G31112254 MP.
DOSEN : Dr. Ir. Jumriah Langkong,
NUR FITRI RAMADHANI
FATMAWATI
2015
G31112267
G31112266
BENNY SUHARDI
G31112902
NORMAN MASMUR
G31112272
PEMANFAATAN/PENGOLAHAN LIMBAH
HASIL PETERNAKAN
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Limbah
adalah
hasil
aktivitas
manusia
bidang
pangan
sehingga
Tulang merupakan salah satu hasil ikutan (by product) dari pemotongan
ternak yang sampai saat ini belum termanfaatkan secara maksimal karena
sebagian besar masyarakat masih menganggapnya sebagai limbah ternak. Sampai
saat ini pemanfaatan tulang dari ternak masih sangat terbatas, sehingga dengan
demikian tulang masih dikategorikan sebagai by product yang memiliki nilai
ekonomi rendah.
Seiring dengan perkembangan teknologi khususnya teknologi pengolahan
hasil ikutan ternak, maka limbah tulang telah banyak dikembangkan dan
dimanfaatkan baik dalam bentuk produk pangan maupun non-pangan. Dalam
bentuk produk pangan telah dikembangkan dalam bentuk bahan baku suplemen
makanan ataupun, sedangkan terkait dengan produk non-pangan saat ini telah
dikembangkan sebagai sumber pakan ternak, pupuk organik maupun asesoris.
Gambaran potensi pemanfaatan by product tulang dari seekor sapi seperti terlihat
pada Gambar 1.
jaringan ikat padat yang tersusun atas zat organik dan zat anorganik. Zat organik
pada tulang berada dalam bentuk matriks tulang berupa protein. Sebanyak 9096% dari protein yang menyusun tulang adalah kolagen tipe T. Kolagen tipe T
dan protein lainnya merupakan bagian kecil pada matriks. Zat anorganik yang
menyusun tulang berupa kristal hidroksapatit yait Ca 10(PO4)6(OH)2, Na+, Mg2+,
CO32- (karbonat) dan F- (fluorida).
menentukan kekuatan tulang. Dari komposisi unsur kalsium yang ada pada tubuh,
maka sebanyak 99% ion Ca2+ terdapat pada tulang.
berada dalam kondisi dynamic equilibrium atau lebih dikenal dengan istilah
peristiwa tukar ganti.
dapat dikatakan bahwa limbah tulang sapi berpotensi besar untuk dapat
ditingkatkan nilai ekonominya sebagai penyedia senyawa protein kolagen yang
halal dalam bentuk produk suplemen makanan.
Produk-produk makanan suplemen dan makanan kesehatan adalah dua
produk yang memiliki peluang usaha yang sangat prospektif untuk dikembangkan
seiring dengan semakin berkembangnya gaya hidup kembali ke alam (back to
nature) yang dimulai oleh semakin sadarnya masyarakat negara-negara maju.
Kecenderungan kuat untuk menggunakan pengobatan dengan bahan alam tidak
hanya berlaku di Indonesia, tetapi juga berlaku di banyak negara, karena diyakini
mempunyai efek samping yang lebih kecil dibandingkan obat-obat kimia modern.
Dengan demikian kebutuhan penduduk dunia terhadap obat-obatan alami sangat
tinggi, sekaligus merupakan peluang pasar yang baik bagi industry.
Sebagai salah satu contoh adalah RPH yang berada di Kelurahan
Tamangapa, Kecamatan Manggala, Kota Makassar.
berupa tulang yang dihasilkan oleh RPH Tamangapa dapat dikatakan cukup
signifikan. Berdasarkan data yang ada, bahwa jumlah ternak sapi yang disembelih
di RPH Tamangapa dalam setiap harinya rata-rata mencapai 60 ekor dengan berat
badan rata-rata 100 kg (Anonim, 2011).
memiliki potensi yang sangat besar untuk dapat dimanfaatkan dan ditingkatkan
nilai ekonominya sebagai penyedia senyawa protein kolagen yang bersifat halal
dalam bentuk produk supplemen makanan.
kolagen, peranan jenis bahan pelarut memegang peranan yang sangat penting.
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis, diperoleh data
tentang
kuantitas dan komposisi kimia ekstrak kolagen dari bahan baku limbah tulang
belikat (os scapula) pada sapi Bali seperti pada Tabel 1.
Tabel 01. Kuantitas dan komposisi kimia ekstrak kolagen dari bahan
baku limbah tulang belikat (os scapula) sapi Bali dngan
menggunakan jenis bahan pelarut berbeda
No
Peubah
1.
2.
3.
4.
Rendemen (%)
Kadar Air (%)
pH
Kadar Protein Kasar
(%)
5.
Kadar Lemak Kasar
(%)
6.
Kadar BETN (%)
7.
Kadar Serat Kasar
(SK) (%)
8.
Kadar Bahan Kering
(%)
9.
Kadar Abu (%)
10.
Kadar Ca (%)
11.
Kadar P (%)
Sumber : Said dkk., (2012)
Air
(Aquadest)
4,31
6,71
4,39
69,43
Ca(OH)2
0,5 M
5,84
6,47
4,98
85,52
3,54
2,50
2,79
3,20
89,17
1,10
98,99
0,41
95,27
0,64
95,33
0,46
93,29
94,67
94,07
93,53
15,10
4,06
0,67
4,01
1,09
0,44
16,09
3,73
1,10
16,14
5,25
0,20
Menurut
Demineralisasi
Ossein
Netralisasi
Curing
Netralisasi
Ekstrak Kolagen
Gambar 3. Diagram alir proses produksi ekstrak kolagen (Said dkk., 2012)
Tepung tulang banyak digunakan sebagai pakan ternak/ikan terutama untuk
memenuhi kebutuhan mineral berupa kalsium dan fosfor. Tepung tulang yang
banyak digunakan sebagai bahan baku pakan ternak/ikan berasal dari tulangtulang
hasil pemotongan ternak dengan sedikit daging yang melekat. Tulang kemudian
dikeringkan dan digiling. Penggunaan tepung tulang sebagai bahan baku pakan
ternak disarankan hanya berkisar 2,5-10% dalam formula pakan, dimana bahan
baku ini hanya bersifat sebagai pendamping tepung ikan. Penggunakan tepung
Pencucian
Pengeringan
(Sinar matahari atau oven suhu 80oC)
struktural
penting
dalam
penyusun
kartilago.
Senyawa
Tulang kering yang sudah diambil lemaknya terdiri atas bahan organik dan
garam-garam anorganik dengan perbandingan 1: 2. Kolagen pada tulang disebut
sebagai ossein yang merupakan salah satu penyusun
bahan organik.
Kadar
buatan atau pupuk anorganik sendiri merupakan senyawa kimia yang diproduksi
oleh pabrik. Bentuk dari pupuk ini berupa pupuk tunggal seperti urea, TSP, ZA,
dan KCl serta pupuk majemuk seperti NPK.
Tepung tulang kaya akan senyawa kalsium maupun fosfor yang sangat
dibutuhkan oleh tanaman. Unsur kalsium diperlukan oleh tanaman dalam jumlah
tak begitu banyak, tapi fungsinya sangat penting untuk merangsang pembentukan
bulu akar dan biji. Unsur ini juga berfungsi untuk menambah kekuatan batang,
akar, dan bunga pada tanaman. Kekurangan unsur kalsium akan mengakibatkan
pertumbuhan daun tidak sempurna, kuncup bunga mengering, yang biasanya
terjadi pada tanaman yang media tanamnya (tanah) terlalu asam. Pupuk organik
tepung tulang merupakan sumber kalsium yang sangat baik bagi tanaman yang
sekaligus dapat menetralkan kemasaman tanah.
Selain unsur kalsium, tepung tulang juga sangat kaya dengan unsur fosfor.
Unsur fosfor sangat membantu tanaman agar tumbuh dengan batang dan
perakaran yang kuat. Setelah tanaman tersebut dewasa, unsur ini selanjutnya
berperan membantu menghasilkan bunga dan buah yang sehat dan normal.
Kekurangan unsur ini akan mengakibatkan pertumbuhan tanaman menjadi
terhenti atau kerdil.
Limbah tulang merupakan salah satu dari by product ternak yang sudah
banyak dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai bahan baku kerajinan. Produksi
limbah maupun sampah yang setiap harinya diproduksi oleh masyarakat, dapat
menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan sekitarnya.
Saat ini berbagai macam usaha telah dilakukan oleh pemerintah
bekerjasama dengan instansi swasta untuk menyelamatkan lingkungan dari
tumpukan limbah sampah yang dapat mengganggu kesehatan masyarakat yang
salah satu diantaranya adalah limbah RPH.
Program pemerintah untuk mengolah sampah maupun sebagian limbah,
ternyata dimanfaatkan sebagian masyarakat menjadi peluang usaha baru yang
bertujuan menyelamatkan lingkungan dari limbah. Dengan munculnya peluang
bisnis kreatif berupa daur ulang limbah, tentunya hal ini dapat mengurangi jumlah
limbah yang menumpuk serta memberikan keuntungan yang cukup besar bagi
pelaku bisnisnya.
kreativitas dan inovasi dari para pelaku bisnis, limbah tersebut akhirnya dapat
didaur ulang dan dirubah menjadi produk baru yang memiliki nilai ekonomi lebih
tinggi. Limbah organik seperti tulang dari hasil pemotongan ternak dapat didaur
ulang dan diolah menjadi berbagai kerajinan unik.
Maraknya pencegahan pemanasan global yang dilakukan oleh berbagai
kalangan masyarakat baik nasional maupun internasional, mendorong masyarakat
Indonesia untuk ikut serta melakukan kegiatan cinta lingkungan. Berbagai jenis
limbah banyak dimanfaatkan oleh sebagian masyarakat yang kreatif menjadi
peluang bisnis yang menguntungkan.
Tulang rawan pada sapi merupakan jenis tulang yang dibentuk oleh sel-sel
tulang rawan (kondrosit) dan bahan dasar (matriks) yang merupakan campuran
protein dan karbohidrat yang disebut kondrin. Tulang rawan kaya akan senyawa
kolagen dan sedikit zat kapur sehingga konsistensinya menjadi lentur dan elastis.
Konsistensi ini akan memberikan rasa tersendiri pada masakan.
diversifikasi
produk olahan
Berbagai
banyak
memanjang
menyerupai stik. Tulang rawan kemudian diberi bumbu dan bahan penyedap dan
sebagai merupakan cara pemanfaatan energi yang lebih baik tetapi juga dapat
mengurangi pencemaran lingkungan yang ditimbulkan oleh kotoran ternak. Alat
cetak briket manual memilki fungsi mencetak briket dari bahan oganik, seperti
kotoran Sapi baru , limbah pertanian yang mengandung karbon tinggi seperti:
sekam, serbuk gergaji, jerami, daun-daunan, serbuk arang, serbuk batubara, arang
biomasa, dan arang sekam. Sebagai bahan bakar rumah tangga di daerah pedesaan
dengan hasil cetakan berbentuk silinder (Zuhdi, 2011).
Screw conveyor yang ada di dalam alat pencetak briket modern berfungsi
untuk memindahkan material/adonan. Kemudian dilakukan pemotongan sehingga
menghasilkan suatu briket yang diharapkan (Gale, 1995). Pada suatu studi
dlakukan penelitian mengenai masalah perubahan struktur makromolekul
briket pada tungku pengepresan alat pembuatan briket, dan menyimpulkan bahwa
pengepresan baiknya dilakukan pada kemiringan 90C Ndaji dkk. (1997).
Alat pencetak briket sangat penting dam proses pembuatan briket. Pengaruh
terbesar terletak pada kepadatan dan stuktur briket. Struktur briket atau bentuk
dari briket dalam proses pencetakan berpengaruhnya terhadap pembakaran. (Liu
2000). Rancang bangun alat pencetak briket dengan skala ukuran 1:10. Bahanbahan yang digunakan adalah kayu. Rancang bangun alat pengering briket dengan
drum bekas. Tungku dirancangdengan menggunakan pengudaraannya lebih baik.
Bahan tungku adalah tanah liat (Herbawamurti, 2005).
Limbah peternakan dapat dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan, apalagi
limbah tersebut dapat diperbaharui (renewable) selama ada ternak. Limbah ternak
masih mengandung nutrisi atau zat padat yang potensial untuk dimanfaatkan.
Limbah ternak kaya akan nutrient (zat makanan) seperti protein, lemak, bahan
ekstrak tanpa nitrogen (BETN), vitamin, mineral, mikroba atau biota, dan zat-zat
yang lain (unidentified subtances). Limbah ternak dapat dimanfaatkan untuk
bahan makanan ternak, pupuk organik, energi dan media berbahai tujuan
(Sihombing, 2002).
Untuk mengatasi kelangkaan bahan bakar perlu dicari sumber energi
alternatif agar kebutuhan bahan bakar dapat dipenuhi tanpa merusak lingkungan.
Salah satu bahan bakar alternatif ini ternyata dapat dibuat dari kotoran ayam
broiler yang sudah bercampur dengan litter. Pemanfaatan limbah peternakan
(kotoran ternak) merupakan salah satu alternatif yang tepat untuk mengatasi
kelangkaan bahan bakar minyak. Limbah ternak merupakan sisa buangan dari
suatu kegiatan usaha peternakan seperti usaha pemeliharaan ternak, rumah potong
hewan, pengolahan produksi ternak dan lain lain. Limbah tersebut meliputi
limbah padat dan limbah cair seperti feses,urine,sisa makanan, embrio, kulit telur,
lemak, darah, bulu, kuku, tulang, tanduk, isi rumen, dan lain-lain. Dalam konteks
itu pemanfaatan kotoran ternak sebagai sumber energi (bahan bakar) merupakan
salah satu alternatif untuk mengurangi penggunaan minyak tanah dan kayu untuk
keperluan rumah tangga (Sofyadi, 2003).
Pemanfaatan kotoran ternak dapat dihasilkan 2 jenis bahan bakar yaitu
biogas dan briket. Di India dengan adanya tinja sapi sebanyak 5 kg perekor dan
secara langsung
(Djuriono, 2008). Teknologi briket telah berkembang dan telah dikenal oleh
masyarakat terutama kalangan industri.
Pada bulan Juli tahun 2008, Program Keahlian Unggas SMK N 1 Trucuk
telah menghasilkan cara mengolah kotoran dan litter (alas kandang) menjadi
bahan bakar
litter bekas kotoran kandang ayam (LBKKA) cukup prospektif sebagai pengganti
briket batubara, LPG (berkaitan dengan penghangat anak ayam) dan minyak tanah
(Djuriono, 2008).
Proses pengolahan LBKKA menjadi briket arang melalui beberapa tahap
sebagaimana tampak pada Gambar 2. Kegiatan diawali dari pengumpulan kotoran
dan alas kandang. Bahan ini diperoleh dari kandang ayam pedaging yang baru
saja dipanen.
dengan
menggunakan cerobong. Alat ini terdiri dari ruang bakar yang terbuat dari kaleng
dan pipa cerobong yang terbuat dari seng.
terbentuk arang. Cara ini membutuhkan waktu 3 jam untuk menghasilkan arang.
Hasil pembakaran adalah arang LBKKA Pembuatan arang LBKKA dengan
menggunakan cerobong cukup efisien dengan kapasitas pembakaran mencapai
15kg/jam.
Langkah selajutnya adalah menghancurkan arang menjadi serbuk/tepung
yang halus. Alat yang digunakan untuk menggerus/ menumbuk adalah berupa
gilingan tepung yang berteagakan mesin atau alat penumbuk sederhana berupa
penumbuk (misaal lesung dan alu penumbuk beras). Arang yang telah dihaluskan
kemudian disaring dengan saringan yang lembut. Pada pembuatan briket arang
dibutuhkan bahan perekat supaya tidak mudah hancur. Bahan perekat yang biasa
digunakan dapat berupa: lumpur tanah, pati dari ubi kayu (aci) dan tetes. Untuk
menghasilkan briket arang yang kualitasnya baik bagi industri rumah tangga
dengan tekanan tekannya > 50kg/cm3 dan komposisi adonan arang 88%, serbuk
molase 12 % dari jumlah (Djuriono, 2008).
Briket sebanyak 1 kg dengan campuran aci /tetes 12% ketika dibakar dapat
bertahan selama 2 jam. Makin banyak persentase perekat pada briket arang, makin
kuat tekstur briket sehingga lebih tahan pecah, tetapi biaya pembuatannya lebih
mahal. Berbagai macam alat pencetak briket telah dikembangkan mulai dari
peralatan yang sederhana sampai dengan peralatan yang menggunakan teknologi
tinggi. Contoh alat yang digunakan untuk mencetak briket antara lain : Pencetak
Briket Sederhana; Mesin Pencetak Briket Model Pegas; Mesin Briket SemiMotorik; Mesin Pencencetak Briket Vertikal; Mesin Pencetak Briket Horisontal.
a. Pencetak briket Sederhana
Pencetak briket Sederhana terdiri dari: Bantalan, penumbuk, pencetak dan
penekan.
Alat ini terdiri dari: (1) Tuas Penekan, (2) Pegas Pengendali, (3) Poros
Penekan (4) Penekan Briket (5) Pencetak Briket, (6) Rumah Penekan dan (7)
Landasan.
diatas
pencetak
6) Angkat unit mesin pencetak dengan mengangkat stand/dudukan
7) Kendorkan pencetak dengan memutar baut pemutar
8) Angkat pelan-pelan pencetaknya sehingga lepas dari briket bioenerginya
9) Lepas batang pelubang ventilasi.
10) Jemur briketnya sampai kering.
b. Mesin Briket Semi Motorik
Kapasitas produksi 250 kg/hari; satu unit mesin terdiri dari mesin
penggerus, pencampur dan pencetak. Pada mesin penggerus digerakkan ole
motor 1 PK, sedangkan mesin pencampur dan mesin pencetak sepenuhnya
dengan menggunakan tenaga manusia.
secara klasikal.
d. Harus tersedia program pengayaan bagi peserta yang lebih cepat dan program
perbaikan bagi peserta yang lamban, sehingga perbedaan irama perkembangan
belajar setiap peserta dapat dilayani.
Alokasi waktu 40 jam sesuai dengan tuntutan yang ada pada silabus
kejuruan KTSP Program Keahlian Budidaya Ternak Unggas masih dimungkinkan
untuk diisi dengan kegiatan pembelajaran yang bersifat
meningkatkan
kemampuan siswa yang berkaitan erat dengan pengolahan kotoran dan alas
kandang. Kemampuan yang dapat ditambahkan adalah mengolah kotoran dan alas
kandang menjadi arang briket. Kemampuan tersebut akan menjadikan siswa
mampu mengolah bahan yang sebelumnya hanya dibuang/dijual, menjadi barang
yang bermanfaat dan mempunyai nilai jual tinggi. Disamping itu dengan
kemampuan siswa dalam mengolah kotoran dan alas kandang menjadi arang
briket, maka siswa juga mampu berperan dalam mencegah pencemaran
lingkungan dan penyebaran penyakit, serta turut membantu pemerintah dalam
penyediaan bahan bakar yang murah dan terbarukan (renewable).
Tuntutan yang harus dipenuhi oleh guru agar dapat menghantarkan siswa
mengolah kotoran dan alas kandang menjadi briket arang adalah memanfaatkan
teknologi briket arang dalam pembelajarannya. Pembelajarannya didesain agar
siswa tertarik terhadap materi tersebut.
Motivasi dapat ditumbuhkan melalui penyadaran akan bahaya-bahaya yang
timbul akibat kotoran jika tidak segera dikelola; Nilai ekonomis kotoran jika
dibandingkan dengan nilai briket arang; Mudahnya cara membuat briket, Peluang
pasar briket arang. Seorang siswa dikatakan mampu mengolah kotoran dan alas
kandang menjadi briket apabila menguasai cara pembuatan arang dari kotoran dan
alas kandang. Selanjutnya ia juga harus menguasai cara mengolah arang menjadi
briket.
2. Pemanfaatan untuk Pupuk Organik
Pemanfaatan limbah usaha peternakan terutama kotoran ternak sebagai
pupuk organik dapat dilakukan melalui pemanfaatan kotoran tersebut sebagai
pupuk organik. Penggunaan pupuk kandang (manure) selain dapat meningkatkan
unsur hara pada tanah juga dapat meningkatkan aktivitas mikrobiologi tanah dan
memperbaiki struktur tanah tersebut. Kandungan Nitrogen, Posphat, dan Kalium
sebagai unsur makro yang diperlukan tanaman (Hidayati, 2006).
Pemanfaatan kotoran ternak sebagai sumber pupuk organik sangat
mendukung usaha pertanian. Kotoran ternak yang dihasilkan di daerah sentra
produksi ternak dalam jumlah yang banyak belum dimanfaatkan secara optimal,
sebagian diantaranya terbuang begitu saja, sehingga sering merusak lingkungan
akibat menghasilkan bau yang tidak sedap.
yang
berbahan
kotoran
sapi
mempunyai
beberapa
kelebihan
kandang juga menghasilkan sejumlah unsur hara mikro, seperti Fe, Zn, Bo, Mn,
Cu, dan Mo. Jadi dapat dikatakan bahwa, pupuk kandang ini dapat dianggap
sebagai pupuk alternatif untuk mempertahankan produksi tanaman. Pupuk organik
dalam penggunaanya dapat mengurangi tingkat pencemaran tanah, air dan
lingkungan (Santosa et al, 2009).
3. Pemanfaatan untuk Biogas
Permasalahan limbah ternak, khususnya manure dapat diatasi dengan
memanfaatkan menjadi bahan yang memiliki nilai yang lebih tinggi. Salah satu
bentuk pengolahan yang dapat dilakukan adalah menggunakan limbah tersebut
sebagai bahan masukan untuk menghasilkan bahan bakar biogas. Kotoran ternak
ruminansia sangat baik untuk digunakan sebagai bahan dasar pembuatan biogas.
Biogas adalah salah satu sumber energi terbarukan yang bisa menjawab
kebutuhan akan energi sekaligus dapat menyediakan kebutuhan hara tanah
dalamsuatu sistem pertanian yang berkelanjutan. Pemanfaatan kotoran ternak
menjadi biogas mendukung penerapan konsep zero waste sehingga pertanian
yang berkelanjutan dan ramah lingkungan dapat dicapai (Widodo et al, 2006).
Biogas di perdesaan dapat digunakan untuk keperluan penerangan dan
memasak sehingga dapat mengurangi ketergantungan kepada minyak tanah
ataupun listrik dan kayu bakar. Bahkan jika dimodifikasi dengan peralatan yang
memadai, biogas juga dapat untuk menggerakkan mesin. Biogas merupakan
renewable energy yang dapat dijadikan bahan bakar alternatif untuk menggantikan
bahan bakar yang berasal dari fosil seperti minyak tanah dan gas alam.
Akhir-akhir ini diversifikasi penggunaan energi menjadi isu yang sangat penting
karena berkurangnya sumber bahan baku minyak. Pemanfaatan limbah pertanian
untuk memproduksi biogas dapat memperkecil konsumsi sumber energi komersial
seperti minyak tanah dan penggunaan kayu bakar. Biogas dihasilkan oleh proses
pemecahan bahan limbah organik yang melibatkan aktivitas bakteri anaerob
dalam kondisi anaerobik dalam suatu digester (Kementerian Pertanian, 2006).
2)
3)
4)
5)
Melaksanakan
pengkajian
terhadap
kemungkinan
dimanfaatkannya
(www.gulalima.blogspot.com)
Gambar 17. Limbah kulit telur dan sisa penetasan merupakan by product
ternak unggas yang belum termanfaatkan secara maksimal
Sampai saat ini pemanfaatan limbah berupa cangkang telur dan embrio
ayam belum menunjukkan hasil yang maksimal. Namun demikian tidak dapat
dipungkiri bahwa limbah ini ternyata masih memiliki nilai ekonomi yang tinggi
apabila dapat dikelola dengan baik. Untuk menghasilkan produk yang bernilai
ekonomi dari limbah ini, tentunya masih dibutuhkan sejumlah sentuhan
teknologi yang lebih kreatif lagi.
Cangkang telur adalah bagian terluar dari telur yang berfungsi memberi
perlindungan bagi komponen-komponen isi telur dari kerusakan, baik secara fisik,
kimia maupun mikrobiologis. Sisa penetasan yang dimaksud disini adalah segala
limbah yang dihasilkan dari industri penetasan seperti telur yang tidak menetas
(steril), cangkang telur dari anak ayam yang sudah menetas maupun cangkang
telur yang di dalamnya masih mengandung embrio yang sudah mati.
Komposisi cangkang telur secara umum terdiri atas : air (1,6%) dan bahan
kering (98,4%).
Beberapa jenis
g/berat total
2,30
0,02
0,02
3,50
ppm
dominan sebagai bahan baku untuk membuat kerajinan hias. Masih kurangnya
upaya masyarakat untuk memanfaatkan limbah ini, disebabkan karena sejauh ini
limbah tersebut sangat mudah terkontaminasi oleh mikroorganisme. Selain itu
tingkat kecernaan mineral kalsium yang terkandung di dalamnya tergolong masih
sangat rendah. Disamping itu pula, cangkang telur tersebut masih sangat sulit
didegradasi oleh mikroorganisme sehingga memungkinkan dapat menjadi bahan
pencemar bagi lingkungan.
penggunaan sumber mineral lain yang sering digunakan yakni tepung kerang
seharga Rp3.000/kg (terdapat selisih Rp sekitar Rp.2.000/kg atau Rp.2/g).
Apabila diasumsikan jumlah rata-rata konsumsi pakan ayam ras petelur sebesar
110 g/ekor/hari, dimana dari jumlah tersebut penggunaan tepung kerabang
mencapai 3,3 g (3% dari total pakan), maka untuk pemeliharaan ayam ras petelur
dengan populasi 10.000 ekor, biaya perhari yang dapat dihemat dari penggunaan
tepung kerabang mencapai (10.000 ekor x 3,3 g x Rp.2, = Rp. 66.000) atau
perbulan sebesar (Rp. 66.000 x 30 hari = Rp.1.980.000).
Kandungan kalsium dan fosfor yang terdapat dalam limbah cangkang telur
dapat pula dimanfaatkan untuk memperbaiki fertilitas pada ternak unggas.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Budi dkk., (2008), bahwa
pemberian tepung cangkang telur dalam ransum berpengaruh nyata terhadap
tingkat fertilitas pada burung puyuh, namun tidak berpengaruh terhadap daya tetas
dan mortalitas. Pengaruh ini muncul dapat disebabkan karena tingginya unsur
kalsium dan fosfor yang terdapat dalam cangkang telur. Fertilisasi dapat terjadi
karena adanya pembuahan sel telur pada betina dan pembuahan akan terjadi
melalui perkawinan yang dilakukan oleh induk jantan, dan induk jantan harus
memiliki tulang cukup kuat untuk melakukan perkawinan agar saluran papilla
dapat masuk dengan sempurna ke dalam kloaka menuju vagina sehingga proses
fertilisasi dapat tercapai. Hasil penelitian merekomendasikan penggunaan tepung
cangkang telur bisa mencapai 6% dalam ransum ternak puyuh.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Santoso (1987),
dilaporkan bahwa tepung dari limbah penetasan cukup baik pengaruhnya terhadap
pertumbuhan babi. Selanjutnya Santoso (1987) dalam penelitiannya melaporkan
pula, bahwa hasil penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Pond dan
maners tahun 1974 serta Tamhave dan Hoffman tahun 1945 menunjukkan bahwa,
dari 100 kg telur sisa penetasan, mampu menggantikan 10,9 kg tepung daging;
5,4 kg tepung alfalfa sedangkan 100 kg tepung anak ayam dapat menggantikan
21,4 kg tepung daging.
Dalam mengolah limbah cangkang telur menjadi produk bahan pakan yang
memiliki nilai nutrisi yang cukup, maka perbaikan metode pengolahan menjadi
syarat mutlak.
Metode pengolahan yang dapat dilakukan
cangkang telur tersebut antara lain : (1) perendaman cangkang telur dengan air
panas 80C selama 15-30 menit, (2) pembersihan dan pengeringan, (3)
perendaman dalam asam fosfat dengan beberapa konsentrasi dan (4) proses
penepungan.
dicampur dengan bahan baku pakan lain seperti jagung giling, bekatul, bungkil
kedelai dan lain-lain.
Cangkang telur
Pencucian
Pengeringan
(Sinar matahari atau oven suhu 80oC)
antara lain : protein (61,65%), lemak (27,30%), abu (2,34%), air (8,80%). Selain
itu juga mengandung enzim, vitamin dan mineral yang dapat merangsang nafsu
makan dan pertumbuhan.
Salah satu pemanfaatan by product cangkang telur yang telah banyak
dilakukan oleh masyarakat adalah sebagai bahan baku pembuatan barang
kerajinan atau asesoris. Kerajinan cangkang telur pada dasarnya adalah
perpaduan antara kreatifitas dan upaya pemanfaatan limbah peternakan. Hal ini
tidak dapat dipungkiri bahwa kerajinan cangkang telur memiliki prospek
ekonomi dan peluang usaha yang cukup menjanjikan. Aneka kerajinan dari
cangkang telur dengan berbagai bentuk dapat dibuat dengan sangat indah dan
artistik seperti ditampilkan pada Gambar 19.
(www.mambo-mynature.blogspot.com
)
(www.cessee.com)
(www.griyawisata.com
)
(www.unlimited-24.blogspot.com)
III. PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari hasil penyusunan makalah ini adalah :
1. Limbah hasil peternakan dimanfaatkan dengan berbagai cara tergantung dari
bahan baku yang digunakan, misalnya dalam pebuatan briket arang dapat
menggunakan alat yang bermacam-macam mulai dari alat pencetak briket yang
paling sederhana sampai pencetak briket yang modern.
2. Produk yang dihasilkan dari limbah peternakan yaitu tulang dapat
dimanfaatkan menjadi ekstrak kolagen, kotoran hewan ternak dapat
dimanfaatkan sebagai pupik organik dan briket arang, serta cangkang telur
dapat dimanfaatkan menjadi tepung cangkang telur dan menjadi barang
kerajinan atau aksesoris.
B. Saran
Sarannya yaitu semoga nantinya lebih banyak lagi penelitian ataupun
penemuan-penemuan mengenai pemanfaatan limbah peternakan yang terealisasi
dengan baik dan menghasilakan nilai jual yang tinggi.
DAFTAR PUSTAKA