Disusun Oleh :
Kelompok 5
A. TUJUAN
Tujuan Acara III Pengelompokan Komoditas Hasil Pertanian
Berdasarkan Fungsinya adalah memahami dan menganalisis
pengelompokkan komoditas pertanian berdasarkan fungsinya menjadi
bahan pangan dan bahan non pangan.
B. METODOLOGI
1. Bahan
a. Daging Ikan Cakalang
b. Jeroan Ikan Cakalang
c. Tulang Ikan Cakalang
2. Cara Kerja
Studi Literatur
Mahasiswa membuat pohon industri dari komoditas hasil pertanian serta
menganalisis ketersediaannya di pasaran berdasarkan studi literatur.
Industri
Pangan
Daging Abon
Ikan Cakalang Tulang Gelatin Industri
Pangan
Jeroan Pupuk
Organik Industri
Pertania
n
Bahan pangan adalah bahan yang memungkinkan manusia tumbuh
dan mampu memelihara tubuhnya serta berkembang biak. Manusia
memerlukan bahan pangan untuk menunjang kelangsungan hidupnya. Pada
umumnya terdiri atas zat-zat kimia, yang sudah tersedia secara alami atau
yang dibuat secara sintetis, dalam berbagai bentuk kombinasinya.
Komponen utama yang terkandung dalam bahan pangan yaitu air,
karbohidrat, protein, lemak, dan senyawa kombinasinya atau turunan-
turunannya. Bahan pangan juga tersusun dari komponen anorganik dalam
bentuk kandungan mineral, dan komponen organik lainnya dalam jumlah
sangat kecil, misalnya vitamin, enzim, emulsifier, asam, antioksidan,
pigmen, dan komponen-komponen cita rasa (flavor). Komponen utama
bahan pangan sangat berpengaruh terhadap mutu atau nilai bahan pangan
(Simanjuntak, 2014).
Abon ikan adalah daging ikan yang dicincang dan dikeringkan
dengan penambahan bumbu-bumbu tertentu. Jenis olahan abon ikan
merupakan salah satu usaha diversifikasi pengolahan hasil perikanan.
Dibandingkan dengan bentuk pengolahan tradisional lainnya, abon ikan
mempunyai daya awet yang relatif lama, yaitu masih bisa direrima pada
penyimpanan selama 50 hari pada suhu kamar (Ismail dan Dhanang, 2017).
Dalam membuat abon ikan cakalang bahan baku yang digunakan adalah
ikan cakalang dan beberapa bumbu berupa rernpah-rempah. Sedangkan
bahan pembantu yang digunakan anrara lain : santan, rempah-rempah,
garam dan gula. Proses pembuatannya adalah ikan cakalang disiangi, dicuci,
direbus, dikukus, pembuatau suat. campur bumbu, pengalengan,
pengepresan (Purwaningsih, 1999).
Komposisi protein pada daging ikan terdiri dari 65–75% miofibril,
20–30% sarkoplasma dan 1–10% stroma Protein stroma terdapat pada
bagian tulang, sisik, kulit, sirip ikan dan itu merupakan limbah padat yang
belum dimanfaatkan dengan baik oleh industri pengolahan hasil perikanan
(Amiruldin, 2007). Menurut Marsaid dan Atmaja (2011) proporsi tulang
ikan terhadap tubuh ikan mencapai 12,4%. Sehingga, limbah padat berupa
tulang dari hasil pengolahan diperkirakan sebanyak ±7.460 ton. Apabila
limbah-limbah tersebut tidak dimanfaatkan dengan baik, maka dapat
mencemari lingkungan yang dapat mengganggu kesehatan bagi masyarakat
di sekitarnya. Limbah tulang ikan bisa dimanfaatkan menjadi gelatin
sebagai bahan tambahan makan (food additive) yang bernilai ekonomis
tinggi. Alat-alat yang digunakan dalam pembuatan gelatin dari tulang ikan
cakalang antara lain water bath, alumunium foil, erlenmeyer, baker glass,
pipet, kertas saring, gelas ukur, termometer, kain blacu, oven, blender,
panci, kompor, kertas label, timbangan dan penggaris. Bahan yang
digunakan pada pembuatan gelatin dari tulang ikan cakalang. Tulang ikan
cakalang dibersihkan dengan air mengalir. Kemudian tulang ikan direbus
dengan menggunakan suhu 80ºC selama 30 menit. Lalu Tulang ikan
dikeringkan menggunakan oven/sinar matahari. Tulang ikan yang telah
kering akan dikecilkan ukurannya menjadi 2–3 cm. Setelah itu, direndam
dalam larutan HCl dengan konsentrasi 1, 3 dan 5% (1:4, proses perendaman
selama 36 jam. Setelah perendaman tulang akan dibersihkan dengan air
mengalir sampai pH netral dan dicuci kembali dengan akuades, lalu tulang
ikan (ossein) diekstraksi (1:3) menggunakan water bath dengan suhu ±85ºC
selama 6 jam. Sesudah ekstraksi, gelatin cair yang telah dihasilkan akan
disaring menggunakan kain blacu/kain saring, lalu dilakukan proses
pengeringan menggunakan oven pada suhu 50ºC selama ±8 jam
(Singkuku dkk, 2017).
Pupuk terbagi menjadi dua yaitu pupuk anorganik dan pupuk
organik. Pupuk anorganik adalah pupuk hasil proses rekayasa secara kimia,
fisika dan biologis yang merupakan hasil industri dari pabrik pembuat
pupuk, sedangkan pupuk organik merupakan pupuk yang terbuat dari bahan
alam seperti pelapukan tanaman, kotoran hewan atau manusia
(Mazaya, dkk., 2013). Salah satu bahan untuk membuat pupuk organik cair
adalah limbah dari ikan. Limbah ikan bagian dalam dan luar yang tersisa
pada pengolahan ikan memiliki potensi untuk diolah menjadi pupuk. Secara
umum limbah ikan mengandung banyak nutrien yaitu N (nitrogen), P
(posforus) dan K (kalium) yang merupakan komponen penyusun pupuk
organik (Hapsari & Welasi, 2013). Salah satu limbah yang terdapat pada
ikan yaitu jeroan atau isi perut ikan. Ikan cakalang banyak ditemukan di
wilayah laut Indonesia dan makanan dari ikan ini antara lain ikan kecil,
udang, cumi-cumi, dan moluska. Cumi-cumi dan udang mengandung
kalium, fosforus, natrium, magnesium, dan kalsium (Santoso, dkk., 2008)
sedangkan pertumbuhan tanaman memerlukan tiga unsur hara penting,
yaitu nitrogen (N), posforus (P), dan kalium (K) (Suprihatin, 2011).
Sehingga jeroan ikan cakalang diharapkan dapat meningkatkan unsur hara
yang dibutuhkan tanaman dalam pupuk organik cair. ertama-tama jeroan
ikan cakalang dibersihkan dari darah dan kotoran yang menempel pada
perut ikan cakalang dengan cara mencuci jeroan ikan cakalang kemudian
jeroan ikan cakalang dipotong-potong. Pembuatan pupuk organik cair
dilakukan dengan menggunakan metode pembuatan bakasang. Bakasang
adalah produk fermentasi tradisional yang terbuat dari isi perut ikan
cakalang (katsuwonus pelamis L) serta telur ikan dan ikan kecil lainnya
(Lawalata & Satiman, 2015). Pembuatan bakasang biasa dilakukan dengan
penambahan garam, namun pada penelitian ini tidak menggunakan garam
karena tidak akan digunakan sebagai bahan makan yang dibutuhkan untuk
penyendap atau pengawetan. Proses fermentasi dilakukan selama 5 hari dan
10 hari di bawah sinar matahari (Suartini dkk, 2018).
D. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA