Anda di halaman 1dari 13

JITIPARI Vol. 7 No.

2, Agustus 2022: 140-152

E-ISSN: 2579-4523
JURNAL TEKNOLOGI DAN
INDUSTRI PANGAN UNISRI
http://ejurnal.unisri.ac.id/index.php/jtpr/index
Terakreditasi sinta 4 sesuai dengan SK No.
200/M/KPT/2020 tanggal 23 Desember 2020
https://sinta.ristekbrin.go.id/journals/detail?id=7556

Karakteristik Kerupuk Ikan Gabus (Channa striata) – Ikan Tenggiri


(Scomberomorus commerson) dengan Substitusi Tepung Mocaf
Characteristics of Snakehead (Channa striata) - Mackerel (Scomberomorus commerson) Fish Crackers With
Substitution of Mocaf Flour

Danar Agi Fauzi1, Merkuria Karyantina1*, Akhmad Mustofa1


1Prodi Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi dan Industri Pangan Universitas Slamet Riyadi

Surakarta
*Corresponding author: kar_yantina@yahoo.com

Article info Abstrak


Kata kunci: Kerupuk ikan adalah produk makanan kering yang terbuat dari tepung dengan menambahkan
Kerupuk ikan, ikan daging ikan, bumbu, dan pengembang. Kerupuk ikan dalam penelitian ini menggunakan daging
gabus, tepung ikan gabus dan tepung mocaf untuk disubstitusikan dengan ikan tenggiri dan tepung tapioka.
mocaf Ikan gabus mengandung protein khususnya albumin yang lebih tinggi dibandingkan ikan
tenggiri serta kandungan gizi keseluruhan mocaf yang lebih baik dari tapioka. Penelitian ini
bertujuan menentukan formulasi serta karakteristik fisik, kimia, dan organoleptik kerupuk ikan
sehingga diperoleh kerupuk ikan dengan kadar protein paling tinggi. Penelitian ini
menggunakan RAL dua faktor formulasi daging ikan dan tepung. Faktor 1 adalah formulasi
daging ikan yaitu 400g gabus + 100g tenggiri, 300g gabus + 200g tenggiri, 200g gabus + 300
tenggiri. Faktor 2 adalah formulasi tepung yaitu 40% tapioka + 60% mocaf, 60% tapioka + 40%
mocaf, 80% tapioka + 20% mocaf. Pengujian kerupuk ikan gabus - tenggiri substitusi mocaf
meliputi uji kimia (kadar air, protein, abu, lemak, dan gula total), uji fisik (volume
pengembangan), dan uji organoleptik (warna, rasa, tekstur, dan kesukaan keseluruhan). Hasil
terbaik yang memiliki kadar protein paling tinggi pada perlakuan daging ikan gabus-tenggiri
dengan perbandingan 400 g + 100 g, serta formulasi tepung tapioka-mocaf 40%+60%, dengan
tingkat kesukaan keseluruhan 3,04. Kadar air 5,96%, kadar abu 0,989%, kadar lemak 0,55%, gula
total 5,14 dan volumen pengambangan 84,33. Hasil uji organoleptik perlakuan tersebur warna
2,78 (krem), rasa 2,89 (rasa gurih) dan tekstur 2,62 (renyah).

Abstract
Keywords: Fish Fish crackers are dry food products made from flour by adding fish meat, spices, and leavener.
crackers, Fish crackers in this study used snakehead fish and mocaf flour to be substituted with mackerel
snakehead fish, fish and tapioca flour. Snakehead fish contains protein, especially albumin, which is higher than
mocaf flour mackerel and the overall nutritional content of mocaf is better than tapioca. This study aims to
determine the formulation and physical, chemical, and organoleptic characteristics of fish
crackers in order to obtain fish crackers with the highest protein content. This study used RAL
with two factors, fish meat and flour formulations. Factor 1 is the fish meat formulation, 400g
snakehead fish + 100g mackerel, 300g snakehead fish + 200g mackerel, 200g snakehead fish + 300
mackerel. Factor 2 is the flour formulation, 40% tapioca + 60% mocaf, 60% tapioca + 40% mocaf,
80% tapioca + 20% mocaf. Tests for snakehead fish - mackerel crackers with mocaf substitution
included chemical tests (moisture, protein, ash, fat, and total sugar content), physical tests
(volume development), and organoleptic tests (color, taste, texture, and overall preference).
The best results which had the highest protein content were in the treatment of snakehead-
mackerel fish meat with a ratio of 400 g + 100 g, and the 40%+60% tapioca-mocaf flour
formulation, with an overall preference level of 3.04. The water content is 5.96%, the ash content
is 0.989%, fat content is 0.55%, total sugar content is 5.14% and volume expansion is 84.33%. The
results of the organoleptic test treatments were color 2.78 (beige), taste 2.89 (savory taste) and
texture 2.62 (crispy).

140
JITIPARI Vol. 7 No. 2, Agustus 2022: 140-152

PENDAHULUAN yang mempunyai kandungan protein yang


cukup tinggi sebesar 25,2%. Sebagaimana
Beberapa daerah di Indonesia pada dinyatakan oleh Suprayitno (2003),
saat ini masih mengalami masalah kandungan protein yang berupa albumin
kekurangan energi protein (KEP). Padahal dari ikan gabus segar mencapai 6,22% dari
protein sangat diperlukan untuk total protein 25,1%. Albumin sangat
pertumbuhan serta meregenerasi sel-sel diperlukan oleh tubuh manusia untuk
tubuh yang rusak. Hal tersebut mempercepat proses penyembuhan luka.
mempengaruhi ketahanan dan pertumbuhan Ikan tenggiri ditambahkan untuk
nasional generasi mendatang yang dapat mengurangi bau amis serta memperbaiki
menghambat laju pembangunan nasional. tekstur kerupuk ikan. Ikan tenggiri mudah
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk diperoleh karena merupakan salah satu
memperbaiki pola makan makanan bahan konsumsi masyarakat sebagai
berprotein adalah diversifikasi produk makanan dan bahan utama dalam
pangan dengan memanfaatkan daging ikan pembuatan kerupuk. Kerupuk ikan dalam
berprotein tinggi serta komposisi asam penelitian ini menggunakan daging ikan
amino yang sesuai dengan kebutuhan tubuh gabus yang kaya akan kandungan albumin
manusia (Karyadi et al., 1993). dan tambahan daging ikan tenggiri.
Kerupuk ikan adalah produk makanan Modified cassava flour atau biasa
kering yang terbuat dari daging ikan, disebut tepung mocaf adalah tepung yang
tepung, serta bahan tambahan lain seperti sedang populer sebagai pengganti tepung
garam, gula, bawang putih, dan telur terigu karena karakteristik gluten free pada
(Elyawati, 1997). Pada umumnya kerupuk mocaf yang baik untuk tubuh dan
digolongkan menjadi dua kelompok yaitu pencernaan, sehingga dapat dikonsumsi
yang pertama adalah kerupuk halus dan oleh orang yang mempunyai alergi
yang kedua adalah kerupuk kasar. Kerupuk terhadap kandungan gluten pada bahan
halus terbuat dari pati yang hanya ditambah makanan. Pemanfaatan daging ikan gabus
bumbu, sedangkan kerupuk kasar dalam pembuatan kerupuk ikan beralbumin
ditambahkan bahan lain yang mengandung telah dilakukan oleh Setiawan et. al. (2013)
protein seperti ikan atau udang. Kerupuk dengan cara daging ikan gabus difillet dan
ikan berasal dari pencampuran daging ikan dipotong kecil lalu diektraksi hingga
dengan air, pati, bumbu, dan pengembang menghasilkan residu daging ikan gabus
jika diperlukan. Adonan dari pencampuran yang kemudian digunakan pada pembuatan
tersebut kemudian dibentuk lonjong atau kerupuk ikan gabus beralbumin. Penelitian
bulat lalu dikukus atau direbus. Kemudian ini bertujuan menentukan formulasi serta
didinginkan, diiris tipis, dan dikeringkan. karakteristik fisik, kimia, dan organoleptik
Irisan tipis tersebut dijemur kemudian kerupuk ikan, sehingga diperoleh kerupuk
digoreng hingga matang dan mengembang. ikan dengan kadar protein paling tinggi dan
Manfaat lain dari ikan gabus berupa disukai konsumen berdasarkan kesukaan
kandungan albumin yang lebih besar keseluruhan.
dibandingkan dengan ikan jenis yang lain.
Sediaoetama (2000) mengemukakan bahwa
ikan gabus termasuk salah satu jenis ikan

141
JITIPARI Vol. 7 No. 2, Agustus 2022: 140-152

METODE PENELITIAN Anova. Jika ada perbedaan dilanjutkan


Alat dengan uji Tukey guna mengetahui beda
Alat yang digunakan dalam nyata perlakuan pada tingkat signifikansi
pembuatan kerupuk ikan gabus 5%.
diantaranya: timbangan, meteran/penggaris, Pembuatan Kerupuk Ikan
blender, wajan penggorengan, kompor, Daging ikan gabus, ikan tenggiri,
loyang. Alat untuk analisis kimia: soxhlet, tapioka, mocaf, pengembang, bumbu, dan
tabung reaksi, pipet, penjepit tabung, air yang sudah ditimbang sesusai
destilator, oven memmert, botol timbang, kebutuhan dicampur lalu diuleni hingga
labu penyulingan, penjepit cawan, kalis kemudian adonan dibentuk menjadi
desikator, dan timbangan analitik merk gelondong (silinder) diameter 3 cm.
Ohaus, NaOH, asam borat (H3BO3), HCl, Gelondongan dimasukkan ke dalam plastik
kurs porselen, muffle furnace merk dan direbus selama 45 menit. Cara
Nabertherm, penjepit cawan, oven, dan mengetahui adonan telah matang dengan
eksikator. menusuk gelondongan dengan tusuk gigi
Bahan sampai bagian tengah sudah mengenyal dan
Bahan-bahan yang digunakan dalam tidak berbentuk tepung. Gelondongan
penelitian ini yaitu air, ikan gabus (dibeli di diangkat dari penangas kemudian disimpan
Pasar Penawangan Grobogan), ikan dalam kulkas semalaman agar mengeras
tenggiri (dibeli di Pasar Purwodadi), tepung kemudian diiris tipis ketebalan 2±0,2 mm
mocaf (Hasil Bumiku), tepung tapioka (Kusuma et al., 2013). Kepingan kerupuk
(Rose Brand), soda kue, bawang putih, yang sudah diiris kemudian disusun di
gula, garam, ketumbar bubuk (Desaku), dan alas/wadah bersih lantas dijemur di bawah
minyak goreng, serta pereaksi untuk uji terik sinar matahari. Proses penjemuran
bahan yang diperoleh dari Laboratorium atau pengeringan dilakukan dengan bantuan
Rekayasa dan Kimia Biokimia Fakultas sinar matahari selama 2 hari. Tahap
Teknologi dan Industri Pangan Universitas penggorengan kerupuk menggunakan
Slamet Riyadi Surakartas seperti reagen metode deep fat frying dengan memakai
nelson, reagen arsenomolibdat, larutan minyak goreng pada suhu ±100ºC selama
NaOH 40%, larutan HCl 30%, glukosa ±10 detik hingga matang dan mengembang
anhidrat, aquades, dan eter. berwarna putih dan atau coklat keemasan.
Rancangan Percobaan Kerupuk digoreng secara bersamaan
Penelitian ini menggunakan metode dengan menyesuaikan jumlah minyak yang
RAL dua faktor formulasi daging ikan dan digunakan ( 1 liter).
tepung. Faktor 1 adalah formulasi daging Parameter Analisis
ikan yaitu 400g gabus + 100g tenggiri, Analisis dilakukan pada kerupuk yang
300g gabus + 200g tenggiri, 200g gabus + telah digoreng. Analisis kimia meliputi:
300 tenggiri. Faktor 2 adalah formulasi Kadar Air dengan Metode
tepung yaitu 40% tapioka + 60% mocaf, Thermogravimetri (AOAC, 1992); Kadar
60% tapioka + 40% mocaf, 80% tapioka + Protein dengan Metode Mikro Kjeldahl
20% mocaf. Dengan demikian diperoleh 9 (Sudarmadji et al., 2007); Kadar Abu
kombinasi perlakuan yang diulang dengan Metode Pemanasan (AOAC, 1992);
sebanyak 3 kali pengulangan. Data yang Kadar Lemak dengan Metode Soxhlet
diperoleh kemudian dianalisis dengan (AOAC, 1992); Kadar Gula Total Metode

142
JITIPARI Vol. 7 No. 2, Agustus 2022: 140-152

Nelson-Somogyi (Sudarmadji et al., 2007), metode scoring test meliputi: warna, rasa,
untuk mengetahui pengaruh karbohidrat tekstur, dan kesukaan keseluruhan (Kartika
pada variasi jenis tepung yang digunakan. et al., 1998). Panelis pada penelitian ini
Uji fisik Volume pengembangan (Zulviani, berjumlah 16 orang yang terdiri dari panelis
2000), serta uji organoleptik (terhadap semi terlatih dari mahasiswa.
kerupuk goreng) dengan menggunakan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 1. Kadar Air, Kadar Protein, dan Kadar Abu


Formulasi Daging Ikan Formulasi Tepung Analisis Kimia
Gabus - Tenggiri Tapioka - Mocaf Air (%) Protein (%) Abu (%)
40%+60% 5,96e 10,44e 0,989d
400g+100g 60%+40% 5,41d 10,06e 0,985cd
80%+20% 5,30d 9,48d 0,982bc
40%+60% 5,08cd 8,68c 0,980ab
300g+200g 60%+40% 4,98bcd 8,49c 0,979ab
80%+20% 4,90bcd 7,84b 0,978ab
40%+60% 4,74abc 5,82a 0,978ab
200g+300g 60%+40% 4,52ab 5,49a 0,977a
80%+20% 4,28a 5,37a 0,976a

Tabel 2. Kadar Lemak, Kadar Gula Total, dan Volume Pengembangan


Analisis Kimia Uji Fisik
Formulasi Daging Ikan Formulasi Tepung
Gabus - Tenggiri Tapioka - Mocaf Gula Total Volume
Lemak (%)
(%) Pengembangan (%)
40%+60% 0,55e 5,14f 84,33a
400g+100g 60%+40% 0,39de 4,42e 99,34a
80%+20% 0,30cd 3,68d 134,71ab
40%+60% 0,27bcd 3,54c 176,55abc
300g+200g 60%+40% 0,17abcd 3,50c 208,83bc
80%+20% 0,13abc 3,36b 252,00cd
40%+60% 0,06ab 3,34b 332,46de
200g+300g 60%+40% 0,05ab 3,33b 387,43ef
80%+20% 0,01a 3,14a 472,92f

143
JITIPARI Vol. 7 No. 2, Agustus 2022: 140-152

Tabel 3. Uji Organoleptik


Formulasi Daging Ikan Formulasi Tepung Analisis Organoleptik
Gabus - Tenggiri Tapioka - Mocaf Warna Rasa Tekstur Keseluruhan
40%+60% 2,78a 2,89a 2,62a 3,04ab
400g+100g 60%+40% 2,91a 2,96a 2,59a 3,55abc
80%+20% 2,92a 3,28a 3,01ab 3,79abc
40%+60% 3,08a 3,11a 2,90ab 4,23c
300g+200g 60%+40% 3,14a 3,34a 3,01ab 4,24c
80%+20% 3,29a 2,96a 3,23ab 3,79abc
40%+60% 3,19a 3,63a 3,25ab 3,64abc
200g+300g 60%+40% 3,18a 3,49a 3,69b 3,89bc
80%+20% 3,64a 3,39a 3,80b 2,90a
Keterangan:
- Angka yang diikuti notasi berbeda menunjukkan berbeda nyata melalui SPSS uji lanjut Tukey
dengan signifikasi 5%.
- Angka yang diikuti notasi sama menunjukkan tidak berbeda nyata melalui SPSS uji lanjut Tukey
dengan signifikasi 5%.

Kadar Air 01-2713-2009 tentang kerupuk ikan mentah


Kadar air tertinggi kerupuk ikan dengan kandungan air maksimal sebesar
gabus-tenggiri substitusi mocaf adalah 12%.
5,96% pada formulasi daging ikan (400g Kadar air yang dihasilkan cenderung
ikan gabus + 100g ikan tenggiri) dan menurun seiring berkurangnya daging ikan
formulasi tepung 40% tapioka + 60% gabus dan tepung mocaf pada kerupuk. Hal
mocaf. Kadar air yang paling rendah pada ini terjadi karena kandungan air pada
perbandingan formulasi daging ikan (200g daging ikan lebih besar dari kandungan air
ikan gabus + 300g ikan tenggiri) dengan tepung yang digunakan (Setiawan et al.,
formulasi tepung 80% tapioka + 20% 2013) meskipun tepung tapioka dan mocaf
mocaf yaitu 4,28%. Perlakuan formulasi memiliki kandungan air yang sama sebesar
daging ikan dan formulasi tepung 12% (Ratnawati, 2013). Menurut
memberikan pengaruh yang nyata terhadap Sediaoetama (2000) kandungan air ikan
kandungan air kerupuk ikan. Kombinasi gabus sebesar 69% dan ikan tenggiri
perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap memiliki kandungan air sebesar 60%-80%
kadar air, sehingga tidak ada interakhir dalam 100g bahan menurut Stansby (1962).
antar perlakuan. Kadar air menurun pada Penelitian Natalia et. al. (2019)
penambahan formulasi daging ikan (400g mendapatkan hasil kadar air rata-rata
ikan gabus + 100g ikan tenggiri) dan kerupuk dengan adanya konsentrasi daging
formulasi tepung (40% tapioka + 60% ikan gabus yang ditambahkan
mocaf) sebesar 5,96% menurun menjadi menghasilkan kandungan tertinggi sebesar
5,41% saat ditambahkan formulasi tepung 10,90% dan terendah 8,11% dengan
(60% tapioka + 40% mocaf). Penambahan kandungan air menurun seiring
formulasi tepung (80% tapioka + 20% ditambahkannya bahan yang mengandung
mocaf) terjadi penurunan menjadi 5,30%. abu, protein, dan lemak karena selama
Hasil tersebut sesuai dengan pedoman SNI pengeringan molekul-molekul air yang

144
JITIPARI Vol. 7 No. 2, Agustus 2022: 140-152

terikat pada kerupuk akan terlepas. kerupuk ikan mentah dimana kandungan
Semakin banyak penambahan daging ikan protein minimal 5%. Kadar protein yang
tenggiri dan pengurangan tepung mocaf didapat cenderung menurun dengan
menyebabkan kandungan air kerupuk ikan berkurangnya formulasi daging ikan gabus
semakin menurun. Namun, hal yang dan tepung mocaf ke dalam adonan
berbeda dilaporkan oleh (Zulfahmi et al., kerupuk. Ikan gabus memiliki kandungan
2014) yang menyatakan bahwa kadar air protein cukup tinggi sebesar 25 g pada ikan
akan mengalami peningkatan sejalan gabus segar (Sediaoetama, 2000) lebih
dengan adanya penambahan tepung tapioka besar dari ikan tenggiri yang hanya 18%-
yang bersifat mengikat air pada waktu 22% (Stansby 1962), serta proses
gelatinisasi. fermentasi pada mocaf yang membuat nilai
Kadar Protein gizi semakin baik dengan protein 8-13%
Kadar protein tertinggi kerupuk ikan dibanding tapioka dengan kandungan
gabus-tenggiri substitusi mocaf adalah protein sebesar 0,5% serta tapioka kurang
10,44% pada perbandingan formulasi menyerap rasa ikan pada kerupuk
daging ikan (400g ikan gabus + 100g ikan (Ratnawati, 2013).
tenggiri) dengan formulasi tepung 40% Penelitian Natalia et. al. (2019)
tapioka + 60% mocaf. Kadar protein mendapatkan hasil kadar protein rata-rata
terendah pada perbandingan formulasi pada kerupuk dengan ditambahkannya
daging ikan (200g ikan gabus + 300g ikan konsentrasi daging ikan gabus
tenggiri) dengan formulasi tepung 80% menghasilkan nilai tertinggi 14,10% dan
tapioka + 20% mocaf yaitu 5,37%. terendah 10,41% menunjukkan bahwa
Perlakuan formulasi daging ikan dan penurunan kadar protein kerupuk ikan pada
formulasi tepung berpengaruh tidak nyata perlakuan disebabkan karena jumlah
terhadap kandungan protein kerupuk ikan. formulasi daging ikan yang ditambahkan
Kombinasi perlakuan berpengaruh tidak sedikit.
nyata terhadap kadar protein sehingga tidak Kadar Abu
ada interaksi antar perlakuan. Kandungan Kadar abu tertinggi kerupuk ikan
protein menurun pada penambahan gabus-tenggiri substitusi mocaf adalah
formulasi daging ikan (400g ikan gabus + 0,989% pada perbandingan formulasi
100g ikan tenggiri) dan formulasi tepung daging ikan (400g ikan gabus + 100g ikan
(40% tapioka + 60% mocaf) sebesar tenggiri) dengan formulasi tepung 40%
10,44% menurun menjadi 10,06% saat tapioka + 60% mocaf. Kadar abu yang
ditambahkan formulasi tepung (60% paling rendah pada perbandingan formulasi
tapioka + 40% mocaf). Penambahan daging ikan (200g ikan gabus + 300g ikan
formulasi tepung (80% tapioka + 20% tenggiri) dengan formulasi tepung 80%
mocaf) terjadi penurunan menjadi 9,48%. tapioka + 20% mocaf yaitu 0,976%.
Kadar protein tertinggi kerupuk ikan yang Perlakuan formulasi daging ikan dan
dihasilkan lebih besar dibanding kandungan tepung mempengaruhi kadar abu kerupuk
protein kerupuk komersil pada penelitian ikan. Kandungan kadar abu terjadi
Huda et. al. (2010) yang berkisar 5,53% penurunan pada penambahan formulasi
sampai 16,17%. daging ikan (400g ikan gabus + 100g ikan
Hasil tersebut sesuai dengan tenggiri) dan formulasi tepung (40%
pedoman SNI 01-2713-2009 tentang tapioka + 60% mocaf) sebesar 0,989%

145
JITIPARI Vol. 7 No. 2, Agustus 2022: 140-152

menurun menjadi 0,985% saat ditambahkan abu kerupuk ikan pada perlakuan
formulasi tepung (60% tapioka + 40% disebabkan karena jumlah formulasi daging
mocaf). Penambahan formulasi tepung ikan gabus yang ditambahkan sedikit.
(80% tapioka + 20% mocaf) terjadi Kadar Lemak
penurunan menjadi 0,982%. Menurut Kadar lemak tertinggi kerupuk ikan
Huda et. al. (2009) dengan ditambahkannya gabus-tenggiri substitusi mocaf adalah
daging ikan gabus dalam pembuatan 0,55% pada perbandingan formulasi daging
kerupuk ikan menimbulkan adanya ikan (400g ikan gabus + 100g ikan tenggiri)
perbedaan kadar abu, semakin sedikit dengan formulasi tepung 40% tapioka +
kandungannya dalam kerupuk ikan maka 60% mocaf. Kadar lemak yang paling
kadar abu semakin menurun. Perlu rendah pada perbandingan formulasi daging
diketahui bahwa kadar abu merupakan ikan (200g ikan gabus + 300g ikan tenggiri)
campuran dari komponen mineral atau dengan formulasi tepung 80% tapioka +
anorganik pada suatu bahan. Penentuan 20% mocaf yaitu 0,01%. Perlakuan
kadar abu berhubungan dengan kandungan formulasi daging ikan dan formulasi tepung
mineral suatu bahan seperti besi, kalsium, berpengaruh nyata terhadap kandungan
fosfor, dan lainnya yang pada penelitian ini lemak kerupuk ikan. Kombinasi perlakuan
membuktikan bahwa karena kandungan menunjukkan tidak terdapatv interaksi antar
mineral tersebut lebih banyak pada ikan perlakuan. Kadar lemak menurun pada
gabus dibanding ikan tenggiri penambahan formulasi daging ikan (400g
menyebabkan kadar abu semakin menurun. ikan gabus + 100g ikan tenggiri) dan
Hasil tersebut sesuai dengan formulasi tepung (40% tapioka + 60%
pedoman SNI 01-2713-2009 tentang mocaf) sebesar 0,55% menurun menjadi
kerupuk ikan dengan kadar abu maksimal 0,39% saat ditambahkan formulasi tepung
sebesar 1%. Kadar abu yang didapatkan (60% tapioka + 40% mocaf). Demikian
cenderung menurun dengan berkurangnya pula pada penambahan formulasi tepung
daging ikan gabus dan tepung mocaf pada (80% tapioka + 20% mocaf) terjadi
pembuatan kerupuk. Sugito dan Hayati penurunan menjadi 0,30%.
(2006) menyebutkan bahwa daging ikan Hasil tersebut sesuai dengan
gabus memiliki kandungan mineral cukup pedoman SNI 01-2713-2009 tentang
tinggi berkisar 4-7%, semakin banyak kerupuk ikan dengan kadar lemak
penambahan daging ikan gabus akan maksimal sebesar 0,5% kecuali pada
meningkatkan kadar abu pada kerupuk sampel pertama memiliki kadar lemak
ikan. Sedangkan ikan tenggiri hanya sebesar 0,55%, lebih banyak 0,05% dari
memiliki kadar abu sebanyak 1-3% pedoman SNI. Kadar lemak cenderung
(Stansby, 1962). Kadar abu tepung mocaf menurun dengan berkurangnya daging ikan
yang lebih banyak sebesar maksimal 1,5% gabus dan tepung mocaf ke dalam adonan
dibandingkan tepung tapioka hanya kerupuk. Hal tersebut terjadi karena ikan
maksimal 0,5% (BSN, 1995, 2011), gabus memiliki kandungan lemak sebesar
semakin berkurangnya kandungan ikan 1,7g ikan gabus segar (Sediaoetama, 2000)
gabus dan tepung mocaf mengakibatkan lebih tinggi dari ikan tenggiri yang hanya
kadar abu yang semakin menurun. 0,2%-5% menurut Stansby (1962) serta
Penelitian Natalia et. al. (2019) tepung mocaf memiliki kadar lemak
menunjukkan bahwa penurunan nilai kadar

146
JITIPARI Vol. 7 No. 2, Agustus 2022: 140-152

sebanyak 0,9% dibandingkan tapioka yang lebih besar pada ikan gabus dan tepung
hanya 0,2% (Sovyani et al., 2019). mocaf. Hal ini terjadi disebabkan karena
Penelitian Zulfahmi et. al. (2014) ikan gabus memiliki kandungan
mendapatkan hasil kadar lemak rata-rata karbohidrat yang lebih banyak daripada
pada kerupuk ikan dengan adanya ikan tenggiri yaitu 17,25% pada ikan gabus
penambahan konsentrasi daging ikan (Sediaoetama, 2000) dan kurang dari 5%
tenggiri sebesar 0,14%-3,01%, hasil pada ikan tenggiri (Stansby, 1962), serta
tersebut jauh lebih besar dibandingkan pada tepung mocaf memiliki karbohidrat sebesar
penelitian ini. Menurut Kurniawati (2013) 85g dibandingkan tepung tapioka hanya
bahwa daging ikan yang ditambahkan pada 22g. Hasil ini sesuai dengan prinsip bahwa
pembuatan kerupuk ikan mempengaruhi semakin banyak suatu kandungan bahan
kandungan lemak pada produk tersebut, yang ditambahkan akan mengakibatkan
semakin sedikit kandungan daging ikan peningkatan nilai total kandungan bahan
pada kerupuk maka kadar lemaknya tersebut dan begitu juga sebaliknya.
semakin menurun. Volume Pengembangan
Kadar Gula Total Volume pengembangan tertinggi
Kadar gula total tertinggi kerupuk kerupuk ikan gabus-tenggiri substitusi
ikan gabus-tenggiri substitusi mocaf adalah mocaf adalah 472,92% pada perbandingan
5,14% pada perbandingan formulasi daging formulasi daging ikan (200g ikan gabus +
ikan (400g ikan gabus + 100g ikan tenggiri) 300g ikan tenggiri) dengan formulasi
dengan formulasi tepung 40% tapioka + tepung 80% tapioka + 20% mocaf. Volume
60% mocaf. Kadar gula total yang paling pengembangan yang paling rendah pada
rendah pada perbandingan formulasi daging perbandingan formulasi daging ikan (400g
ikan (200g ikan gabus + 300g ikan tenggiri) ikan gabus + 100g ikan tenggiri) dengan
dengan formulasi tepung 80% tapioka + formulasi tepung 40% tapioka + 60%
20% mocaf yaitu 3,14%. Perlakuan mocaf yaitu 84,33%. Perlakuan formulasi
formulasi daging ikan dan formulasi tepung daging ikan dan formulasi tepung
memberikan pengaruh yang nyata terhadap berpengaruh nyata terhadap volume
kandungan gula total kerupuk ikan. pengembangan kerupuk ikan. Kombinasi
Kombinasi perlakuan menunjukkan tidak perlakuan tidak menunjukkan interaksi
adanya interaksi antar perlakuan. Kadar antar perlakuan. Peningkatan volume
gula total menurun pada penambahan pengembangan dapat dilihat pada
formulasi daging ikan (400g ikan gabus + penambahan formulasi daging ikan (400g
100g ikan tenggiri) dan formulasi tepung ikan gabus + 100g ikan tenggiri) dan
(40% tapioka + 60% mocaf) sebesar 5,14% formulasi tepung (40% tapioka + 60%
menurun menjadi 4,42% saat ditambahkan mocaf) sebesar 84,33% meningkat menjadi
formulasi tepung (60% tapioka + 40% 99,34% saat ditambahkan formulasi tepung
mocaf). Penambahan formulasi tepung (60% tapioka + 40% mocaf). Demikian
(80% tapioka + 20% mocaf) terjadi pula pada penambahan formulasi tepung
penurunan menjadi 3,68%. (80% tapioka + 20% mocaf) terjadi
Kadar gula total cenderung menurun peningkatan menjadi 134,71%.
dengan berkurangnya daging ikan gabus Menurut Huda et. al. (2010) daya
dan tepung mocaf ke dalam adonan kembang kerupuk komersial berkisar 38%-
kerupuk karena kadar karbohidrat yang 145%. Volume pengembangan kerupuk

147
JITIPARI Vol. 7 No. 2, Agustus 2022: 140-152

ikan pada penelitian ini lebih besar kerupuk ikan dengan perlakuan formulasi
dibanding daya kembang kerupuk ikan daging ikan (200g ikan gabus + 300g ikan
pada penelitian Zulfahmi et. al. (2014) tenggiri) dan formulasi tepung 80% tapioka
dengan nilainya berada dalam kisaran + 20% mocaf dengan nilai sebesar 3,64.
28,58% sampai 121.14%. Hasil penelitian Warna kerupuk ikan yang coklat adalah
ini juga masih lebih besar dibandingkan kerupuk ikan dengan perlakuan formulasi
dengan volume pengembangan kerupuk daging ikan (400g ikan gabus + 100g ikan
ikan pada penelitian Natalia et. al. (2019) tenggiri) dan formulasi tepung 40% tapioka
dengan daya kembang berada dalam + 60% mocaf dengan nilai sebesar 2,78.
kisaran 76% sampai 140%. Warna kerupuk dari yang semula
Sejalan dengan pernyataan kecoklatan dengan nilai 2,78 dapat dilihat
Kusumaningrum (2009) bahwa semakin pada penambahan formulasi daging ikan
banyak kandungan amilopektin, maka (400g ikan gabus + 100g ikan tenggiri) dan
volume pengembangan pada kerupuk ikan formulasi tepung 40% tapioka + 60%
akan semakin besar dikarenakan kandungan mocaf, kemudian berubah warna menjadi
amilopektin dalam kerupuk ikan tidak bisa krem kecoklatan dengan nilai 3,14 pada
menahan berkembangnya volume massa formulasi daging ikan (300g ikan gabus +
sebelum digoreng. Tepung tapioka 200g ikan tenggiri) dan formulasi tepung
merupakan salah satu bahan yang 60% tapioka + 40% mocaf. Formulasi
mengandung amilopektin cukup tinggi pada daging ikan (200g ikan gabus + 300g ikan
kerupuk ikan, Menurut Moorthy (2004) tenggiri) dan formulasi tepung 80% tapioka
pada tepung tapioka kandungan + 20% mocaf terjadi perubahan menjadi
amilopektinnya sebesar 83% sedangkan warna krem dengan nilai 3,64. Hal ini
amilosa tepung tapioka berkisar 20-27%. terjadi karena karakteristik warna dari
kadar amilosa tepung mocaf berkisar tepung tapioka lebih berwarna putih bersih
21.81% - 26.39%, dan kadar amilopektin daripada tepung mocaf yang berwarna
berkisar 54.25% - 59.61%. Kadar putih kusam. Pada saat kerupuk digoreng
amilopekti mocaf lebih rendah terjadi perubahan warna menjadi
dibandingkan amilopektin tapioka sehingga kecoklatan karena adanya reaksi antara
menyebabkan volume pengembangan gugus asam amino pada asam amino,
menjadi rendah. peptida atau protein dengan gugus hidroksil
Semakin banyak formulasi tepung glikosidik pada gula (Laiya et al., 2014).
tapioka pada kerupuk ikan maka daya Hasil tersebut memiliki kesamaan
kembangnya semakin besar. Karakteristik seperti pada penelitian Jeujanan (2020)
ikan gabus yang memiliki kandungan yang menunjukkan kenampakan kerupuk
komponen lebih banyak daripada ikan ikan gabus yang paling disukai berwarna
tenggiri, hal tersebut mengakibatkan krem keputihan cerah serta krem keputihan
rongga-rongga pada kerupuk lebih terisi kusam untuk yang paling tidak disukai.
partikel, sehingga membuat tingkat volume Laiya et. al. (2014) menyatakan bahwa
pengembangan kerupuk menjadi berkurang. ditambahkannya daging ikan gabus dan
Warna tepung sagu mempengaruhi perubahan
Berdasarkan hasill uji organoleptik warna pada kerupuk ikan yang secara
warna kerupuk ikan gabus-tenggiri umum berwarna krem kecoklatan. Warna
substitusi mocaf dengan warna krem adalah pada kerupuk ikan yang cenderung

148
JITIPARI Vol. 7 No. 2, Agustus 2022: 140-152

kecoklatan dinilai kurang menarik oleh et. al. (2014) pada pembuatan kerupuk ikan
panelis. Menurut Sofyan (2004) bahwa dengan konsentrasi daging ikan tenggiri
warna pada suatu produk berpengaruh yang berbeda menunjukkan bahwa semakin
terhadap kenampakan serta penerimaan banyak penambahan daging ikan tenggiri
konsumen dari sebuah bahan pangan. maka rasa kerupuk ikan semakin kuat.
Secara kasat mata, warna sebuah produk Seiring dengan bertambahnya formulasi
pangan akan lebih dipertimbangkan terlebih daging ikan tenggiri dan berkurangnya
dahulu. daging ikan gabus maka semakin kuat rasa
Rasa Gurih ikan tenggiri sehingga menimbulkan rasa
Berdasarkan hasil uji organoleptik yang lebih gurih pada kerupuk ikan. Hasil
rasa kerupuk ikan gabus-tenggiri substitusi penelitian tersebut menunjukkan semakin
mocaf dengan rasa yang gurih adalah banyak penambahan daging ikan tenggiri
kerupuk ikan dengan perlakuan formulasi maka rasa ikan yang terkandung semakin
daging ikan (200g ikan gabus + 300g ikan kuat. Menurut penelitian tersebut protein
tenggiri) dan formulasi tepung 40% tapioka merupakan salah satu pembentuk rasa
+ 60% mocaf dengan nilai sebesar 3,63. dalam bahan pangan yaitu bahan pangan
Rasa kerupuk ikan yang cukup terasa gurih akan terasa semakin gurih karena semakin
adalah kerupuk ikan dengan perlakuan banyak protein yang terkandung. Tetapi
formulasi daging ikan (400g ikan gabus + pada kenyataannya, kecenderungan daging
100g ikan tenggiri) dan formulasi tepung ikan gabus yang memiliki aroma yang kuat
40% tapioka + 60% mocaf dengan nilai menimbulkan pengurangan kesukaan rasa
sebesar 2,89. panelis meskipun memiliki kandungan
Laiya et. al. (2014) menyatakan protein yang lebih tinggi. Hasil tersebut
bahwa dengan adanya penambahan terjadi karena ikan tenggiri memiliki
formulasi ikan gabus mempengaruhi rasa kandungan glutamat lebih banyak yaitu
kerupuk ikan gabus dengan substitusi 11,70% (Gunawan et al., 2017)
tepung sagu. Penelitian tersebut dibandingkan ikan gabus yang hanya
menyatakan kerupuk ikan gabus mengandung 2,85% (Fitriyani et al., 2020).
mempunyai aroma khas karena kandungan Tekstur Renyah
proteinnya akan terurai menjadi asam Berdasarkan hasil uji organoleptik
amino khususnya asam glutamat yang tekstur kerupuk ikan gabus-tenggiri
membuat aroma dan rasanya yang lezat. substitusi mocaf yang renyah dengan
Kandungan protein pada kerupuk tingkat kekeringan, seberapa getas
menyebabkan rasa menjadi gurih akibat (kemudahan untuk dipatahkan), dan
dari proses pengukusan, proteinnya akan banyaknya rongga udara pada kerupuk ikan
terhidrolisis menjadi asam amino yaitu yang baik adalah kerupuk ikan dengan
asam glutamat yang menimbulkan rasa perlakuan formulasi daging ikan (200g ikan
gurih. gabus + 300g ikan tenggiri) dan formulasi
Berbanding terbalik terhadap hasil tepung 80% tapioka + 20% mocaf dengan
penelitian ini karena panelis menilai rasa nilai sebesar 3,80. Tekstur kerupuk ikan
kerupuk ikan meningkat justru seiring yang kurang renyah dengan parameter
berkurangnya formulasi daging ikan gabus tingkat kekeringan rendah, tidak getas
dan bertambahnya daging ikan tenggiri (kemudahan untuk dipatahkan), dan
yang diperkuat dalam penelitian Zulfahmi sedikitnya rongga udara pada kerupuk ikan

149
JITIPARI Vol. 7 No. 2, Agustus 2022: 140-152

adalah kerupuk ikan dengan perlakuan tepung 60% tapioka + 40% mocaf dengan
formulasi daging ikan (400g ikan gabus + nilai sebesar 4,24. Kesukaan keseluruhan
100g ikan tenggiri) dan formulasi tepung kerupuk ikan yang kurang disukai adalah
60% tapioka + 40% mocaf dengan nilai kerupuk ikan dengan perlakuan formulasi
sebesar 2,59. daging ikan (200g ikan gabus + 300g ikan
Hasil tersebut sesuai dengan tenggiri) dan formulasi tepung 80% tapioka
penelitian Setiawan et. al. (2013) bahwa + 20% mocaf dengan nilai sebesar 2,90.
daging ikan yang ditambahkan berpengaruh Hasil penilaian panelis terhadap
terhadap tingkat kerenyahan kerupuk, kesukaan keseluruhan berbanding lurus
semakin banyak penambahan daging ikan dengan penilaian terhadap uji warna, rasa,
kerenyahan kerupuk ikan berkurang, begitu dan, tekstur pada kerupuk ikan gabus-
pula sebaliknya. Diperkuat dengan tenggiri substitusi mocaf. Hal ini diduga
pernyataan Natalia et. al. (2019) bahwa karena pada formulasi daging ikan (300g
semakin banyak formulasi tepung tapioka, ikan gabus + 200g ikan tenggiri) dan
maka kerupuk ikan semakin renyah. formulasi tepung 60% tapioka + 40%
Hasil tersebut terjadi karena mocaf mempunyai karakteristik warna
kandungan protein yang tinggi seiring krem putih kecoklatan bersih, rasa ikan
dengan daging ikan gabus yang gurih, berbentuk utuh, rapi, tekstur renyah,
ditambahkan. Bahan baku dengan kadar serta ketebalan rata warna krem putih
protein tinggi mengakibatkan kandungan kecoklatan dengan rasa gurih serta tekstur
air sulit dikeluarkan karena rongga udara renyah yang sesuai dengan kesukaan rata-
yang terbentuk saat penggorengan semakin rata panelis pada penelitian ini.
kecil hingga membuat kerupuk ikan kurang
dapat mengembang. Kurang sempurnanya KESIMPULAN
volume pengembangan kerupuk
Pada penelitian ini didapatkan hasil
menyebabkan teksturnya menjadi keras
formulasi kerupuk ikan gabus – ikan
(Ariyani, 2012). Sejalan dengan hasil
tenggiri dengan substitusi tepung mocaf
penelitian ini, yaitu semakin banyak tepung
yang memiliki kadar protein paling tinggi
tapioka dan ikan tenggiri ditambahkan
berdasarkan kesukaan keseluruhan terdapat
maka kadar air semakin menurun serta
pada perlakuan formulasi 300g ikan gabus
semakin berkurangnya penambahan tepung
+ 200g ikan tenggiri dan formulasi tepung
mocaf dan ikan gabus maka kadar protein
40% tapioka + 60% mocaf. Karakteristik
semakin menurun. Kerupuk yang lebih
kerupuk ikan gabus – ikan tenggiri dengan
disukai oleh panelis adalah kerupuk yang
substitusi tepung mocaf yang memiliki
renyah dan kenampakan pori yang tidak
kadar protein paling tinggi berdasarkan
rapat dari hasil penambahan formulasi
nilai kesukaan keseluruhan 4,23 (disukai)
tepung tapioka lebih banyak.
adalah sebagai berikut: kadar air 5,08%,
Kesukaan Keseluruhan
protein 8,68%, abu 0,980%, lemak 0,27%,
Berdasarkan hasil uji organoleptik
gula total 3,54%, volume pengembangan
kesukaan keseluruhan kerupuk ikan gabus-
176,55% yang memiliki warna krem
tenggiri substitusi mocaf yang paling
kecoklatan bersih, rasa ikan yang gurih,
disukai adalah kerupuk ikan dengan
berbentuk utuh, rapi, serta ketebalan yang
perlakuan formulasi daging ikan (300g ikan
rata.
gabus + 200g ikan tenggiri) dan formulasi

150
JITIPARI Vol. 7 No. 2, Agustus 2022: 140-152

DAFTAR PUSTAKA sentani barokah di kabupaten


jayapura. Agricola Journal Prodi
AOAC. (1992). Official methode of Aquakultur STIPER Santo Thomas
analysis of the association of official Aquinas Jayapura, 10(2), 50–57.
analitycal chemist. Washington DC. Kartika, B. D., Hastuti, W., & Supratno.
Ariyani, M. (2012). Pengaruh penambahan (1998). Pedoman uji inderawi bahan
tepung duri ikan lele dumbo (clarias pangan. Pusat Antar Universitas
gariepinus) dan bubur rumput laut Pangan dan Gizi, Universitas Gajah
terhadap kadar kalsium dan serat Mada.
kasar serta kesukaan kerupuk. Karyadi, D., Susilowati, & Sudiman, H.
Universitas Diponegoro Semarang. (1993). Potensi gizi hasil laut untuk
Badan Standardisasi Nasional. (1995). menghadapi masalah gizi ganda.
Syarat mutu tepung tapioka. Badan Dalam Risalah Widyakarya Nasional
Standardisasi Nasional. Pangan Dan Gizi, 5, 157–175.
Badan Standardisasi Nasional. (2009). Kurniawati, C. P. (2013). Kualitas kerupuk
Syarat mutu kerupuk ikan. Badan kombinasi ikan gabus (Channa striata
Standardisasi Nasional. Bloch), tepung ubi jalar (Ipomoea
Badan Standardisasi Nasional. (2011). batatas L.) putih, dan tepung tapioka.
Syarat mutu tepung mocaf. Badan Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
Standardisasi Nasional. Kusuma, T. D., Suseno, T. I. P., &
Elyawati. (1997). Teknologi pengolahan Surjoseputro, S. (2013). Pengaruh
kerupuk di PK Sumber Jaya. Laporan proporsi tapioka dan terigu terhadap
PL. sifat fisikokimia dan organoleptik
Fitriyani, E., Nuraenah, N., & Deviarni, I. kerupuk berseledri. Jurnal Teknologi
M. (2020). Perbandingan komposisi Pangan Dan Gizi Fakultas Teknologi
kimia, asam lemak, asam amino ikan Pertanian Universitas Katolik Widya
toman (Channa micropeltes) dan ikan Mandala Surabaya, 12(1), 17–28.
gabus (Channa striata) dari perairan Kusumaningrum, I. (2009). Analisa faktor
kalimantan barat. Manfish Journal, daya kembang dan daya serap kerupuk
Prodi Teknologi Pengolahan Hasil rumput laut pada variasi proporsi
Perikanan, Jurusan Ilmu Kelautan rumput laut (Eucheuma cottonii).
Dan Perikanan, Politeknik Negeri Jurnal Teknologi Pertanian, 4(2), 63–
Pontianak, 1(2), 71–82. 68.
Gunawan, F., Suptijah, P., & Uju. (2017). Laiya, N., Harmain, R. M., & Yusuf, N.
Ekstraksi dan karakteristik gelatin (2014). Formulasi kerupuk ikan gabus
kulit ikan tenggiri (Scomberomorus (Channa striata) yang disubstitusi
commersonii) dari Provinsi Kepulauan dengan tepung sagu. Nikè: Jurnal
Bangka Belitung. Jurnal Pengolahan Ilmiah Perikanan Dan Kelautan
Hasil Perikanan Indonesia, 20(3), Universitas Negeri Gorontalo, 2(2),
568–581. 81–87.
Huda, N., Leng, A. L., Yee, C. X., & Moorthy, S. N. (2004). Tropical sources of
Herpandi. (2010). Chemical starch. In Starch in food : structure,
composition, colour, and linear function, and application (pp. 321–
expansion properties of Malaysian 359).
commercial fish cracker (keropok). Natalia, T., Hermanto, & Isamu, K. T.
Asian Journal of Food and Agro- (2019). Uji sensori, fisik, dan kimia
Industry, 3(5), 473–482. kerupuk ikan dengan penambahan
Jeujanan, S. (2020). Uji mutu kerupuk ikan konsentrasi daging ikan gabus
gabus (Channa striata) secara (Channa striata) yang berbeda. Jurnal
organoleptik yang diolah kelompok Fish Protech, 2(2), 157–164.

151
JITIPARI Vol. 7 No. 2, Agustus 2022: 140-152

Ratnawati, R. (2013). Eksperimen Malang.


pembuatan kerupuk rasa ikan banyar Zulfahmi, A. N., Swastawati, F., &
dengan bahan dasar tepung komposit Romadhon. (2014). Pemanfaatan
mocaf dan tapioka. Skripsi. Jurusan daging ikan tenggiri (Scomberomorus
Teknologi Jasa Dan Produksi commerson) dengan konsentrasi yang
Fakultas Teknik Universitas Negeri berbeda pada pembuatan kerupuk
Semarang. ikan. Jurnal Pengolahan Dan
Sediaoetama, A. J. (2000). Ilmu gizi untuk Bioteknologi Hasil Perikanan
profesi dan mahasiswa jilid 1. Jakarta: Fakultas Perikanan Dan Ilmu
Penerbit Dian Rakyat. Kelautan, Universitas Diponegoro
Setiawan, D. W., Sulistiyati, T. D., & Semarang, 3(4), 133–139.
Suprayitno, E. (2013). Pemanfaatan Zulviani, R. (2000). Pengaruh berbagai
residu daging ikan gabus tingkat penggorengan terhadap pola
(Ophiocephalus striatus) dalam pengembangan kerupuk sagu goreng.
pembuatan kerupuk ikan beralbumin. Institut Pertanian Bogor.
THPi Student Journal Universitas
Brawijaya Malang, 1(1), 21–32.
Sofyan, I. (2004). Mempelajari pengaruh
ketebalan irisan dan suhu
penggorengan secara vakum terhadap
karakteristik kripik melon. Infomatek,
6(3), 161–180.
Sovyani, S., Kandou, J. E. A., & Sumual,
M. F. (2019). Pengaruh penambahan
tepung tapioka dalam pembuatan
biskuit berbahan baku tepung ubi
banggai (Dioscorea alata L.). Jurnal
Teknologi Pertanian Fakultas
Pertanian Universitas Sam Ratulangi,
10(2), 73–84.
Stansby, M. E. (1962). Proximate
composition of fish. In: “Fish in
Nutrition” Ed by Erik Heen and
Rudolf Erenzer. London: Fishing
News (books) Ltd., England.
Sudarmadji, S., Haryono, B., & Suhardi.
(2007). Analisa bahan makanan dan
prosedur analisa untuk bahan
makanan dan pertanian. Yogyakarta:
Liberty.
Sugito, & Hayati, A. (2006). Penambahan
daging ikan gabus (Ophicepallus
strianus BLKR) dan aplikasi
pembekuan pada pembuatan pempek
gluten. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian
Indonesia Fakultas Pertanian
Universitas Sriwijaya, 8(2), 147–151.
Suprayitno, E. (2003). Penyembuhan luka
dengan ikan gabus. Jurnal Fakultas
Perikanan, Universitas Brawijaya

152

Anda mungkin juga menyukai