Anda di halaman 1dari 8

Karakteristik Kerupuk Ikan, Yuliani et al.

JPHPI 2018, Volume 21 Nomor 2


Available online: journal.ipb.ac.id/index.php/jphpi

KARAKTERISTIK KERUPUK IKAN DENGAN SUBSTITUSI TEPUNG TULANG


IKAN GABUS (Channa striata) SEBAGAI FORTIFIKAN KALSIUM

Yuliani*, Marwati, Hendri Wardana, Aswita Emmawati, Krishna Purnawan Candra*


Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Mulawarman
Jalan Tanah Grogot Gedung Lab Terpadu, Kampus Gunung Kelua, Samarinda 75119
Telepon (0541) 732146, Faks. (0541) 732146
* Korespondensi: yulianicandra482@gmail.com; candra@faperta.unmul.ac.id
Diterima: 10 April 2018/ Disetujui: 28 Juli 2018

Cara sitasi: Yuliani, Marwati, Wardana H, Emmawati A, Candra KP. 2018. Karakteristik kerupuk ikan
dengan subsitusi tepung tulang ikan gabus (Channa striata) sebagai fortifikan kalsium. Jurnal Pengolahan
Hasil Perikanan Indonesia. 21(2): 258-265.

Abstrak
Kerupuk ikan gabus telah dikenal luas namun biasanya terbuat dari bagian dagingnya saja. Limbah
berupa tulang ikan belum dimanfaatkan secara optimal, oleh karena itu dijadikan sebagai bahan substitusi
pada pembuatan produk kerupuk. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan pengaruh substitusi
tepung tulang ikan gabus (TTIG) sebagai fortifikan kalsium terhadap sifat sensoris dan fisika-kimia kerupuk
ikan gabus. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap dengan perlakuan substitusi tepung tulang
ikan gabus dalam tepung tapioka dengan kadar (0; 4; 8; 12; dan 16% b/b) dan di ulang sebanyak empat kali.
Parameter yang dianalisis pada penelitian ini adalah sifat sensoris dan sifat fisika-kimia. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa substitusi TTIG berpengaruh nyata (p<0,05) terhadap sifat sensoris rasa, aroma,
warna dan tekstur serta sifat fisika-kimia kerupuk ikan gabus. Peningkatan kadar TTIG menurunkan
kadar air dan volume pengembangan kerupuk ikan gabus, tetapi meningkatkan kadar protein dan kadar
kalsium (p<0,05). Substitusi TTIG sampai dengan 4% menghasilkan kerupuk ikan gabus dengan volume
pengembangan yang sama dengan kontrol (tanpa substitusi TTIG) dengan kadar kalsium 200 mg/100 g dan
kadar protein 14,27%. Rasa dan warna kerupuk ikan gabus disukai hingga substitusi TTIG 12%, sedangkan
aroma dan tekstur disukai hingga substitusi TTIG 8%.

Kata kunci: Channa striata, kalsium, kerupuk tulang, ikan gabus, volume pengembangan

Properties of Fish Cracker with Snakehead Fish (Channa striata) Bone Flour Substitution as
Calcium Fortificant

Abstract
Snakehead fish cracker is widely known in Indonesia, but they are usually made from meat only.
Fish bone waste has not been used optimally, therefore it was used as a substitute for making crackers.
This experiment aimed to determine the effect of snakehead fish bone flour (SFBF) substitution as
calcium fortificant on sensory and physicochemical characteristics of snakehead fish cracker (SFC). This
experiment used Complete Randomized Design with four replications for each treatment. Some parameters
(physicochemical properties for development volume, the contents of water, protein, and calcium as
well as sensory properties were determined. The results showed that SFBF content significantly affected
(p<0.05) the sensory characteristics of SFC for taste, aroma, colour, and texture, as well as physicochemical
characteristics of SFC. Increasing of SFBF content reduced water content and development volume of SFC,
although increased protein and calcium content (p<0.05). Substitution of SFBF up to 4% produced SFC,
which showed the same development volume with control (no SFBF added). Calcium and protein contents
of the SFC were 200 mg/100 g and 14.27%, respectively. Panellists like the colour and taste of SFC produced
by substitution of SFBF up to 12%, while only substitution of SFBF up to 8% for aroma and texture.

Keywords: calcium, Channa striata, cracker, development volume, snakehead fish bone

Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 258


JPHPI 2018, Volume 21 Nomor 2 Karakteristik Kerupuk Ikan, Yuliani et al.

PENDAHULUAN telur (Rahmawati dan Nisa 2015) dan tepung


Kerupuk dari berbagai daerah di tulang ikan madidihang (Maulida 2005),
Indonesia biasanya mempunyai ciri khas yang serta donat dengan penambahan tepung
karakteristiknya ditentukan dari penggunaan tulang tuna (Wardani et al. 2012), akan tetapi
bahan utama berupa ikan dan udang sehingga penambahan tepung tulang ikan dalam suatu
memberikan rasa dan aroma khas. Kerupuk produk mempunyai batasan karena dapat
ikan adalah produk makanan kering yang menurunkan kualitas sifat fisika-kimia dan
dibuat dari tepung pati dan daging ikan respon sifat sensorisnya. Deborah et al. (2016)
dengan penambahan bahan-bahan lainnya menyatakan bahwa tekstur dan rasa kerupuk
dan bahan tambahan makanan yang diijinkan aci tanpa penambahan sumber protein disukai
(BSN 1999). Kerupuk ikan gabus adalah hanya hingga penambahan tepung tulang
kerupuk yang menggunakan daging ikan sebesar 10%.
gabus sebagai pemberi rasa utama. Home Penelitian ini bertujuan untuk
industry kerupuk ikan gabus ini pertama menentukan pengaruh fortifikasi tepung
kali berkembang di Kalimantan Selatan tulang ikan gabus sebagai pemanfaatan
(Erlina et al. 2016; Hasiani 2016) dan saat limbah tulang ikan dari home industry
ini telah berkembang luas di Indonesia kerupuk terhadap sifat fisiko-kimia dan
termasuk di Kalimantan Timur tepatnya di sensoris kerupuk ikan gabus (kerupuk dengan
Kecamatan Kota Bangun, Kabupaten Kutai penambahan daging ikan gabus).
Kartanegara. Kerupuk ikan gabus perlu
mendapat perhatian untuk diangkat menjadi BAHAN DAN METODE
produk unggulan karena ikan gabus dikenal Bahan dan Alat
mempunyai beberapa sifat fungsional, yaitu Tepung tapioka, ikan gabus, minyak
dapat mempercepat penyembuhan luka goreng dan bumbu-bumbu (garam, gula,
(Hartini et al. 2015; Izzaty et al. 2014; bawang putih, ketumbar) diperoleh dari
Setiawan et al. 2015; Siswanto et al. 2016), pasar tradisional di kota Samarinda. Tulang
mempunyai efek antiaging (Sunarno 2015), ikan gabus diperoleh dari sentra pengrajin
dan menunjukkan efek perbaikan gizi yang kerupuk ikan gabus di Kecamatan Kota
signifikan (Widodo et al. 2015). Bangun, Kabupaten Kutai Kartanegara. Asam
Pemasaran kerupuk ikan gabus klorida, asam sulfat, natrium hidroksida,
menunjukkan prospek yang sangat baik katalis (Kjeldahl tablet for Wieninger method)
(Aini et al. 2014; Erlina et al. 2016), hal ini harus dan phenolphtalein bahan kimia diperoleh
diantisipasi secara dini karena home industry dari Merck.
kerupuk ikan gabus menghasilkan limbah Alat yang digunakan yaitu panci kukusan,
tulang ikan yang cukup besar, mencapai 15- saringan, kompor, dan pisau. Pengeringan
20% dari berat tubuhnya (Suwandi et al. 2014). tepung tulang dan uji kadar air dilakukan
Inovasi pemanfaatan tulang ikan gabus dari menggunakan oven (Sanyo model MOV-212F,
limbah home industry kerupuk ikan gabus Japan) dan timbangan analitik (Mettler Toledo
perlu dilakukan, misalnya diolah menjadi AL 204, Switzerland), pengukuran kadar
tepung tulang ikan sebagai bahan tambahan kalsium menggunakan Spektrofotometer
pangan kaya kalsium. Kadar kalsium tepung Serapan Atom (Shimadzu AA 6200, Japan),
tulang ikan bervariasi tergantung jenis ikan pengukuran protein menggunakan peralatan
dan metode prosesnya. Kandungan kalsium Kjeldahl.
tulang ikan gabus berkisar 16,86-22,77%
(Cucikodana et al. 2012). Metode Penelitian
Tepung tulang ikan atau bahan Penyiapan daging ikan gabus
berkalsium telah dicobakan dalam beberapa Daging ikan gabus dipersiapkan dengan
produk olahan pangan, yaitu kerupuk ikan cara seperti yang dilakukan oleh UKM
bandeng dengan tambahan tepung tulang ikan kerupuk ikan gabus di Kecamatan Kota
belida (Kusumaningrum dan Asikin 2016), Bangun, Kabupaten Kutai Kartanegara. Ikan
biskuit dengan tambahan tepung cangkang gabus dibersihkan dari sisiknya, kepala dan

259 Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia


Karakteristik Kerupuk Ikan, Yuliani et al. JPHPI 2018, Volume 21 Nomor 2

badan ikan dipisahkan, serta kotorannya Analisis fisika-kimia


dibuang, selanjutnya daging ikan dipisahkan Kadar air dianalisis dengan cara
dari kulit dan tulang. Daging ikan gabus pemanasan menggunakan oven udara,
dihaluskan dengan blender. dilakukan dengan cara mengeluarkan air
dari bahan dengan bantuan panas pada
Penyiapan tepung tulang ikan gabus tekanan udara (760 mmHg). Kadar kalsium
Penyiapan tepung tulang ikan gabus dianalisis menggunakan metode spektroskopi
dilakukan sesuai metode yang mengacu pada serapan atom (λ 422,7 nm) berdasarkan SNI
Cucikodana et al. (2012) dengan modifikasi. 06-6989.56-2005 (BSN 2005). Kadar protein
Tulang ikan gabus bersih direbus selama 30 dianalisis menggunakan metode Kjeldahl,
menit pada suhu 80oC. Tulang ikan kemudian dengan cara menentukan kadar N total
dibersihkan dari sisa-sisa daging yang masih kemudian dikonversi menjadi kadar protein
menempel, selanjutnya dilakukan sterilisasi mengacu pada Sudarmadji et al. (2010). Volume
pada suhu 121oC selama 15 menit, setelah pengembangan kerupuk diukur dengan metode
dingin tulang dipotong-potong 5-10 cm dan yang mengacu pada Wardani et al. (2012).
direbus kembali dalam air mendidih selama
15 menit, kemudian dicuci, ditiriskan dan Evaluasi karakteristik sensoris
dikeringkan dengan oven pada suhu 60oC Karakteristik sensoris untuk atribut
selama 5 jam. Tulang ikan yang telah kering warna, aroma, rasa, dan tekstur dievaluasi
dihaluskan menggunakan blender dan diayak menggunakan uji afektif (uji hedonik) yang
menggunakan ayakan ukuran 80 mesh. dilanjutkan dengan uji deskriptif (uji mutu
hedonik) (Soekarto 1985). Kerupuk mentah
Pengolahan kerupuk digoreng dalam minyak panas dengan suhu
Pengolahan kerupuk ikan gabus 180oC selama 1 menit, kemudian diuji oleh
didasarkan pada metode yang digunakan panelis yang terdiri atas 20 orang yang diseleksi
oleh UKM kerupuk ikan gabus di Kecamatan dari Jurusan Teknologi Hasil Pertanian
Kota Bangun, Kabupaten Kutai Kartanegara, Universitas Mulawarman. Panelis merupakan
hanya tepung tapioka disubstitusi dengan panelis semi terlatih. Penilaian sensoris yang
tepung tulang ikan gabus sampai dengan digunakan adalah dengan skala 1-5.
16%. Perlakuan dibuat dari adonan dengan
komposisi 50 g daging ikan gabus, 50 g tepung Analisis Data
tapioka dengan substitusi tepung tulang Penelitian menggunakan rancangan acak
ikan gabus 0 (kontrol), 4; 8; 12 dan 16%, 1 g lengkap, masing-masing perlakuan diulang
garam, 2 g gula dan 5 g bawang putih. Bahan empat kali. Data karakteristik fisika-kimia
dicampur sesuai dengan perlakuan dan diolah yang diperoleh dianalisis menggunakan
sehingga menghasilkan adonan yang rata. analisis ragam, dan dilanjutkan dengan uji
Adonan dibentuk menjadi bentuk silinder Tukey pada taraf α 5% untuk perlakuan yang
dengan cara dimasukkan dalam plastik menunjukkan pengaruh nyata, sedangkan
polypropylen dengan panjang 15 cm dan data karakteristik sensoris dikonversi terlebih
diameter 3 cm. Adonan dikukus selama 45 dahulu menjadi data interval dengan Method
menit sampai adonan matang yang ditandai of Successive Interval sebelum dilakukan
dengan warnanya yang menjadi bening, analisis ragam.
selanjutnya adonan diangin-anginkan selama
24 jam, Adonan didinginkan, diiris dengan HASIL DAN PEMBAHASAN
ketebalan 1-2 mm, kemudian dikeringkan Karakteristik Sensoris Kerupuk Ikan
menggunakan oven pada suhu 85oC selama Gabus
5 jam. Kerupuk kering selanjutnya digoreng Kadar tepung tulang ikan gabus 0-16%
dalam minyak panas pada suhu 180oC sampai dalam tepung tapioka yang digunakan pada
kerupuk mengembang (±1 menit). pengolahan kerupuk ikan gabus memberikan

Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 260


JPHPI 2018, Volume 21 Nomor 2 Karakteristik Kerupuk Ikan, Yuliani et al.

pengaruh nyata (p<0,05) terhadap sifat Aroma


hedonik dan mutu hedonik untuk warna, Substitusi tepung tulang ikan gabus
aroma, rasa dan tekstur kerupuk ikan gabus hingga 8% memberikan respon tidak berbeda
yang dihasilkan (Tabel 1). Karakteristik sifat dengan kontrol (tanpa substitusi), yaitu suka,
sensoris hedonik 1-5= sangat tidak suka– tetapi substitusi yang lebih tinggi (12-16%)
sangat suka, sedangkan pada mutu hedonik cenderung menurunkan (p<0,05) respon
untuk rasa 1-5= sangat tidak gurih–sangat sensoris hedonik untuk aroma ini menjadi
gurih, aroma 1-5= beraroma tepung, tidak agak suka. Peningkatan kadar substitusi
beraroma ikan, agak beraroma ikan, beraroma tulang ikan gabus diduga menjadi penyebab
ikan, sangat beraroma ikan. warna 1-5= menurunnya kesukaan akan aroma produk
kuning kecoklatan, sangat kuning, kuning, kerupuk yang dihasilkan. Hal yang sama
agak kuning, putih, tekstur 1-5= sangat tidak dilaporkan oleh Deborah et al. (2016) untuk
renyah – sangat renyah. kerupuk aci (tanpa penambahan daging
ikan) dengan substitusi tepung tulang ikan
Warna julung-julung 0-20%. Substitusi tepung
Kadar tepung tulang ikan gabus hingga tulang ikan julung-julung sampai 10% dapat
12% dalam tepung tapioka memberikan warna meningkatkan karakteristik sensoris hedonik
yang disukai sama dengan perlakuan kontrol, untuk aroma tetapi karakteristik sensoris
sedangkan untuk perlakuan dengan kadar 16% hedonik untuk aroma ini menurun untuk
hanya mendapat respon agak disukai. Panelis substitusi yang lebih tinggi. Hasil yang agak
menilai warna kerupuk kontrol dan kerupuk berbeda dilaporkan oleh Putra et al. (2015)
dengan penambahan tepung tulang ikan gabus untuk kerupuk aci (tanpa penambahan daging
sampai 8% mempunyai warna agak kuning, ikan) yang menggunakan penambahan
sedangkan kerupuk dengan kadar tepung tepung terigu. Substitusi tepung tulang ikan
tulang ikan gabus 12-16% berwarna kuning. gabus sampai dengan 20% memberikan
Peningkatan substitusi tepung tulang ikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap
gabus memberikan kenaikan kadar kalsium karakteristik sensoris hedonik untuk aroma.
dan protein kerupuk yang memberikan Substitusi tepung tulang ikan gabus ini
efek pada menurunnya kecerahan warna (0-16%) cenderung menurunkan karakteristik
kerupuk. Evawati (2010) melaporkan bahwa sensoris mutu hedonik untuk aroma dari 3,46
penambahan tepung sumber kalsium seperti (beraroma ikan) menjadi 2,76 (agak beraroma
tepung kerang memberikan warna gelap ikan). Substitusi tepung tulang ikan gabus
pada produk kerupuk. Huda et al. (2001) sebesar 4% tidak memberikan perbedaan
menyatakan bahwa kenaikan kadar protein karakteristik sensoris mutu hedonik
dan abu cenderung menurunkan kecerahan aroma dengan perlakuan kontrol (tanpa
warna kerupuk.
Tabel 1 Karakteristik sensori kerupuk ikan gabus
(Table 1 Characteristics of snakehead fish cracker)

Substitusi tepung tulang ikan gabus (% b/b) dalam tepung tapioka/


Karakteristik sensori/ Substitution of snakehead fish bone flour (% w/w) to tapioca flour
Sensory characteristics
0 4 8 12 16
Warna/Colour 3.71±0.48a 3.69±0.49a 3.49±0.57a 3.39±0.56ab 3.19±0.58b
Hedonic/ Aroma/Scent 3.80±0.72a 3.89±0.69a 3.75±0.67a 3.48±0.75b 3.46±0.71b
Hedonic Rasa/Taste 3.66±0.48a 3.70±0.46a 3.59±0.52a 3.53±0.50a 3.21±0.50b
Tekstur/Texture 3.71±0.56 a
3.48±0.62 ab
3.54±0.65 a
3.24±0.77bc
3.14±0.63c
Warna/Colour 4.28±0.75a 3.83±0.91b 3.65±0.70b 3.21±0.84c 2.88±1.01c
Mutu hedonik / Aroma/Scent 3.46±0.64a 3.35±0.68a 3.15±0.73b 3.01±0.68b 2.76±0.70c
Hedonic quality Rasa/Taste 3.79±0.52 a
3.68±0.50 ab
3.43±0.59 bc
3.18±0.57 c
2.81±0.73d
Tekstur/Texture 3.90±0.61a 3.79±0.61ab 3.54±0.62bc 3.30±0.66c 2.99±0.80d

261 Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia


Karakteristik Kerupuk Ikan, Yuliani et al. JPHPI 2018, Volume 21 Nomor 2

substitusi), tetapi peningkatan substitusinya Sifat Fisika-kimia Kerupuk Ikan


menyebabkan penurunan aroma ikan pada Gabus
kerupuk. Substitusi tepung tulang ikan gabus Kerupuk yang dihasilkan pada semua
hingga 16% menghasilkan kerupuk yang agak perlakuan memenuhi persyaratan mutu
beraroma ikan. berdasarkan SNI 01-2713-1999 untuk kadar air
(maksimal 11%) dan kadar protein (minimal
Rasa 6%) (BSN 1999). Kadar tepung tulang ikan
Substitusi tepung tulang ikan gabus dalam gabus dalam tepung tapioka memberikan
tepung tapioka hingga 12% menghasilkan pengaruh nyata (p<0,05) terhadap sifat fisiko-
kerupuk dengan rasa yang tidak berbeda kimia kerupuk ikan gabus yang dihasilkan
nyata dengan kontrol, yaitu suka, sedangkan (Tabel 2).
substitusi yang lebih besar (16%) menurunkan
respon terhadap rasa kerupuk ikan gabus Kadar Air dan Volume Pengembangan
menjadi agak suka. Hal ini sejalan dengan Kerupuk Ikan
penelitian Putra et al. (2015), pembuatan Kadar air kerupuk ikan gabus tanpa
kerupuk dengan penambahan 20% tepung penambahan tepung tulang ikan yang
tulang ikan gabus tanpa penambahan daging dihasilkan pada penelitian ini yaitu 6,50%.
ikan gabus menurunkan karakteristik sensoris Kadar air tersebut cenderung menurun
hedonik rasa. seiring dengan peningkatan substitusi tepung
Substitusi tepung tulang ikan gabus sebesar tapioka dengan tepung tulang ikan. Substitusi
4% memberikan respon mutu hedonik untuk sebesar 8-16% mengakibatkan penurunan
rasa sama dengan perlakuan kontrol yaitu agak kadar air yang nyata (p<0,05) pada kerupuk
gurih, sedangkan substitusi yang lebih tinggi yang dihasilkan. Hal yang berbeda dilaporkan
(8 dan 16%) menghasilkan kerupuk dengan Deborah et al. (2016) dan Putra et al. (2015)
rasa tidak gurih. Hal ini mungkin terjadi yang menyatakan bahwa penambahan tepung
karena substitusi tepung tulang ikan sebesar tulang ikan pada kerupuk menyebabkan
8% atau lebih dapat menekan rasa gurih pada peningkatan kadar air kerupuk.
kerupuk ikan gabus seperti disampaikan oleh Kerupuk ikan gabus pada penelitian ini
Deborah et al. (2016) bahwa peningkatan mempunyai volume pengembangan sebesar
kadar tepung tulang ikan julung-julung dalam 39,75%, jauh dibawah volume kembang
produk kerupuk memberikan cita rasa tulang kerupuk aci (tanpa penambahan daging
ikan yang dominan. ikan) dari penelitian Putra et al. (2015)
yang mencapai 97,30%. Penggunaan daging
Tekstur ikan gabus mungkin bertanggung jawab
Tekstur kerupuk dengan penambahan terhadap penurunan pengembangan volume
tepung tulang ikan gabus hingga 8% disukai kerupuk ikan gabus sebesar 60%. Protein
panelis sama dengan perlakuan kontrol lebih dapat mengikat air dibanding pati
dengan tekstur renyah, sedangkan perlakuan (Julianti et al. 1994; Kyaw et al. 2001a;
menggunakan konsentrasi yang lebih besar Yu dan Tan 1990; Zulfahmi et al. 2014)
(12 dan 16%) hanya mendapat respon sehingga air yang dapat hilang dengan tiba-
agak disukai, dengan tekstur agak renyah. tiba pada saat proses penggorengan (faktor
Deborah et al. (2016) melaporkan bahwa penentu pengembangan kerupuk pada saat
penambahan tepung tulang ikan julung- penggorengan) menjadi lebih sedikit. Hal
julung berpengaruh pada tekstur kerupuk. ini menyebabkan volume pengembangan
Penambahan tepung tulang ikan sampai 10% kerupuk ikan lebih kecil dibanding volume
dapat meningkatkan akseptabilitas kerupuk, pengembangan kerupuk tapioka tanpa
tetapi penurunan akseptabilitas terjadi bila penambahan daging ikan.
tepung tulang yang diberikan lebih besar dari Kadar air kerupuk mentah sangat
10%. mempengaruhi pengembangan volume

Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 262


JPHPI 2018, Volume 21 Nomor 2 Karakteristik Kerupuk Ikan, Yuliani et al.

Tabel 2 Pengaruh substitusi tepung tulang ikan gabus dalam tepung tapioka
terhadap sifat fisika-kimia kerupuk ikan gabus
(Table 2 Effect of snakehead fish bone flour substitution to tapioca flour on physico
chemical characteristics of snakehead fish cracker)
Substitusi tepung tulang ikan gabus (% b/b) dalam tepung tapioka/
Sifat fisika-kimia/ Substitution of snakehead fish bone flour (% w/w) to tapioca flour
Physico-chemical characteristics
0 4 8 12 16
Daya kembang/ Swell volume (%) 39.75±0.48a 39.25±0.25a 31.25±1.11b 21.50±0.96c 19.50±2.10c
Kadar air/Moisture content (%) 6.50±0.36a 6.44±0.24a 5.60±0.06b 5.04±0.09b 4.17±0.32c
Kadar protein /Protein content (%) 14.01±0.21b 14.27±0.27b 14.53±0.19b 14.67±0.44b 15.50±0.18a
Kadar kalsium/
147.00±5.13e 200.00±0.58d 210.33±0.88c 225.33±0.88b 237.67±1.20a
Calcium content(mg/100 g)

kerupuk, semakin rendah kadar air kerupuk penelitian ini adalah penambahan tepung
mentah akan meningkatkan volume tulang ikan gabus sampai 12% menghasilkan
pengembangannya. Substitusi tepung kerupuk dengan kadar protein yang sama
tapioka dengan tepung tulang ikan gabus dengan kontrol. Kadar protein tepung tulang
menyebabkan penurunan daya kembang ikan gabus yang dihasilkan pada penelitian
kerupuk ikan. Substitusi tepung tapioka ini sebesar 23,62% tergolong tepung tulang
dengan tepung tulang ikan 4% menghasilkan ikan dengan kandungan protein rendah untuk
kerupuk ikan dengan volume pengembangan pembuatan kerupuk.
yang sama dengan kontrol, tetapi substitusi Penambahan tepung tulang ikan gabus
yang lebih besar (8-16%) menurunkan pada pengolahan kerupuk ikan meningkatkan
volume pengembangannya 6-10%. Tepung kadar kalsium kerupuk ikan gabus secara
tulang ikan diperkirakan menggantikan nyata. Penambahan sebanyak 16% tepung
sejumlah air dalam adonan kerupuk sehingga tulang ikan gabus dapat meningkatkan
kadar airnya menjadi lebih rendah, selain itu kandungan kalsium kerupuk ikan gabus 62%
diduga tepung tulang juga mempunyai daya (p<0,05), yaitu 237,67 mg/100 g dibanding
ikat yang lebih kuat terhadap air, sehingga perlakuan kontrol yang hanya menghasilkan
dapat mengakibatkan penurunan kadar air kerupuk dengan kandungan kalsium sebesar
kerupuk mentah, tetapi penambahan tepung 147 mg/100 g. Kadar kalsium pada kerupuk
tulang ikan tersebut mengganggu proses dari hasil penelitian ini jauh lebih rendah
penghilangan air dengan tiba-tiba ketika dibandingkan dengan kerupuk ikan bandeng
proses penggorengan (menurunkan volume dengan penambahan tulang ikan belida, yaitu
pengembangan). Hal serupa dilaporkan oleh 6,57% (657 mg/100 g) (Kusumaningrum dan
Deborah et al. (2016) bahwa penambahan Asikin 2016). Hal ini memberikan gambaran
tepung tulang ikan julung-julung sebesar bahwa kadar kalsium kerupuk ikan gabus
10% menyebabkan penurunan volume dengan penambahan tepung tulang ikan
kembang kerupuk sebesar 20%, sedangkan gabus masih dapat ditingkatkan dengan
Putra et al. (2015) melaporkan bahwa cara memperbaiki proses penyiapan tepung
penambahan tepung tulang ikan sebesar 20% tulang ikan. Kadar kalsium tepung tulang
menurunkan volume pengembangan kerupuk ikan gabus yang dihasilkan pada penelitian
sebesar 52%. ini hanya 0,16%. Nilai ini jauh lebih rendah
dari kadar kalsium tepung tulang ikan gabus
Kadar Protein dan Kalsium hasil penelitian Cucikodana et al. (2012)
Penambahan tepung tulang ikan gabus yang membuat protein terlarut disertai
sampai dengan 16% memberikan pengaruh degradasi. Hasil menunjukkan bahwa tepung
nyata (p<0,05) terhadap kadar protein dan tulang ikan gabus sangat potensial untuk
kalsium kerupuk ikan. Hal yang menarik pada digunakan sebagai bahan tambahan pangan

263 Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia


Karakteristik Kerupuk Ikan, Yuliani et al. JPHPI 2018, Volume 21 Nomor 2

guna meningkatkan nilai gizi kerupuk dalam Cucikodana Y, Supriadi A, Purwanto B. 2012.
hal ini kandungan kalsium dan proteinnya. Pengaruh perbedaan suhu perebusan
Penggunaan tepung tulang ikan 8% tidak dan konsentrasi NaOH terhadap kualitas
mengubah sifat sensoris kerupuk ikan. bubuk tulang ikan gabus (Channa striata).
Jurnal Fishtech. 1(1): 91–101.
KESIMPULAN Deborah T, Afrianto E, Pratama RI. 2016.
Peningkatan substitusi TTIG Fortifikasi tepung tulang Julung-julung
menyebabkan penurunan penerimaan sebagai sumber kalsium terhadap tingkat
sensoris dan sifat fisika-kimia kerupuk. kesukaan kerupuk. Jurnal Perikanan
Kerupuk ikan gabus dengan substitusi Kelautan. 7(1): 48–53.
TTIG sampai 12% disukai panelis untuk Erlina S, Ilma Ifada I, Supianor. 2016. Prospek
atribut warna dan rasa, TTIG sampai 8% usaha pembuatan kerupuk ikan gabus.
disukai untuk atribut aroma dan tekstur. Ziraa’ah. 41(2): 237–242.
Peningkatan substitusi TTIG menurunkan Evawati D. 2010. Pemanfaatan kerang
kadar air dan volume pengembangan kerupuk fortifikasi kalsium pada krupuk aneka
namun meningkatkan kadar protein dan rasa untuk peningkatan kandungan gizi
kadar kalsium. Substitusi TTIG sampai 4% dan tingkat penerimaan konsumen.
menghasilkan kerupuk ikan gabus dengan Jurnal Akademi Keperawatan Pamenang.
volume pengembangan yang sama dengan 1(2): 13–17.
kontrol Substitusi TTIG 16% menghasilkan Hartini PS, Dewi N, Hayatie L. 2015.
kerupuk dengan kadar air terendah tetapi Esktrak ikan haruan (Channa striata)
mengandung kadar kalsium dan protein menurunkan jumlah makrofag pada
tertinggi. fase inflamasi proses penyembuhan luka.
Jurnal Dentofasial. 14(1): 6–10.
UCAPAN TERIMAKASIH Hasiani Y. 2016. Analisis usaha mikro, kecil
Penulis mengucapkan terima kasih dan menengah pengolahan kerupuk
yang sebesar-besarnya pada Fakultas ikan gabus di Kabupaten Banjar.
Pertanian Universitas Mulawarman yang EnviroScienteae. 13(1): 91–94.
telah membiayai penelitian ini melalui Hibah Huda N, Abdullah A, Babji AS. 2001.
Penelitian Fakultas Pertanian Universitas Substitution of tapioca flour with surimi
Mulawarman Tahun 2017. powder in traditional crackers (Keropok
Palembang). In 16th Scientific Conference
DAFTAR PUSTAKA Nutrition Society of Malaysia (pp.
Aini M, Mahyudin I, Mahreda S. 2014. Analisis 1–6). Kuala Lumpur: Nutrition Society
usaha pengolahan kerupuk ikan gabus Malaysia.
(Channa striata Bloch) peserta program Izzaty A, Dewi N, Indah D, Pratiwi N. 2014.
pemberdayaan konsultan keuangan Ekstrak haruan (Channa striata) secara
mutra bank (KKMB) di Kalimantan efektif menurunkan jumlah limfosit fase
Selatan (Studi Pemberdayaan KKMB di inflamasi dalam penyembuhan luka.
Kota Banjarmasin). Fish Scientie. 4(7): Jurnal Dentofasial. 13(3): 176–181.
23–24. Julianti J, Belo P, Smith E, McProud L. 1994.
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 1999. Egg white powder in extruded fish
SNI 01-2713-1999. Kerupuk Ikan. Jakarta crackers. International Journal of Food
(ID): Badan Standardisasi Nasional. Science and Technology. 29: 315–320.
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2005. Kusumaningrum I, Asikin AN. 2016.
SNI 06-6989.56-200. Air dan air limbah Karakteristik kerupuk ikan fortifikasi
- Bagian 56: Cara uji kadar kalsium (Ca) kalsium dari tulang ikan belida (Chitala
dengan Spektrofotometer Serapan Atom sp.). Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan
(SSA). Jakarta (ID): Badan Standardisasi Indonesia. 19(3): 233–240.
Nasional.

Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 264


JPHPI 2018, Volume 21 Nomor 2 Karakteristik Kerupuk Ikan, Yuliani et al.

Kyaw ZY, Yu SY, Cheow CS, Dzulkifly MH, Sudarmadji S, Haryono B, Suhardi. 2010.
Howell NK. 2001. Effect of fish to starch Prosedur Analisis Bahan Makanan dan
ratio on viscoelastic properties and Pertanian. Yogyakarta (ID): Liberty.
microstructure of fish cracker (’keropok’) Sunarno. 2015. Potential of glutathione
dough. International Journal of Food and antioxidant in the hippocampus repair :
Technology. 36: 741–747. Preliminary study on bioactive materials
Maulida N. 2005. Pemanfaatan tepung tulang antiaging of snakehead fish (Channa
ikan madidihang (Thunnus albacares) striata) in animal models of aging.
sebagai suplemen dalam pembuatan International Journal of Science and
biskuit (Crackers). [Skripsi]. Bogor (ID): Engineering. 8(1): 22–25.
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Suwandi R, Nurjanah, Winem M. 2014.
Institut Pertanian Bogor. Proporsi bagian tubuh dan kadar
Putra MRA, Nopianti R, Herpandi. 2015. proksimat ikan gabus pada berbagai
Fortifikasi tepung tulang ikan gabus ukuran. Jurnal Pengolahan Hasil
(Channa striata) pada kerupuk sebagai Perikanan Indonesia. 17(1): 22–28.
sumber kalsium. Jurnal Fishtech. 4(2): Wardani DP, Liviawaty E, Junianto. 2012.
128–139. Fortifikasi tepung tulang tuna sebagai
Rahmawati WA, Nisa FC. 2015. Fortifikasi sumber kalsium terhadap tingkat
kalsium cangkang telur pada pembuatan kesukaan donat. Jurnal Perikanan dan
cookies (Kajian konsentrasi tepung Kelautan. 3(4): 41–50.
cangkang telur dan baking powder). Widodo S, Riyadi H, Tanziha I, Astawan M.
Jurnal Pangan dan Agroindustri. 3(3): 2015. Perbaikan status gizi anak balita
1050–1060. dengan intervensi biskuit berbasis blondo,
Setiawan MR, Dewi N, Oktaviyanti IK. 2015. ikan gabus dan beras merah. Junal Gizi
Ekstrak ikan haruan (Channa striata) Pangan. 10(2): 85–92.
meningkatkan jumlah neokapiler pada Yu SY, Tan LK. 1990. Acceptability of crackers
penyembuhan luka. Jurnal Dentofasial. (“keropok”) with fish protein hydrolysate.
14(1): 1–5. International Journal of Food Science and
Siswanto A, Dewi N, Hayatie L. 2016. Effect Technology. 25: 204–208.
of haruan (Channa striata) extract on Zulfahmi AN, Swastawati F, Romadhon.
fibroblast cells count in wound healing. 2014. Pemanfaatan daging ikan
Journal of Dentomaxillofacial Science. tenggiri (Scomberomorus commersoni)
1(1): 12–15. dengan konsentrasi yang berbeda
Soekarto ST. 1985. Penilaian Organoleptik pada pembuatan kerupuk ikan. Jurnal
untuk Industri Pangan dan Hasil Pengolahan dan Bioteknologi Hasil
Pertanian. Jakarta: Bhratara Karya Perikanan. 3(4): 133–139.
Aksara.

265 Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia

Anda mungkin juga menyukai