PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui pemahaman mengenai proses
fermentasi terasi, perubahan-perubahan yang terjadi selama fermentasi dan faktor-faktor yang
harus diperhatikan dalam pembuatan terasi.
1.4 Manfaat
Manfaat dari pembuatan makalah ini adalah pembaca dapat mengetahui bagaimana proses
pengolahan terasi, faktor-faktor yang menentukan kualitas terasi dan kerusakan pada terasi.
BAB II
TERASI
Terasi merupakan suatu bahan tambahan makanan yang biasanya dibuat dari rebon (Acets
sp) maupun ikan atau udang yang bernilai ekonomis rendah. Produk ini biasanya berwarna
coklat, abu-abu atau merah. Seperti halnya produk fermentasi lainnya, terasi juga mempunyai
aroma yang khas yang ditimbulkan oleh adanya komponen volatile di dalamnya.
Bahan baku terasi adalah udang atau ikan teri, air, dan garam. Sedangkan alat untuk
pembuatan terasi adalah mesin penggiling ikan serta pembungkus dan alat-alat dapur. Untuk
terasi ikan biasanya menggunakan ikan kecil-kecil dan sejenisnya yang harus dibuang kepalanya
terlebih dahulu sebelum diproses lebih lanjut. Adapun jika akan membuat terasi udang maka
rebon dapat digunakan.
Prinsip pengolahan terasi didasarkan pada proses penguraian daging udang atau ikan oleh
enzim pemecah protein yang ada dalam tubuh udang atau ikan itu sendiri (Yunizal 1998). Proses
ini terjadi dalam suasana beragam dan dalam kondisi tertentu sehingga diperoleh terasi udang
atau ikan dengan bau, aroma dan rasa yang sangat spesifik.
Dalam pembuatan terasi, garam mempunyai manfaat ganda yaitu :
1. Sebagai pemantap cita rasa terasi.
2. Sebagai bahan pengawet (pada konsentrasi 20 % ; 2 ons per kg bahan baku).
Proses pembuatan terasi menurut Winarno et.al.(1973) dalam Rahayu et.al.(1992) dapat
dilihat pada gambar 1.
Gambar 1. Bagan Proses Pembuatan Terasi
2.1.2 Penjemuran
Proses penjemuran dilakukan dibawah terik matahari hingga setengah kering dan
dibolak-balik. Menurut Hadiwiyoto (1983), penjemuran cukup setengah kering saja supaya
mudah untuk digiling atau ditumbuk.
.
Gambar 2. Proses Penjemuran Udang/ikan
2.1.3 Penggilingan dan Penumbukan
Pada proses ini udang dimasukkan kedalam alat penggiling untuk menghaluskan udang.
Proses penggilingan bahan terasi ini menggunakan mesin penggiling yang terbuat dari baja.
Didalam penumbukan ditambahkan garam, air dan pewarna dengan perbandingan 1 gayung air
dan 2 kg garam serta 1 sendok pewarna untuk 5 kwintal udang. Menurut Afrianto dan liviawaty
(2005) jumlah garam yang ditambahkan tergantung selera, maksimal 30% dari berat total ikan
atau udang agar terasi yang diproduksi tidak terlalu asin.
2.1.4 Fermentasi
Terasi yang sudah dibungkus lalu di fermentasikan di dalam ruang khusus yang terdiri
dari rak-rak tempat meletakkan adonan yang sudah dibungkus. Proses fermentasi ini
dimaksudkan untuk proses penguraian senyawa-senyawa yang kompleks dari daging udang
menjadi senyawa yang sederhana. Menurut Afrianto dan liviawaty (1989) enzim yang berperan
dalam proses fermentasi pada produk perikanan terutama didominasi oleh enzim proteolitik yang
mampu menguraikan protein. Proses pemerahan (fermentasi) ini berlangsung 3-4 minggu dan
dilakukan pada suhu kamar, jika terdapat pada inkubator pemerahan dapat dilakukan pada suhu
20-30oC yang merupakan suhu optimum untuk fermentasi terasi.
2.1.6 Pengemasan
Setelah proses fermentasi terasi yang sudah jadi lalu dibungkus dengan plastik dengan
bantuan sealer dan siap untuk dipasarkan.
2.3.2 Perubahan pH
Campuran garam, rebon dan bahan lain pada awalnya mempunyai pH 6 dan selama proses
fermentasi pH terasi naik menjadi 6,5 dan pada tahap akhir turun menjadi 4,5. Bila fermentasi
dilanjutkan akan terjadi peningkatan pH dan produksi ammonia.
2.4.6 Oksigen
Fermentasi terasi berlangsung secara aerob yaitu pada awal fermentasi di bagian
permukaan, sedangkan bagian dalam bongkahan bahan akan bersifat anaerob (Rahayu dalam
Christanti, 2006). Kondisi tersebut diperoleh dengan membungkus terasi dengan daun pisang
selama fermentasi.
3.1 Kesimpulan
Terasi merupakan suatu bahan tambahan makanan yang biasanya dibuat dari rebon (Acets
sp) maupun ikan atau udang yang bernilai ekonomis rendah. Mikroorganisme yang terlibat
dalam proses fermentasi pembuatan terasi adalah Lactobacillus plantarum, Staphylococcus sp,
Staphylococcus sp. Perubahan yang terjadi selama fermentasi terasi adalah meliputi hidrolisis
protein, perubahan pH, perubahan warna, dan pembentukan cita rasa. Kualitas terasi yang baik
akan didapat dengan memperhatikan faktor-faktor yang meliputi bahan baku, penjemuran dan
penggilingan, kualitas garam, konsentrasi garam, suhu dan lama fermentasi, oksigen, dan kondisi
penyimpanan.
3.2 Saran
Sebagai penulis, menyadari bahwa makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan. Tentunya,
penulis akan terus memperbaiki makalah dengan mengacu pada sumber yang dapat
dipertanggungjawabkan nantinya. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan
saran tentang pembahasan makalah diatas.
DAFTAR PUSTAKA
Aristyan, I., R. Ibrahim., dan L. Rianingsih. 2014. Pengaruh Perbedaan Kadar Garam Terhadap
Mutu Organoleptik dan Mikrobiologis Terasi Rebon (Acets sp.). Jurnal Pengolahan dan
Bioteknologi Hasil Perikanan Vol. 3 No. 2 Halaman 60-66.
Badan Standardisasi Nasional. 2009. Terasi Udang Bagian 1: Spesifikasi SNI No. 2716.1-
2009. Badan Standardisasi Nasional Indonesia (BSNI), Jakarta.
Saitshi p. 1967. Traditional fermented fish. Asean food jurnal
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jpbhp/article/view/4827