Anda di halaman 1dari 10

152

Media Sains, Volume 9 Nomor 2, Oktober 2016 ISSN ELEKTRONIK 2355-9136

UJI ORGANOLEPTIK AMPLANG IKAN BANDENG (Chanos chanos) YANG


DIFORTIFIKASI DENGAN TEPUNG TULANG IKAN BELIDA

Andi Noor Asikin dan Indrati Kusumaningrum


Program Studi Teknologi Hasil Perikanan Fakulttas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Mulawarman, Jalan Gunung Tabur Kampus Gn. Kelua Samarinda.
Email: asikin63@yahoo.com

ABSTRACT
The purpose of the research was to determine the level of consumen acceptance to milkfish
amplang fortified belida bone powder. Fortification of belida bone powder in order to increase the
nutritional of product especially as calcium content. The method used experimental method by
Completely Randomized Design with six treatments of belida bone powder concentration, i.e. 0%,
3%, 6%, 9%, 12% and 15%. Each treatments held in three replicated. The consumen acceptance
level used organoleptic test included taste, aroma, color, texture and appearance. The result showed
that the addition of 9% belida bone powder were preffered by panelist. Overall, amplang fortified
3% of belida bone powder showed the best panelist acceptance.

Key words : milkfish amplang, fortification, belida fish bone powder

PENDAHULUAN dimanfaatkan menjadi tepung tulang.


Menurut Ramdany (2014), kandungan
Amplang merupakan salah satu
mineral pada tulang ikan belida sebesar
produk olahan berbahan baku ikan andalan
42,18% dan pada tepung tulang ikan belida
kota Samarinda. Semakin tingginya
mengandung kalsium sebesar 30,93%
permintaan akan produk tersebut mendorong
(Putranto et al., 2015).
tumbuhnya UKM-UKM baru. Sampai saat
Tepung tulang ikan yang banyak
ini jenis ikan yang banyak dimanfaatkan oleh
mengandung kalsium sangat berpotensi
pengolah adalah ikan belida dan ikan tengiri.
untuk dimanfaatkan sebagai bahan tambahan
Dalam proses pengolahan ikan menjadi
pembuatan produk pangan. Tababaka (2004)
produk tentu saja menyisakan limbah, karena
melakukan penelitian fortifikasi tepung
hanya memanfaatkan daging ikan saja.
tulang ikan patin (Pangasius sp) pada
Sedangkan tulang, kulit, sisik dan isi perut
pembuatan kerupuk, Sari (2013) meneliti
masih belum dimanfaatkan sehingga belum
tentang fortifikasi tepung tulang ikan lele
mendapatkan nilai tambah bahkan dapat
(Clarias sp) pada susu jagung manis (zea
mencemari lingkungan karena hanya
mays saccharata), Pratama (2014)
dibuang; Di sisi lain limbah berupa tulang
memanfaatkan tepung tulang ikan janglius
ikan mengandung mineral kalsium yang
(Istiophorus sp) untuk fortifikasi pada
tinggi. yang sangat dibutuhkan oleh tubuh.
pembuatan biskuit dan tepung tulang ikan
Limbah tulang ikan belida sangat
patin (Pangasius hypothalamus) pada
berpotensi untuk dimanfaatkan menjadi
pembuatan cone es krim (Apriliani, 2010).
tepung tulang ikan. Tepung tulang ikan
Mutu produk tidak saja ditentukan oleh
adalah suatu produk padat kering yang
kandungan gizi, yang tidak kalah pentingnya
dihasilkan dengan cara mengeluarkan
adalah produk yang dihasilkan dapat diterima
sebagian besar cairan dan sebagian atau
oleh konsumen. Salah satu cara untuk
seluruh lemak yang terkandung dalam tulang
mengetahui tingkat penerimaan konsumen
ikan. Berbagai jenis tulang ikan telah
153
Media Sains, Volume 9 Nomor 2, Oktober 2016 ISSN ELEKTRONIK 2355-9136

terhadap produk yang dihasilkan adalah 1. Proses pembuatan tepung tulang ikan
dengan uji organoleptik. Pengujian belida (Chitala sp.)
organoleptik berperan penting dalam Proses pembuatan tepung tulang ikan
pengembangan produk dengan meminimalkan belida mengacu metode yang telah dilakukan
resiko dalam pengambilan keputusan tentang oleh Putranto. at al (2015). Tulang ikan
penerimaan konsumen terhadap produk baru. belida (Chitala sp.) dicuci dari kotoran
Uji organoleptik sering digunakan untuk sampai bersih dan ditiriskan, kemudian
menilai mutu berbagai jenis makanan untuk tulang direbus selama 30 menit dengan suhu
mengukur kesukaan penilai (panelis) sekitar 80ºC. Tujuannya untuk melepas
terhadap produk baik dari segi rasa, warna daging, darah dan lemak yang masih
dan kerenyahan. menempel pada tulang. Selanjutnya dicuci
Tujuan penelitian adalah untuk kembali hingga tulang bebas dari daging
mengetahui tingkat penerimaan terhadap yang masih menempel. Tulang ikan dipresto
amplang ikan bandeng yang difortifikasi selama 3 jam agar tulang menjadi lunak dan
tepung tulang ikan belida dan menentukan mudah dalam penepungan. Proses presto juga
konsentrasi tepung tulang ikan belida terbaik bertujuan untuk menghilangkan lemak dan
sebagai bahan fortifikasi pada amplang ikan mendenaturasi protein. Setelah proses presto,
bandeng. Hasil penelitian ini diharapkan dilanjutkan perebusan sebanyak 2 kali
dapat menjadi informasi ilmiah bagi dengan lama perebusan 30 menit setiap kali
masyarakat tentang pemanfaatan tulang ikan perebusan. Tulang yang sudah direbus
belida sebagai bahan fortifikasi sumber kemudian dilakukan proses ekstraksi basa
kalsium dalam pengolahan berbagai produk NaOH dengan cara merendam tulang di
pangan sehingga limbah pengolahan amplang dalam larutan NaOH 1,5 N selama 2 jam pada
mendapatkan nilai tambah (added value). suhu 60ºC. ekstraksi basa ini bertujuan untuk
menghilangkan protein yang terkandung
METODE PENELITIAN dalam tulang ikan belida. Kemudian tulang
dicuci menggunakan air mengalir dan
Waktu dan Tempat
selanjutnya dikeringkan dalam oven pada
Penelitian ini dilakukan selama 3
suhu 65ºC selama 48 jam. Tulang ikan yang
bulan di Laboratorium Teknologi Hasil
sudah kering kemudian diblender dan diayak.
Perikanan jurusan BDP, FPIK Unmul.
2. Pembuatan amplang ikan bandeng
Bahan dan Alat yang difortifikasi dengan tepung
Bahan yang digunakan adalah ikan tulang ikan belida
bandeng (Chanos chanos) dan tepung tulang Proses pembuatan amplang dimulai
ikan belida (Chitala sp.). Bahan lainnya yaitu dari penentuan konsentrasi penambahan
tepung tapioka, garam, gula, bawang putih, tepung tulang ikan belida (perlakuan)
telur ayam, dan soda kue dan minyak goreng. terhadap daging ikan bandeng yaitu mulai
Alat yang digunakan antara lain dari 0% sebagai kontrol, 3%, 6%, 9%, 12%
kompor, food processor, blender, panci dan 15%. Adapun rasio antara tepung tapioka
presto, timbangan, wajan, spatula dan serok, dan daging ikan adalah 1:1. Setiap perlakuan
baskom, talenan, cobek dan ulekan, toples, menggunakan 100 gram daging ikan.
pisau, sendok, pinset, sarung tangan plastik, Bumbu-bumbu yang digunakan adalah
dan plastik klip. bawang putih halus (7 gram), garam (5
gram), gula (10 gram). Semua bahan
Prosedur Penelitian dicampur dan diuleni sampai kalis. Adonan
Penelitian ini dilakukan dalam 3 amplang dibentuk dengan diameter sekitar 1
tahap, yaitu : cm dan panjang 2-2,5 cm. Amplang digoreng
154
Media Sains, Volume 9 Nomor 2, Oktober 2016 ISSN ELEKTRONIK 2355-9136

dengan cara memanaskan minyak terlebih bewarna kuning-kecoklatan dan matangnya


dahulu dengan suhu ± 80ºC sambil diaduk, merata,. Setelah matang amplang diangkat
tujuannya agar panasnya merata. Amplang dan didinginkan, selanjutnya dilakukan
dimasukkan kedalam wajan dan terus diaduk pengujian organoleptik. Diagram alir proses
sampai mengembang, dengan tekstur agak pembuatan amplang ikan bandeng yang
keras, dan bewarna kuning-kekuningan. difortifikasi tepung tulang ikan belida
Selanjutnya api dikecilkan dan amplang disajikan pada Gambar 1.
diaduk secara terus-menerus hingga amplang

Ikan Bandeng

Penyiangan ikan
Tepung tulang ikan (%): Daging Ikan
(%)
Pengerikan dan penggilingan 0 : 100
3 : 97
6 : 94
Penimbangan (perbandingan komposisi tepung 9 : 91
tulang ikan belida dan daging ikan bandeng) 12 : 88
15 : 85

Pembuatan adonan dan pencetakan Tepung tapioka 100 gram


dan bumbu-bumbu

Penggorengan

Amplang matang Uji kesukaan

Gambar 1. Diagram alir proses pembuatan amplang ikan bandeng fortifikasi tepung tulang ikan
belida

3. Pengujian amplang ikan bandeng ikan belida yang telah diberi kode sesuai
Pengujian tingkat kesukaan terhadap dengan perlakuannya dan panelis diminta
amplang ikan bandeng yang difortifikasi untuk memberikan penilaian pada score sheet
tepung tulang ikan belida dengan berbagai yang telah disediakan dengan parameter
konsentrasi terhadap tingkat kesukaan tingkat kesukaan terhadap rasa, aroma,
dilakukan berdasarkan metode Rahayu warna, kerenyahan dan keseluruhan. Skala
(2001). Uji kesukaan atau uji hedonik hedonic yang digunakan1sampai 9, dimana
bertujuan untuk mengetahui tanggapan 1=amat sangat tidak suka,2=sangat tidak
panelis terhadap produk. Pelaksanaan uji ini suka 3 =tidak suka, 4=agak tidak suka 5=
dengan menyajikan amplang tepung tulang
155
Media Sains, Volume 9 Nomor 2, Oktober 2016 ISSN ELEKTRONIK 2355-9136

netral, 6= agak suka 7= suka, 8= sangat suka, yang difortifikasi tepung tulang ikan belida
9=amat sangat suka. mempunyai nilai berkisar antara 5,07 sampai
Rancangan Penelitian dan Analisis Data 7,43 dan secara deskriptif panelis menilai
Penelitian ini menggunakan netral sampai suka. Tingkat kesukaan rasa
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 6 tertinggi terdapat pada amplang ikan bandeng
pelakuan dan 3 kali pengulangan. Perlakuan perlakuan A0 (7,43) dan tingkat kesukaan
tersebut adalah konsentrasi penambahan terendah terdapat pada perlakuan A5 (5,07).
tepung tulang ikan belida terhadap daging Lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.
ikan bandeng terdiri atas : A0 = penambahan Gambar 2 menunjukkan bahwa nilai
tepung tulang ikan belida 0%; A1 = rasa terhadap amplang ikan bandeng
penambahan tepung tulang ikan belida 3%; cenderung mengalami penurunan seiring
A2 = penambahan tepung tulang ikan belida dengan penambahan tepung tulang ikan
6%; A3 = penambahan tepung tulang ikan belida. Semakin besar konsentrasi tepung
belida 9%; A4 = penambahan tepung tulang tulang ikan yang ditambahkan, rasa khas
ikan belida 12% dan A5 = penambahan tepung tulang ikan makin terasa dan tekstur
tepung tulang ikan belida 15%. amplang terasa seperti pasir, akibat tepung
Data yang diperoleh dari uji hedonik tulang yang ditambahkan masih bertekstur
berdasarkan parameter rasa, aroma, warna, kasar. Karena tekstur pada amplang ikan
kerenyahan dan keseluruhan dianalisis secara bandeng terasa seperti pasir dan tidak sama
deskriptif, selanjutnya diinterpretasikan di dengan amplang ikan pada umumnya, maka
inferensi dengan literatur terkait. tingkat kesukaan panelis terhadap rasa pun
menurun. Sebagaimana pernyataan (Maulida
2005), semakin tinggi tingkat konsentrasi
HASIL DAN PEMBAHASAN penambahan tepung tulang ikan tuna maka
semakin menurun tingkat kesukaan panelis
Rasa
atas rasa dari produk makanan yang dinilai
Rasa merupakan faktor penentu daya
karena rasa tepung tulang ikan yang
terima konsumen terhadap produk pangan.
mendominasi. Nilai rata-rata terhadap rasa
Rasa lebih banyak dinilai menggunakan indra
pada penelitian ini lebih rendah dibandingkan
pengecap atau lidah. Faktor rasa memegang
nilai rata-rata rasa hasil penelitian Kurliah
peranan penting dalam pemilihan produk
(2007) yaitu amplang ikan tenggiri sebesar
oleh konsumen, karena walaupun kandungan
8,20, amplang ikan layang sebesar 7,70,
gizinya baik tetapi rasanya tidak dapat
sedangkan pada amplang ikan ekor kuning
diterima oleh konsumen maka target
dan amplang ikan tongkol memiliki rata-rata
meningkatkan gizi masyarakat tidak dapat
aroma lebih rendah dari penelitian ini yaitu
tercapai dan produk tidak laku (Winarno
6,10 dan 5,53. Pada penelitian Qosthari
1997). Hasil uji kesukaan terhadap rasa
(2016), amplang ikan lele, memperoleh rata-
menunjukkan bahwa amplang ikan bandeng
rata rasa sebesar 2,87.
156
Media Sains, Volume 9 Nomor 2, Oktober 2016 ISSN ELEKTRONIK 2355-9136

7.43
8.00 6.60
6.33 6.37
5.97
Nilai rata-rata rasa

6.00 5.07

4.00

2.00

0.00
A0 A1 A2 A3 A4 A5
Keterangan: Perlakuan
A0 = Penambahan tepung tulang ikan belida 0%
A1 = Penambahan tepung tulang ikan belida 3%
A2 = Penambahan tepung tulang ikan belida 6%
A3 = Penambahan tepung tulang ikan belida 9%
A4 = Penambahan tepung tulang ikan belida 12%
A5 = Penambahan tepung tulang ikan belida 15%

Gambar 2. Histogram nilai kesukaan terhadapa rasa amplang ikan bandeng yang difortifikasi
tepung tulang ikan belida.

Nilai rata-rata terhadap rasa pada hal aroma menjadi daya tarik tersendiri dalam
penelitian ini lebih rendah dibandingkan nilai menentukan rasa enak dari produk makanan
rata-rata rasa hasil penelitian Kurliah (2007) itu sendiri (Soekarto 1985). Hasil uji
yaitu amplang ikan tenggiri sebesar 8,20, kesukaan terhadap aroma menunjukkan
amplang ikan layang sebesar 7,70, sedangkan bahwa, nilai rata-rata kesukaan panelis
pada amplang ikan ekor kuning dan amplang terhadap aroma amplang bandeng yang
ikan tongkol memiliki rata-rata aroma lebih difortifikasi tepung tulang ikan belida
rendah dari penelitian ini yaitu 6,10 dan 5,53. mempunyai nilai berkisar antara 5,23 sampai
Pada penelitian Qosthari (2016), amplang 6,53 dan secara deskriptif panelis menilai
ikan lele memperoleh rata-rata rasa sebesar netral sampai agak suka. Tingkat kesukaan
2,87. tertinggi amplang ikan bandeng terdapat pada
perlakuan A0 yaitu sebesar 6,53 dan
Aroma kesukaan terendah amplang ikan bandeng
Kelezatan suatu makanan sangat terdapat pada perlakuan A5 dengan nilai 5,23
ditentukan oleh faktor aroma. Dalam banyak (Gambar 3).
157
Media Sains, Volume 9 Nomor 2, Oktober 2016 ISSN ELEKTRONIK 2355-9136

6.53
7.00 6.13 6.07 5.80 5.73
Nilai rata-rata aroma

6.00 5.23
5.00
4.00
3.00
2.00
1.00
0.00
A0 A1 A2 A3 A4 A5
Keterangan: Perlakuan
A0 = Penambahan tepung tulang ikan belida 0%
A1 = Penambahan tepung tulang ikan belida 3%
A2 = Penambahan tepung tulang ikan belida 6%
A3 = Penambahan tepung tulang ikan belida 9%
A4 = Penambahan tepung tulang ikan belida 12%
A5 = Penambahan tepung tulang ikan belida 15%

Gambar 3. Histogram nilai mutu uji kesukaan terhadap aroma amplang ikan bandeng yang
difortifikasi tepung tulang ikan belida.

Nilai aroma terhadap amplang ikan tulang ikan tuna, tergantung dari banyaknya
bandeng cenderung mengalami penurunan tepung tulang ikan tuna. Semakin tinggi
dengan semakin tingginya konsentrasi tepung tingkat penambahan tepung tulang ikan maka
tulang ikan yang ditambahkan. Semakin semakin menurunkan tingkat kesukaan
banyak tepung tulang yang ditambahkan panelis atas aroma produk yang dihasilkan.
pada amplang semakin tercium aroma khas Nilai rata-rata terhadap aroma pada
ikan kering pada amplang ikan bandeng penelitian ini lebih rendah dibandingkan nilai
tersebut. Hal ini sesuai dengan pernyataan rata-rata aroma yang diperoleh Kurliah
(Maulida 2005), bahwa aroma yang (2007) pada penelitiannya terhadap amplang
dihasilkan dari suatu produk dengan ikan tenggiri yaitu sebesar 8,07, amplang
penambahan tepung tulang ikan tuna, ikan layang sebesar 7,63, sedangkan pada
tergantung dari banyaknya tepung tulang amplang ikan ekor kuning dan amplang ikan
ikan tuna. Semakin tinggi tingkat tongkol memiliki rata-rata aroma lebih
penambahan tepung tulang ikan maka rendah dari penelitian ini yaitu 6,10 dan 5,60.
semakin menurunkan tingkat kesukaan Namun nilai rata-rata terhadap aroma pada
panelis atas aroma produk yang dihasilkan. penelitian ini masih lebih tinggi
Nilai aroma terhadap amplang ikan bandeng dibandingkan nilai rata-rata aroma yang
cenderung mengalami penurunan dengan diperoleh Qosthari (2016) yaitu sebesar 2,57.
semakin tingginya konsentrasi tepung tulang
ikan yang ditambahkan. Semakin banyak Warna
tepung tulang yang ditambahkan pada Suatu bahan pangan yang dinilai
amplang semakin tercium aroma khas ikan bergizi dan teksturnya sangat baik tidak akan
kering pada amplang ikan bandeng tersebut. dimakan apabila memiliki warna yang tidak
Hal ini sesuai dengan pernyataan (Maulida sedap dipandang atau memberi kesan telah
2005), bahwa aroma yang dihasilkan dari menyimpang dari warna yang seharusnya
suatu produk dengan penambahan tepung (Soekarto 1985). Hasil uji kesukaan terhadap
158
Media Sains, Volume 9 Nomor 2, Oktober 2016 ISSN ELEKTRONIK 2355-9136

warna menunjukkan bahwa nilai rata-rata kesukaan terhadap warna tertinggi terdapat
kesukaan panelis terhadap warna amplang pada amplang ikan bandeng dengan
ikan bandeng yang difortifikasi tepung tulang perlakuan A0 dengan nilai 7,07 dan tingkat
ikan belida adalah antara 5,57 sampai 7,07 kesukaan terendah terhadap pada amplang
dan secara deskripsi panelis menilai agak ikan bandeng dengan perlakuan A5 dengan
suka sampai suka (Gambar 4). Tingkat nilai 5,57.

8.00 7.07 6.77 6.40 6.57


Nilai rata-rata Warna

5.87 5.57
6.00

4.00

2.00

0.00
A0 A1 A2 A3 A4 A5
Keterangan: Perlakuan
A0 = Penambahan tepung tulang ikan belida 0%
A1 = Penambahan tepung tulang ikan belida 3%
A2 = Penambahan tepung tulang ikan belida 6%
A3 = Penambahan tepung tulang ikan belida 9%
A4 = Penambahan tepung tulang ikan belida 12%
A5 = Penambahan tepung tulang ikan belida 15%

Gambar 4. Histogram nilai mutu uji kesukaan terhadap warna amplang ikan bandeng yang
difortifikasi tepung tulang ikan belida.

Tingkat kesukaan terhadap warna sehingga akan menghasilkan bahan bewarna


amplang ikan bandeng cenderung mengalami coklat yang disebut melanoidin (Winarno
penurunan seiring dengan bertambahnya 1997).
konsentrasi tepung tulang ikan belida. Hal ini Hasil penelitian ini menunjukkan
menunjukkan bahwa panelis cenderung bahwa nilai rata-rata terhadap warna lebih
menyukai warna amplang dengan perlakuan rendah dibandingkan nilai rata-rata warna
tanpa penambahan tepung tulang ikan 0%, pada penelitian Kurliah (2007) terhadap
3%, dan 9%. Penambahan tepung tulang ikan amplang ikan tenggiri yaitu 7,70 dan
cenderung menyebabkan timbulnya warna amplang ikan layang 7,37 dibandingkan
coklat pada amplang ikan bandeng dan amplang ikan ekor kuning dan amplang ikan
berpengaruh terhadap kesukaan panelis, tongkol nilai rata-rata warna lebih rendah
terdapat pada perlakuan penambahan tepung dibandingkan penelitian ini, yaitu sebesar
tulang 12% dan 15%. Timbulnya warna 6,03 dan 5,07. Sedangkan hasil penelitian
coklat pada amplang diduga tepung tulang Qoshtari (2016) pada amplang ikan lele
ikan masih mengandung protein, sehingga mempunyai nilai rata-rata warna sebesar 3,8
jika terjadi proses pemanasan akan terjadi lebih rendah dari hasil penelitian ini.
reaksi Maillard. Reaksi Maillard adalah
reaksi yang terjadi antara karbohidrat Kerenyahan
khususnya gula pereduksi dengan gugus Salah satu faktor yang menentukan
asam amina primer yang terhadap pada bahan tingkat penerimaan panelis terhadap amplang
159
Media Sains, Volume 9 Nomor 2, Oktober 2016 ISSN ELEKTRONIK 2355-9136

adalah kerenyahan. Kerenyahan itu muncul nilai rata-rata kesukaan panelis terhadap
disebabkan karena adanya daya kembang kerenyahan amplang ikan bandeng yang
yaitu makin tinggi daya kembang maka difortifikasi tepung tulang ikan belida adalah
makin tinggi pula kerenyahannya antara 3,10 sampai 7,60 dan secara deskriptif
(Sudarminto et al. 2000). Hasil uji kesukaan panelis menilai tidak suka sampai sangat suka
terhadap kerenyahan menunjukkan bahwa (Gambar 5).
Nilai rata-rata Kerenyahan

7.60
8.00 6.60 6.80
6.03
6.00
4.47

4.00 3.10

2.00

0.00
A0 A1 A2 A3 A4 A5
Keterangan: Perlakuan
A0 = Penambahan tepung tulang ikan belida 0%
A1 = Penambahan tepung tulang ikan belida 3%
A2 = Penambahan tepung tulang ikan belida 6%
A3 = Penambahan tepung tulang ikan belida 9%
A4 = Penambahan tepung tulang ikan belida 12%
A5 = Penambahan tepung tulang ikan belida 15%

Gambar 5. Histogram nilai kesukaan terhadap kerenyahan amplang ikan bandeng yang
difortifikasi tepung tulang ikan belida.

Tingkat kesukaan kerenyahan tertinggi produk yang dihasilkan semakin keras hal ini
terdapat pada amplang ikan bandeng dengan berhubungan dengan kandungan kalsium dan
perlakuan A0 yaitu sebesar 7,60 dan tingkat fosfor yang besar dalam tepung tulang ikan
kesukaan terendah terdapat pada amplang tuna sehingga kerenyahan dari produk yang
ikan bandeng dengan perlakuan A5 yaitu dihasilkan juga akan berubah sesuai
sebesar 3,10. Secara umum tingkat kesukaan banyaknya penambahan konsentrasi tepung
terhadap kerenyahan amplang ikan bandeng tulang ikan. Nilai rata-rata kerenyahan pada
cenderung mengalami penurunan dengan penelitian ini lebih tinggi dibandingkan rata-
semakin tingginya konsentrasi tepung tulang rata pada penelitian Qosthari (2016) terhadap
yang ditambahkan. Hal ini diduga karena amplang ikan lele yaitu sebesar 3,23.
semakin banyak penambahan tepung tulang
ikan belida pada amplang ikan bandeng Keseluruhan
maka produk yang dihasilkan akan semakin Keseluruhan merupakan penerimaan
keras karena pada saat proses penggorengan organoleptik secara keseluruhan dari produk
amplang tidak mengembang maksimal, amplang ikan bandeng yang difortifikasi
sehingga tingkat kesukaan panelis terhadap tepung tulang ikan belida baik dari segi rasa,
kerenyahan juga menurun. Sejalan dengan warna, aroma, dan kerenyahan maupun sifat
hasil penelitian Maulida (2005), semakin organoleptik lain pada produk. Hasil uji
banyak penambahan tepung tulang ikan maka kesukaan terhadap keseluruhan menunjukkan
160
Media Sains, Volume 9 Nomor 2, Oktober 2016 ISSN ELEKTRONIK 2355-9136

bahwa nilai rata-rata kesukaan panelis 4,63 sampai 7,53 dan secara deskriptif
terhadap keseluruhan amplang adalah antara panelis menilai netral sampai sangat suka.

7.53
Nilai rata-rata Keseluruhan

8.00 6.80 6.73


6.47
5.53
6.00
4.63

4.00

2.00

0.00
A0 A1 A2 A3 A4 A5
Keterangan: Perlakuan
A0 = Penambahan tepung tulang ikan belida 0%
A1 = Penambahan tepung tulang ikan belida 3%
A2 = Penambahan tepung tulang ikan belida 6%
A3 = Penambahan tepung tulang ikan belida 9%
A4 = Penambahan tepung tulang ikan belida 12%
A5 = Penambahan tepung tulang ikan belida 15%

Gambar 6. Histogram nilai kesukaan terhadap keseluruhan amplang ikan bandeng yang
difortifikasi tepung tulang ikan belida.

Tingkat kesukaan keseluruhan sebanyak 3%. Amplang ikan bandeng yang


tertinggi terdapat pada amplang ikan bandeng difortifikasi tepung tulang ikan belida yang
dengan prlakuan A0 yaitu sebesar 7.53 dan disukai panelis berdasarkan penambahan
tingkat kesukaan terendah terdapat pada konsentrasi tepung tulang ikan belida adalah
amplang ikan bandeng dengan perlakuan A5 dari perlakuan A1 (3%), A2 (6%), dan A3
yaitu sebesar 4,63 (Gambar 6). Rata-rata (9%).
keseluruhan pada penelitian ini lebih rendah
dibandingkan rata-rata pada hasil penelitian Saran
Kurliah (2007) terhadap amplang ikan Perlu dilakukan penelitian penambahan
tenggiri (8,27) dan amplang ikan layang bahan pengembang pada pembuatan
(7,80) dibandingkan amplang ikan ekor amplang untuk menghasilkan amplang
kuning dan amplang ikan tongkol lebih dengan volume pengembangan yang baik.
rendah dari penelitian ini (6,03) dan (5,07).
DAFTAR PUSTAKA
KESIMPULAN DAN SARAN
Apriliani, IS. 2010. Pemanfaatan Tepung
Kesimpulan Tulang Ikan Patin (Pangsius
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat hypophtalmus) Pada Pembuatan
disimpulkan bahwa tingkat penerimaan Cone Es Krim. Skripsi IPB, Bogor:
panelis terhadap amplang ikan bandeng yang
difortifikasi tepung tulang ikan belida adalah Asni, Y. 2004. Studi Pembuatan Biskuit
perlakuan A1 dengan konsentrasi dengan Penambahan Tepung Tulang
penambahan tepung tulang ikan belida Ikan Patin (Pangsius
161
Media Sains, Volume 9 Nomor 2, Oktober 2016 ISSN ELEKTRONIK 2355-9136

hypophtalmus). Skripsi. Bogor: Lele (Clarias sp.). Jurnal Boga Vol.


Program Studi Teknologi Hasil 5 (1): 265-273.
Perikanan IPB, Bogor.
Rahayu YS. 2001. Kondisi Industri Rumah
Kurliah A. 2007. Nilai Gizi Dan Tangga Pangan (IRTP), Perbaikan
Organoleptik Produk Amplang Dari Mutu, dan Penyimpanan Kerupuk.
Ikan Tenggiri (Scomberomorus sp.), Skripsi FTB IPB, Bogor.
Ikan Layang (Decapterus ruselli),
Ikan Ekor Kuning (Caesio Ramdany G. 2014. Karakteristik Kerupuk
erythrogaster) Dan Ikan Tongkol Tulang Ikan Belida (Chitala sp.).
(Katsuwonus pelamis). Skripsi. Skripsi. Samarinda: Fakultas
Fakultas Perikanan Dan Ilmu Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Kelautan, Universitas Mulawaman, Universitas Mulawarman,
Samarinda. Samarinda.

Maulida, N. 2005. Pemanfaatan Tepung Sari, FK., Ishartani, D., Parnanto, NH.,
Tulang Ikan Maddihang sebagai Anam, C. 2013. Pengaruh
Suplemen dalam Pembuatan Biskuit Penambahan Tulang Ikan Lele
(Crackers). Skripsi. Fakultas (Clarias sp.) Dan Kacang Tunggak
Perikanan dan Ilmu Kelautan. IPB, (Vigna Unguiculata) Terhadap
Bogor. Kandungan Kalsium Dan Protein
Pada Susu Jagung Manis (Zea Mays
Pratama, RI., Rostini, I., Liviawaty, E. 2014. Saccharata). Jurnal Teknosains
Karakteristik Biskuit dengan Pangan. Vol. 2 (1): 66-72.
Penambahan Tepung Tulang Ikan
Janglius (Istiophorus sp.). Jurnal Soekarto ST. 1985. Perbandingan Pengaruh
Akuatika Vol. 5 (1): 30-39. Kadar Air Kerupuk Mentah pada
Penggorengan dengan Minyak dan
Putranto H F., A.N. Asikin dan Indrati K. dengan Oven Gelombang Mikro.
2015. Karakteristik Tepung Tulang Prosiding Seminar Teknologi
Ikan Belida (Chitala sp.) sebagai Pangan. Fateta-IPB, Bogor.
Sumber Kalsium Dengan Metode
Hidrolisis Protein. Majalah Ilmiah Tababaka R. 2004. Pemanfaatan Tepung
Pertanian Ziraa’ah. ISSN Cetak : Tulang Ikan Patin (Pangasius sp.)
1421-1468. Fakultas Pertanian Sebagai bahan Tambahan Kerupuk.
Uniska. Muhammad Arsyad Al- Skripsi IPB, Bogor.
Banjary Banjarmasin. 11-20.
Winarno, F.G. 1997. Kimia Pangan dan
Qosthari S. 2016. Pengaruh Penggunaan Gizi.PT. Gramedia Pustaka Utama,
Jumlah Tapioka Dan Soda Kue Jakarta.
Terhadap Hasil Jadi Amplang Ikan

Anda mungkin juga menyukai