: Colossoma

14. Spesies

: Colossoma macropomum

15.
16. Ikan bawal ini memiliki badan agak bulat, bentuknya agak pipih, kepala hampir
bulat, punya warna abu-abu, memiliki dua buah sirip punggung yang letaknya
agak bergeser ke belakang (Supriatna, 1998). Ikan bawal ini memiliki insang
permukaan sehingga permukaan pernapasannya lebih luas dan memungkinkan
ikan bawal air tawar mampu bertahan hidup di perairan yang memiliki
kandungan oksigen rendah.
17.
18.
19.

20.
21.
22.
23.
24.
25. Ikan bawal ini memiliki rasa daging yang gurih dan enak, meskipun cukup
banyak duri yang ada pada dagingnya. Ikan bawal ini menjadi pilihan karena
harganya relatif lebih murah dan lebih terjangkau oleh masyarakat, mudah di
dalam pembudidayaannya dan juga memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi
(Anggraini, 2003). Tujuan dilakukannya

praktikum ini adalah untuk

mempelajari pembuatan kecap ikan dengan cara enzimatis. Selain itu juga enzim
yang digunakan adalah enzim papain dengan berbagai konsentrasi untuk
mengetahui pengaruhnya terhadap karakteristik kecap ikan yang dihasilkan
ditinjau segi rasa, aroma, dan warna. Menurut pendapat dari Himonides et al
(2011) dengan jurnal yang berjudul A Study of The Enzymatic Hydrolysis of
Fish Frames Using Model Systems yang mengatakan bahwa aplikasi dari

enzim proteolitik untuk hidrolisis dari substrat ikan jangkauannya sangat luas
dan mempunyai tujuan yang bervariasi. Di dalam praktikum ini menggunakan
enzim papain dimana bisa mempercepat fermentasi (autolisis hidrolisis).
26.
27. Menurut pendapat dari Afrianto & Liviawaty (1989) yang juga menyatakan
bahwa kecap ikan adalah salah satu produk ikan yang didapatkan dari hasil
hidrolisa ikan secara fermentasi, kimiawi maupun enzimatis. Menurut pendapat
dari Giri Anupam et al (2012) dengan jurnal yang berjudul Bioactive
Properties of Japanese Fermented Fish Paste, Fish Miso, Using Koji Inoculated
with Aspergillus oryzae yang mengatakan bahwa selain menggunakan enzim
papain, juga bisa menggunakan Aspergillus oryzae sebagai starter organisme
bila menggunakan fermentasi secara biologis. Starter ini biasanya digunakan
dalam industri pangan unutk memperoduksi vitamin, enzim, asam organik,
antibiotik, kecap keedelai, miso dan sebagainya. Kontribusi koji juga
mempengaruhi warna, flavor, dan aroma. Tetapi di dalam praktikum ini
menggunakan cara enzimatis yaitu dengan enzim papain. Kecap ikan ini juga
berbentuk cair, berwarna coklat jernih hingga kekuningan, rasanya asin dan
gurih serta memiliki bau yang sedikit amis. Hal ini juga didukung oleh pendapat
dari Saisithi (1994) yang juga menyatakan bahwa kecap ikan juga memiliki
aroma yang khas dan biasanya digunakan sebagai indikator untuk mengukur
kualitas kecap ikan dimana kecap ikan juga memiliki senyawa volatil. Menurut
jurnal dari Murakami Miyuki et al (2009) dengan judul jurnal Evaluation of
New Fish Suces Prepared by Fermenting Hot-Water Extraction Waste of Stock
From Dried Fish Using Various Kojis yang juga menyatakan bahwa kecap ikan
ini dibuat dari limbah ikan dan tulang-tulang ikan. Tetpai bau amis dari kecap
ikan ini yang membuat kecap ini sulit untuk ditambahkan ke dalam proses
pengolahan pangan dan waktu memasak.
28.
29. Praktikum ini dilakukan dengan cara tulang ikan, duri, sirip, dan kepala ikan
dihancurkan, kemudian diambil sebanyak 50 gram dan dimasukkan ke dalam
wadah (jar kaca). Menurut pendapat dari Astawan (1988) yang menyatakan
bahwa isi perut, kepala ikan, serta tulang ikan juga termasuk limbah ikan yang

digunakan sebagai bahan utama pembuatan kecap ikan. Tahap selanjutnya


adalah proses penghancuran menggunakan blender. Menurut pendapat dari Saleh
et al (1996) yang menyatakan bahwa tujuan penghancuran bahan agar luas
permukaan semakin besar sehingga kemampuan untuk melepaskan komponen
flavornya semakin besar. Hal ini juga didukung oleh pendapat dari Lay (1994)
yang menyatakan bahwa proses penghancuran akan memperluas permukaan
bahan sehingga kontak antara bahan (limbah ikan) dengan bahan tambahan
lainnya dengan mudah dapat terjadi.
30.
31. Setelah itu ditambahkan enzim papain menurut kelompoknya (0,2%, 0,4%,
0,6%, 0,8%, dan 1%). Tujuan penambahan enzim papain ini adalah untuk
membantu proses enzimatis yaitu penguraian protein menjadi peptida, pepton,
dan asam amino (Buckle et al., 2007). Menurut pendapat dari Man & Tuyet
(2006) yang mengatakan bahwa enzim protease ini perlu ditambahkan untuk
fermentasi kecap ikan dengan tujuan bisa mempercepat laju fermentasi. Tujuan
lain juga bisa mempercepat proses fermentasi sehingga waktu yang dibutuhkan
untuk praktikum ii adalah 4 hari saja. Hal ini juga didukung oleh pendapat dari
Hariono et al.,(2006) yang menyatakan bahwa di dalam pembuatan kecap ini
tanpa adanya penambahan enzim maka bisa membutuhkan waktu 1 sampai 2
tahun. Setelah ditambahkan enzim papain kemudian dikocok sebentar agar
tercampur dengan sempurna. Setelah itu jar kaca dilakukan penambahan lakban
agar bisa dipastikan tertutup sempurna. Apabila wadah ini tidak tertutup
seluruhnya maka lalat bisa masuk dan munculah belatung di dalam hancuran
bahan tadi. Setelah dilapisi lakban, maka hal selanjutnya adalah diinkubasi pada
suhu ruang selama 4 hari. Pada saat proses fermentasi dimulai, protein akan
terurai menjadi asam amino dan peptida sehingga flavor dan aroma kecap ikan
akan semakin meningkat dan akan lebih mudah dicerna oleh tubuh karena
bentuknya yang lebih sederhana (Kasmidjo, 1990). Menurut pendapar dari
Khairi et al.(2014) dengan jurnal yang berjudul Protein Quality of Fish
Fermented Product: Budu and Rusip yang mengatakan bahwa kecap ikan ini
diproduksi dengan mencampurkan garam dan ikan dengan perbandingan 1:3 dan
proses fermentasi ini pada suhu 30o-40oC.

32.
33. Setelah selesai diinkubasi, bahan yang ada di dalam botol kemudian
ditambahkan akuades sebanyak 300 ml dan disaring menggunakan kain saring.
Menurut pendapat dari Winarno (1993) yang menyatakan bahwa proses
penyaringan ini dilakukan untuk memisahkan padatan (limbah ikan yang sudah
dihaluskan) dengan cairan yang lebih jernih. Setelah dilakukan penyaringan
maka tahap selanjutnya adalah dengan menambahkan bumbu bawang putih 50
gram, garam 50 gram, dan gula jawa 50 gram. Setelah bahan dicampurkan
dengan bumbu-bumbu maka dilakukan perebusan selama 15 menit hingga
mendidih.
34.
35. Proses perebusan ini juga dilakukan untuk mematikan mikroorganisme
kontaminan yang terkandung di dalam kecap selama proses fermentasi
berlangsung (Soeparno, 1994). Tahap penambahan bumbu-bumbu ini menurut
(Desrosier, 1977) juga mengatakan bahwa bumbu ini akan memberikan
karakteristik sensoris yang lebih baik pada kecap ikan seperti aroma dan
rasanya. Selain itu, penambahan bumbu ini juga bertujuan untuk meningkatkan
resistensi terhadap kontaminan karena penambahan zat antimikrobia pada
konsentrasi yan besar (Killinc, 2005). Bawang putih memiliki senyawa
antimikrobia seperti allisin, allin, dan akrolein yang bersifat bakteriostatik atau
dapat menghambat pertumbuhan bakteri seperti Bacillus sp dan Eschericia coli
(Hirasa & Takemara, 1998). Tujuan dari penambahan gula jawa adalah
memberikan warna coklat karena adanya reaksi Maillard. Reaksi ini akan
muncul ketika gula reduksi akan bereaksi dengan asam amino dan menyebabkan
warna menjadi semakin coklat dan meningkatkan viskositas dalam kecap
tersebut. Setelah ditunggu larutannya agak dingin, tahap selanjutnya adalah
dilakukan penyaringan kedua. Penyaringan ini dilakukan untuk memisahkan
kecap dari bumbu yang tidak dapat terlarut seperti bumbu yang ditambahkan
tadi yaitu bawang putih.
36.
37. Setelah itu dilakukan pengamatan sensoris meliputi warna, rasa, dan aroma.
Menurut teori Soekarto (1981) ini mengatakan bahwa pengamatan secara

organoleptik ini dengan bantuan panelis. Didukung pula oleh teori Merit et al
(1982) yang mengatakan bahwa metode sensoris secara organoleptik
mempunyai kelemahan yaitu data yang didapatkan ini bersifat subjektif bukan
objektif. Menurut jurnal dari Witono Yuli et al (2015) dengan judul Production
of Inferior Fish Hydrolyzate Sauce Under Different Concentration of Coconut
Sugar and Caramel yang juga mengatakan bahwa komponen flavor pada kecap
ikan ini terjadi akibat adanya hidrolisis protein yang diproduksi dari reaksi
Mailard dan karamelisasi. Reaksi Maillard dan karamelisasi ini juga
berkontribusi dalam menentukan warna, flavor, aroma, dan tekstur.
38.
39. Pengamatan salinitas ini dilakukan di atas kaca hand refractometer, kemudian
pembacaan salinitas ini dilakukan di bawah sinar dan cara pembacaannya
dengan melihat batas zona terang dan gelap. Menurut Arpah (1993) yang
mengatakan bahwa hand refractometer ini merupakan suatu alat yang berguna
dalam pengukuran indeks bias dengan suatu zat. Hal ini juga didukung pula oleh
teori Jerkins (1962) yang mengatakan bahwa adanya zona gelap teran ini
dikarenakan adaya difraksi dan interferensi cahaya yang masuk. Cara
menggunakan alat ini dengan meneteskan larutan diatas prisma pencahaya dan
pembias lalu dilihat pada keadaan yang terang (Hanson, 2003).
40.
41. Pada hasil pengamatan yang dapat dilihat pada Tabel 1 bahwa kelompok E1, E2,
E4 memiliki rasa kecap asin yang asin, sedangkan kelompok E3 dan E5
memiliki rasa kecap yang sangat asin. Menurut teori dari Afrianto & Liviawaty
(1989) yang menyatakan bahwa kecap ikan ini berwarna coklat, rasanya asin dan
gurih serta memiliki bau yang amis. Hal ini juga didukung oleh teori dari
Astawan (1991) yang menyatakan bahwa kecap ikan ini bila ditambahkan enzim
maka rasa asinnya akan berkurang. Maka dapat disimpulkan bahwa semakin
tinggi penambahan enzim papain maka rasa dari kecap ini akan semakin tidak
asin. Jika dilihat pada hasil pengamatan semua kelompok tidak sesuai dengan
teori. Kesalahan ini bisa saja terjadi karena beberapa hal seperti waktu
fermentasi yang kurang lama, atau pada saat perebusan yang kurang seragam
suhu pemanasannya, dan penimbangan bumbu-bumbu yang tidak sesuai. Alasan

10

lain bisa saja karena penimbangan enzim papain yang kurang tepat, dan karena
ini metodenya secara organoleptik maka analisa ini berdasarkan subjektif bukan
objektifnya (Merit et al., 1982).
42.
43. Parameter selanjutnya adalah pengujian salinitas. Menurut teori dari Wibisono
(2004) yang menyatakan bahwa salinitas merupakan kadar garam yang terlarut
dalam air dengan satuan per mil (%). Menurut teori dari Astawan (1991) tadi
juga menyebutkan bahwa kecap ikan ini bila ditambahkan enzim maka rasa
asinnya akan semakin berkurang. Namun data yang di dapatkan adalah
fluktuatif. Kelompok E1 sampai dengan E5 secara berturut-turut adalah 5%, 9%,
5,5%, 5,5%, dan 6%. Seharusnya semakin tinggi penambahan enzim papain,
maka salinitas akan rendah jadi bisa berbanding terbalik. Rasa dari kecap ikan
ini juga tergantung dari beberapa faktor yaitu banyaknya garam yang
ditambahkan dan sumber ikan yang digunakan (Ibrahim, 2010). Pada parameter
aroma dan penampakan untuk semua kelompok rata-rata menghasilkan data
yang sama yaitu agak tajam dan cair. Aroma yang agak tajam ini merupakan
akibat dari proses penguraian protein menjadi peptida, pepton, dan asam amino
oleh enzim papain (Buckle et al., 1987).
44.
45.
46. KESIMPULAN
47.

Kecap ikan adalah produk fermentasi yang berasal dari limbah padat ikan seperti

kepala, tulang, sisik, dan kulit.


Penghancuran ini bertujuan untuk mempermudah pencampuran antara hancuran

ikan dengan bahan-bahan yang lain.


Penambahan enzim papain dilakukan untuk mempercepat laju fermentasi.
Penyaringan ini bertujuan untuk memisahkan padatan dari cairan sehinga di

dapatkan cairan yang lebih jernih.


Selama proses fermentasi ini protein akan dipecah menjadi bentuk yang lebih

sederhana yaitu peptida, pepton, dan asam amino.


Tujuan dari proses inkubasi adalah untuk mendapatkan kondisi yang anaerob agar
proses fermentasi berjalan dengan lancar.

11

Tujuan dari penutupan toples yaitu untuk menghindari kontaminasi dari

mikroorganisme sekitar.
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil adalah waktu fermentasi yang kurang
lama, atau pada saat perebusan yang kurang seragam suhu pemanasannya, dan
penimbangan bumbu-bumbu yang tidak sesuai, penimbangan enzim papain yang
kurang tepat, dan karena ini metodenya secara organoleptik maka analisa ini

berdasarkan subjektif bukan objektifnya.


Penambahan bumbu ini juga bertujuan untuk meningkatkan resistensi terhadap

kontaminan karena penambahan zat antimikrobia pada konsentrasi yang besar.


Penambahan bawang putih ini bisa sebagai zat antimikroba dan juga mengandung
allisin, allin dan akrolein.
48.
49.

50. Semarang, 05 November 2015


51. Praktikan,

Asisten Dosen

52.
53.
54. Prisca Hardipramesti

Michelle Dermawan

55. (13.70.0015)
56. DAFTAR PUSTAKA
58.

57.
Afrianto, E. dan Liviawaty. (1989). Pengawetan Dan Pengolahan Ikan. Kanisius.
Yogyakarta.

59.
60.

Anggraini,F.2003.Faktor-Faktor yang Berhubunga dengan Status Gizi Siswa


Sekolah Dasar di Kecamatan Pancoran. Jakarta Selatan. Skripsi.FKM.UI

61.
62.
63.

Arpah, M. (1993). Pengawasan Mutu Pangan. Tarsito. Bandung.

64.

Astawan, M. & M. W. Astawan. (1988). Teknologi Pengolahan Pangan Nabati


Tepat Guna. Edisi Kedua. Akademika Pessindo. Bandung.

65.
66.

Buckle, K.A., Edwards, R.A., Fleet, G.H., dan Wootton, M. 1987. Ilmu Pangan.
(Purnomo, H., dan Adiono, Pentj). Jakarta: UI-Press.

67.
68.

Desrosier, N. W. & Desrosier. (1977). Teknologi Pengawetan Pangan. Universitas


Indonesia Press. Jakarta.

12

69.
70.

Giri Anupam et al.2012. Bioactive Properties of Japanese Fermented Fish


Paste, Fish Miso, Using Koji Inoculated with Aspergillus oryzae.International
Journal of Nutrition and Food Sciences,2012 13-22

71.
72.

Hanson, J. (2003). Introduction of Refractometry. http://www2.ups.edu. Diakses


pada tanggal 4 november 2015

73.
74.

Hariono, I, Yeap S.E, Kok, T.N, & Ang G.T. 2006.Use of Koji and Protease in
Fish Sauce Fermentation. Singapore Journal 32: 19-29.

75.
76.

Himonides et al.2011. A Study of The Enzymatic Hydrolysis of Fish Frames


Using Model Systems. Food and Nutrition Sciences 2011,2,575-585

77.
78.

Hirasa, K., dan M. Takemara. (1998). Spice Science and Technology. Lion
Corporation. Tokyo.

79.
80.

Ibrahim, Sayed Mekawy. 2010. Utilization of Gambusia (Affinis affinis) for Fish
Sauce Prodeuction. Turkish Journal of Fisheries and Aquatic Sciences 10: 169172.

81.
82.

Jerkins, F. A. (1962). Fundamental of Optic 3rd edition. Mc-Graw Hill Book Co


Inc. Tokyo

83.
84.

Khairi et al.2014. Protein Quality of Fish Fermented Product: Budu and


Rusip. ISSN 2338-1345-Vol 2(2)17-22,2014.

85.
86.

Kilinc, B., Sukran, C., Tolga, D., dan Sebnem, T. (2005). Chemical,
microbiological and sensory changes associated with fish sauce processing.
Springer-Verlag.

87.
88.

Lay, B. W. (1994). Analisis Mikroba dalam Laboratorium. PT. Raja Grafindo


Persada. Jakarta.

89.
90.

Man, Le Van Viet & Tran Thi Anh Tuyet. 2006. Characterization of Protease From
Aspergillus Oryzae Surface Culture and Application in Fish Sauce Processing.
Journal of Science and Technology Development 9 (5): 53-58.

91.
92.
93.

Merit, J. H, M. L. Windsor, A. Aitken, dan I. M. Mackie. (1982). Fish Handling


and Processing Second Edition. Her Majestys Stationery Office. Edinburgh.

13

94.

Miyuki et al.2009. Evaluation of New Fish Suces Prepared by Fermenting


Hot-Water Extraction Waste of Stock From Dried Fish Using Various
Kojis.Jurnal of Food Agricultur & Environment Vol 7(2):175-181

95.
96.
97.

Saanin H.1984.Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Bina Cipta.Jakarta

98.

Saisithi, P. (1994). Traditional Fermented Fish: Fish Sauce Production. Didalam:


Martin A.M. (Ed.). Fisheries Processing: Biotechnology Application. Chapman
and Hall. London, pp: 111-131.

99.
100. Saleh, M ; A. Ahyar ; Murdinah ; dan N. Haq. (1996). Ekstraksi Kepala Udang
Menjadi Flavor Udang Cair. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol. II, No.1,
hal 60-68.
101.
102. Soekarto, S. T. (1981). Penilaian Organoleptik untuk Industri Pangan dan Hasil
Pertanian. PUSBANGTEPA / Food Technology Development Center. IPB. Bogor.
103.
104. Soeparno. (1994). Ilmu Dan Teknologi Daging. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
105.
106. Supriatna.1998. Pengaruh Kadar Asam Lemak n-6 yang Berbeda Pada Kadar
Asam Lemak n-3 Tetap Dalam Pakan Terhadap Pertumbuhan Ikan Bawal Air
Tawar. Tesis.Program Pasca Sarjana IPB.52 hal.
107.
108. Wibisono, M.S. (2004). Pengantar Ilmu Kelautan. PPPTMGB LEMIGAS
109. .
110. Winarno, F. G. (1993). Pangan: Gizi, Teknologi dan Konsumen. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
111.
112. Witono Yuli et al.2015. Production of Inferior Fish Hydrolyzate Sauce Under
Different Concentration of Coconut Sugar and Caramel.International Journal
of ChemTech Research Vol 8,No.1 pp37-43
113.
114.
115. LAMPIRAN
116.
116.1.
Perhitungan
117.

Rumus :

Salinitas =
118.

hasil
1000

x 100%

14

119.

Salinitas =

Kelompok E1
50
1000

x 100% = 5%

120.
121.
122.

Kelompok E2
Salinitas =

90
1000

x 100% = 9%

123.
124.

Kelompok E3

125.

Salinitas =

55
1000

x 100% = 5,5%

126.
127.

Kelompok E4

128.

Salinitas =

55
1000

x 100% = 5,5%

129.
130.

Kelompok E5

131.

Salinitas =

60
1000

x 100% = 6%

132.
132.1.
132.2.
132.3.
133.
134.

Laporan Sementara
Diagram Alir
Abstrak Jurnal

Anda mungkin juga menyukai